BAB II Landasan Teori
A.
Audit Judgment Audit judgment merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor dalam menanggapi informasi yang mempengaruhi dokumentasi bukti serta pembuatan keputusan pendapat auditor atas laporan
keuangan
suatu
entitas. Menurut Jamilah, dkk (2007) audit
judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status, atau jenis peristiwa lainnya. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi yang terus menerus, sehingga dapat mempengaruhi pilihan dan cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah dalam proses audit judgment, jika informasi terus menerus datang akan muncul pertimbangan baru dan keputusan atau pilihan baru. Judgment sering dibutuhkan oleh auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan suatu entitas (Zulaikha, 2006). Audit judgment melekat pada setiap tahap dalam proses audit laporan keuangan, yaitu penerimaan perikatan audit, perencanaan audit, pelaksanaan pengujian audit, dan pelaporan audit. Contoh
penggunaan
audit
dalam
pengambilan
keputusan audit berkait dengan penetapan materialitas, penilaian sistem pengendalian internal, penetapan tingkat risiko, penetapan strategi audit
8
9
yang
digunakan,
penentuan
prosedur
audit, evaluasi
bukti
yang
diperoleh, penilaian going concern perusahaan, dan sampai pada opini yang akan diberikan oleh auditor. Puspitasari (2010) menjelaskan judgment sebagai perilaku paling berpengaruh dalam mempersiapkan situasi, dimana faktor utama yang mempengaruhinya adalah materialitas dan apa yang diyakini sebagai kebenaran. Dalam standar pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan dijelaskan bahwa pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan hal-hal yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan, baik dalam pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pertimbangan profesional tersebut diantaranya berkaitan dengan gangguan terhadap independensi, pertimbangan tentang hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang dilaksanakan, pertimbangan profesionalnya terhadap prosedur pemeriksaan yang dirancang untuk menilai salah saji material dan mempertimbangkan pengendalian intern dari entitas yang diperiksa. Keyakinan hanya dapat didukung atas dasar sejauh mana seorang auditor dapat menjelaskan fakta-fakta dari bukti-bukti yang berhasil diurai. Dalam hal inilah kualitas diri dari setiap individu auditor juga mempengaruhi kualitas dari judgement yang dihasilkan. Setiap auditor dapat menghasilkan judgment yang berbeda untuk suatu penugasan audit yang
10
sama. Sehingga auditor harus selalu mengasah kemampunnya karena semakin handal judgement yang diambil oleh auditor maka akan semakin handal pula opini audit yang dikeluarkan oleh auditor.
B.
Keahlian Audit Hayes-Roth dalam Asih (2006) mendefinisikan keahlian keberadaan dari
pengetahuan
tentang
suatu
lingkungan
sebagai tertentu,
pemahaman terhadap masalah yang timbul dari lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan masalah tersebut. Menurut Trotter dalam Mayangsari (2003), keahlian adalah mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional (Asih, 2006). Keahlian audit mencakup antara lain: merencanakan pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan. Keahlian auditor dalam melakukan audit menunjukkan tingkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki auditor. Kemampuan dan pengetahuan auditor di bidang auditing dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun keikutsertaan dalam pelatihan atau seminar. Keahlianauditor juga dapat bertambah seiring dengan pengalaman kerja maupun praktek audit yang telah dilakukannya.
11
C.
Tekanan Ketaatan Tekanan ketaatan adalah jenis tekanan pengaruh sosial yang dihasilkan ketika individu dengan perintah langsung dari perilaku individu lain. Teori ketaatan menyatakan bahwa individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang dengan perintah yang diberikannya.
