BAB II METODE PEMBIASAAN DAN AKHLAK TERPUJI A. Metode Pembiasaan 1. Pengertian Metode Secara etimonologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat” , Dalam Kamus
Besar Bahasa
Indonesia, “metode” adalah “Cara yang teratur dan terpikir baik – baik untuk mencapai maksud”,sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Dalam proses belajar mengajar, yang disingkat menjadi PBM, sebuah ungkapan populer kita kenal dengan, “ metode jauh lebih penting dari materi “. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses belajar mengajar ( PBM ) bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen – komponen pembelajaran , tujuan, metode, materi, media, dan evaluasi.
25
26
Seiring dengan itu, seorang pendidik / Guru dituntut agar cermat memilih dan menetapkan metode apa yamg tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Karena dalam proses belajar mengajar ( PBM ) dikenal ada beberapa macam metode ceramah, diskusi, Tanya jawab, demonstrasi dan lain sebagainya. Semua metode tersebut dapat diaplikasikan di dalam proses belajar mengajar. Oleh Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar mengatakan bahwa ada beberapa
faktor
yang
perlu
diperhatikan
dalam
memilih
dan
mengaplikasikan sebuah metode pengajaran : 1). Tujuan yang hendak dicapai, 2). Kemampuan guru, 3). Anak didik, 4). Situasi dan kondisi pengajaran di mana berlangsung, 5). Fasilitas yang tersedia, 6) waktu yang tersedia, 7). Kebaikan dan kekurangan sebuah metode. 2. Pengertian Pembiasaan Secara etimonologi, pembiasaan asal katanya adalah “ biasa “. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “ biasa “ adalah “ 1). Lazim atau umum, 2). Seperti sedia kala , 3). Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari – hari.”. Dengan adanya prefksi “pe” dan sufiks “an” menunjukan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu / seseorang menjadi terbiasa. Dalam kaitanya dengan metode pengajaran dalam penidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat
27
dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam. Pembiasaan dinilai sangat efektif jika dipenerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki “ rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadiaan yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasan – kebiasaan yang mereka lakukan sehari – hari. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai – nilai moral kedalam jiwa anak. Nilai – nila yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah keusia remaja dan dewasa. Macam – macam metode pembelajaran dalam pendidikan islam misalnya sebagai berikut : 1) Metode Pembiasaan 2) Metode Keteladanan 3) Metode Pemberian Ganjaran 4) Metode Ceramah 5) Metode Tanya Jawab 6) Metode Diskusi 7) Metode Sorogan 8) Metode Bandongan 3. Pengertian Metode Pembiasaan
28
Metode pembiasaan yakni metode yang digunakan pendidik dengan cara memberikan pengalaman yang baik untuk dibiasakan dan sekaligus menanamkan pengalaman yang dialami oleh para tokoh untuk ditiru dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari – hari. Pengalaman-pengalaman yang baik tersebut harus diciptakan oleh guru kepada siswa dalam setiap proses pembelajaran. peserta didik bisa diajak kebeberapa tempat untuk dialami dan diresapi, seperti belajar tentang shalat
mereka
diajak
kemasjid,
belajar
tentang
hadits
diajak
keperpustakaan dengan mencari kitab-kitab hadits dan dibacanya, belajar tentang sejarah islam diajak kemusium atau ketempat - tempat peninggalan sejarah dan lainya. Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori konvergensi, di mana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dan dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku ( melalui proses ). Oleh karena itu, potensi dasar harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik. Al – Qur’an sebagai sumber ajaran Islam, memuat prinsip – prinsip umum pemakaian metode pembiasaan dalam proses pendidikan. Dalam merubah sebuah prilaku negatife
misalnya, Al – Qur’an
29
memakai pendekatan pembiasaan yang dilakukan secara berangsur – angsur. Kasus pengharaman khamar, misalnya, Al- Qur’an menggunakan beberapa tahap. Sebagai gambaran umum Allah menurunkan ayat :
ّنلاتَرَمَث ْنِمَو ِ َِااًنَسَح اًقْزِرَّواًرَكَس ُهْ َننِْموُذِخَّتَتِباَنْعَا ِْلالَْويِخ,ًةَيَاَلَكِل َْذيِف َّن ّيمْوَقِّل ٍ ََنْوُلِقْع.
