BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Medan Elektromagnetik a. Definisi Medan listrik merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh adanya muatan listrik. Medan listrik keluar dari suatu muatan dan menyebar ke seluruh ruang. Medan listrik berbanding lurus dengan besar muatan listrik, dan berbanding terbalik dengan jarak dari sumber muatan listrik. Medan magnet dihasilkan oleh arus listrik, atau oleh perubahan medan listrik (Giancoli, 2001). b. Karakteristik Medan Elektromagnetik Medan listrik dan medan magnet saling tegak lurus dengan arah perambatan gelombang elektromagnetik. Besarnya medan listrik dan medan magnet pada suatu titik berbanding terbalik dengan jarak dari sumber medan (Tipler, 2001). Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang medan, sehingga dapat merambat melalui ruang hampa. Gelombang elektromagnetik, atau yang kadang disebut radiasi elektromagnetik, mempunyai interval yang lebar. Gelombang elektromagnetik dapat dikelompokkan seperti
pada
Gambar
1,
yang disebut
sebagai
spektrum
elektromagnetik. Salah satu jenis gelombang elektromagnetik
7
8
adalah gelombang radio. Dinamakan demikian karena frekuensi gelombang tersebut digunakan untuk pengiriman sinyal radio dan TV. Secara umum, gelombang elektromagnetik dihasilkan melalui percepatan elektron atau partikel-partikel bermuatan yang lain. Gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi terbentuk secara alamiah, seperti pancaran dari atom, molekul, dan inti atom. Sedangkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi lebih rendah seperti gelombang radio dan gelombang mikro dapat dibuat dengan menggunakan peralatan elektronik (Giancoli, 2001).
Gambar 2.1 Spektrum Elektromagnetik (National Institute of Environmental Health Sciences, 2002)
9
Spektrum elektromagnetik terdiri dari radiasi pengion dan radiasi
non-pengion.
Radiasi
non-pengion
adalah
radiasi
elektromagnetik yang tidak mempunyai cukup energi untuk memindahkan elektron dari atom atau molekul. Sumber dari radiasi non-pengion antara lain gelombang mikro, gelombang radio, telepon nirkabel, jaringan tanpa kabel (wifi), jaringan listrik, dan magnetic resonance imaging (MRI). Radiasi pengion adalah gelombang dengan frekuensi tinggi yang mempunyai cukup energi untuk memindahkan elektron dari suatu molekul. Gelombang ini mampu merusak struktur (deoxyribonucleic acid) DNA dan sel di tubuh. Gelombang ini diradiasikan oleh radon, uranium, dan unsur radioaktif lain dan digunakan dalam bentuk sinar x, computed tomography (CT), dan terapi radioaktif (Wargo et al., 2012). Gelombang elektromagnetik mempunyai energi. Besarnya energi (E) dapat dihitung dengan persamaan de Broglie, yaitu , dimana h merupakan kostanta Planck, c merupakan kecepatan cahaya, f merupakan frekuensi, dan λ merupakan panjang gelombang. Dari persamaan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa
besarnya
energi
dari
gelombang
elektromagnetik berbanding lurus dengan frekuensinya (Tipler, 2001).
10
c. Alat yang Menimbulkan Medan Elektromagnetik Non Pengion Berdasarkan frekuensinya, gelombang elektromagnetik non pengion dapat dibedakan menjadi frekuensi sangat rendah (extremely low frequency/ELF), frekuensi menengah (intermediate frequemcy/IF), dan frekuensi radio (radio frequency/RF). ELF mempunyai frekuensi 0 hingga 300 Hz. Sumber ELF antara lain jaringan listrik dalam rumah, peralatan rumah tangga, kabel listrik, dan laptop. Frekuensi IF adalah antara 300 Hz hingga 100 kHz. Sumber IF antara lain peralatan antimaling (anti-theft device) yang sering digunakan di toko dan kompor induksi. RF berada pada frekuensi 100 kHz hingga 300 GHz. Radio, televisi, radar, dan telepon seluler adalah sumber utama RF (Epstein et al., 2015). Medan
elektromagnetik
diukur
dengan
menggunakan
dosimetri. Salah satunya adalah NARDA ELF 400, yang mampu mengukur medan elektromagnet pada frekuensi 1 hingga 400 kHz. NARDA ELF 400 dilengkapi dengan sistem pengukuran medan elektromagnet 3 aksis pada area seluas 100 cm2. Pengukuran tersebut menggunakan standar EN 62233:2008-04 (Bellieni et al., 2012).
NISMap
digunakan
untuk
mengukur
RF
dengan
menggunakan model 3D dari gelombang radio. Model tersebut menggunakan informasi mendalam mengenai lokasi, frekuensi, tingkat kekuatan, dan pola gelombang (Beekhuizen et al., 2014).
11
d. Panduan Medan Elektromagnetik bagi Kesehatan Efek medan elektromagnetik pada tubuh manusia tidak hanya berdasarkan pada tingkat medannya tetapi juga pada frekuensi dan energinya. Medan elektromagnetik menginduksi arus listrik di dalam tubuh manusia, yang apabila jumlahnya mencukupi, dapat menimbulkan efek tertentu seperti pemanasan dan syok akibat arus listrik. Efek yang timbul tergantung dari amplitudo dan frekuensi dari gelombang elektromagnet itu sendiri (WHO, 2015). Batasan kuantitas pajanan medan elektromagnetik secara umum didasarkan pada efek kesehatan yang ditimbulkan. Batasan dasar yang digunakan adalah medan listrik internal, yaitu medan listrik yang memengaruhi sel-sel saraf dan sel sensitif listrik lainnya. Akan tetapi, kekuatan medan listrik internal sulit untuk dinilai. Oleh karena itu, untuk penilaian pajanan praktis, sebagian besar batasan tingkat pajanan ditetapkan berdasarkan pengukuran dan atau teknik komputasi dari pembatasan dasar. Hal tersebut bertujuan untuk mengantisipasi efek merugikan yang ditimbulkan dari pajanan medan elektromagnetik (Vecchia et al., 2010).
12
e. Efek Radiasi Gelombang Elektromagnetik pada Tubuh Pajanan gelombang elektromagnetik dari telepon seluler atau laptop menimbulkan beberapa efek pada tubuh, antara lain: 1) Dampak pada sistem saraf Radiasi RF menyebabkan perubahan pada sistem saraf tikus, mencit, dan manusia. Perubahan tersebut antara lain menurunnya kemampuan belajar, waktu reaksi, fungsi motorik, akurasi memori, dan fungsi kognisi. Selain itu, penggunaan telepon seluler pada tingkat yang lebih tinggi berhubungan dengan respon yang lebih cepat namun kurang akurat pada tugas-tugas yang membutuhkan kognisi tinggi. Pajanan telepon seluler pre dan postnatal berkaitan dengan gangguan perilaku seperti hiperaktif pada anak selama memasuki masa sekolah dasar (sekitar usia 6 tahun) (Wargo et al., 2012). 2) Dampak pada sistem reproduksi Pajanan medan elektromagnetik berefek secara molekuler dan seluler pada sistem reproduksi, terutama pada pria. Pajanan medan elektromagnetik menimbulkan stres oksidatif pada semen, penurunan jumlah, motilitas, dan viabilitas sperma (Agarwal et al., 2007). 3) Efek genotoksik dan kerusakan DNA Terdapat hubungan yang positif antara telepon seluler yang diletakkan sejauh satu meter dari sel manusia dengan
13
penurunan
perbaikan
DNA
(DNA
repair).
Penurunan
perbaikan tersebut terjadi karena adanya kerusakan pada DNA rantai ganda. Efek paling besar terjadi pada stem cell. Risiko terjadinya kanker pada anak juga lebih tinggi karena stem cell lebih aktif pada anak-anak (Markovà et al., 2010). Penelitian
case
control
oleh
Saito
et
al.
(2010)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara ELF dengan terjadinya kanker pada anak. Penelitian tersebut menggunakan prosedur pengukuran radiasi yang baik, namun sangat terbatas pada jumlah sampel yang kecil. 4) Adanya kemungkinan terjadinya kanker RF diklasifikasikan sebagai karsinogenik potensial bagi manusia (possibly carcinogenic to humans). Hal yang mendasari klasifikasi tersebut adalah peningkatan risiko glioma, suatu kanker ganas pada otak, yang diasosiasikan dengan penggunaan telepon seluler (Straif dan Baan, 2011). Pajanan ELF dapat menekan hormon melatonin yang berfungsi sebagai imunoprotektor. Proses tersebut mungkin berhubungan dengan tingginya angka kejadian kanker payudara pada wanita yang banyak terpajan ELF (Chen et al., 2013). 5) Gangguan tidur Berkembangnya
teknologi
nirkabel
menyebabkan
meningkatnya pajanan medan elektromagnetik pada manusia.
14
Pajanan medan elektromagnetik RFdari telepon seluler mampu meningkatkan gelombang alfa selama fase tidur NREM (Loughran et al., 2005). Pajanan ELF diduga menyebabkan supresi pada kelenjar melatonin dengan mekanisme yang sama dengan pajanan cahaya pada malam hari. Supresi tersebut berdampak pada penurunan jumlah serta perlambatan onset produksi hormon melatonin (Stevens, 1987). 2. Telepon Seluler a. Definisi Telepon mempunyai arti pesawat dengan listrik dan kawat, untuk bercakap-cakap antara dua orang yang berjauhan tempatnya. Telepon seluler yaitu telepon mandiri yang menggunakan baterai, tanpa kabel, dan menerima suara melalui sinyal (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2008). b. Mekanisme Kerja Telepon Seluler Selama digunakan, telepon seluler aktif mentransmisikan dan menerima sinyal menggunakan frekuensi radio pada medan elektromagnetik. Sampai pada tahun 2005, layanan yang paling banyak digunakan dalam pengoperasian telepon seluler adalah Global System for Mobile Communications (GSM). GSM berada pada frekuensi 900 atau 1800MHz (Stewart et al., 2000). Frekuensi radio digunakan pada layanan telekomunikasi termasuk penyiaran radio dan televisi, komunikasi bergerak
15
(mobile communication), peralatan Global Positioning System (GPS), komunikasi radio untuk polisi dan petugas pemadam kebakaran, serta komunikasi satelit. Meskipun telepon seluler yang pertama beroperasi pada frekuensi 800 MHz, generasi selanjutnya dari telepon seluler beroperasi pada frekuensi yang lebih tinggi. Dewasa ini, teknologi komunikasi bergerak yang utama adalah Global System for Mobile Communications (GSM) dan Universal Mobile Telecommunications System (UMTS). Standar awal GSM adalah 900 MHz. Teknologi GSM kemudian digantikan oleh teknologi UMTS yang mentransmisikan sekitar 2,1 GHz (Wargo et al., 2012). 3. Laptop a. Definisi Laptop berasal dari Bahasa Inggris lap yang berarti paha dan top yang berarti atas. Laptop merupakan komputer pribadi yang agak kecil, yang dapat dibawa-bawa dan dapat ditempatkan di pangkuan pengguna, terdiri atas satu perangkat yang mencakupi papan tombol, layar tampilan, mikroprosesor, biasanya dilengkapi dengan baterai yang dapat diisi ulang (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2008). b. Mekanisme Kerja Laptop terdiri dari rangkaian listrik dan power supply yang menghasilkan medan elektromagnetik. Bagian yang mempunyai
16
tingkat radiasi elektromagnetik paling tinggi adalah bagian belakang laptop (Bellieni et al. 2012). Saat dioperasikan, aktivitas prosesor, operasi hard drive, penyimpanan memori, dan fungsi komputasi lain dari laptop menyebabkan
timbulnya
medan
elektromagnetik.
Medan
berfrekuensi rendah ini teremisikan keluar menembus lapisan paling luar dari laptop. Untuk bisa terhubung dengan internet, laptop menggunakan teknologi penghubung seperti Bluetooth, WiFi and 4G. Pada teknologi ini, laptop dilengkapi dengan penerima (receiver) dan penyalur (transmiter) sinyal. Penyalur sinyal memproduksi radiasi radiofrekuensi, dan saat diletakkan di atas pangkuan, laptop mengeluarkan radiasi yang langsung diterima oleh tubuh (Radha dan Gurupranesh, 2012). 4. Tidur a. Definisi Tidur adalah keadaan organisme yang teratur, berulang, dan reversibel yang ditandai oleh relatif tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang respon terhadap stimuli eksternal relatif dibandingkan dengan keadaan terjaga (Saddock dan Saddock, 2010). b. Fisiologi dan Siklus Tidur Normal Setiap malam, seseorang mengalami dua tipe tidur yang saling bergantian satu sama lain. Tipe ini disebut (1) fase Non-Rapid Eye
17
Movement (NREM) atau tidur gelombang lambat dan (2) Rapid Eye Movement (REM) atau tidur dengan pergerakan mata yang cepat (Guyton dan Hall, 2007). Kedua tipe ini bergantian dalam satu siklus yang berlangsung antara 70 – 120 menit. Secara umum ada 4-6 siklus NREM-REM yang terjadi setiap malam. Periode tidur REM I berlangsung antara 5-10 menit. Makin larut malam, periode REM makin panjang (Amir, 2007). Amir (2007) menyebutkan stadium tidur normal pada orang dewasa adalah sebagai berikut: 1) Stadium 0 adalah periode dalam keadaan masih bangun tetapi mata menutup. Fase ini ditandai dengan gelombang voltase rendah, cepat, 8-12 siklus per detik. Tonus otot meningkat. Aktivitas alfa menurun dengan meningkatnya rasa kantuk. Pada fase mengantuk terdapat gelombang alfa campuran. 2) Stadium 1 disebut onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium NREM. Stadium 1 NREM adalah perpindahan dari bangun ke tidur. Ia menduduki sekitar 5% dari total waktu tidur. Pada fase ini terjadi penurunan aktivitas gelombang alfa (gelombang alfa menurun kurang dari 50%), amplitudo rendah, sinyal campuran, predominan beta dan teta, tegangan rendah, frekuensi 4 sampai 7 siklus per detik. Aktivitas bola mata melambat, tonus otot menurun, berlangsung sekitar 3 sampai 5
18
menit. Pada stadium ini seseorang mudah dibangunkan dan bila terbangun merasa seperti setengah tidur. 3) Stadium 2 ditandai dengan gelombang electroencepahlography (EEG) spesifik yaitu didominasi oleh aktivitas teta, voltase rendah-sedang, kumparan tidur dan kompleks K. Kumparan tidur adalah gelombang ritmik pendek dengan frekuensi 12 sampai 14 siklus per detik. Kompleks K yaitu gelombang tajam, negatif, voltase tinggi, diikuti oleh gelombang lebih lambat, frekuensi 2 sampai 3 siklus per menit, aktivitas positif, dengan durasi 500 mdetik. Tonus otot rendah, nadi dan tekanan darah cenderung menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur dangkal. Stadium ini menduduki sekitar 50% total tidur. 4) Stadium 3 ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta, frekuensi 1 sampai 2 siklus per detik, amplitudo tinggi, dan disebut juga tidur delta. Tonus otot meningkat tetapi tidak ada gerakan bola mata. 5) Stadium 4 terjadi jika gelombang delta lebih dari 50%. Stadium 3 dan 4 sulit dibedakan. Stadium 4 lebih lambat dari stadium 3. Rekaman EEG berupa delta. Stadium 3 dan 4 disebut juga tidur gelombang lambat atau tidur dalam. Stadium ini menghabiskan sekitar 10%-20% waktu tidur total. Tidur ini terjadi antara sepertiga awal malam dengan setengah malam.
19
Durasi tidur ini meningkat bila seseorang mengalami deprivasi tidur. Tidur REM ditandai dengan rekaman EEG yang hampir sama dengan tidur stadium 1. Pada stadium ini terdapat letupan periodik gerakan bola mata cepat. Refleks tendon melemah atau hilang. Tekanan darah dan nafas meningkat. Pada pria terjadi ereksi penis. Pada tidur REM terdapat mimpi-mimpi. Fase ini menggunakan sekitar 20 sampai 25% waktu tidur. Latensi REM sekitar 70 sampai 100 menit pada subyek normal tetapi pada penderita depresi, gangguan makan, skizofrenia, gangguan kepribadian ambang, dan gangguan penggunaan alkohol durasinya lebih pendek. Menurut Zepelin dalam Colten dan Altevogt (2006), fungsi pergantian tipe tidur
ini
belum
diketahui,
tapi
apabila
terganggu
akan
mengakibatkan gangguan tidur. Faktor kunci pada pola siklus tidur dan bangun (irama sirkadian) terletak pada perubahan gelap terang. Stimulasi cahaya terang akan masuk melalui mata dan mempengaruhi suatu bagian di hipotalamus yang disebut nucleus supra-chiasmatic (NSC). NSC bekerja seperti jam meregulasi segala kegiatan bangun dan tidur. Ketika pagi hari cahaya terang masuk, NSC segera mengeluarkan neurotransmitter yang mempengaruhi pengeluaran hormon yang menstimulasi peningkatan temperatur badan, kortisol, dan Growth Hormon (GH) sehingga orang terbangun. Jika malam tiba, NSC
20
merangsang pengeluaran hormon melatonin sehingga orang tertidur. Rahayu dan Karjono (2006) menyebutkan bahwa hormon melatonin adalah hormon yang mempengaruhi terjadinya relaksasi serta penurunan temperatur dan kortisol. c. Kualitas Tidur Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur. Seseorang dengan kualitas tidur yang baik tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur dikaitkan dengan perkiraan subjektif dari onset tidur, pemeliharaan tidur, total waktu tidur, dan awal terbangun (Cinar dan Eser, 2012). Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kualitas tidur antara lain: 1) Usia Kebutuhan tidur berubah sesuai dengan usia. Pada umumnya
gangguan
tidur
meningkat
seiring
dengan
bertambahnya usia. Kebutuhan waktu istirahat tidur orang dewasa adalah kurang lebih 7 sampai 8 jam pada malam hari untuk
mempertahankan
fungsi
fisiologis
setiap
hari.
Bertambahnya usia berhubungan dengan adanya penurunan kualitas tidur malam dimana sekitar 30% individu mengalami
21
insomnia. Hubungan antara usia dengan insomnia adalah adanya perubahan irama sirkadian yang mengatur siklus tidur dan
menyebabkan
gangguan
siklus
tidur
dan
terjaga
(Townsend-Roccichelli et al., 2010). 2) Keadaan Psikologi Gangguan psikologi seperti skizofrenia, gangguan bipolar, atau gangguan kecemasan dapat menimbulkan gangguan saat tidur. Depresi sering menyebabkan insomnia, dan insomnia dapat menyebabkan depresi. Beberapa dari keadaan psikologi tersebut lebih banyak memengaruhi fase REM. Orang yang tengah mengalami stress psikologi dapat mengalami kesulitan saat memulai tidur dan/atau mempertahankan keadaan tidur. Hal ini ditandai dengan pendeknya waktu tidur dalam (deep sleep) dan REM. Banyak orang melaporkan kesulitan tidur saat mereka mengalami stress, seperti misalnya kehilangan orang yang dikasihi, perceraian, ataupun stress pada lingkungan kerja (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011). 3) Penyakit Pasien dengan asma dan bronkitis kronik mempunyai masalah untuk memulai tidur dan sering terbangun saat tidur di malam hari. Hal itu dapat disebabkan oleh gejala klinis yang muncul (sulit bernapas) dan efek medikasi. Penyakit kronis lain yang mengganggu tidur adalah artritis, gagal jantung
22
kongestif, dan juga anemia sel sabit (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011). 4) Obat Beberapa obat yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur antara lain anti aritmia, penghalang reseptor beta, kortikosteroid, diuretik, dan teofilin (Harvard Health Publication, 2010). 5) Kebiasaan Konsumsi Kafein dalam kopi, cola, maupun teh menyebabkan seseorang bertahan dari rasa kantuk dan lelah. Kafein dapat memblokir reseptor sel adenosin (pemicu tidur). Efek kafein hilang seluruhnya dalam waktu 6-8 jam (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011). Konsumsi 100 mg kafein dapat menyebabkan latensi permulaan tidur. Satu cangkir kopi diasumsikan mengandung 150 mL dan 90 mg kafein, kecuali bila disebutkan lain dalam publikasinya (Benford et al., 2015). 6) Lingkungan Tidur di lingkungan baru akan mempengaruhi tidur REM dan NREM (Saddock dan Saddock, 2010). 7) Pencahayaan Pencahayaan yang terlalu terang dapat menyebabkan kesulitan tidur. Cahaya lampu dapat mempengaruhi hormon melatonin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar pineal yang
23
berada dekat dengan otak manusia. Hormon melatonin ini sangat penting untuk menjadikan tidur lebih nyenyak. Tubuh yang terpajan sinar dapat menekan produksi melatonin yang dibutuhkan oleh tubuh (National Sleep Foundation, 2011). Kualitas tidur dikaji dengan menggunakan instrumen PSQI. PSQI terdiri dari tujuh komponen meliputi waktu yang diperlukan untuk dapat memulai tidur (sleep latency), lamanya waktu tidur (sleep duration), prosentase antara waktu tidur dengan waktu yang dihabiskan pasien di atas tempat tidur (sleep efficiency), gangguan tidur yang sering dialami sewaktu malam hari (sleep disturbance), kebiasaan penggunaan obatobatan untuk membantu tidur, gangguan yang sering dialami saat siang hari dan kualitas tidur secara subjektif (subjective sleep quality) (Buysse et al., 1988). 5. Hubungan Pajanan Radiasi Gelombang Elektromagnetik Telepon Seluler atau Laptop dengan Kualitas Tidur Pajanan medan elektromagnetik pada tubuh akan menginduksi medan dan arus listrik di dalam tubuh. Jaringan yang cukup mudah terinduksi adalah jaringan saraf dan otot (Vecchia et al., 2010). Aktivitas kelistrikan otak diukur dengan menggunakan EEG. Pajanan medan elektromagnetik RF dari telepon seluler mampu meningkatkan gelombang alfa selama fase tidur NREM (Loughran et al., 2005). Gangguan pada fase REM akibat pajanan RF lebih mudah terjadi daripada gangguan pada fase NREM
24
(Mohammed et al., 2013). Penurunan latensi onset tidur dan persentase REM dapat terjadi akibat pajanan RF (Mann dan Röschke, 1996). Perubahan pada karakteristik spektrum tidur normal tersebut menyebabkan gangguan pada siklus tidur dan pada akhirnya menurunkan kualitas tidur. ELF memengaruhi fungsi fisiologis hormon melatonin dalam mekanisme yang sama dengan pajanan cahaya saat malam hari (Stevens, 1987). Pajanan cahaya ke mata menimbulkan beberapa efek neurobiologis pada manusia, termasuk pengaturan ulang (resetting) siklus sirkadian, supresi akut pada produksi melatonin pineal, peningkatan suhu inti tubuh, frekuensi nadi, dan stimulasi produksi kortisol pada pagi hari (Lockley et al., 2006). Proses-proses tersebut dapat mengganggu proses tidur yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas tidur. Melatonin adalah hormon kegelapan. Sekresi melatonin meningkat hingga 10 kali lipat selama malam hari dan kemudian turun ke kadar rendah selama siang hari. Fluktuasi sekresi melatonin, selanjutnya membantu menyamakan irama biologis tubuh dengan sinyal siang-malam eksternal (Sherwood, 2011). Kayumov et al. (2005) mengemukakan bahwa subjek penelitian yang disimulasikan pada keadaan jaga malam mengalami perlambatan onset produksi serta penurunan jumlah produksi melatonin secara signifikan. Perlambatan onset produksi dan penurunan jumlah melatonin tersebut menyebabkan gangguan pada onset tidur dan perasaan nyenyak saat tidur.
25
B. Kerangka Pemikiran Pemakaian telepon seluler atau laptop
Emisi RF
Emisi ELF
Perubahan neurofisiologis otak
Supresi kelenjar pineal
↑ gelombang alfa selama tidur NREM
↓ latensi tidur REM
Perubahan siklus tidur normal
Usia
Penyakit
Obat
Kebiasaan konsumsi
↓ jumlah melatonin
Perlambatan onset produksi hormon melatonin
↓ rasa nyenyak saat tidur
↓ onset tidur
Kualitas tidur
Keadaan psikologi
Lingkungan
Pencahayaan
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian Hubungan Pajanan Radiasi Gelombang Elektromagnetik Telepon Seluler atau Laptop dengan Kualitas Tidur
Keterangan: : Memicu/memengaruhi -------
: Menghambat : Diteliti : Tidak diteliti
26
C. Hipotesis 1. Ada hubungan pajanan radiasi gelombang elektromagnetik telepon seluler dengan kualitas tidur mahasiswa kedokteran. 2. Ada hubungan pajanan radiasi gelombang elektromagnetik laptop dengan kualitas tidur mahasiswa kedokteran.