BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dipaparkan beberapa sub bab yang menjadi dasar teori
pembuatan sistem ini. Sub bab pertama adalah mengenai system kontrol yang
terdiri dari prinsip pengontrolan proses, loop terbuka dan loop tertutup. Sub bab
selanjutnya memaparkan mikrokontroler, komponen-komponen yang menunjang
system, serta sensor, dan berbagai perangkat penunjang yang lain. 2.1
Sistem Kontrol
Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian terhadap
satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga atau dalam suatu rangkuman harga
(range) tertentu.
Di dalam dunia
industri, dituntut suatu proses kerja yang aman dan berefisiensi tinggi untuk menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta dengan waktu yang telah ditentukan. Otomatisasi sangat membantu dalam hal kelancaran operasional, keamanan (investasi, lingkungan), ekonomi (biaya produksi), mutu produk, dll. Ada banyak proses yang harus dilakukan untuk menghasilkan suatu produk sesuai standar, sehingga terdapat parameter yang harus dikontrol atau di kendalikan antara lain tekanan (pressure), aliran (flow), suhu (temperature), ketinggian (level), kerapatan (intensity), dll. Gabungan kerja dari berbagai alatalat kontrol dalam proses produksi dinamakan sistem pengontrolan proses (process kontrol system). Sedangkan semua peralatan yang membentuk sistem pengontrolan disebut pengontrolan instrumentasi proses (process kontrol instrumentation). Dalam istilah ilmu kendali, kedua hal tersebut berhubungan erat, namun keduanya sangat berbeda hakikatnya. Pembahasan disiplin ilmu Process Kontrol Instrumentation
lebih kepada pemahaman tentang kerja alat
instrumentasi, sedangkan disiplin ilmu Process Kontrol System mengenai sistem kerja suatu proses produksi.
6
2.1.1
Prinsip Pengontrolan Proses
Ada 3 parameter yang harus diperhatikan sebagai tinjauan pada suatu
sistem ko ntrol proses yaitu :
1. cara kerja sistem kontrol
2. keterbatasan pengetahuan operator dalam pengontrolan proses 3. peran instrumentasi dalam membantu operator pada pengontrolan proses
Empat langkah yang harus dikerjakan operator yaitu mengukur,
membandingkan, menghitung, mengkoreksi. Pada waktu operator mengamati ketinggian level, yang dikerjakan sebenarnya adalah mengukur process variable
(besaran parameter proses yang dikendalikan). Contohnya proses pengontrolan temperatur line fuel gas secara manual, proses variabelnya adalah suhu. Lalu operator membandingkan apakah hasil pengukuran tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan. Besar proses variabel yang diinginkan tadi disebut desired set point. Perbedaan antara process variabel dan desired set point disebut error. Dalam sistem kontrol suhu di atas dapat dirumuskan secara matematis: Error = Set Point – Process Variabel Process variabel
bisa lebih besar atau bisa juga lebih kecil daripada
desired set point. Oleh karena itu error bisa diartikan negatif dan juga bisa positif. 2.1.2
Sistem Kontrol Otomatis Suatu sistem kontrol otomatis dalam
suatu proses kerja berfungsi
mengendalikan proses tanpa adanya campur tangan manusia (otomatis). Ada dua sistem kontrol pada sistem kendali/kontrol otomatis yaitu : 1. Loop Terbuka Suatu sistem ko ntrol yang keluarannya tidak berpengaruh terhadap aksi pengontrolan. Dengan demikian pada sistem kontrol ini, nilai keluaran tidak di umpan-balikkan ke parameter pengendalian.
7
Gambar 2.1. Diagram Blok Sistem Pengendalian Loop Terbuka
2. Loop Tertutup
Suatu sistem kontrol yang sinyal keluarannya memiliki pengaruh langsung terhadap aksi pengendalian yang dilakukan. Sinyal error yang merupakan selisih
dari sinyal masukan dan sinyal umpan balik (feedback), lalu diumpankan pada
komponen pengendalian (kontroller) untuk memperkecil kesalahan sehingga nilai keluaran sistem semakin mendekati harga yang diinginkan. Keuntungan sistem loop tertutup adalah adanya pemanfaatan nilai umpan balik yang dapat membuat respon sistem kurang peka terhadap ganggua n eksternal dan perubahan internal pada parameter sistem. Kerugiannya adalah tidak dapat mengambil aksi perbaikan terhadap suatu gangguan sebelum gangguan tersebut mempengaruhi nilai prosesnya.
