BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA SLB-E NEGERI PEMBINA TINGKAT PROPINSI
2.1 Sejarah Singkat Pendidikan Luar Biasa di Indonesia Sejarah singkat pendidikan luar biasa di Indonesia dapat dilihat dari dua periode yaitu periode sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan. Berdirinya Blinden Institut tahun 1901 di Bandung yang diprakarsai dr.West hooff marupakan awal pelayanan terhadap penyandang cacat di mana para tuna netra diberikan latihan dengan cara program shetered workshop (bengkel kerja). Program inilah yang merupakan cikal-bakal berdirinya sekolah khusus bagi tuna netra di Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1927, juga di Bandung, dibuka sekolah khusus bagi anak tuna grahita yang didirikan oleh Bijzonder Onder Wijs yang di prakarsai oleh seorang yang bernama Folker, sehingga sekolah ini disebut Folkerschool. Pada tahun 1930 sekolah khusus untuk tuna rungu wicara juga di buka di Bandung oleh seorang Belanda yang bernama C.M.Roelsema. Pada masa kemerdekaan, keberadaan sekolah bagi penyandang cacat makin terjamin dengan adanya UUD 45 yang menyatakan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. 6 Disamping itu UU Pendidikan NO.12 tahun 1945 memuat ketentuan tentang pendidikan dan pengajuan luar 6
. Johnsen, Band Skjorten, Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar, Oslo : Uni Pub, 2004, Hal : 5
Universitas Sumatera Utara
biasa. Mulai saat itulah sekolah bagai penyandang cacat disebut sekolah luar biasa (SLB). Penyelenggara SLB, sejak dulu hingga kini, sebagian besar adalah pihak swasta yang merupakan yayasan. 7 Meskipun demikian penyelenggaran SLB dibina oleh pemerintah yang mula-mula oleh seksi pengajaran luar biasa merupakan bagian dari Balai Pendidikan Guru kemudian urusan Pendidikan Luar Biasa, bagian dari jawatan pengajaran, selanjutnya oleh urusan pendidikan luar biasa. Bagian dari Jawatan pendidikan umum. Sejak tahun 1980 SLB dibina oleh Subdirektorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (Subdit PSLB), di bawah Direktorat Pendidikan Dasar pada Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Selanjutnya Subdit PSLB ditingkatnya fungsinya menjadi Direktorat Pendidikan Luar Biasa (Dit PLB) dan terakhir Direktorat ini berubah menjadi Dit. PSLB.
2.2. Berdirinya SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi Seiring dengan perkembangan dan kebutuhan terus meningkat akan pendidikan khusus bagi anak-anak cacat, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan luar biasa harus ditingkatkan secara kuantitatif maupun kualitatif. untuk itu pemerintah harus berbenah untuk memenuhinya, melihat semakin meningkatnya jumlah anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia, sebagai
7
. Ibid, Hal 7
Universitas Sumatera Utara
salah satu jawaban dari semua itu, pemerintah telah mendirikan sekolah luar biasa. Direktorat Pendidikan Dasar dan menengah mengutip hasil sensus kependudukan tahuan 1980 mengumumkan bahwa jumlah anak berkelainan tahun 1980 mengumungkan bahwa jumlah anak berkelainan dengan usia 7-12 tahun diketahui sebanyak 254-134 orang. Adapun rincian masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini . Tabel 1: Populasi Anak Berkelainan di Indonesia Tahun 1980 No
Jenis Kelamin
Jumlah
%
1
Tuna Netra
41.057
16,16
2
Tuna Rungu
76.745
30,20
3
Tuna Grahita
40.441
15,91
4
Tuna Daksa &Tuna Laksa
95.891
37,73
Jumlah
254.134
100%
Sumber : Dirjen Dikdasmen Depdiknas Tahun 1980
Sedangkan anak-anak cacat yang terdata di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Utara pada tahun 1983, terdapat 699 orang yang sudah tertampung di SLB-SLB yang ada di Sumatera Utara pada saat itu, dan terdapat 5.126 orang belum tertampung yang kesemuanya semua itu merupakan anak-anak cacat berusia 7-12 tahun. 8 Untuk itu pemerintah harus
8
. Hasil wawancara dengan Bapak Komarudin, Guru SLB-E Negeri Pembina Tanggal 24 Agustus 2010, Pukul 11. Wib.
Universitas Sumatera Utara
menyiapkan sekolah bagi mereka, dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan dalam rangka penuntasan wajib belajar bagi anak cacat usia 712 tahun. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan kebudayaan secara bertahap mendirikan sekolah luar biasa tingkat propinsi diberbagai kota di Indonesia seperti: SLB-A (Tuna Netra) di Palembang, SLB-B (Tuna Rungu) di Sumedang, SLB-C (Tuna Grahita) di Djokjakarta, SLB-D (Tuna Daksa) di Makasar dan SLB-E (Tuna Laras) di Medan. Pendirian sekolah luar biasa tersebut di dasari dari pertimbangan bahwa di setiap daerah tersebut banyak terdapat anak-anak cacat sesuai dengan ketunaannya. 9 Sekolaqh luar biasa pembina tingkat propinsi didirikan pemerintah dengan maksud sebagai tempat untuk menghimpun pemikiranpemikiran, konsepsi-konsepsi, serta inovasi tentang pembinaan sekolah luar biasa
dengan
tujuan
meningkatkan
kesempatan belajar bagi anak
mutu
berkelainan,
pendidikan
dan
perluasan
sehingg mereka mampu
membekali diri untuk dapat mandiri dan ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Adapun tujuan adalah melaksanakan latihan dan peyegaran bagi tenaga kependidikan sekolah luar biasa yang meliputi tingkat persiapan, dasar, dan menengah.
9
. Hasil Wawancara dengan Bapak Tri Wahono, Guru SLB-E Negeri Pembina Tanggal 26 Agustus 2010. Pukul 10.30 Wib
Universitas Sumatera Utara
Fungsi dari sekolah luar biasa tingkat propinsi antara lain : 1. Mengadakan latihan peyegaran bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya serta menyelenggarakan pendidikan luar biasa. 2. Melakukan percontohan penyelenggaraan pendidikan tingkat persiapan, dasar dan menengah sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 3. Mengadakan pemeriksaan psikologis, medis dan sosiologis murid. 4. Memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi murid, orangtua, dan masyarakat. 5. Membina hubungan kerjasama dengan orangtua murid dan masyarakat. 6. Melakukan publikasi yang menyangkut pendidikan luar biasa sesuai dengan kelainan/ ketunaannya. 7. Melakukan urusan tata usaha sekolah. SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi merupakan sekolah binaan sekolah langsung oleh pemerintah,
sekolah ini dikategorikan untuk
menampung anak-anak tuna laras (Anak Nakal) pada awalnya. 10 Maka pada tanggal 19 Januari 1983 yang berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.051/0/1983 didirikanlah sekolah luar biasa dengan nama : SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi Sumatera Utara yang terletak di jalan Karya Ujung Medan.
10
. Hasil Wawancara Dengan Bapak Komarudin, Guru SLB-E Negeri Pembina Tanggal 24 Agustus 2010, Pukul 11.30 Wib.
Universitas Sumatera Utara
Pendirian sekolah merupakan realisasi dari salah satu program nasional dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dan perluasan kesempatan belajar bagi anak-anak cacat di Indonesia.
2.3 Struktur Organisasi Dalam rangka menjalankan dan melaksanakan operasional sekolah, perlu di bentuk struktur organisasi sekolah agar dapat menjadi suatu wadah atau badan kegiatan yang bersinergis untuk mencapai suatu hasil. Di dalam setiap perangkat organisasi memiliki Tugas dan Tanggung Jawab sesuai dengan ketentuan dan peraturan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan di bawah ini : Kepala Sekolah
Sub Kepala
Guru
Tenaga Teknis
Tenaga Bimbingan
Tenaga Klinis
Sumber : Profil SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi Pada Tahun 1984
Berdasarkan bagan diatas dapat dijelaskan bahwa struktur organisasi SLB-E Negeri Pembina terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
1. Kepala Sekolah Kepala sekolah mempuyai tugas memimpin pelaksanaan tugas sekolah. 2. Sub. Bagian Tata Usaha Sub. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga sekolah, untuk menyelenggarakan tugas tersebut sub.bagian tata usaha mempunyai fungsi : a. Melakukan urusan surat menyurat, rumah tangga dan perlengkapan. b. Melakukan urusan kepegawaian dan keungan. 3. Guru Guru mempunyai tugas melakukan kegiatan pendidikan, pengajaran, latihan bagi para murid, percontohan dalam proses belajar mengajar, dan publikasi bagi para peserta dan kerjasama dengan orangtua murid. 4. Tenaga Teknis Memberikan tugas percontohan latihan teknis kepada guru SLB dan tenaga kependidikan lainnya serta memberikan latihan teknis kepada murid di sekolah. 5. Tenaga Bimbingan dan Penyuluhan Mempunyai tugas memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada murid serta penyuluhan kepada orangtua dan masyarakat. 6. Tenaga Klinis Pendidikan Mempunyai tugas melakukan pemeriksaan Psikologis, medis, dan sosiologis bagi murid.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Sistem Tatakerja Untuk dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan di sekolah, unsur manusia merupakan unsur penting karena kelancaran pelaksanaan program-program sekolah sangat ditentukan oleh orang-orang yang melaksanakannya. Dengan demikian, hal tersebut harus betul-betul di sadarai oleh semua personil sekolah, sehingga dengan segala kemampuannya dengan bimbingan kepala sekolah akan terus berupaya mengelola sumber daya yang ada untuk pengembangan sekolah natinya. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap unsur di lingkungan SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkrorisasi baik di dalam maupun di luar lingkungannya. Kepala sekolah wajib mengikuti dan mematuhi pentunjuk peraturan perundangan-undangan yang berlaku, kepala sekolah bertanggung jawab memimpin dan mengkopordinasikan semua unsur di lingkungan sekolah dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas masingmasing. Pelaksanaan pembinaan SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi di koordinasikan oleh Direktur Pendidikan Dasar. Dalam melaksanakan tugasnya SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi wajib mengadakan : a. Konsultasi teknis dengan SLB Pembina Tingkat Nasional. b. Konsultasi teknis operasional dengan kepala kantor wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Propinsi. Hal-hal yang belum dalam sistem tatakerja, dapat diubah lebih lanjut sesuai dengan mekanisme dan perkembangan sekolah.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Fasilitas (Sarana dan Prasarana) Suatu sekolah tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya fasilitas (sarana dan prasarana) di karenakan fasilitas sekolah merupakan hal mutlak diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. 11 SLB-E Negeri Pembina Tingkat Propinsi pertama sekali didirikan di atas lahan luas 25.000 m2- atau 2,50 Ha. Pembangunan sekolah didanai oleh pemerintah melalui Pelita III pada saat itu, sekolah yang didirikan harus dapat menunjang prestasi para murid, melalui sarana dan prasarana agar tercipta kondisi
belajar
yang
optimal.
Untuk
itu
sekolah
direncanakan
pembangunannya sesuai dengan kebutuhan dan strandart sekolah luar biasa. Fasilitas yang diperoleh langsung dari pemerintah diharapkan mampu meningkatkan peran serta perangkat didalamnya baik kepala sekolah, guru, tenaga teknis, dan murid agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Pembangunan sekolah direncanakan mempunyai sarana dan prasarana sebagai berikut :
11
.Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, 2004, Hal.13.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2 : Luas Bangunan Dan Tanah SLB-E Negeri
Pembina Tahun
1983 No
Luas Bangunan
Luas Tanah
1
Acar yagraha
420,00 m2
2
Mesjid
49,00 m2
3
Garasi
45,00 m2
4
Gardu Jaga
7,50 m2
5
Rumah Dinas
6
Asrama dan Ruang makan
7
Ruang Belajar
8
Klinik
9
Gardu Listrik
10
Aula
413,00 m2
11
Rumah Penjaga Sekolah
42,00 m2
Luas Bangunan Seluruhnya Dibangun di atas tanah seluas
498,00 m2 975,00 2 1.635,50 m2 199,25 m2 9,00 m2
4.288,25 m2 25.00,00 m2 atau 2,50 ha
Sumber : Profil Sekolah Luar Biasa –E Negeri Pembina pada tahun 1983
Biaya pembangunan sekolah termasuk pengadaan tanah berjumlah Rp.705.260.000 pada tanggal 14 maret 1984 diresmikan oleh bapak Prof. Dr. Hasan Walinono, selaku Direktur Jenderal Pendidikan dasar dan menengah Departemaen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara