8
BAB II MEDIA ANIMASI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA NYARING BAHASA PRANCIS
2.1
Pengertian Media Media jika dilihat dari asal kata, berasal dari kata “medius” yang berarti
perantara atau pengantar. Menurut Mc. Luchan (Wibawa & Mukti, 1997:7) Media adalah semua saluran pesan yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dari seseorang kepada orang lain, yang tidak ada dihadapannya. Akan tetapi, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa media hanya berupa alat penyalur informasi yang canggih seperti komputer. Menurut Association for Education and Communication Technologi (AECT) media dapat dikatakan sebagai segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi. Sedangkan menurut National Education Association (NEA) media adalah segala bentuk benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dapat digunakan untuk kegiatan tersebut (Rustaman et al., 2005:135). Media dapat dikatakan sebagai cara menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran dan perasaan yang menerimanya. Hal ini sejalan dengan Gerlach & Ely (Arsyad, 2002:3) Media merupakan segala benda atau kejadian yang mampu membangun kondisi orang yang menerimanya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap. Media juga dapat diartikan sebagai sumber belajar dan alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar dan
9
digunakan dengan tujuan mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan. Pengertian media dalam peranannya memiliki batasan-batasan tertentu. Hamidjojo (Arsyad, 2002:4) mengemukakan “Media berfungsi sebagai perantara yang digunakan manusia untuk menyampaikan pesan, ide, gagasan, atau pendapat sehingga yang dikemukakan agar dapat diterima oleh penerima yang dituju.” Dengan adanya batasan seperti pemilihan materi yang akan disampaikan akan memudahkan penerima dalam mengenal informasi yang diberikan. Berkembangnya
zaman, diikuti pula oleh berkembangnya teknologi
dalam segala bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Perkembangan teknologi ini berdampak pada banyaknya penggunaan alat bantu dalam melakukan kegiatan pembelajaran sehingga mempermudah dalam menyampaikan informasi yang disebut dengan media pembelajaran. Menurut Latuheru (1988:4) Media pembelajaran adalah media yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran untuk mempertinggi mutu pendidikan. Media pembelajaran tersusun atas gambar, suara atau perpaduan keduanya. Media pembelajaran yang baik seharusnya memadukan keduanya, sehingga dengan demikian informasi yang akan disampaikan akan dapat diserap secara maksimal oleh penerima informasi tersebut. Hal ini dipertegas oleh Levie & Levie (Arsyad, 1975:35) Informasi yang berupa stimulus visual dan verbal
akan menghasilkan hasil
belajar yang lebih baik terutama tugas-tugas seperti mengingat, mengenali dan menghubungkan fakta dengan konsep. Kegiatan belajar
yang menggunakan
indera penglihatan dan pendengaran akan memberikan keuntungan bagi penerima
10
informasi. Penerima informasi akan belajar lebih banyak jika dibandingkan dengan penerima informasi yang hanya menerima informasi hanya dengan stimulus dengar atau hanya dengan stimulus pandang. 2.2
Media Pembelajaran Menurut Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad (2002:4) Media
pembelajaran adalah alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dengan kata lain, media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. 2.2.1
Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Encyclopedia of Educational Research (Arsyad, 2002 : 25) fungsi dari media pembelajaran diantaranya : 1)
Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
2)
Memperbesar perhatian siswa.
3)
Meletakkan dasar-dasar
yang
penting untuk perkembangan
belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap. 4)
Memberikan pengalaman nyata yang
dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa. 5)
Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.
11
6)
Membantu
tumbuhnya
pengertian
yang
dapat
membantu
perkembangan kemampuan berbahasa. 7)
Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Selain memiliki banyak fungsi media pembelajaran juga memiliki beberapa peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran
(Arsyad,
2002:15) diantaranya : 1)
Sebagai alat bantu guru dalam menjelaskan materi yang akan disampaikan
2)
Sebagai sumber belajar bagi siswa
3)
Sebagai sarana siswa melihat benda-benda yang tidak mungkin dilihat dengan mata telanjang
2.2.2 Jenis-jenis Media Pembelajaran Menurut Rustaman et al., (2005:140) media pembelajaran berdasarkan jenisnya dapat dikelompokkan menjadi 9 yaitu : 1)
Media asli hidup, seperti tumbuhan dan hewan asli yang masih hidup.
2)
Media asli mati, misalnya herbarium, awetan dan taksidermi.
3)
Media asli tidak hidup, misalnya jenis bebatuan, papan tulis, dan papan tempel.
12
4)
Media asli tiruan (model), misalnya model torso tubuh manusia, model penampang daun, model DNA dan model atom.
5)
Media grafis, misalnya bagian (chart), poster, grafik, diagram dan foto.
6)
Media dengar (audio), misalnya radio, tape recorder, piringan hitam dan kaset.
7)
Media pandang dengar (audio visual), misalnya televisi, video dan film suara.
8)
Media proyeksi, ada dua jenis yaitu proyeksi diam (still projection) dan proyeksi gerak (movie projection). Contoh proyeksi diam adalah slide, film strip, transparansi. Contoh proyeksi gerak adalah film atau gambar hidup (umumnya dengan ukuran 8mm, 16mm, 36mm)
9)
Media cetak, misalnya buku cetak, koran, majalah, dan komik.
Menurut Seels & Richey (Arsyad, 2002:29) jika dilihat berdasarkan perkembangan teknologi media pembelajaran terbagi menjadi empat yaitu: 1)
Media merupakan hasil teknologi cetak seperti buku, dan koran.
2)
Media merupakan hasil teknologi audio visual seperti televisi, dan film.
3)
Media merupakan hasil teknologi yang berdasarkan komputer.
4)
Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
13
Berdasarkan pernyataan di atas pada dasarnya media adalah alat yang dapat menyampaikan informasi baik dalam bentuk visual, audio maupun gabungan keduanya audio-visual. 2.3
Media Audio – Visual Menurut Arsyad (2002:30) Media audio-visual menyampaikan materi
dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan secara audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar mengajar, seperti : 1) Mesin proyektor film, 2) Tape recorder, dan 3) Proyektor visual yang lebar. Berdasarkan pernyataan di atas, pengajaran melalui audio-visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa. Menurut Arsyad (2002:30) cirri-ciri audio-visual terbagi menjadi enam yaitu : 1) Bersifat linear; 2) Menyajikan visual yang dinamis; 3) Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya; 4) Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak;
14
5) Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif; 6) Umumnya berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan murid yang rendah. 2.3.1 Teknologi Berbasis Komputer Menurut Arsyad (2002:31) teknologi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor. Pada dasarnya teknologi berbasis komputer menggunakan layar kaca untuk menyajikan informasi kepada siswa. Berbagai jenis aplikasi teknologi berbasis komputer menggunakan layar kaca untuk menyajikan informasi kepada siswa. Berdasarkan penjelasan di atas aplikasi tersebut dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran guna menambah informasi dan pengetahuannya sesuai dengan kebutuhan. Menurut Seels & Glasgow dalam Arsyad (2002:33) pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan teknologi dibagi kedalam dua kategori luas yaitu : 1) Media Tradisional a) Visual diam yang diproyeksikan -
Proyeksi opaque (tak tembus pandang)
-
Proyeksi overhead
-
Slides
-
Filmstrip
15
b) Visual yang tak diproyeksikan -
Gambar
-
Foto
-
Chart, grafik, diagram
-
Pameran, papan info, papan-bulu.
c) Audio -
Rekaman piring
-
Pita - kaset, reel, cartridge
d) Penyajian multimedia -
slide plus suara
-
multi-image
e) visual dinamis yang diproyeksikan -
film
-
televise
-
video
f) Cetak -
buku teks
-
modul, teks terprogram
-
workbook
-
majalah ilmiah, berkala
-
lembaran lepas (hand out)
16
g) Permainan -
Teka teki
-
Simulasi
-
Permainan papan
h) Realia -
Model
-
Specimen (contoh)
-
manipulatif (peta,boneka)
1) Media Teknologi a) Media Teknologi mutakhir -
Teleconference
-
Kuliah jarak jauh
b) Media berbasis mikro prosesor -
Computer-assisted instruction
-
Permainan computer
-
System tutor intelejen
-
Interaktif
-
Hypermedia
-
Compact disc (video)
2.4 Animasi Menurut Hidayatullah et al,.
(2008:4) ada banyak media yang bisa
membantu dalam proses pembelajaran, berbagai jenis software familiar di masayarakat. Salah satu yang bisa di jadikan
juga sudah
alternatif
adalah
17
educational animation, dan dapat diartikan adalah visualisasi materi pelajaran dalam bentuk animasi untuk di gunakan dalam KBM. Menurut
Hidayatullah, et al,. (2008:18) Setiap software memiliki
kelebihan dan kekurangan, seperti pada program flash. Flash memiliki kemampuan
untuk
menggambar dan sekaligus membuat gambar tersebut
menjadi animasi. Dalam
flash efek-efek gambarnya tidak secanggih dan
seberagam Adobe Photoshop, tapi sudah cukup untuk menggambar objek agar terlihat cantik dan menarik yang kemudian bergerak perlahan sesuai bentuk dan itulah yang dinamakan animasi. Menurut
situs http://wikipedia.com/wiki/Animasi bahasa Indonesia,
animasi adalah : “Animasi lebih akrab disebut film animasi yaitu, film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada awal penemuannya animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian diputar sehingga muncul efek bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan animasi dapat dengan mudah dan cepat.”
Animasi pada saat ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan dalam berbagai kegiatan dari mulai kegiatan santai sampai serius, dari mulai sebagai fungsi utama sampai fungsi tambahan atau hiasan. Animasi yang di bahas disini adalah animasi untuk pembelajaran membaca nyaring bahasa Prancis. 2.4.1
Media Animasi dalam Pembelajaran
Menurut Latuheru (1988:122) Penggunaan animasi dengan bantuan komputer sebagai media pembelajaran memiliki banyak kelebihan dan dapat
18
menambah kesan realisme dan merangsang siswa untuk merespon dengan adanya warna musik dan grafiks. Media animasi merupakan media yang berupa gambar yang bergerak yang disertai dengan suara dan merupakan perkembangan dari IPTEK. Penggunaan animasi tidak terlepas pada peran alat bantu komputer. Animasi dapat diperoleh dengan melalui grafiks tiga dimensi atau dua dimensi. Media animasi dapat menunjukkan dari waktu ke waktu seperti sebuah proses (Utami, 2007). Sehingga dapat diartikan media animasi merupakan media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran . 2.5
Ihwal membaca Membaca adalah sebuah keterampilan, setiap orang memiliki kemampuan
dalam membaca nyaring yang berbeda. Namun yang jelas semua orang mampu meningkatkan kemampuan membacanya, meskipun tidak merupakan tuntutan bagi siapapun untuk dapat memiliki keterampilan membaca nyaring dengan baik. Hal ini tergantung pada status dan kepentingan masing-masing. 2.6
Pengertian membaca Anderson dalam Tarigan (1986 : 20 ) secara singkat dan sederhana
mendefinisikan membaca sebagai proses mencocokan huruf atau melafalkan lambang-lambang bahasa tulis atau reading is recording and decoding proces. Kegiatan membaca seperti ini termasuk level yang paling rendah. Sebab, kegiatan membaca seperti ini hanya terbatas pada mengemukakan atau menyembunyikan lambang-lambang bahasa tulis.
19
Adapun Finnochiaro dan Bonomo (1973) sebagaimana dikutip oleh Tarigan (1986 : 20) mendefinisikan membaca, sebagai proses membaca serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa (reading is bringing meaning to and getting meaning from frinted or writen material). Menurut
Dictionnaire de Didactique des langues (Galisson & Coste,
1976: 298). “La lecture est une action d’identifier les letters et de les assemblers pour comprendre le lien entre ce qui est écrit et ce qui est dit”. (membaca adalah suatu kegiatan mengenali huruf-huruf dan menyatukannya untuk memahami hubungan antara apa yang tertulis dan apa yang dimaksud). Dari beberapa definisi membaca yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu aktivitas yang melibatkan penglihatan, ingatan, kecerdasan, dan pemahaman untuk memperoleh informasi yang disampaikan penulis melalui lambang-lambang tulis. 2.6.1
Tujuan membaca
Ada beberapa tujuan membaca yang dikemukakan oleh Tarigan (1994:9) yaitu: 1) Membaca untuk memperoleh perincian – perincian (reading for details or facts), 2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas), 3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui urutan atau susunan, organisasi, cerita (reading for sequence or organization),
20
4) Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference), 5) Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify), 6) Membaca untuk menilai, membaca untuk mengevaluasi (reading to compare or contrast). Disamping itu Cicurel (1991: 16-17) menyebutkan tujuh tujuan dalam kegiatan membaca yaitu : 1) Pour se distaire ou passer le temps. (membaca untuk hiburan atau mengisi waktu luang) 2) Pour s’informer (les nouvelles du monde ou les horaires d’un train). (membaca untuk memperoleh informasi tentang kejadian-kejadian yang terjadi di seluruh dunia atau untuk mengetahui jadwal keberangkatan kereta api). 3) Pour
étudier
(traduire,
expliquer
des
textes,
approfondir
ses
connaissances, corriger une copie, fair un exposé). (membaca untuk keperluan belajar seperti menerjemahkan, menjelaskan suatu teks, menambah ilmu pengetahuan, memeriksa pekerjaan rumah (PR), melakukan presentasi) 4) Pour fair une action (lire un mode d’emploi). (membaca untuk melakukan suatu kegiatan seperti membaca buku petunjuk pemakaian suatu barang) 5) Pour chanter, prier, racontrer une histoire.
21
( membaca teks lagu, membaca doa, membaca untuk menceritakan suatu cerita). 6) Pour s’endormir. (membaca untuk meninabobokan anak) 7) Pour connaître la littérature. (membaca untuk mengetahui kesusastraan). Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca, dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai, dan membantu siswa menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri. 2.6.2
Jenis-jenis membaca
Dalam berbagai literatur membaca dibagi menjadi beberapa jenis, yang menjadi dasar pijakan pembagian tersebut didasarkan pada terdengar tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, cakupan bahan bacaan, dan tingkat kedalaman atau level membaca. Menurut Tarigan (1994: 22) Ditinjau dari segi mendengar atau tidaknya suara si pembaca waktu dia membaca, proses membaca dibagi menjadi dua yaitu : 1) Membaca nyaring, membaca bersuara, membaca lisan, (reading out load, oral reading, reading (alound) 2) Membaca senyap (silent reading) Secara garis besar membaca senyap terdiri atas:
22
a. Membaca ekstensif berarti membaca secara luas . Membaca ekstensif meliputi: membaca survey
(survey reading), membaca sekilas
(skimming), membaca dangkal (superficial reading). b. Membaca intensif yaitu studi saksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan didalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Yang termasuk ke dalam membaca intensif membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading) 2.7
Membaca nyaring 2.7.1
Pengertian Membaca Nyaring
Tarigan (1994 :22) mengemukakan bahwa : “Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi, guru, murid ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta, memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang.”
Membaca nyaring juga dapat membuat siswa lebih berkonsentrasi dan meningkatkan daya ingat siswa. Silberman (1996: 155) menyatakan “membaca teks keras-keras ternyata dapat membantu siswa memfokuskan perhatian, mengajukan pertanyaan, menstimulasi diskusi sehingga, terciptalah suasana kelas yang hidup”. Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan
23
pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman, penulis. Aktivitas membaca nyaring dalam pengajaran bahasa asing, dalam hal ini bahasa Prancis dapat diterapkan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam melafalkan teks berbahasa Prancis. Mengingat aktivitas membaca nyaring lebih ditujukan pada keterampilan pengucapan dari pada keterampilan pemahaman maka bahan bacaan haruslah dipilih teks yang mengandung isi dan bahasa yang relatif mudah dipahami oleh siswa. 2.7.2
Pelafalan
Menurut situs http://wikipedia.org pelafalan adalah : “La prononciation que l’on a d’un mot est la façon de le dire. La prononciation ne change pas le sens du mot, mais provient du contexte dans lequel on l’a appris: l’époque, l’endroit, où l’on est né ou bien où l’on vit, mais aussi la classe sociale et l’éducation. Le terme accent, lui, désigne une prononciation généralement plus subtile.”
Maksud dari pernyataan di atas adalah bahwa pelafalan adalah suatu cara untuk mengatakan atau menyuarakan suatu kata. Pelafalan tidak mengubah makna kata, tetapi menyesuaikan dengan konteks yang telah kita pelajari : waktu, tempat kita lahir atau hidup, juga kelas sosial dan tingkat pendidikan. Penggambaran tekanan suara pada umumnya menunjukan suatu pelafalan dengan lebih tepat. Jadi dapat penulis simpulkan bahwa pelafalan adalah suatu cara untuk menyuarakan bunyi atau kata tanpa mengubah makna.
24
2.7.3
Evaluasi Membaca Nyaring
Tarigan (1994:22) berpendapat Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau
kegiatan yang
merupakan alat
bagi
guru, murid ataupun
pembaca
bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Oleh karena itu membaca nyaring pada hakikatnya adalah proses melisankan sebuah tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat, yang diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca. Pembaca dapat dikatakan mampu membaca nyaring dengan baik apabila pembaca mampu membaca dengan terang dan jelas, membaca nyaring dengan penuh perasaan atau ekspresi, membaca dengan penuh kepercayaan diri, memahami frase-frase yang sempurna dan memperhatikan tanda-tanda baca waktu dia menginterpretasikan. Evaluasi dari kegiatan membaca nyaring dapat berupa tes membaca teks dengan suara keras, dan dengan membaca drama seperti yang diungkapkan oleh Tarigan (1994:26 dan 27) : “Untuk mengetahui sejauh mana pembaca dapat membaca nyaring dengan baik maka, sang pembaca haruslah menguasai keterampilanketerampilan persepsi (penglihatan dan daya tangkap) sehingga dia mengenal dan memahami kata-kata dengan cepat dan tepat. Keterampilanketerampilan membaca nyaring itu akan berkembang secara wajar dan secara alamiah yaitu dalam membaca drama.”
Kesiap-siagaan terhadap pencatatan waktu berbicara, menghadapi isyaratisyarat, menempatkan sesuatu pada tempat yang wajar sesuai dengan teks,
25
membaca kata-kata serta frase-frase dengan tepat, mengekspresikan sesuatu dengan baik, membaca nyaring dengan penuh perasaan atau ekspresi, dan membaca dengan penuh kepercayaan diri. Semua faktor-faktor itu terdapat dalam membaca drama yang menuntut displin-disiplin yang mungkin tidak terdapat pada aktivitas membaca lainnya dan hanya ada pada kegiatan membaca nyaring. 2.8
Proses Pembelajaran Membaca Nyaring dengan Media Animasi Media animasi termasuk ke dalam media audio visual, media yang
mempunyai unsur suara dan gambar bergerak. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yaitu media audio dan media visual. Penggunaan media animasi didalam keterampilan membaca, khususnya membaca nyaring sangat membantu karena media tersebut mampu mengeluarkan suara yang dapat didengar oleh siswa dan mencocokannya dengan teks yang dilihat, sehingga siswa dapat dengan mudah untuk belajar membacanya. Pada saat berlangsungnya proses pengajaran dengan menggunakan media animasi, bahan ajar yang ada pada stiap tayangan sifatnya efermeral, artinya apa yang dilihat dan didengar oleh siswa akan berlalu dan siswa tidak dapat melihat lagi apa yang telah diamati. Mengingat hal tersebut, diperlukan tiga tahap dalam proses pengajaran, yaitu: sebelum penayangan (avant de visionenner), selama proses penayangan (pendant le visionnement) dan setelah penayangan (apres avoir visonne). (Marihandono, 2001 :24)
26
1) Sebelum penayangan Media Animasi ( Avant de visionner) Sebelum proses penayangan dimulai, diperlukan pengetahuan dasar yang menunjang tentang media animasi yang akan dibahas. Sebelum media Animasi ditayangkan, guru disarankan untuk mendeskripsikan secara singkat tentang tokoh atau tempat dalam media animasi tersebut. Tujuan dari penjelasan ini adalah agar guru dapat memulai dengan bertumpu pada pengetahuan yang sama dari para siswa. 2) Selama Penayangan Media Animasi (Pendant le visionnement) Pada proses penayangan, agar para siswa memiliki gambaran secara umum mengenai animasi yang akan ditayangkan, sebaiknya guru menayangkan 2 atau 3 kali penayangan animasi yang akan dibahas. Setelah dianggap cukup, guru dapat memutarnya kembali sekuens per sekuens (segment) sambil menjelaskan isi dari masingmasing sekuens. 3) Setelah penayangan media animasi (après avoir visionné ) Pada saat akhir penayangan, para siswa satu persatu diminta untuk membaca nyaring sesuai yang telah dilihat dan didengar tadi.