Gambar 2.2. Diagram Blok Sistem Kontrol Tertutup 2.2.
Mikrokontroler Mikrokontroler adalah sebuah sistem mikroprosesor lengkap
yang
terkandung di dalam sebuah chip. Mikrokontroler berbeda dari mikroprosesor serbaguna
yang digunakan dalam sebuah PC, karena sebuah mikrokontroler
umumnya telah berisi komponen pendukung sistem minimal mikroprosesor, yakni memori dan antarmuka I/O.
8
Agar sebuah mikrokontroler dapat bekerja, maka mikrokontroler
tersebut memerlukan
komponen
eksternal
yang
kemudian
kombinasinya
disebut dengan sistem minimum. Untuk merancang sebuah sitem berbasis mikrokontroler, diperlukan perangkat keras dan perangkat lunak, yaitu :
1. Perangkat lunak pemograman dan compiler, serta downloader. 2. Sistem minimal kontroler.
Yang dimaksud dengan sitem minimum adalah sebuah rangkaian mikrokontroler yang merupaka integrasi dari beberapa komponen pendukung
sehingga sudah dapat digunakan untuk menjalankan sebuah aplikasi. Sebuah
IC mikrokontroller tidak akan berarti jika hanya berdiri sendiri. Pada dasarnya sebuah sistem minimal mikrokontroler memiliki prinsip yang sama, yang terdiri dari empat bagian, yaitu: 1. Prosesor, yaitu mikrokontroler itu sendiri. 2. Rangkaian clock, yang digunakan untuk memberikan clock pada CPU. 3. Rangkaian
reset
agar
mikrokontroler
dapat
menjalankan
program mulai dari awal. 4. Rangkaian catu daya, yang digunakan untuk member sumber daya. 2.2.1
Mikrokontroler AT-Mega 16
Salah satu jenis dari mikrokontroler yang mudah dijumpai di pasaran saat ini adalah mikrokontroler AT-Mega 16. Berikut adalah gambar konfigurasi mikrokontroler AT-Mega 16.
9
Gambar 2.3. Konfigurasi kaki mikrokontroler AT-Mega 16 AT-Mega memiliki fitu-fitur sebagai berikut : 1. Advanced RISC Architecture
2.
130 Powerful Instructions – Most Single Clock Cycle Execution
32 x 8 General Purpose Fully Static Operation
Up to 16 MIPS Throughput at 16 MHz
On-chip 2-cycle Multiplier
Nonvolatile Program and Data Memories
8K Bytes of In-Sistem Self-Programmable Flash
Optional Boot Code Section with Independent Lock Bits
512 Bytes EEPROM
512 Bytes Internal SRAM
Programming Lock for Software Security
3. Pheriperal Feature
Two 8-bit Timer/Counters with Separate Prescalers and Compare Mode
Two 8-bit Timer/Counters with Separate Prescalers and Compare Modes 10
One 16-bit Timer/Counter with Separate Prescaler, Compare Mode, and
Capture Mode
Real Time Counter with Separate Oscillator
Four PWM Channels
8-channel, 10-bit ADC
Byte-oriented Two-wire Serial Interface
Programmable Serial USART
4. Special Microkontroller Features
Power-on Reset and Programmable Brown-out Detection
Internal Calibrated RC Oscillator
External and Internal Interrupt Sources
Six Sleep Modes: Idle, ADC Derau Reduction, Power-save, Powerdown, Standby and Extended Standby
5. I/O and Package
2 Programmable I/O Lines
40-kaki PDIP, 44-lead TQFP, 44-lead PLCC, and 44-pad MLF
6. Operating Voltage
2.7 - 5.5V for Atmega16L
4.5 - 5.5V for Atmega16
ATMEGA16 merupakan tipe AVR yang dilengkapi dengan 8 saluran ADC internal dengan fidelitas 10 bit. Dalam mode operasinya, ADC ATMEGA16 dapat dikonfigurasi, baik sebagai single ended input maupun pewaktuan, tegangan referensi, mode operasi, dan kemampuan filter derau yang amat fleksibel sehingga dapat dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan dari ADC itu sendiri. Diagram blok dari ADC pada mikrokontroler AT-Mega 16 ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
11
Gambar 2.4. Diagram Blok ADC pada Mikrokontroler AT-Mega 16 Proses inisialisasi ADC meliputi proses penentuan clock, tegangan referensi, format output data, dan mode pembacaan. Register yang perlu diset nilainya adalah ADMUX (ADC Multiplexer Selection Register), ADCSRA (ADC Kontrol and Status Register A), dan SFIOR (special Function IO Register). ADMUX merupakan register 8 bit yang berfungsi menentukan tegangan referensi ADC, format data output, dan saluran ADC yang digunakan. Konfigurasi register ADMUX pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Register ADMUX REF1 REF0 ADLAR MUX4 MUX3 MUX2
Bit penyusunnya sebagai berikut:
12
MUX1
MUX0
1. REF[1..0] merupakan bit pengatur tegangan referensi ADC ATMega8535.
Memeiliki Nilai Awal 00 sehingga referensi tegangan berasal dari pin AREF.
Detail nilai yang lain dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Pemilihan Mode Tegangan Referensi ADC
Mode Tegangan Referensi
REF1
REF0
0
0
Berasal dari pin AREF
1
Berasal dari pin AVCC
0
Tidak dipergunakan
1
Berasal dari tegangan referensi internal 2,56 V
0
1
1
2. ADLAR merupakan bit pemilih mode data keluaran ADC. Bernilai awal 0, sehingga 2 bit tertinggi data hasil konversinya berada di register ADCH dan 8 bit sisanya berada di register ADCL, seperti dalam tabel 2.3. Apabila bernilai 1, maka hasilnya pada tabel 2.4. Tabel 2.3. Format Data ADC dengan ADLAR=0 –
–
–
–
–
–
ADC9 ADC8 ADCH
ADC7 ADC6 ADC5 ADC4 ADC3 ADC2 ADC1 ADC0 ADCL Tabel 2.4. Format Data ADC dengan ADLAR=1 ADC9 ADC8 ADC7 ADC6 ADC5 ADC4 ADC3 ADC2 ADCH ADC1 ADC0
-
-
-
-
-
-
ADCL
3. MUX[4..0] merupakan bit pemilih saluran pembacaan ADC. Bernilai awal 00000. Untuk mode single ended input, MUX[4..0] bernilai dari 00000 hingga 00111, konfigurasinya dalam tabel 2.5.
13
Tabel 2.5 Pemilihan Bit Saluran Pembacaan ADC
MUX4..0
Pos Differential
Neg Differential
Input
Input
Input
00000
ADC0
00001
ADC1
00010
ADC2
00011
ADC3
00100
ADC4
00101
ADC5
00110
ADC6
00111
ADC7
Single Ended
N/A
01000
ADC0
ADC0
10x
01001
ADC1
ADC0
10x
01010
ADC0
ADC0
200x
01011
ADC1
ADC0
200x
01100
ADC2
ADC2
10x
01101
ADC3
ADC2
10x
01110
ADC2
ADC2
200x
01111
ADC3
ADC2
200x
10000
ADC0
ADC1
1x
10001
ADC1
ADC1
1x
ADC2
ADC1
1x
10011
ADC3
ADC1
1x
10100
ADC4
ADC1
1x
10101
ADC5
ADC1
1x
10110
ADC6
ADC1
1x
10111
ADC7
ADC1
1x
11000
ADC0
ADC2
1x
11001
ADC1
ADC2
1x
11010
ADC2
ADC2
1x
11011
ADC3
ADC2
1x
10010
N/A
14
Gain
11100
ADC4
ADC2
ADCSRA merupakan register 8 bit yang berfungsi melakukan manajemen sinyal kontrol dan status dari ADC. Memiliki susunan dalam tabel 2.6.
Tabel 2.6. Register ADCSRA
ADEN ADSC ADATE ADIF ADIE ADPS2 ADPS1 ADPS0
Bit penyusunnya sebagai berikut:
1.
ADEN merupakan bit pengatur aktivasi ADC. Bernilai awal 0. Jika bernilai 1, maka ADC aktif.
2.
ADSC merupakan bit penanda mulainya konversi ADC. Bernilai awal 0 selama konversi ADC akan bernilai 1, sedangkan jika konversi selesai, akan bernilai 0.
3.
ADATE merupakan bit pengatur aktivasi picu otomatis operasi ADC. Bernilai awal 0, jika bernilai1 maka konversi ADC akan dimulai pada saat transisi positif dari sinyal picu yang diplih. Pemiliha sinyal picu menggunakan bit ADTS pada register SFIOR.
4.
ADIF merupakan bit penanda akhir suatu konversi ADC. Bernilai awal 0. Jika bernilai 1, maka konversi ADC pada saluran telah selesai dan data siap diakses.
5.
ADIE merupakan bit pengatur aktivasi interupsi yang berhubungan dengan akhir konversi ADC. Bernilai awal 0. Jika berniali 1 dan jika konversi ADC telah selesai, sebuah interupsi akan dieksekusi.
2.3.
LCD
LCD (Liquid Crystal Tampilan) adalah sebuah perangkat elektronik yang dapat menampilkan karakter-karakter dengan menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. Untuk dapat mengatur tampilannya diperlukan karakterkarakter generator yaitu bentuk dari karakter tersebut yang dapat ditampilkan. Urutan dan posisi dari karakter yang akan ditampilkan, serta pergantian ice
15
1x
tampilan harus us disimpan dan digabungkan di RAM. Perlu diketahui, apabila
LCD ini digunakan, maka seolah seolah-olah olah LCD memancarkan cahaya. Sebenarnya,
cahaya itu tidak berasal dari LCD, tapi cahaya itu berasal dari neon putih yang berada Keuntunga lain dari penggunaan LCD adalah di belakang susunan LCD. Keuntungan daya yang sangat kecil dan format tampilan yang bervariasi. Berikut penggunaan
adalah tampilan dari LCD 16x2 beserta konfigurasi kaki kaki-kakinya.
Gambar 2.5. Tampilan dan Konfigurasi Kaki LCD 16x2 2.4.
Driver Gambar dapat dilihat pada lampiran A-11. A Komputer dan sistem operasi komputer tidak dapat diharapkan untuk
mengetahui bagaimana cara kerja perangkat tersebut, apalagi jika memang terdapat banyak perangkat, baik itu untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang. Untuk Untuk menyelesaikan masalah seperti ini, sistem operasi pun membuat sebuah spesifikasi tentang bagaimana setiap perangkat dapat diatur oleh sistem operasi. Device driver, driver, dibuat dengan tujuan untuk mentranslasikan fungsi fungsi-fungsi fungsi sistem operasi ke dalam perintah perintah yang dimiliki oleh perangkat yang bersangkutan. Secara teoritis, sebuah perangkat yang baru, yang umumnya dikontrol dengan menggunakan cara yang baru dapat bekerja dengan normal jika memang terdapat device driver yang cocok. Driver yang baru ini akan men menjamin jamin bahwa perangkat yang bersangkutan dapat beroperasi seperti biasa dari sudut pandang sistem operasi.
16
Jadi, pengertian dari driver adalah istilah teknologi informasi yang
mengacu
kepada
komponen perangkat
lunak yang
mengizinkan
sebuah
sistem komputer untuk berkomunikasi dengan sebuah perangkat keras. 2.5.
Relay
Relay adalah Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk membuka atau
menutup. Relay terdiri dari 2 bagian, yaitu contact dan coil. Coil adalah gulungan kawat yang mendapatkan aliran arus listrik, contact adalah sejenis saklar yang pergerakannya tergantung dari ada tidaknya arus listrik di coil. Contact relay ada 2 jenis, yaitu :
Normally closed (kondisi awal sebelum diaktifkan adalah closed atau menutup)
Normally open (kondisi awal sebelum diaktifkan adalah open atau membuka)
Secara sederhana prinsip kerja dari relay adalah ketika coil mendapat energi listrik (energized), maka akan timbul gaya elektromagnet yang akan menarik armature yang berpegas, dan contact akan menutup, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6.
Gambar 2.6. Bagian-Bagian dari Relay
17
2.5.1
Jenis-Jenis Relay
Seperti saklar, relay juga dibedakan berdasar pole dan throw yang dimilikinya.
Berikut gambaran tentang pole dan throw:
• Pole : banyaknya contact yang dimiliki oleh relay
• Throw : banyaknya kondisi (state) yang mungkin dimiliki contact
Berikut ini penggolongan relay berdasar jumlah pole dan throw :
• SPST (Single Pole Single Throw)
• DPST (Double Pole Single Throw) • SPDT (Single Pole Double Throw) • DPDT (Double Pole Double Throw) • 3PDT (Three Pole Double Throw) • 4PDT (Four Pole Double Throw) 2.6.
Kran Elektrik
Kran elektrik adalah perangkat yang digunakan sebagai saklar pada saluran air. Hanya saja, kran elektrik ini sudah otomatis, jadi tidak perlu memutar valve dengan tangan bila ingin mengubah kondisinya. Kran elektrik memiliki beberapa keunggulan selain otomatis, kran elektrik juga mudah dalam pengoperasian, aman, dan dapat dihubungkan dengan perangkat kontrol lainnya sehingga kondisi kran ini dapat dikontrol. Kran elektrik ini akan terbuka (ON) bila diberikan supply tegangan 220V AC. Dan akan menutup (OFF) jika supply diputus. Dari prinsip di atas, maka kran elektrik ini dipilih untuk menjadi keluaran pada tangki utama karena nantinya penggunaan dari kran ini akan dikontrol melalui sensor photodioda dan infra merah. Adapun kran yang digunakan adalah kran elektrik dengan diameter masukan dan keluarannya 1/5 dim (5/8 inch). Berikut adalah gambar dari kran elektrik yang dugunakan.
18
2.6.1
Gambar 2.7. Tampilan Kran Elektrik Solenoid Valve
Solenoid valve atau katup solenoid adalah perangkat yang dioperasikan secara elektromekanical. Membuka dan menutupnya valve dikontrol dengan arus listrik ang mengalir melalui kumparan yang fungsinya adalah sebagai penggerak piston. Solenoid valve atau katup (valve) solenoida memiliki lubang keluaran, lubang masukan dan lubang exhaust. Lubang masukan berfungsi sebagai terminal atau tempat cairan masuk atau supply.
Lubang keluaran berfungsi sebagai
terminal atau tempat cairan keluar yang dihubungkan ke beban atau dialirkan ke tempat tertentu. Sedangkan lubang exhaust memiliki fungsi sebagai saluran untuk mengeluarkan cairan yang terjebak saat piston bergerak atau kakidah posisidari buka ke tutup atau sebaliknya ketika solenoid valve bekerja. Prinsip kerja dari solenoid valve atau katup solenoida yaitu katup listrik yang
mempunyai
koil
sebagai
penggeraknya
dimana
ketika
koil
mendapat supply tegangan maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet sehingga menggerakan piston pada bagian dalamnya ketika piston berkakidah posisi maka pada lubang keluaran dari solenoid valve akan keluar cairan yang berasal dari supply atau masukan, pada umumnya solenoid valve mempunyai tegangan kerja 100/200 VAC namun ada juga yang mempunyai tegangan kerja DC.
19
Gambar 2.8. Struktur Fungsi Solenoid valve Keterangan gambar :
2.7.
1.
Valve Body
2.
Terminal masukan (Inlet Port)
3.
Terminal keluaran (Outlet Port)
4.
Koil / koil solenoid
5.
Kumparan gulungan
6.
Kabel suplai tegangan
7.
Plunger
8.
Spring
9.
Lubang / exhaust
Motor (Sebagai Pompa) Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan
cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung secara terus menerus. Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan tekanan antara bagian masuk (suction) dengan bagian keluar (discharge). Dengan kata lain, pompa berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga (penggerak)
20
menjadi tenaga kinetis (kecepatan), dimana tenaga ini berguna untuk mengalirkan
cairan dan mengatasi hambatan yang ada sepanjang pengaliran.
2.7.1
Pompa Sentrifugal
Salah satu jenis pompa pemindah non positif adalah pompa sentrifugal yang
prinsip kerjanya mengubah energy kinetic (kecepatan) cairan menjadi energy potensial (dinamis) melalui suatu impeller yang berputar dalam chasing. Sesuai
dengan data-data yang didapat, pompa reboiler debutanizer di hidrokracking unibon menggunakan pompa sentrifugal single-single double suction
Gambar 2.9. Struktur Fungsi Pompa Sentrifugal 2.8.
Sensor Sensor adalah suatu perangkat yang dapat mendeteksi atau mengindra
suatu besaran fisik, besaran kimia, mekanik, elektrik, ataupun optik. Perkembangan teknologi dalam bidang sensor demikian pesatnya, terbukti dari dimensi sensor yang saat ini telah sampai pada ukuran mikro. Dalam memilih sensor yang tepat, maka diperlukan pengetahuan tentang persyaratan umum yang dimiliki sensor tersebut. persyaratan umum tersebut adalah :
Linieritas yang
: Sensor akan menghasilkan sinyal keluaran
berubah secara
kontinyu
sebagai
masukan yang juga berubah secara kontinyu.
21
respon
terhadap
: Menunjukkan seberapa jauh kepekaan
sensor terhadap kuantitas yang diukur.
2.8.1
Sensitivitas
Tanggapan waktu
:
Tanggapan waktu akan menunjukkan
seberapa cepat sensor merespon terjadinya perubahan masukan. Infra Red (Infra Merah)
Infra red adalah salah satu jenis sinar elektromagnet yang panjang
gelombangnya lebih besar dari cahaya tampak yaitu diantara 700 nm dan 1 mm. elektromagnet adalah sinar yang tidak tampak yaitu tidak dapat dilihat Sinar
dengan mata telanjang. Cahaya ini baru adapat dilihat dengan mata apabila
menggunakan alat bantu spektroskop. Cahaya infra merah dibedakan menjadi tiga daerah, yaitu :
Near Infra Merah………………0.75 - 1.5 µm
Mid Infra Merah..…………….1.50 - 10 µm
Far Infra Merah………………..10 - 100 µm
Gambar 2.10. Fisik dan Simbol Infra Merah 2.8.2
Photodioda Photodioda adalah salah satu jenis dari photodetector yang memiliki
kemampuan untuk mengubah cahaya menjadi arus atau tegangan, tergantung mode operasinya. Photodioda didisain dengan koneksi optikal fiber untuk memungkinkan cahaya dapat mencapai bagian paling sensitif dari perangkat ini. Prinsipnya, photodioda hampir sama dengan dioda biasa. Photodioda akan memiliki resistansi yang kecil jika intensitas cahaya yang masuk besar, dan sebaliknya jika intensitas cahaya yang masuk kecil maka resistansinya juga akan
22
besar. Cahaya yang dapat dideteksi dideteksi oleh photodioda ini mulai dari cahaya infra
red, cahaya tampak, ultra ungu, sampai dengan sinar-X. sinar X. Bahan dari photodioda ini
sama halnya dengan dioda biasa yaitu dari silikon dan germanium. Dalam aplikasinya photodioda dipasang terbalik ((reverse reverse).
Gambar 2.11. Simbol dan Fisik Photodioda 2.8.3 Sensor Suhu LM35DZ Sensor suhu LM35DZ merupakan suatu komponen elektronika yang memiliki fungsi mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi besaran elektrik yaitu tegangan. IC LM35 selalu memiliki parameter bahwa setiap kenaikan suhu 1ᵒC tegangan keluarannya naik sebesar 10mV.
Sensor LM35
memiliki keakuratan yang tinggi dan mudah dalam perancangan aplikasinya jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain. Sensor ini juga dapat dihubungkan langsung dengan perangkat kontrol khusus dan tidak membutuhkan pengaturan tambahan karena keluarannya sudah linier. Sensor suhu LM35DZ ini mampu mengukur suhu dari jangkauan 0ᵒC - 100ᵒC. berikut adalah karakteristik lain dari sensor suhu LM35DZ ini :
Bekerja pada tegangan 4 hingga 30 Volt.
Memiliki konsumsi arus yang sangat kecil, yakni 60uA
Memiliki self heating (pemanasan diri) yang rendah yakni kurang dari 0,1ᵒC pada udara diam.
Memiliki ketidaklineran hanya sekitar ± ¼ ᵒC
23
Gambar 2.12. Konfigurasi Kaki IC LM35DZ
2.9.
Penyaring Air
Untuk memperbaiki kualitas air berdasarkan parameter pH dan
kejernihannya, perlu dilakukan suatu proses penyaringan pada air tersebut. Ada beberapa bahan yang bila dikombinasikan akan dapat memperbaiki nilai pH dan juga tingkat kejernihan air. Penulis mengkombinasi bahan-bahan yang diintegrasikan menjadi alat penyaring dengan mengacu pada proyek akhir TEGUH SANTOSO mahasiswa teknik kimia angkatan 2008 Politeknik Negeri Bandung dengan judul ”Daur Ulang Air Bekas Wudhu Dengan Proses Fisika Dan Kimia”.
Pasir aktif (17 cm)
Pasir silica (8 cm)
Karbon aktif (17 cm) Zeloit (8 cm)
Gambar 2.13. Tangki Penyaring Air Tidak hanya disaring, apabila ingin mendapat hasil penyaringan yang lebih baik, maka dapat ditambahkan tawas baik yang cair atau padat untuk mempermudah mengendapkan zat-zat atau bahan-bahan yang terkandung dalam air.
24