[؛لحنلا67]
Artinya: “Dan dari buah korma dan anngur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar – benar terdapat tanda ( kebesaran Allah ) bagi orang yang memikirkan ( Q.S. al – Nahl : 67 ) Ayat diatas memberikan penjelasan hanya sebatas tentang manfaat yang dapat diperoleh dari buah korma dan anggur agar mereka merasakan demekian besarnya kemahakuasaan Allah. Ayat ini belum sama sekali menyentuh garis hukum haramnya minuman kamar. Isyarat ayat di atas dinilai sangat halus dan hanya dapat dirasakan oleh orang yang bisa merasakan bahwa Allah SWT. Suatu saat akan melarang minuman yang memabukkan tersebut. Untuk tahap awal Allah berfirman
ِف ِلرُِقسْيَمْلا َِورْمَخ َْلاِكَننَْعوُلَئْسَي ْ ثِامِهْي َِساَّنل ُِلعِف اَ ٌنَمَرّْويِب ٌَكمْ آ اَمِهِعْفَّن ْ ُنِمرَبْكَاآَمُهُمْثِاَو,
30
كََذانَْموُلَئْسَيَو ْلانْلوُُققِفْنُيَ ا ِ َ ُهللايَب َُيكِلاَ َذوَْكفَع َِّيالامُكَل ُن ُ ؛ةرقبلاوُ[رَّكَفَتْمَُتكَّلَع َِلت َْن. 219] Artinya: “ Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang minuman keras dan perjudian. Katakanlah, keduannya mengandung dosa, tetapi ada manfaatnya bagi manusia, namun dosanya lebih besar daari pada manfaatnya. “( Q.S. al – Baqarah : 219 ) Ayat ini mengisyaratkan adanya alternatif
yang banyak
positifnya dengan yang lebih banyak negatifnya dari kebiasaan meminum khamar. Demikian tolerannya Al – Qur’an , sesungguhnya dapat menyentuh perasaan dan fikiran setiap orang bahwa kebiasaan meminum khamar dan melakukan perjudian adalah kebiasaan yang seharusnya ditinggalkan, karena aspek negatif yang akan muncul dari perbuatan tersebut lebih banyak dari pada aspek manfaatnya. Tahap kedua, Allah menurunkan ayat yanag berbunyi : An – Nisa Ayat 43
ّلاهُّيَآَي َبَرْقَتَالاْوُن ََمآنْيِذَ ا ّصلا ُُستْنَاَةَووَلَ اْو ُنْوُلْوُقَت ْاَموُمَلْعَتىَّتَحىَرَك ْم [ءاسنلا َ. ك: 43] Artinya : “Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan ,,,,,( Q.S.al – Nisa : 43)
31
Meminum khamar adalah perbuatan dan kebiasaan yang tidak terpuji. Sebagian di antara kaum muslimin telah menyadari dan membiasakan diri untuk tidak lagi meminum minuman yang memabukkan. Namun masih ditemukan juga sebagian yang lain yang sulit merubah kebiasan tersebut, sampai – sampai ingin melakukan salat pun mereka melakukan kebiasan tersebut Tahap ketiga, secara tegas Allah melarang meminum khamar sebagaimana tercermin dalam ayat yang berbunyi :
Al – Maidah Ayat 90
يِذَّلاَهُّيآَي نَمآ ْ ُِنَطْيَّشلا ِلَمَع ْنِّم ٌسْجِرُماَلْزَاْلاَوُباَصْنَا ُْلارَِوسْيَمْلا َُورْمَخْلا اَمَّنِاآْ َو فمُُتكَّ ُهْلَوُعبَِلنَتْجاَف ْ ْةدءاملا[نْوُحِل َ. : 90]
Artinya : “ Hai Orang – orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, judi, korban untuk berhala, dan tenung adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan. Oleh karena itu jauhilah, agar kamu beruntung .” ( Q.S. al – M aidah : 90) Oleh karena itu, pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai – nilai positif ke dalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu,
32
pendekatan pembiasaan juga dinilai sangat efesien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi positif. Namun demikian pendekatan ini akan jauh dari keberhasilan jika tidak diiringi dengan contoh tauladan yang baik dari sie pendidik. Oleh karena itu berikut ini akan kita lihat syarat – syarat pemakaian kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembiasaan dalam pencapaian tujuan proses pendidikan.
4. Langkah – langkah Pemakaian Metode Pembiasaan Ditinjau dari segi ilmu psikologi kebiasaan seseorang erat kaitannya dengan figur yang menjadi panutan dalam prilakunya. Seseorang anak terbiasa salat karena orang tua yang menjadi figurnya selalu mengajak dan memberi contoh kepada anak tersebut tentang salat yang mereka laksanakan setiap waktu salat. Demikian pula kebiasaan – kebiasaan lainnya. Oleh karena itu, apa syarat – syarat yang harus dilakukan
dalam
mengaplikasikan
pendekatan
pembiasaan
dalam
pendidikan. Untuk menjawab persoalan tersebut berikut ini akan dijelaskan, yaitu antara lain : a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi
dinilai
waktu
yang
sangat
tepat
untuk
mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima
33
pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan dapat membentuk kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif maupun negatif itu akan muncul seuai dengan lingkungan yang membentuknya. b. Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontiniu, teratur dan berprogram. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh, permanen dan konsisten. Oleh karena itu faktor pengawasan sangat menentukan dalam pecapaian keberhasilan dari proses ini. c. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas. Jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan. d. Pembiasaan yang pada mula hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara berangsur – angsur dirubah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik kebiasaan dan menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri. 5. Tujuan Dan Fungsi Metode Pembiasaan Hendaknya seorang pendidik menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihanlatihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiaasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada
34
anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Pertumbuhan berdasarkan pada anak umur – umur Sekolah Dasar, belum memungkinkan untuk berfikir logis dan belum dapat memahami hal – hal yang abstrak, maka apapun yang dikatakan kepadanya akan diterimanya saja,. Untuk membina anak agar mempunyai sifat – sifat terpuji tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik yang diharapkan nanti dia akan mempunyai sifat – sifat itu, dan menjauhi sifat tercela. Kebiasaan dan latihan itulah yang membuat dia cenderung kepada melakukan yang baik dan meninggalkan yang kurang baik. Ketika daya tangkap dan potensi pada usia anak – anak dalam menerima pengajaran dan pembiasaan adalah sangat besar dibandingkan pada usia lainnya, maka hendaklah para pendidik, ayah, ibu dan pengajar memusatkan perhatian pada pengajaran anak – anak tentang kebaikan dan upaya membiasakannya, sejak ia mulai memahami realita kehidupan. Guru agama harus menyadari bahwa anak adalah anak dalam arti keseluruhannya, baik tubuh ( jasmani ) fikiran dan perasaannya. Dia bukan orang dewasa kecil, artinya bukan hanya tubuh dan kemampuan jasmaninnya saja yang kecil tapi kecerdasaan, perasaan dan keadaan jiwa juga berlainan dengan orang dewasa. Kemampuannya untuk mengerti kata – kata atau bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari, juga
35
terbatas kepada perbendaharaan kata – kata yang telah dapat dicapainya pada umur tertentu. Kesanggupan untuk mendengar penjelasan guru, orang tua atau dewasa lainya, juga terbatas, demikianlah seterusnya dengan agama, artinya ajaran agama yang cocok untuk orang dewasa, tidak akan cocok untuk anak. Kalau ingin agar agama mempunyai arti pada anak, hendaklah disajikan dengan cara yang sesuai dengan anak yaitu dengan cara yang lebih dekat kepada kehidupannya sehari –hari dan lebih konkret. Apabila si anak tidak terbiasa melaksanakan ajara agama terutama ibadah ( secara konkret seperti sembahyang, puasa, membaca Al – Qur’an, dan berdo’a ) dan tidak pula dilatih atau dibiasakan melaksanakan hal – hal yang disuruh tuhan dalam kehidupan sehari – hari serta tidak dilatih untuk menghindari larangannya maka pada waktu dewasanya nanti ia akan cenderung kepada acuh tak acuh, anti agama, atau sekurang – kurannya ia tidak akan merasakan pentingnya agama bagi dirinya. Tapi sebaliknya anak yang banyak akan semakin merasakan kebutuhan agama. Dalam pembiasaan – pembiasaan anak terhadap ibadah seperti sembahyang dan berdo’a, perlu diingat bahwa yang sangat menarik bagi anak, adalah yang mengandung gerak dan tidak asing baginya. Do’a anak –anak biasanya yang bersifat pribadi, misalnya untuk meminta sesuatu bagi dirinya, orang tuanya atau saudaranya, minta tolong kepada tuhan atas sesuatu ynag tidak mampu melaksanakannya. Bagi anak yang lebih
36
besar, do’anya juga untuk minta ampun atas kesalahan yang terlanjur diperbuatnya, atau menyatakan syukur dan terima kasih dan terima kasih kepada tuhan. Aktivitas
agama anak – anak di sekolah atau di masjid akan
menarik bagi anak, apabila ia ikut aktif didalamnya. Katena ia bersama teman – temanya dan orang melakukan ibadah bersama. Pembiasaan dalam pendidikan anak sangat penting, terutama dalam pembentukan pribadi, akhlak dan agama pada umumnya. Karena pembiasaan – pembiasaan agama itu akan memasukan unsur – unsur positif dalam pribadi anak yang bertumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang diperolehnya melalui pembiasaan itu, akan semakin banyak pula unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudalah ia memahami ajaran agama yang akan dijelaskan oleh guru agama di belakang hari. Jadi agama dimulai dengan amaliah, kemudian ilmiah atau penjelasan sesuai dengan pertumbuhan jiwanya.
6. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembiasaan Sebagaimana pendekatan – pendekataan lainya di dalam proses pendidikan, pendekatan pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan yaitu kelebihan dan kekurangan. Sebab tidak
37
satupun dari hasil pemikiran manusia yang sempurna dan bebas dari kelemahan. a. Kelebihan Kelebihan pendekatan ini antara lain adalah : 1. Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik. 2. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah aspek tetapi juga berhubungan dengan aspek bathiniah. 3. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik. b. Kekurangan Kelemahan metode ini adalah membutuhkan tenaga pendidik yang benar – benar dapat dijadikan sebagai contoh tauladan di dalam menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. Oleh karena itu pendidik yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan pendekataan ini adalah pendidik pilihan yang mampu menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan, sehingga tidak ada kesan bahwa pendidik hanya mampu
memberikan
nilai
tetapi
tidak
mampu
mengamalkan nilai yang disampaikan terhadap anak didik. Metode pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman. Apa yang dibiasakan ? Ya, yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang
38
diamalkan. Oleh karena itu, uraian tentang pembiasaan selalu menjadi satu dengan uraian tentang perlunya mengamalkan kebaikan yang telah diketahui. Inti pembiasaan ialah pengulangan. Jika guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu telah dapat diartikan sebagai usaha membiasakan. Bila murid masuk kelas tidak mengucapkan salam, maka guru mengingatkan agar bila masuk ruangan hendaklah mengucapkan salam, ini juga satu cara membiasakan. Dalam pembinaan sikap, metode pembiasaan sebenarnya cukup efektif. Lihatlah pembiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah , perhatikanlah orang tua kita mendidik anaknya. Anak – anak yang dibiasakan bangun pagi, akan bangun pagi sebagai suatu kebiasaan , kebiasaan itu ( bangun pagi ), ajaibnya juga berpengaruh jalan hidupnya. Dalam mengerjakan pekerjaan lain pun ia cenderung “ pagi – pagi “, bahkan “ sepagi mungkin “. Orang yang biasa bersih, akan memiliki sikap bersih, ajaibnya, ia juga bersih hatinya, bersih juga pikirannya. Karena melihat inilah ahli – ahli pendidikan semuanya sepakat untuk membenarkan pembiasaan sebagai salah satu upaya pendidikan yang baik dalam pembentukan manusia dewasa. Ajaibnya lagi, pembiasaan tidak hanya perlu bagi anak – anak yang masih kecil. Tidak hanya di taman kanak – kanak dan sekolah dasar. Diperguruan tinggi pun pembiasaan masih diperlukan. Pembiasaan merupakan metode pendidikan yang jitu, tetapi,
39
sayangnya, kita tidak mampu menjelaskan mengapa pembiasaan itu amat besar pengaruhnya pada pembentukan pribadi seseorang. Ternyata pembiasaan tidak hanya mengenai yang batini, tetapi juga lahiri, orang yang biasa memegang stir mobil, lebih baik menyetir ketimbang orang yang menguasai teorinya, tetapi jarang membawa mobil. Pepatah mengatakan, “ Allah bisa karena terbiasa “ , berarti bahwa orang yang telah terbiasa dapat mengalahkan orang yang lebih mengetahui, tetapi kurang terbiasa. Kadang – kadang ada kritik terhadap pendidikan dengan pembiasaan karena cara ini tidak mendidik siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang dilakukannya. Kelakuannya berlaku secara otomatis tanpa ia mengetahui buruk – baiknya. Memang benar. Sekalipun demikian, tetap saja metode pembiasaan sangat baik digunakan karena yang kita biasakan biasanya adalah yang benar, kita tidak boleh membiasakan anak – anak kita melakukan atau berprilaku yang buruk. Ini perlu disadari oleh guru sebab perilaku guru yang berulang – ulang, sekalipun hanya dilakukan secara main – main, akan mempengaruhi anak didik untuk membiasakan perilaku itu. Metode pembiasaan berjalan bersama – sama dengan metode keteladanan, sebab pembiasaan dicontohkan oleh guru. Karena pembiasaan berintikan pengulangan, maka metode pembiasaan juga berguna untuk menguatkan hafalan. Rasulullah berulang – ulang berdo’a dengan do’a
40
yang sama. Akibatnya, dia hafal benar do’a itu, dan sahabatnya yang mendengarkan do’a yang berulang – ulang itu juga hafala do’a itu. B. Akhlak Terpuji 1. Pengeertian Nilai Akhlak Beberapa ahli berpendapat bahwa nilai itu tidak bisa diajarkan, seperti halnya matematika, fisika, ekonomi dan nilai – nilai. Nilai itu hanya bisa ditangkap oleh siswa apabila ia ditampilkan dalam lingkungan mereka. Nilai ( value, valere ) berhubungan dengan apa yang dianggap baik dan tidak baik, indah dan tidak indah, adil dan tidak adil, efisien dan tidak efisien, dan sebagainya.J.R.Fraenkel mengemukakan beberapa cirri tentang nilai sebagai berikut : a) Nilai adalah suatu konsep yang tidak berada di dalam dunia empirik, tetapi dalam lapangan estetika dan etika. Estetika berhubungan dengan apa yang indah yang enak dinikmati, sedangkan etika berhubungan dengan bagaimana seharusnya orang berperilaku, apa yang benar dan apa yang salah. b) Nilai adalah standar perilaku, ukuran yang menentukan apa yang indah apa yang efisien, apa yang berharga yang ingin dipelihara dan dipertahankan. c) Nilai itu direfleksikan dalam perbuatan dan perkataan d) Nilai itu merupakan abstraksi atau idealis manusia tentang apa yang dianggap paling penting dalam hidup mereka.
41
Komitmen seseorang terhadap suatu nilai tertentu terjadi melalui pembentukan sikap. Sikap atau attitude ialah a degree of positive or negative associated psychological object atau tingkat kecenderungan atau pernyataan gejala senang dari seseorang terhadap sesuatu objek, sehingga dapat disimpulkan bahwa ; a) Nilai tidak bisa diajarkan tetapi diketahui dari penampilannya. b) Pengembangan domain afektif pada nilai tidak bisa dipisahkan dari aspek kognitif dan psikomotorik. c) Masalah nilai adalah masalah emosional dan karena itu dapat berubah, berkembang, sehingga bisa dibina. d) Perkembangan nilai atau moral tidak terjadi sekaligus, tetapi melalui tahap – tahap tertentu. Dalam islam moral sering merupakan terjemahan dari kata akhlak. Di kalangan para ulama terdapat berbagai pengertian tentang apa yang dimaksud dengan akhlak. Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khulukun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Menurut moh Ibnu Qoyyim ada dua jenis akhlak yaitu ;
42
a. Akhlak Dlarury yaitu Akhlak yang asli, merupakan pemberian Allah
secara
langsung,
tanpa
memerlkan
latihan
dan
pendidikan biasanya dimiliki oleh manusia pilihan. b. Akhlak Mukhtasabah yaitu akhlak atau budi pekerti yang harus dicari dengan jalan melatih, mendidik dan membiasakan kebiasaan yang baik serta cara berfikir yang tepat dan akhlak ini dimiliki oleh sebagian besar manusia. 2. Metode Pembiasaan Dalam Menanamkan Nilai – Nilai Akhlak Terpuji Internalisasi adalah upaya meghayati dan mendalami nilai, agar nilai tersebut tertanam dala diri setiap manusia. Internalisasi merupakan kea rah pertumbuhan batiniah atau rohaniah peserta didik. Menurut muhaimin, tahap – tahap dalam internalisasi nilai adalah : a. Tahapan transformasi nilai, pada tahap ini guru sekedar menginformasikan nilai – nilai yang baik dan yang kurang baik kepada siswa, yang semata – mata merupakan komunikasi. b. Tahapan transaksi nilai, yaitu suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antar siswa dan guru bersifat timbal
balik. Dalam tahap ini tidak hanya
menyajikan informasi tentang nilai yang baik dan yang buruk, tetapi juga terlibat untuk melaksanakan dan memberikan contoh
43
amalan yang nyata, dan siswa diminta memberikan respons yang sama, yakni menerima dan mengamalkan nilai itu. c. Tahapan transinternalisasi, yakni bahwa tahap ini lebih dalam dari pada sekedar transaksi. Dalam tahap ini penampilan guru di hadapkan siswa bukan lagi sosok fisiknya, melainkan sikap mentalnya ( kepribadiannya ). Demikian juga siswa merespons kepada guru bukan hanya gerakan / penampilan fisiknya, melainkan sikap mental dan kepribadiannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam transinternalisasi ini adalah komunikasi dua kepribadian yang masing – masing terlibat secara aktif. 3.
Akhlak Baik ( Akhlakul Karimah ) a. Pengertiann Akhlak Baik Akhlak yang baik ialah segala tingkah laku yang terpuji ( mahmudah ) juga bisa dinamakan fadhilah ( kelebihan ). Al – Ghazali menggunakan perkataan munjiyat yang berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan. Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat – sifat yang baik. Oleh karena itu, dalam hal jiwa manusia dapat menularkan perbuatan – perbuatan lahiriah. Tingkah laku dilahirkan oleh tingkah laku batin, berupa sifat dan kelakuan batin yang juga dapat berbolak – balik yang mengakibatkan berbolak – baliknya perbuatan jasmani manusia. Oleh karena itu, tindak – tanduk batin ( hati ) itu pun dapat berboloak – balik. Akhlak berasal dari
44
bahasa Arab bentuk jamak dari khuluqun yang berarti budi pekerti, perangkai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak merupakan kebiasaan, kehendak yang berarti bahwa kehendak seseorang bila dibiasakan secara terus – menerus, maka kebiasaan itu disebut akhlak. Jika kebiasaan itu selalu mengarah kepada kebaikan disebut akhlaqul karimah dan kebiasaan tidak baik disebut akhlaqul madzmumah. Baik dalam bahasa Arab disebut khair, yaitu sesuatu yang memberikan kesenangan – kesenangan , kepuasan, kenikmatan sesuai dengan yang diharapkan dengan cara – cara yang halal. Akhlak baik yaitu tingkah laku yang terpuji, merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Kebenaraan adalah jalan kepada kebaikan dan kebaikan jalan menuju surga. Seseorang yang berkata benar dapat dikatakan sebagai orang yang benar. Seseorang yang sabar ialah dapat menahan diri dari apa yang tidak disukainya tabah menerimanya dengan rela dan berserah diri. Akhlakul karimah dalam islam mengatur kehidupan manusia untuk menjalani kehidupan dunia, dan ajaran akhirat untuk kehidupan yang kekal. Perwujudan nilai – nilai akhlak sesuai dengan norma – norma kebutuhan yang oleh islam disebut dengan amal saleh. Sebagian atau keseluruhan ajaran Nabi Muhammad selalu menjurus langsung kepada nilai – nilai kesusilaan, sebab dapat dipastikan bahwa dengan bertingkah laku sopan dan baik terhadap Tuhan, Rasul – Nya,
45
diri sendir, orang lain maupun kepada sesame makhluk hidup lainnya, hanyalah orang yang ber – akhlakul karimah. Orang yang ber – akhlakul karimah dapat menciptakan keadaan dunia yang tentram dan nyaman, tidak ada kerusuhan, tidak ada persaingan yang tidak sehat dan masalah – masalah yang membuat resah. Ditinjau dari ilmu jiwa, hal ini memang dapat diterima oleh akal sehat karena sifat dari manusia, yaitu ingin menginginkan dalam segala perbuatannya akan mendapatkan sesuatu yang dianggap baik. Sikap perbuata seorang muslim ialah sebagai pancaran jiwa umat yang ta’at dan patuh, takwa dan pasrah karena kesadaraan yang utuh bahwa segala yang dimiliki mulai dari kehidupan pribadinya dan apa yang diperolehnya hanyalah milik Allah. Sifat – sifat Akhlak yang dilarang untuk dilakukan ialah sesuatu yang diharamkan karena mempunyai nilai – nilai tidak baik dan tidak ada pertengahannya. Wajib, karena mempunyai nilai kebaikan. Nilai baik diukur dai segi ada atau tidak adanya kemanfaatan bagi diri dan orang lain, daya hidup maksimum untuk mengendalikan perbuatannya. Nilai – nilai luhur yang tercakup dalam konsep akhlakul karimah sebagai sifat terpuji ( mahmudah ) adalah sebagai berikut : 1. Berlaku jujur ( al – amanah ) 2. Berbuat baik kepada kedua orang tua ( birrul walidain )
46
3. Memelihara kesucian diri ( al – fitrah ) 4. Kasih sayang ( ar – rahman ) 5. Berlaku hemat. 6. Menerima apa adanya dan sederhana. 7. Perlakuan baik kepada sesama. 8. Melakukan kebenaran yang hakiki. 9. Pemaaf terhadap orang yang pernah berbuat salah kepadanya. 10. Adil dalam tindakan dan perbuatan. 11. Malu melakukan kesalahan, melanggar larangan Allah dan melakukan dosa. 12. Sabar dalam menghadapi segala musibah. 13. Syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada sesama manusia. 14. Sopan santun terhadap sesama manusia karena merasa sepenanggungan. Ilmu akhlak sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dapat dilihat antara lain sebagai berikut ; 1. Pada dasarnya ilmu akhlak bersumber pada Al – Qur’an dan hadis yang menjelaskan tentang baik dan buruknya tingkah laku seseorang.
47
2. Pokok pembahasan akhlak adalah tingkah laku manusia untuk menetapkan nilai yang baikdan buruk. 3. Akhlak terbagi dua, yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang tidak baik, akhlak baik ialah akhlak yang sesuai dengan Al – Qur’an dan hadis, akhlak yang tidak baik ialah akhlak yang tidak sesuai dengan Al – Qur’an dan hadis. Oleh sebab itu, sebagai manusia haruslah berakhlak baik sesuai dengan Al – Qur’an dan hadis, karena akhlak
seseorang
tercermin
pada
kepribadiaan
seseoarang. Dia baik dan buruk dapat dilihat dari akhlaknya. b. Bentuk – Bentuk Akhlak Baik 1. Bersifat sabar Ada pribahasa mengatakan bahwa kesabaran itu pahit laksana jadam, namun akibatnya lebih manis dari pada madu. Ungkapan tersebut menunjukkan hikmah kesabaran sebagai fadhilah
. kesabaran bisa dibagi menjadi empat kategori
sebagai berikut ini . a) Sabar
menanggung
kewajiban.
beratnya
melaksanakan
48
Kewajiban menjalankan shalat lima waktu, kewajiban
membayar
zakat,
kewajiban
melaksanakan haji bilamana mampu. b) Sabar menanggung musibah atau cobaan. Cobaan bermacam – macam, silih berganti datangnya. Namun bila orang mau bersabar menanggung musibah atau cobaan disertai tawakal kepada Allah, pasti kebahagian akan terbuka lebar. Namun yang sabar menanggung musibah pasti memperoleh pahala dari Allah. c) Sabar menahan penganniayaan dari orang. Di dunia ini tidak bisa luput dari kezaliman. Banyak terjadi kasus – kasus penganiayaan terutama menimpa orang – orang yang suka menegakkan keadilan dan kebenaran. d) Sabar menanggung kemiskinan dan kepapaan. Banyak orang – orang yang hidupnya selalu dirundung kemiskinan akhirnya berputus asa. Ada yang menerjunkan dirinya kedunia hitam, menjadi perampok, pencopet dan pembegal. 2. Bersifat Benar ( Istiqomah )
49
Di dalam peribahasa sering disebutkan berani karena benar,
takut
menimbulkan melahirkan
karena
salah.
ketenangan kebenaran.
Betapa
batin,
Benar
akhlaqul
yang ialah
dari
karimah
situ
dapat
memberitahukan
(
menyatakan ) sesuatu yang sesuai dengan apa – apa yang terjadi, artinya sesuai dengan kenyataan. 3. Memelihara Amanah Amanah menurut bahasa ( etiminologi ) ialah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan ( istiqamah )
atau kejujuran.
Kebalikannya ialah khianat. Khianat ialah salah satu gejala munafik. Betapa pentingnya sifat dan sikap amanah ini dipertahankan sebagai akhlaqul karimah dalam masyarakat, jika sifat dan sikap itu hilang dari tatanan sosial umat islam, maka kehancuranlah yang bakal terjadi bagi umat itu. 4. Bersifat Adil Adil
berhubungan
dengan
perseorangan,
adil
berhubungan dengan kemasyarakatan, dan adil berhubungan dengan pemerintah. Adil perseorangan ialah tindakan memberi hak kepada yang mempunyai hak. Bila seseorang mengambil haknya, itulah yang dinamakan tindakan adil. Adil yang berhubungan
dengan
kemasyarakatan
dan
adil
yang
berhubungan dengan pemerintahan misalnya tindakan hakim
50
menghukum orang - orang yang jahat atau orang –orang yang bersengketa sepanjang neraca keadilan. 5. Bersifat Kasih Sayang Pada dasarnya sifat kasih sayang ( ar – rahman ) adalah fitrah yang dianugrahkan Allah kepada makhluk. Pada hewan misalnya, begitu kasihnya kepada anaknya, sehingga rela berkorban jika anaknya terganggu. Naluri ini pun ada pada manusia, mulai dari kasih sayang orang kepada anaknya dan sebaliknya, kecintaan anak kepada orang tuannya. 6. Bersifat Hemat Hemat ( al – iqtishad ) ialah menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa harta benda, waktu dan tenaga menurut ukuran keperluan, mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak berlebihan. Adapun macam – macam penghematan antara lain sebagai berikut : a. Penghematan harta benda b. Penghematan tenaga c. Penghematan waktu 7. Bersifat Berani Sifat berani termasuk dalam fadhilah akhlaqul karimah. Syaja’ah ( berani ) bukanlah semata – mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat
51
menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya. Orang yang dapat menguasai jiwannya pada masa – masa kritis ketika bahaya di ambang pintu, itulah orang yang berani. Rasulullah SAW bersabda, bukanlah yang dinamakan pemberani, orang yang kuat bergulat, sesungguhnya pemberani itu ialah orang yang sanggup menguasai hawa nafsunya di kala marah. ( HR. Ahmad ) Lawan sifat syaja’ah ( berani ) ialah al – jubnu ( pengecut
),
sifat
pengecut
termasuk
sifat
akhlaqul
madzmumah. Sifat ini adalah sifat penakut bagi tiap pribadi sebelum memulai suatu langkah yang berarti dan menyerah sebelum berjuang. Sifat pengecut dipandang sebagai sifat yang hina dan membawa manusia kepada kemunduran. 8. Bersifat Kuat ( Al – Quwwah ) Al – Quwwah termasuk dalam rangkaian fadhilah akhlaqul karimah
kekuatan pribadi manusia dapat dibagi
menjadi tiga bagian : a. Kuat fisik, kuat jasmaniah yang meliputi anggota tubuh b. Kekuatan jiwa, bersemangat, inovatif dan inisiatif c. Kuat akal, pikiran, cerdas, dan cepat mengambil keputusan yang tepat.
52
Kekuatan ini hendaknya dibinaa dan diikhtiarkan supaya
bertambah
dalam
diri,
dapat
dipergunakan
meningkatkan amal perbuatan. 9. Bersifat Malu ( Al – Haya ) Sebagai rangkaian dari sifat al – haya ( malu ) ialah malu terhadap Allah dan malu kepada diri sendiri di kala melanggar peraturan – peraturan Allah. perasaan ini dapat menjadi bimbingan kepada jalan keselamatan dan mencegah dari perbuatan nista. 10. Memelihara Kesucian Diri ( Al – ‘Ifafah ) Al – ifafah ( memelihara kesucian diri ) termasuk dalam rangkaian fadhilah akhlaqul karimah yang dituntut dalam ajaran islam. Menjaga diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan hendaklah dilakukan pada setiap waktu. Dengan penjagaan diri secara ketat, maka dapatlah diri dipertahankan untuk selalu berada pada status khairunnas. Hal ini dilakukan mulai dari memelihara hati ( qalbu ) untuk tidak berbuat rencana dan agama – agama yang buruk. 11. Menempati Janji Janji ialah suatu ketetapan yang dibuat dan disepakati oleh seseorang untuk orang lain atau dirinya sendiri untuk dilaksanakan sesuai dengan ketetapannya. Biarpun janji yang
53
dibuat sendiri tetapi tidak terlepas darinya, melainkan mesti ditepati dan ditunaikan. Menempati janji ialah menunaikan dengan sempurna apa – apa yang telah dijanjikan, baik berupa kontrak maupun apa saja yang telah disepakati.