Hal
ini
disebabkan
oleh
keberadaan
kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk legitimasi power atau kemampuan atasan untuk mempengaruhi bawahan khusus
dalam
stuktur
hierarki
organisasi
karena
ada
posisi
{Milgran (1974) dalam
Hartanto dan Indra (2001)}. Dalam hal ini tekanan ketaatan diartikan sebagai tekanan yang diterima oleh auditor junior dari auditor senior atau atasan dan entitas yang diperiksa untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari standar profesionalisme. Intruksi atasan dalam suatu organisasi akan mempengaruhi perilaku bawahan karena atasan memiliki otoritas (Grediani dan Slamet, 2007). Tekanan ketaatan pada umumnya dihasilkan oleh individu yang memiliki kekuasaan. Dalam hal ini tekanan ketaatan diartikan sebagai tekanan yang diterima oleh auditor junior dari auditor senior atau atasan dan entitas yang diperiksa untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari standar etika dan profesionalisme. Individu yang memiliki kekuasaan
12
merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang dengan perintah yang diberikannya (Jamilah, dkk, 2007). Hal ini dapat disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk dari legitimate power. Tekanan ketaatan dapat semakin kompleks ketika auditor dihadapkan pada situasi konflik. Di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan, akan tetapi di sisi lain auditor juga harus dapat memenuhituntutan yang diinginkan oleh entitas yang diperiksa agar entitas yang diperiksa puas dengan pekerjaannya. Tekanan ketaatan dapat menghasilkan variasi pada judgment auditor dan memperbesar kemungkinan pelanggaran standar etika dan profesional (Jamilah, dkk , 2007). Tekanan dari atasan maupun entitas yang diperiksa juga dapat memberikan pengaruh yang buruk seperti hilangnya profesionalisme dan hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial. Tekanan ketaatan dapat semakin kompleks ketika auditor dihadapkan pada situasi konflik. Di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan, akan tetapi di sisi lain auditor juga harus bisamemenuhi tuntutan yang diinginkan oleh entitas yang diperiksa agar entitas yang diperiksa puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa auditor yang sama di waktu yang akan datang. Pada lingkungan Aparat Pengawasan Funsional Pemerintah (APFP) dalam (arti luas) entitas tidak dapat mengganti auditornya karena auditor
13
bekerja sesuai dengan fungsinya sebagai auditor pemerintah yang melakukan
audit
terhadap
entitas
di
bawah
pemerintah,
seperti
BUMN/BUMD. Secara tertulis belum terdapat peraturan yang membatasi bahwa auditor APFP yang telah melakukan audit beberapa kali pada satu entitas diganti. Tetapi demi menjaga independensi biasanya instansi APFP membatasi auditor yang sama untuk melakukan audit maksimal 2 atau 3 kali audit dalam satu entitas. Tekanan ketaatan pada lingkungan APFP lebih terfokus pada tekanan yang berasal dari atasan. Tekanan ini berupa perintah atasan kepada auditor yang memeriksa untuk merubah opini dengan mengabaikan bukti-bukti yang telah terkumpul agar bisa memberikan opini wajar tanpa pengecualian. Sangsi yang diberikan kepada auditor yang tidak mengikuti perintah atasan yaitu, auditor tersebut tidak akan diberi penugasan lagi di entitas tersebut. Sangsi tersebut lebih jauh lagi akan berdampak pada lambatnya kenaikan jenjang karir. Atasan termotivasi melakukan hal ini disebabkan adanya hubungan yang baik antara atasan dengan entitas yang diperiksa atau adanya imbalan yang diterima oleh atasan dari entitas tersebut. Contohnya terdapat aset bernilai material yang berasal dari penyertaan modal pemerintah pusat atau daerah yang telah digunakan oleh perusahaan. Atasan memerintahkan aset yang bernilai material di catat dulu oleh perusahaan karena jika dicatat itu akan berpengaruh pada opini yang dikeluarkan yaitu menjadi wajar dengan pengecualian.
14
D.
Kompleksitas Tugas Auditor selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang banyak, berbedabeda dan saling terkait satu sama lain. Kompleksitas adalah sulitnya suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas, dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan (Jamilah, dkk 2007).
Tingkat kesulitan tugas dan
struktur tugas merupakan dua aspek penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan informasi. Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, membingungkan, dan sulit (Sanusi dan Iskandar, 2007). Auditor selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang banyak, berbeda-beda, dan saling terkait satu sama lainnya. Ada dua jenis kompleksitas yang berpengaruh padapengembangan sistem, yaitu kompleksitas tugas dan kompleksitas sistem (Indriantoro, 2000). Kompleksitas tugas berasal dari lingkungan pemakai dan berkaitan dengan ambiguitas dan ketidakpastian yang ada di sekitar dunia bisnis. Kompleksitas sistem berasal dari lingkungan pengembang dan berkaitan dengan ambiguitas dan ketidakpastian yang terjadi di sekitar pengembangan sistem. Jamilah, dkk. (2007) mengemukakan ada tiga alasan mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan. Pertama, kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh
15
signifikan terhadap kinerja auditor. Kedua, sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas tugas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat membantu tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit. Pada tugas-tugas yang membingungkan dan tidak terstuktur, alternatif-alternatif yang ada tidak dapat didefinisikan, sehingga data tidak dapat diperoleh dan outputnya tidak dapat diprediksi. Chung dan Monroe (2001) mengemukakan argumen yang sama, bahwa kompleksitas tugas dalam pengauditan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Banyaknya informasi yang tidak relevan dalam artian informasi tersebut tidak konsisten dengan kejadian yang akan diprediksikan. 2. Adanya ambiguitas yang tinggi, yaitu beragamnya hasil yang diharapkan oleh klien dari kegiatan pengauditan.
E.
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai bahan pengkajian yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya: 1. Zulaikha (2006) yang menelititentang pengaruh interaksi gender, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor terhadap audit judgment. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode eksperimen, dimana sampel penelitian adalah partisipan mahasiswa lulusan S1
16
jurusan akuntansi yang menempuh Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA) dan Program Magister Sains Akuntansi (Maksi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam profesi sebagai auditor, peran ganda
perempuan
ternyata
tidak berpengaruh
secara
signifikan
terhadap akuratnya informasi yang diproses dalam membuat judgment. Pengalaman sebagai auditor juga memberikan pengaruh secara langsung terhadap judgment auditor. Sedangkan kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap keakuratan judgment, demikian pula ketika kompleksitas berinteraksi dengan peran gender juga tidak berpengaruh secara signifikan.
2. Jamilah, dkk. (2007) meneliti mengenai pengaruh gender, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment. Sampel penelitian ini adalah auditor senior dan junior pada KAP di Jawa Timur. Alat pengujian yang digunakan dalam penelitian Jamilah, dkk adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hanya variabel tekanan ketaatan yang berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment, sedangkan variabel gender dan kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.
3. Hartanto dalam Anugrah Suci Praditaningrum (2012), meneliti tentang analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit judgment. Sampel penelitian ini adalah staf pemeriksa yang bekerja di BPK RI Perwakilan
17
Provinsi Jawa Tengah. Hasil Penelitian ini adalah menunjukkan gender, pengalaman audit, keahlian audit, berpengaruh positif terhadap audit judgment,
sedangkan tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas
berpengaruh negative terhadap audit judgment.
4. Chung and Monroe dalam Rahmi Ayu Puspitasari (2011), meneliti tentang analisis pengaruh gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan pengalaman terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. Ikhtisar penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut ini: Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No 1.
Peneliti (tahun) Zulaikha(2006)
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Pengaruh Interaksi Gender,
Dalam profesi sebagai auditor, peran
Kompleksitas Tugas Dan
ganda wanita tidak berpengaruh
Pengalaman Auditor Terhadap
secara signifikan terhadap akuratnya
Audit judgment
informasi yang diproses dalam membuat judgment. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap keakuratan judgment.
2.
Jamilah,dkk (2007)
Pengaruh Gender, Tekanan
Gender dan kompleksitas tugas tidak
Ketaatan, dan Kompleksitas
berpengaruh secara signifikan
18
Tugas Terhadap Audit
terhadap audit judgment, sedangkan
judgment
tekanan ketaatan berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.
3.
Hartanto dalam
Analisis faktor-faktor yang
Gender, pengalaman audit, keahlian
Anugrah Suci
mempengaruhi Audit
audit berpengaruh positif terhadap
Praditaningrum
Judgment.
audit judgment. Tekanan ketaatan
(2012)
dan kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap audit judgment.
4.
Chung dan Monroe
Analisis Pengaruh Gender,
Gender, tekanan ketaatan,
dalam Rahmi Ayu
Tekanan Ketaatan,
kompleksitas tugas, dan pengalaman
Puspitasari (2011)
Kompleksitas Tugas, dan
berpengaruh terhadap kinerja auditor
Pengalaman Terhadap Kinerja
dalam pembuatan audit judgment.
Auditor dalam Pembuatan Audit Judgment
19
H.
Kerangka Pemikiran Berdasarkan telaah teori dapat digambarkan kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Keahlian Audit Gambar 2.1 Kerang Tekanan Ketaatan
Audit Judgment
Kompleksitas Tugas
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran