TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Sistem Produksi Aktivitas produksi sebagai bagian dari fungsi organisasi perusahaan
bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapat dijual. Untuk melaksanakan fungsi produksi tersebut, diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu system produksi. Ada tiga fungsi utama dari kegiatan-kegiatan produksi yang dapat kita identifikasi, yaitu :
Proses produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk
Perencanaan produksi, yaitu merupakan tindakan antisipasi dimasa mendatang sesuai dengan periode waktu yang direncanakan
Pengendalian produksi, yaitu tindakan yang menjamin bahwa semua kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan telah dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 1
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
2.1.1 Pengertian Sistem Produksi Sistem produksi merupakan kumpulan dari sub system – sub system yang saling berinteraksi dengan tujuan mentrasformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan brikut adalah hasil sampingannya seperti limbah, informasi, dan sebagainya. Informasi
Informasi
INPUT
OUTPUT
Material Produk
Tenaga Kerja
Limbah
Dana
Proses Transformasi
Mesin Informasi
Informasi
Dana Masuk
Dana Keluar Proses Manajemen
Informasi
Informasi
Gambar 2. 1 Input - Output Sistem Produksi Sub system – sub system dari system produksi tersebut antara lain adalah Perencanaan dan Pengendalian Produksi, pengendalian kualitas, penentu standar-standar opersi, penentuan fasilitas produksi, perawatan fasilitas produksi, dan penentuan harga pokok produksi.
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 2
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Sub system – sub system dari system produksi tersebut akan membentuk konfigurasi system produksi. Keandalan dari konfigurasi system produksi ini akan bergantung dari –produk yang dibuat serta bagaimana cara membuatnya (proses produksinya). 2.1.2
Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output Proses produksi merupakan cara, metode, dan teknik untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumberdaya produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku, dan dana) yang ada. System produksi menurut proses menghasilkan output secara ekstrim dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : Proses Produksi Kontinyu (Continues Process) Pada proses ini, tidak memerlukan waktu set up yang lama dikarenakan proses ini memproduksi secara terus menerus hanya untuk jenis produk yang sama. Proses Produksi Terputus (Intermittent Process/ Discrete System) Proses produksi terputus ini memerlukan total waktu set up yang sangat lama karena pada proses ini memproduksi berbagai jenis spesifikasi barang sesuai pesanan, sehingga adanya pergantian jenis barang yang diproduksi tersebutlah yang akan membutuhkan kegiatan set up yang lebih lama dan berbeda dengan proses kontinyu. UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 3
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Pada konteks manufaktur, proses produksi ini sering disebut juga sistem “Job Shop”. Selain dua jenis ekstrim tersebut, beberapa ahli system produksi mengidentifikasikan adanya proses produksi menurut cara menghasilkan output yang cukup penting, yaitu Proses Produksi Repetitif. Heizer (1988) mendefinisikan proses produksi repetitif merupakan kombinasi antara proses kontinyu dan proses terputus. Kelebihan dari proses produksi repetitif adalah karakteristik produk yang dihasilkan lebih khusus dibandingkan dengan proses kontinyu sehingga proses repetitive memberikan keunggulan ekonomis dari model kontinyu tersebut. Adapun karakteristik khusus dari produksi repetitif ini adalah : 1. Biasanya produk yang dihasilkan berupa produk standar dengan opsi-opsi yang berasal dari modul-modul, dimana modulmodul tersebut akan menjadi modul bagi produk lainnya 2. Memerlukan sedikit tempat penyimpanan dengan ukuran medium atau lebar untuk lintasan perpindahan materialnya dibandingkan dengan proses terputus, tetapi masih lebih banyak bila dibandingkan dengan proses kontinyu 3. Mesin dan peralatan yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin dan peralatan tetap yang bersifat khusus untuk masing-masing lintasan perakitan yang tertentu 4. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat tetap dan khusus, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 4
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
cukup besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian atau keterampilan yang menengah dalam pengerjaan produk tersebut 5. Proses produksi agak sedikit terganggu (terhenti) bila terjadi kerusakan atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan 6. Operasi-operasi yang berulang akan mengurangi kebutuhan pelatihan dan perubahan instruksi-instruksi kerja 7. Sistem persediaan ataupun pembeliannya bersifat tepat waktu (Just in Time, JIT) 8. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang bersifat tetap dan otomatis, seperti konveyor, mesinmesin transfer, dan AVG yang terprogram
Proses Produksi Kontinyu (Continues Process) Proses produksi kontinyu memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produksi missal) dengan variasi yang sangat sedikit dan sudah distandarisasikan 2. Proses seperti ini biasanya menggunakan system atau cara
penyusunan
pengerjaan
dari
peralatan produk
berdasarkan
yang
ururtan
dihasilkan
atau
departemenlisasi berdasakan produk
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 5
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi ini adalah mesin-mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang dikenal dengan nama Special Purpose Machines 4. Oleh karena mesin-mesin bersifat khusus atau semi otomatis, maka pengeruh individual operator terhadap produk
yang
dihasilkan
kecil
sekali,
sejingga
operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atau keterampilan yang tinggi untuk pengerjaan produk tersebut 5. Apabila terjadi salah satu mesin atau peralatan rusak, maka seluruh produksi akan terhenti 6. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil maka job strukturnya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak terlalu banyak 7. Persediaan bahan baku dan bahan dalam proses adalah lebih rendah dibandingkan dengan proses produksi terputus (intermittent process) 8. Oleh karena mesin-mesin yang diapai bersifat khusus, maka
proses
seperti
ini
membutuhkan
ahli
pemeliharaan yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 6
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
9. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang tetap (fixed path equipment) yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan (conveyor) Kekurangan dari proses produksi yang terus menerus (continues process) yaitu : 1. Adanya kesuliltan dalam menghadapi perubahan produk yang diminta oleh konsumen dan langganan. Jadi proses produksi seperti ini adalah khusus untuk menghasilkan produk-produk yang sifatnya sebagai berikut : a. Permintaannya tinggi dan stabil b. Desain produknya tidak mudah berubah 2. Proses produksi mudah terhenti karena apabila terjadi kemacetan pada suatu tingkatan proses (awal, tengah atau belakang), maka kemungkinan seluruh proses produksi akan terhenti. Hal ini disebabkan adanya saling hubungan dan uruturutan antara masing-masing tingkatan proses 3. Adanya kesulitan dalam menghadapi perubahan tingkat permintaan, karena biasanya tingkat produksinya (production rate)telah tertentu, sehingga sangat sulit untuk merubah kapasitas Sedangkan kelebihannya adalah sebagai berikut :
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 7
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
1. Dapat dicapainya biaya produksi per unit (unit production cost) yang rendah apabila : a. Dapat dihasilkannya produk dalam volume yang cukup besar b. Produk yang dihasilkan terstandarisasi 2. Dapat dikurangi pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga manusia, terutama karena system pemindahan bahan yang menggunakan tenaga mesin/listrik 3. Biaya tenaga kerja (labor cost) nya dalah rendah, karena jumlah tenaga kerja yang digunakan sedikit dan tidak memerlukan tenaga yang ahli (cukup yang setengah ahli) dalam pengerjaan produk yang dihasilkan 4. Biaya pemindahan bahan di dalam pabrik juga lebih rendah, karena jarak antara mesin yang satu dengan mesin yang lain lebih pendek dan pemindahan tersebut digerakkan dengan tenaga mesin (mekanisasi)
Proses Produksi Terputus (Intermittent Process/ Discrete System) Proses produksi terputus mempunyai karakteristk sebagai berikut : 1. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan variasi yang sangat besar dan didasarkan atas pesanan (MTO)
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 8
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
2. Proses seperti ini biasanya menggunakan system, atau cara penyusunan peralatan yang berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi, di mana peralatan yang sama, dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut dengan process layout atau departementalisasi berdasarkan peralatan 3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama 4. oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan biasanya kurang otomatis, maka pengaruh individual terhadap produk yang dihasilkan sangat besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian atau keterampilan yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut 5. Proses produksi tidak akan mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan 6. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan variasi dari produknya besar, maka terdapat pekerjaan yang bermacammacam, sehingga pengawasannya lebih sulit 7. persediaan bahan baku biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam proses akan lebih tinggi
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 9
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
dibandingkan proses kontinyu, karena prosesnya terputusputus/ terhenti-henti 8. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang bersifat fleksibel (varied path equipment) dengan menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong atau forklift 9. Dalam proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan yang bolak-balik sehingga perlu adanya ruangan gerak yang besar dan ruangan tempat bahan-bahan dalam proses (work in process) yang besar Kekurangan dari proses produksi yang terputus adalah sebagai berikut : 1. penjadwalan dan routing untuk pengerjaan produk yang akan dihasilkan sangat sukar dilakukan karena adanya kombinasi urut-urutan
pekerjaan
yang
banyak
sekali
di
dalam
memproduksi satu macam produk. Disamping itu, dibutuhkan penjadwalan dan routing yang banyak sekali Karena produk yang dihasilkan berbeda-beda tergantung dari pemesannya 2. Oleh Karena pekerjaan penjadwalan dan routing banyak sekali dan sulit dilakukan maka pengawasan produksi (production control)
dalam proses produksi seperti ini sangat sulit
dilakukan
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 10
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
3. Dibutuhkan investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan baku dan bahan-bahan dalam proses, karena prosesnya terputus-putus dan produk yang dihasilkan tergantung dari pemesanan 4. Biaya operator dan biaya perpindahan bahan sangat tinggi, karena banyak dipergunakannya tenaga manusia dan operator yang dibutuhkan adalah operator yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut Sedangkan kelebihannya adalah sebagai berikut : 1. Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk dengan variasi yang cukup besar. Fleksibitas ini diperoleh terutama dari : a. Sistem penyusunan fasilitasnya (layout) yang berbentuk process layout b. Jenis mesin yang digunakan dalam proses yang bersifat umum (General Purpose Machines) c. Sistem pemindahan bahan yang tidak menggunakan tenaga mesin, tetapi tenaga manusia 2. Oleh karena mesin-mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum (General Purpose Machines), maka biasanya dapat diperoleh penghematan uang dalam investasi mesinmesinnya, sebab harga mesin-mesin ini lebih murah dari mesin-mesin yang khusus (Special Purpose Machine) UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 11
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
3. Proses produksi tidak mudah terhenti akibat terjadinya kerusakan atau kemacetan di suatu tingkatan proses 2.1.3
Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasinya Dilihat
dari tujuan perusahaan melakukan
operasinya dalam
hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan konsumen, maka system produksi dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : Engineering To Order (ETO), yaitu bila pemesan meminta produsen untuk membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya Assembly To Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar, modul-modul opsinya standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari modul-modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen. Modul-modul standar tersebut bisa dirakait untuk berbagai tipe produk Make To Order (MTO), yaitu bila produsen akhirnya menyelesaikan item hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut Make To Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat itemitem yang diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. Item akhir tersebut baru akan dikirim dari system persediaannya setelah pesanan konsumen diterima UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 12
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
2.1.4
Sistem Produksi Menurut Aliran Operasi dan Variasi Produk Kriteria terpenting dalam mengklasifikasikan proses produksi adalah
jenis aliran operasi dari unit-unit produk yang melalui tahapan kunversi. Ada tiga jenis dasar aliran operasi, yaitu flow shop, job shop, dan proyek (Kostas, 1982). Ketiga jenis dasar aliran operasi ini berkembang menjadi aliran operasi modifikasi dari ketiganya, yaitu batch dan continues. Adapun karakteristik dari masing-masing aliran operasi tersebut adalah sebagai berikut :
Flow Shop, proses konversi dimana unit-unit output secara berturutturut melalui urutan operasi yang sama pada mesin-mesin khusus, biasanya ditempatkan sepanjang suatu lintasan produksi. Prosese ini biasanya digunakan untuk produk yang mempunyai desain dasar yang tetap sepanjang waktu yang lama dan ditujukan untuk pasar yang luas, sehingga diperlukan penyusunan bentuk proses produksi flow shop yang biasanya bersifat MTS (Make To Order). Bentuk umum proses flow shop dapat dibagi menjadi jenis produksi flow shop kontinyu yaitu proses bekerja untuk memproduksi jenis output yang sama dan flow shop terputus yaitu kerja prosesnya secara periodikdiinterupsi untuk melakukan set up bagi pembuatan produk dengan spesifikasi yang berbeda.
Continous, proses ini merupakan bentuk ekstrim dari flow shop dimana
terjadi
aliran
material
yang
konstan,
tidak
dapat
mengidentifikasi unit-unit output urutan prosesnya secara tepat.
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 13
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Biasanya satu litasan produksi pada proses ini hanya dialokasikan untuk satu produk saja
Job Shop, yaitu merupakan bentuk proses konversi dimana unit-unit untuk pesanan yang berbeda akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan melalui pusat-pusat kerja yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Volume produksi tiap jenis produk sedikit, variasi produknya banyak, lama proses produksi tiap jenis produk agak panjang, dan tidak ada lintasan produksi khusus. Job shop ini bertujuan memenuhi kebutuhan khusus konsumen, jadi biasanya bersifat MTO (Make To Order)
Batch, yaitu merupakan bentuk satu langkah kedepan dibandingkan job shop dalam hal standarisasi produk, tetapi tidak terlalu terstandarisasi seperti produk yang dihasilkan pada aliran lintasan perakitan flow shop. System batch memproduksi banyak variasi produk dan volume, lama proses produksi untuk tiap produk agak pendek, dan satu lintasan produksi dapat dipakai untuk beberapa tipe produk.
Proyek, yaitu merupakan proses penciptaan suatu jenis produk yang agak rumit dengan suatu pendefinisian urutan tugas-tugas yang terakhir akan kebutuhan sumber daya dan dibatasi oleh waktu penyelesaiannya. Pada jenis proyek ini, beberapa fungsi-fungsiyang mempengaruhi produksi seperti perencanaan, desain, pembelian,
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 14
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
pemasaran, penambahan personal/ mesin (yang biasanya dilakukan secara terpisah pada system job shop dan flow shop) harus diintegrasikansesuai dengan urut-urutan waktu penyelesaian, sehingga dicapai penyelesaianyang ekonomis. 2.2
Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang
melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien, sedangkan kekurangan persediaan dapat berakibat terganggunya stabilitas perusahaan. Oleh karena itu, kebijakan pengendalian persediaan merupakan aspek penting dalam kegiatan manajemen sehari-hari. 2.2.1
Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) akan mempunyai pengertian yang bermacam-
macam, tergantung dari sudut pandang seseorang dalam menafsirkannya. Tetapi persediaan merupakan suatu istilah umum untuk menunjukan kepemilikan atau harta organisasi yang disimpan untuk antisipasi terhadap pemenuhan permintaan baik dari internal maupun eksternal organisasi. Dengan demikian, persediaan merupakan harta yang dalam status menunggu untuk digunakan oleh mekanisme organisasi dalam upaya menjaga stabilitas sistem organisasi.
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 15
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Ringkasnya, persediaan dapat didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode selanjutnya. Sebagaimana yang terdapat dalam Biegel (1992), “Inventory may be define as material held in storage for later use or sale”. Pada topik manajemen produksi dan persediaan, Fogarty dkk. (1991) menyatakan: “Persediaan meliputi semua barang dan bahan yang digunakan pada proses produksi dan distribusi bahan baku, komponen bagian, subrakitan, dan produk akhir, dimana semua persediaan itu merupakan berbagai pasokan yang dibutuhkan dalam proses produksi dan distribusi perusahaan” Lebih khusus pada kajian manajemen bahan dan persediaan, Tersine (1994) memandang persediaan sebagai sumberdaya menganggur (idle resources) yang menunggu proses selanjutnya. Sedangkan pada istilah ekonomi didapati menurut Assauri (1999) persediaan merupakan : “suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persedia-an bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam proses produksi” Pengertian persediaan diatas, lebih identik dengan istilah persediaan keluaran produk (product output) meskipun banyak organisasi menyimpan persediaan lain, seperti uang, peralatan, ruangan, dan tenaga kerja.
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 16
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan segala sumberdaya milik perusahaan; baik itu berupa jenis persediaan keluaran produk (seperti bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, subrakitan, dan bahan pembantu) maupun jenis persediaan lain (misalnya uang, peralatan, ruangan, dan tenaga kerja), yang disimpan untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan sehingga menjamin kelancaran proses produksi dan distribusi. Aktivitas “pengendalian persediaan” (inventory control) ditujukan sebagai aktivitas dan teknik pemeliharaan persediaan pada tingkat yang diinginkan. Menurut Assauri (1999), aktivitas pengendalian persediaan merupakan bagian dari urutan-urutan kegiatan yang berkaitan erat satu sama lain dalam seluruh operasi perusahaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan
baik
waktu,
kuantitas
maupun
ongkosnya.
Definisi
“pengendalian” sendiri menurut Ahyari (1995) adalah: “Pengendalian merupakan pengawasan yang sekaligus dapat mengambil beberapa tindakan untuk perbaikan yang diperlukan”. Oleh karena itu, pengendalian persediaan merupakan bagian dari aktivitas manajemen (manajemen produksi dan operasi) yang mempunyai pengertian sebagai usaha-usaha perencanaan, penyelenggaraan, dan perbaikan sistem serta pengelolaan secara optimal penggunaan sumberdaya-sumberdaya atau faktor-faktor produksi dalam proses transformasi bahan dan tenaga kerja untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu produk atau jasa (Handoko, 1992; Assauri, 1999). UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 17
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, “manajemen persediaan” dapat diartikan sebagai kebijakan pengelolaan terencana dalam memelihara, memperkirakan, dan menentukan tingkat persediaan yang diinginkan, yang hasilnya dapat dievaluasi dan dipertanggungjawabkan kepada keseluruhan operasi perusahaan. Pada umumnya terdapat dua masalah yang dihadapi suatu system di dalam mengelola persediaanya yaitu : 1. Masalah kuantitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan penentuan kebijaksanaan persediaan, antara lain :
Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan/ dibuat
Kapan pemesanan/ pembuatan barang harus dilakukan
Berapa jumlah persediaann pengamannya
Metode pengendalian persediaan mana yang paling tepat
2. Masalah kualitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan system pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan system persediaan seperti :
Jenis barang apa yang dimiliki
Di mana barang tersebut berada
Berapa jumlah barang yang sedang dipesan
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 18
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Siapa saja yang menjadi pemasok (supplier) masingmasing item
2.2.2
Fungsi dan Jenis Persediaan Persediaan timbul disebabkan oleh ketidakseimbangan permintaan
(demand) dengan pasokan (supply) dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan. Untuk menjaga keseimbangan permintaan dengan pasokan dan waktu proses, maka diperlukan persediaan. Fungsi persediaan ditentukan oleh empat faktor, yaitu : 1. waktu 2. ketidakpastian penggunaan dalam pabrik 3. ketidakpastian waktu datang 4. factor ekonomi Suatu persediaan diadakan mulai dari bentuk bahan baku sampai barang jadi, antara lain berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan pasokan b. Menghilangkan resiko pengembalian mutu barang yang cacat c. Mengantisipasi pasokan yang dihasilkan secara musiman d. Mempertahankan stabilitas operasi e. Mencapai penggunaan mesin yang optimal f. Menjamin tetap tersedianya barang jadi sehingga memberikan kepuasan kepada pelanggan
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 19
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
g. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualan. Dilihat dari jenisnya, persediaan terbagi menjadi empat macam yaitu : 1. Bahan baku (raw materials) adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok (supplier)dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan 2. Bahan setengah jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah diolah atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah lanjutan agar menjadi produk jadi 3. Barang jadi (finished goods) adalah barang jadi yang telah selesai diproses, siap untuk disimpan di gudang barang jdi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi-lokasi pemasaran 4. Bahan-bahan pembantu (supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkanuntuk menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan Dari informasi diatas, dapat digambarkan titik-titik jenis persediaan yang terjadi pada proses transformasi bahan ke produk yang terlihat pada Gambar 2.2 sehingga diketahui keadaan suatu persediaan. Bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi menjadi klasifikasi utama dalam persediaan, dan dua persediaan lainnya merupakan klasifikasi tambahan. Pada kepala sistem, bahan baku menjadi masukan (input) untuk dapat melakukan proses produksi, maka harus direncanakan dengan baik dan UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 20
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
mendapat prioritas karena menyangkut kelancaran jalannya proses produksi dan distribusi barang jadi kepada pelanggan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Tingkat permintaan barang jadi mempengaruhi besarnya tingkat persediaan bahan baku yang harus ada sehingga tidak terjadi keterlambatan pasokan bahan yang akan diproduksi. PROSES TRANSFORMASI (KONVERSI)
Bahan baku
Barang dalam proses
Bahan pembantu
Barang jadi
Komponen rakitan
Gambar 2. 2 Titik Persediaan Pada Proses Transformasi Bahan ke Produk 2.2.3
Ongkos Persediaan Suatu ongkos atau biaya didefinisikan sebagai waktu dan sumberdaya
yang dibutuhkan dan menurut konvensi diukur dengan satuan mata uang. Dalam kaitan biaya dikenal istilah cost dan expense, cost didefinisikan sebagai suatu nilai tukar prasyarat, pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat, sedangkan expense merupakan arus keluar barang atau jasa, yang akan dibebankan (matched) dengan pendapatan untuk menentukan laba. Pada literatur akuntansi biaya (cost accounting) berbahasa Indonesia, cost diistilahkan dengan ‘biaya’ dan expense adalah ‘beban’, walaupun UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 21
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
demikian banyak orang seringkali menganggap keduanya sama yaitu biaya. Oleh karena itu, pada laporan tugas akhir ini, istilah cost akan diartikan sebagai “ongkos” karena dalam pengertian umum lebih tepat untuk menyatakan nilai satuan mata uang. Secara umum ongkos persediaan terdiri dari ongkos tetap dan ongkos variabel. Untuk tujuan penentuan besarnya persediaan biasanya perhatian lebih dipusatkan pada ongkos variabel (Handoko, 1992). Ongkos persediaan didasarkan pada parameter ekonomis yang relevan dengan jenis ongkos, adalah terdiri dari : a. Ongkos pembelian (purchasing
cost), adalah ongkos untuk
pembelian barang, besarnya bergantung kepada jumlah dan harga barang tiap unit. b. Ongkos pesan (order cost/setup cost), adalah ongkos pengadaan barang (procurement costs) yang berasal dari pembelian pesanan dari pemasok atau ongkos persiapan (setup cost) apabila barang diproduksi sendiri. Ongkos ini meliputi ongkos: pemrosesan pesanan dan ekspedisi, upah, telepon, surat menyurat, pengepakan, pengiriman ke gudang, dan sebagainya. c. Ongkos simpan (holding cost/carrying cost), adalah ongkos yang dikeluarkan atas investasi persediaan, penyimpanan dan pemeliharaan persediaan. d. Ongkos kekurangan persediaan (stockout cost) adalah ongkos yang timbul akibat kehabisan persediaan, misalnya kerugian UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 22
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
akibat kehilangan penjualan/permintaan, dan ongkos proses pemesanan ulang. 2.2.3
Pengendalian Persediaan berikut ini adalah langkah-langkah yang biasa diperlukan untuk
mengendalikan persediaan adalah : 1. Menetapkan Metode Pengendalian Persediaan Dalam menetapkan metode mana yang terbaik tergantung pada jenis dan sifat persediaan, kapasitas gudang, modal yang tersedia dan keadaan pasar. Yang perlu diperhatikan, pendekatan pengendalian persediaan adalah berdasarkan metode penilaian permintaan. Dimana ada asumsi bahwa permintaan suatu barang berhubungan langsung dengan permintaan barang lain (dependen), dan sebaliknya ada asumsi bahwa permintaan suatu barang tidak tergantung dari permintaan barang lain (independen). Metode statistikal menggunakan asumsi permintaan persediaan bersifat “independen”, sedangkan metode nonstatistikal adalah menggunakan asumsi permintaan persediaan bersifat “dependen”. 2. Menetapkan Jumlah Persediaan Agar jumlah persediaan sesuai dengan kebutuhan, maka dapat dilakukan dengan cara : a. peramalan kebutuhan (forecast)
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 23
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
b. menentukan jumlah pesanan dengan memperhatikan jumlah kebutuhan tiap periode dan ongkos-ongkos yang akan dikeluarkan c. menentukan persediaan pengaman jika persediaan akan melebihi perkiraan d. menentukan titik pemesanan kembali yang merupakan strategi operasi persediaan sehubungan dengan adanya tenggang waktu dan persediaan pengaman. 3. Menetapkan Administrasi Persediaan Administrasi persediaan (stock administration) harus memperhatikan : 1) prosedur
pembelian,
penerimaan,
penyimpanan,
dan
pemakaian 2) masalah pembukuan dan inventarisasi 3) masalah pengawasan. Secara kronologis terdapat tiga metode pengendalian persediaan, yaitu : Metode pengandalian tradisional Metode perencanaan kebutuhan material (MRP) Metode kanban Dari ketiga metode tersebut, maka pada penulisan Laporan Tugas Akhir ini yang dipakai adalah Metode Perencanaan Kebutuhan Material (MRP). Pemilihan metode tersebut didasarkan pada keadaaan dan situasi pada perusahaan yang telah diteliti.
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 24
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
2.3
Peramalan Kebijakan optimum manajemen persediaan tergantung dari besarnya
permintaan, dan besarnya permintaan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan peramalan (forecast). Peramalan dapat didefinisikan sebagai suatu perkiraan dari tingkat kebutuhan yang diharapkan terjadi pada suatu barang atau beberapa barang pada periode mendatang (Biegel, 1992:15). Dengan diketahuinya kebutuhan untuk periode mendatang, kita dapat mempersiapkan kebijakan atau tindakan yang perlu dilakukan. 2.3.1
Definisi, Tujuan dan Fungsi Peramalan Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan
dimasa yang akan datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang. Peramalan permintaan ini menjadi masukan yang sangat penting dalam keputusan perencanaan dan pengendalian perusahaan. Karena bagian operasional produksi bertanggungjawab terhadap pembuatan produk yang dibutuhkan konsumen, maka keputusan-keputusan operasi produksi sangat mempengaruhi hasil dari peramalan permintaan. Peramalan permintaan ini digunakan untuk meramalkan permintaan dari produk yang bersifat bebas (tidak tergantung). UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 25
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Pada dasarnya terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam membuat suatu ramalan untuk menjamin efektifitas dan efisiensi dari sistem peramalan yaitu : 1. menentukan tujuan dari peramalan 2. memilih item independent demand yang akan diramalkan 3. menentukan horison waktu bagi peramalan 4. memilih metode peramalan 5. memperoleh data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan 6. validasi metode peramalan 7. membuat peramalan 8. implementasi hasil-hasil peramalan 9. verifikasi peramalan Tujuan utama dari peramalan dalam management permintaan adalah untuk meramalkan permintaan dari item-item independent demand di masa yang akan datang kemudian mengkombinasikannya dengan pelayanan pesanan yang bersifat pasti, kita dapat mengetahui total permintaan dari suatu item atau produk sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dari manajement produksi dan inventori dalam industri manufaktur. Fungsi dari peramalan itu sendiri ada 3 yaitu :
menentukan apa yang dibutuhkan untuk perluasan pabrik
menentukan perencanaan lanjutan bagi produk-produk yang ada untuk dikerjakan dengan fasilitas-fasilitas yang ada
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 26
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
menentukan penjadwalan jangka pendek produk-produk yang ada untuk dikerjakan berdasarkan peramalan yang ada.
2.3.2
Peramalan dan Horison Waktu Dalam
hubungannya
dengan
horison
waktu,
peramalan
diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu : a. Peramalan Jangka Panjang Umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya b. Peramalan Jangka Menengah Berkisar 1 sampai 2 tahun. Peramalan ini lebih khusus dibandingkan peramalan jangka panjang. Biasanya digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan anggaran. c. Peramalan Jangka Pendek Berkisar antara 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya suatu aktivitas seperti lemburr, penjadwalan kerja, dan lain-lain. 2.3.3
Metode Peramalan yang Digunakan Peramalan dapat didasarkan atas bermacam-macam cara, yang dikenal
dengan metode peramalan. Metode peramalan dapat diartikan sebagai cara memperkirakan secara kuantitatif apa yang akan terjadi pada masa depan berdasarkan data yang relevan pada masa lalu.
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 27
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Secara umum metode peramalan dibagi dalam 2 kategori, yaitu : 1. Peramalan Kualitatif Peramalan teknik kualitatif digunakan terutama jika data masa lalu tidak tersedia atau tidak diandalkan untk memperkirakan permintaan mendatang seperti ketika perusahaan akan memperkenalkan atau melempar produk baru kepasar dan peramalan tidak memerlukan data yang serupa seperti pada peramalan teknik kuantitatif. Peramalan ini terutama digunakan untuk peramalan jangka panjang dan dilakukan dengan menggunakan judgement, pengetahuan, pendapat pribadi, pendapat ahli, penelitian pasar dan pengalaman dari orang yang melakukannya. Beberapa model peramalan digolongkan sebagai model subyektif (kualitatif) yaitu :
Dugaan Manajemen (management estimate), dimana peramalan semata-mata berdasarkan pertimbangan manajemen, umumnya oleh manajemen senior. Metode ini akan cocok dalam situasi yang sangat sensitif terhadap intuisi dari satu atau kelompok kecil orang yang karena pengalamannya mampu memberikan opini yang kritis dan relevan. Teknik ini akan dipergunakan dalam situasi dimana tidak ada alternatif lain dari model peramalan yang dapat diterapkan.
Riset Pasar (market research), merupakan metode peramalan berdasarkan hasil-hasil survey pasar yang dilakukan tenaga-
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 28
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
tenaga pemasar produk atau yang mewakilinya. Metode ini akan menjaring informasi dari pelanggan atau pelanggan potensial (konsumen) berkaitan dengan rencana pembelian mereka dimasa mendatang. Riset pasar tidak hanya akan membantu peramalan, tetapi juga untuk meningkatkan desain produk dan perencanaan untuk produk-produk baru.
Metode Delphi, merupakan cara sistematis untuk mendapatkan keputusan bersama dari suatu group yang terdiri dari para ahli dan berasal dari beberapa disiplin ilmu yang berbeda dan masing-masing mereka diminta pendapatnya secara terpisah, semacam kuisioner, dan hasilnya kemudian dianalisa untuk dibuat suatu permintaan.
Analogi
Historis (historical analogy), merupakan teknik
peramalan berdasarkan pola data masa dari produk-produk yang dapat disamakan secara analogi, misalnya peramalan untuk pengembangan pasar televisi multisistem menggunakan model permintaan televisi hitam putih atau berwarna biasa. Analogi historis cenderung akan menjadi terbaik untuk penggantian produk di pasar dan apabila terdapat hubungan subtitusi langsung dari produk dalam pasar itu. 2. Peramalan Kuantitatif Peramalan teknik kuantitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif masa lalu. Hasil peramalan ini tergantung pada metode yang UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 29
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
digunakan dalam peramalannya, karena dengan metode yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda. Peramalan teknik kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut: Tersedia informasi masa lalu dan mengenai kondisi yang lain, Informasi tersebut dapat di kuantitatifkan dalam data numerik, Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang atau dengan pola masa mendatang merupakan kelanjutan pola masa lalu. Beberapa model peramalan digolongkan sebagai model obyektif (kuantitatif) yaitu :
Metode Time Series, yaitu metode peramalan yang didasarkan atas dasar penggunaan analisa pola hubungan antara variabel yang diperkirakan dengan variasi waktu, yang merupakan deret waktu (time senies). Metode ini hanya cocok untuk peramalan jangka pendek pada kegiatan produksi. Metode ini dipengaruhi oleh 4 komponen, yaitu :
Trend/ Kecenderungan (T), merupakan sifat dari permintaan di masa lalu terhadap waktu terjadinya apakah permintaan tersebut cenderung naik, turun, atau konstan. Peramalan yang sesuai adalah metode regresi linier, exponential smoothing.
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 30
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Cycle/ Siklus (C), yaitu permintaan suatu produk dapat memiliki siklus yang berulang secara periodik. Biasanya lebih dari 1 tahun, sehingga pola ini tidak perlu dimasukkan dalam ramalan jangka pendek. Pola ini amat berguna untuk peramalan jangka menengah dan jangka panjang.
Season/ Pola Musiman (S), fluktuasi permintaan suatu produk dapat naik turun di sekitar garis tren, dan biasanya berulang setiap tahun. Pola ini biasanya disebabkan oleh faktor cuaca, musim liburan panjang, dan hari raya keagamaan yang akan berulang secara periodik setiap tahunnya.
Random/ Variasi Acak (R), permintaan suatu produk dapat mengikuti pola variasi secara acak karena factorfaktor adanya bencana alam, bangkrutnya perusahaan pesaing, promosi khusus, dan kejadian-kejadian lainnya yang tidak mempunyai pola tertentu. Variasi acak ini diperlukan
dalam
rangka
menentukan
persediaan
pengaman untuk mengantisipasi kekurangan persediaan bila terjadi lonjakan permintaan.
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 31
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Siklis
Seasonal
Trend
Random
Gambar 2. 3 Plot Deret Waktu Metoda kausal, yaitu peramalan yang didasarkan atas dasar penggunaan analisa pola hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel yang lain yang mempengaruhinya, yang disebut metode korelasi
atau sebab akibat (causal methods). Metode ini cocok untuk
peramalan jangka panjang karena dapat menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas dalam hasil peramalannya dan dapat memprediksi titik-titik perubahan Dalam laporan ini, penulis membatasi penjelasan pada penggunaan tiga metode peramalan saja yakni Linier, eksponential smoothing, dan Kuadratik. Hal ini dikarenakan pola data permintaan yang akan dibahas dalam laporan ini cenderung stabil dalam jangka waktu yang panjang. Metode Regresi Linier
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 32
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Pada metode regresi, suatu model perlu dispensifikasi sebelum dilakukan pengumpulan data dan analisisnya. Contoh yang paling sederhana dari metode regresi ini adalah metode regresi linier sederhana dengan variabel pengaruh tunggal. Formula untuk metode regresi sebagai berikut :
d ' y' (t ) a b.t Keterangan :
y' (t )
= Perkiraan permintaan
t
= Variabel bebas yang mempengaruhi y
a
= Nilai tetap y bila x=0 (merupakan perpotongan dengan
sumbu y) b
= Derajat kemiringan persamaan garis regresi
Untuk menentukan nilai a dan b digunakan formula sebagai berikut :
a
y(t ) b. t
b
n. t. y (t ) y (t ). t
n
n
n. t 2 t
2
Metode Regresi Kuadratik Peramalan ini digunakan untuk menentukan pola data cenderung
berbentuk
kuadratik
dari
tiap
periodenya.Untuk
menentukan nilai peramalan dengan metode ini, maka digunakan persamaan sebagai berikut: UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 33
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
yt a b.t c.t 2 Untuk mencari nilai a, b, dan c maka digunakan persamaan sebagai a
berikut:
yt b. t c. t n
n
2
n
Keterangan :
t 2 n t 4 2
t. yt n t. yt
t 2 . yt n. t 2 . yt
t. t 2 n t 3 t n. t 2 2
b
. . 2
c
b.
Metode Eksponential Smoothing Dimana bentuk umum dari persamaan Metode Eksponential Smoothing adalah sebagai berikut :
Ft Ft 1 At 1 Ft 1 Keterangan : Ft
= nilai ramalan untuk periode waktu ke-t
Ft-1
= nilai ramalan untuk satu periode waktu yang lalu, t-1
At-1
= nilai aktual untuk satu periode waktu yang lalu, t-1
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 34
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
= konstanta pemulusan (smoothing constant)
Pada perhitungan dengan Metode Eksponetial Smoothing ini yang dipilih adalah dengan nilai 0,1 ; 0,2 dan 0,9. pemilihan tersebut dikarenakan pertimbangan data-data yang ada cenderung konstan pada akhir periode sehingga nilai yang paling cocok digunakan adalah yang relatif mendekati satu karena akan memperkecil hasil perhitungan untuk nilai Errornya. 2.3.4
Akurasi Hasil Peramalan Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan,
maka ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu : 1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi tetapi tidak dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut. 2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran kesalahan, artinya karena permalan pasti mengandung kesalahan maka penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi. 3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 35
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
pula
kemungkinan
terjadinya
perubahan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi permintaan. Untuk perhitungan Error atau Akurasi Hasil Peramalannya pada pengolahan dan penulisan laporan ini menggunakan 3 ukuran, yaitu : 1. Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD ) Dengan perhitungan rumusnya adalah : MAD
At Ft n
Keterangan : At
= Permintaan aktual pada periode t
Ft
= Peramalan permintaan pada periode t
N
= Jumlah periode peramalan yang terlibat
2. Rata-Rata Kuadrat Kesalahan ( Mean Square Error = MSE ) Dengan perhitungan rumusnya adalah : MSE
At Ft 2 n
3. Rata-Rata Kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error = MFE ). Dengan perhitungan rumusnya adalah : MFE
At Ft n
Setelah parameter-parameter forecast error dari masing-masing metode dihitung, maka diperbandingkan satu sama lainnya. Metode dengan nilai
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 36
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
MAD, MSE, dan MFE terkecil merupakan metode yang dipilih sebagai metode yang tepat (terbaik) untuk menggambarkan pola permintaan pada laporan ini karena memiliki kesalahan peramalan paling minim (kecil). 2.3.5
Karakteristik Peramalan yang Baik Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting,
antara lain akurasi, biaya dan kemudahan. Penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
AKURASI. Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasaan dan kekonsistensian peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias bila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya permalan relatif kecil. Peramalan yang terlalu rendah akan mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi segera, akibatnya adalah perusahaan dimungkinkan kehilangan pelanggan dan kehilangan keuntungan penjualan. Peramalan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan, sehingga banyak modal yang terserap sia-sia. Keakuratan dari hasil peramalan ini berperan penting dalam menyeimbangkan persesiaan yang ideal (meminimasi penumpukan persediaan dan memaksimasi tingkat pelayanan).
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 37
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
BIAYA. Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan adalah tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor pemicu biaya tersebut akan mempengaruhi berapa banyak data yang dibutuhkan,
bagaimana
pengolahan
datanya
(manual
atau
komputerisasi), bagaimana penyimpanan datanya dan siapa tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode peramalan harus disesuaikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin di dapat, misalnya item-item yang penting akan diramalkan dengan metode yang canggih dan mahal, sedangkan item-item yang kurang penting bisa diramalkan dengan metode yang sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi dari hukum pareto (analisa ABC).
KEMUDAHAN. Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumberdaya manusia, maupun peralatan teknologi. Sekalipun peramalan hanyalah sebuah ”perkiraan”, tetapi karena
perkembangan metodenya, ”perkiraan” ini dapat memberikan hasil yang baik. Walaupun
demikian,
masih
mungkin
terjadi
adanya
penyimpangan
sebagaimana umumnya suatu metode ilmiah lainnya, paling tidak faktor ketidakpastian sulit untuk diantisipasi secara tepat.
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 38
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Beberapa rekomendasi pemilihan metode peramalan yang sesuai dengan pola data adalah sebagai berikut :
Metode single exponential smoothing sesuai untuk pola data “horisontal”.
Metode moving average sesuai untuk pola data “horisontal berfluktuasi di awal”.
Metode double exponential smoothing sesuai untuk pola data “eksponensial”.
Metode regresi linear sesuai untuk pola data “trend”.
Metode trend kuadratic sesuai untuk pola data “trend eksponensial”.
Metode Winter's sangat sesuai untuk pola data “musiman”.
2.3.6
Peta Moving Range Peta Moving Range dirancang untuk membandingkan nilai permintaan
actual dengan nilai peramalan. Dengan kata lain, kita melihat data permintaan actual dan membandingkannya dengan nilai peramal pada periode yang sama. Peta tersebut dikembangkan ke periode yang akan datang hingga kita dapat membandingkan data peramalan dengan permintaan aktual. Selama periode dasar (periode pada saat menghitung peramalan), peta Moving Range digunakan untuk melakukan verifikasi teknik dan parameter peramalan. Setelah metode peramalan ditentukan, peta Moving Range digunakan untuk pengujian kestabilan sistem sebab-akibat yang mempegaruhi permintaan. UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 39
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Moving Range dirumuskan sebagai berikut :
MR y 't yt yt 1 yt 1
Rata-rata Moving Range didefinisikan sebagai : MR
MR n 1
Garis tengah peta Moving Range adalah pada titik nol. Batas kendali atas dan bawah pada peta Moving Range adalah :
BKA 2.66MR BKB 2.66MR
Perubahan atau perbedaan yang digambarkan pada Moving Range adalah :
y1 y 't y1 Jika ditemukan satu titik yang berada diluar batas kendali pada saat peramalan diverifikasi maka harus ditentukan apakah data harus diabaikan atau mencari peramala baru. Jika ditemukan sebuah titik berada diluar batas kendali maka harus diselidiki penyebabnya. Jika semua titik berada di dalam batas kendali, diasumsikan bahwa peramalan permintaan yang dihasilkan telah cukup baik. Jika terdapat titik yang berada di luar batas kendali, jelas bahwa peramalan yang didapat kurang baik dan harus direvisi. Berikut ini adalah contoh grafik dari hasil perhiungan moving range :
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 40
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Peta Moving Range 3 2
y' - y
1
y' - y
0 -1
BKA 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
BKB
-2 -3 Periode
Gambar 2. 4 Contoh Grafik Moving Range 2.3.7
Peta Moving Range untuk Pengedalian Peramalan Peta kendali dapat digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
perubahan sistem sebab-akibat yang melatarbelakangi permintaan sehingga dapat ditentukan persamaan peramalan yang lebih cocok atas sistem sebabakibat saat ini. Telah disinggung sebelumnya bahwa peta Moving Range dapat digunakan sebagai alat untuk memperhatikan kestabilan sistem yang melatarbelakangi fungsi peramalan. Apabila terjadi kondisi diluar kendali, tindakan terhadap peramalan harus dilakukan. Dua tindakan yang dapat dilakukan adalah :
Merevisi peramalan dengan memasukan data dan sistem sebab-akibat baru, atau
Mengunggu bukti lebih lengkap.
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 41
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
2.4
Material Requirement Planning (MRP) Perkembangan teknologi computer telah banyak mengurangi peran
manajemen tradisional dalam berbagai bidang, salah satunya adalah dalam kegiatan manufaktur, yaitu dalam hal perencanaan sumber daya material. Salah satu kesulitan yang dialami manajemen tradisional dalam perencanaan sumber daya material adalah menentukan tingkat persediaan optimal untuk komponen-komponen yang bersifat dependent (bergantung) dan banyak jenisnya. Metode perencanaan sumber daya material ini dikenal dengan istilah MRP atau Material Requirement Planning. 2.4.1
Definisi dan Tujuan MRP MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencacatan
terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan jadwal induk produksi (MPS) menjadi kebutuhan bersih (Net Requirement) material untuk semua item komponen produk. MRP dikembangkan sebagai metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventory untuk item-item dependent demand, dimana permintaan cenderung discontinues dan lumpy (tidak halus/ tidak rata). Tujuan utama dari system MRP adalah merancang suatu system yang mampu menghasilkan
informasi
untuk melakukan aksi
yang tepat
(pembatalan pesanan, pesan ulang, penjadwalan ulang) Terdapat empat kemampuan yang menjadi ciri utama dari MRP yaiatu : 1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 42
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus selesai (material harus tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan dalam jadwal induk produksi.
2. Pembentukan kebutuhan minimal setaip item Deengan diketahui kebutuhan akan produk akhir, MRP dapat menentukan secara tepat system penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item. 3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan Memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat di pabrik sendiri. 4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan menentukan prioritas pesanan yang realistic. Jika penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu pesanan harus dilakukan Keberhasilan suatu system manufaktur sangat tergantung pada kemampuan untuk mengontrol aliran bahan yang tepat, di suatu tempat yang tepat, pada UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 43
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
saat yang tepat untuk memenuhi jadwal pengiriman kepada konsumen (dengan waktu ancang-ancang sebagai pembatas), menekan jumlah persediaan seminimum mungkin, memelihara tingkat pembebanan atas pekerjaan dan mesin, pada akhirnya untuk mencapai efisiensi produksi yang optimum.
2.4.2
Input Untuk Sistem MRP Ada tiga input yang dibutuhkan oleh system MRP, yaitu : 1. Master Production Schedule/ Jadwal Induk Produksi (MPS) jadwal induk produksi merupakan suatu rencana produksi yang menetapkan jumlah serta waktu suatu produk harus tersedia sesuai dengan jadwal yang harus diproduksi. MPS biasanya diperoleh dari hasil peramalan kebutuhan melalui tahapan perhitungan perencanaan produksi yang baik serta jadwal pemesanan produk dari pihak konsumen. Tabel 2. 1 Contoh Jadwal Induk Produksi
Product A B C
1 10 5 10
2 20 20 30
Period 3 4 20 10 10 30 20 30
5 20 10 20
6 10 10 20
2. Struktur Produk/ Bill of Material (BOM) Struktur produk berisi informasi tentang hubungan antara komponen-komponen dalam suatu perakitan. Informasi ini sangat UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 44
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
penting dalam penentuan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih. Lebih jauh lagi, struktur produk memberikan informasi tentang semua item, seperti : nomor item, jumlah yang dibutuhkan pada setiap perakitan, jumlah produk akhir yang harus dibuat. Level
Product Structure for Item A
0 1
A B
C
2
D
3
E (6)
F (2)
Gambar 2. 5 Contoh Struktur Produk (BOM) 3. Inventory Master File/ Catatan Keadaan Persediaan Catatan keadaan persediaan menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan. Setiap item persediaan harus didefinisikan untuk menjaga kekeliruan perencanaan. Pencatatan-pencatatan itu harus dijaga agar tetap “up to date”, dengan selalu melakukan pencatatan tentang transaksi-transaksi yang terjadi, seperti : penerimaan, pengeluaran, produk gagal dan sebagainya. Catatan persediaan juga harus berisi data tentang waktu ancang-ancang, teknik ukuran lot yang digunakan, persediaan cadangan, dan catatan-catatan penting lainnya dari semua item. Tabel 2. 2 Contoh Catatan Persediaan UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 45
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Item Master Record Files as of Period 1 Order Qty On Hand On Order Lead Time Item A 10 25 30 2 B 5 20 25 3 C 10 10 15 2
2.4.3
Output Dari Sistem MRP Rencana pemesanan merupakan output dari MRP yang dibuat atas
dasar waktu ancang-ancang dari setiap komponen. Waktu ancang-ancang dari suatu system yang dibeli merupakan periode antara pesanan dilakukan sampai barang diterima (on hand), sedangkan untuk produk yang dibuat di pabrik sendiri, merupakan periode antara perintah item harus dibuat sampai dengan selesai di proses. Ada dua tujuan yang hendak dicapai dengan adanya rencana pemesanan yaitu:
Menentukan kebutuhan bahan pada tingkat lebih bawah
Memproyeksikan kebutuhan kapasitas
Secara umum, output dari MRP adalah : 1. Memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus dilakukan/ direncanakan baik dari pabrik sendiri maupun dari supplier 2. Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang 3. Memberikan indikasi untuk pembatalan atas pesanan 4. Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 46
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Output dari MRP dapat pula disebut sebagai suatu aksi yang merupakan tindakan atas pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi. MRP MRP
Rencana RencanaPemesanan Pemesanan(Aksi) (Aksi)
Pemesanan Pemesanan Pembelian Pembelian
Pesanan Pesanan Kerja Kerja
Penjadwalan Penjadwalan Kerja Kerja
Pembatalan Pembatalan Pesanan Pesanan
Gambar 2. 6 Output dari MRP Pada Gambar 2.7 di bawah ini, diberikan system MRP secara lengkap yang mencakup input dan outputnya. Pada gambar tersebut tampak pengendalian dan pengotrolan material.
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 47
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Peramalan Peramalan Permintaan Permintaan Independent Independent
Jadwal Jadwal Induk Induk Produksi Produksi
Pesanan Pesanan Komponen Komponen Dari Dariluar luar
Status Status Persediaan Persediaan
Sistem Sistem MRP MRP
Struktur Struktur Produk Produk
Rencana RencanaPemesanan PemesananAksi Aksi
Pemesanan Pemesanan Pembelian Pembelian
Pesanan Pesanan Kerja Kerja
Penjadwalan Penjadwalan Kerja Kerja
Pembatalan Pembatalan Pesanan Pesanan
Gambar 2. 7 Sistem Lengkap MRP
2.4.4
Langkah-langkah Dasar Proses Pengolahan MRP Langkah-langkah pada proses MRP adalah sebagai berikut : 1. Netting (Perhitungan KebutuhanBersih) Adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan). Data yang diperlukan dalam proses perhitungan kebutuhan bersih ini adalah :
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Kebutuhan kotor untuk setiap periode
Page 48
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Persediaan yang dipunyai pada awal perencanaan
Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan Tabel 2. 3 Contoh Kebutuhan Kotor
Periode
1
2
Kebutuhan Kotor
3
4
20
5
25
6
7
15
12
8
Total 72
Tabel 2. 4 Status Data Kebutuhan Sebelum Perhitungan Kebutuhan Bersih Periode (Minggu)
1
2
Kebutuhan Kotor
3
4
20
5
25
Jadwal Penerimaan
6
7
15
12
8
Total 72
30
Persediaan di tangan (23)
Tabel 2. 5 Perhitungan Kebutuhan Kotor Periode
Kebutuhan Kotor
Jadwal Penerimaan
Persediaan di tangan
Hasil
Kebutuhan Bersih
1
0
-0
-23
-23
0
2
20
-0
-23
-3
0
3
0
-30
-3
-33
0
4
25
-0
-33
-8
0
5
0
-0
-8
-8
0
6
15
-0
-8
7
7
7
12
-0
-0
12
12
8
0
-0
-0
0
0
72
30
19
Tabel 2. 6 Hasil Keseluruhan Perhitungan Kebutuhan Bersih Periode
1
Kebutuhan Kotor
2 20
Jadwal Penerimaan Persediaan di Tangan (23)
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
3
4
5
25
6
7
15
12
8
Total 72
30 23
3
33
30 8
8
-7
-19
-19
-19
Page 49
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Kebutuhan Bersih
7
12
19
2. Lotting (Penentuan Ukuran Slot) Proses lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya pesanan individu yang optimal berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih. Beberapa teknik diarahkan untuk ongkos set-up dan ongkos simpan, ada juga yang bersifat sederhana dengan menggunakan jumlah pemesanan tetap atau dengan periode pemesanan tetap. Pada contoh dibawah ini dipakai teknik ukuran lot yang besarnya sama dengan kebutuhan bersih untuk setiap periode. Tabel 2. 7 Contoh Proses Lotting Periode
1
2
3
4
5
6
7
8
Total
Kebutuhan Bersih
7
12
19
Ukuran Lot
7
12
19
3. Offsetting (Penetapan Besarnya Lead Time) Langkah ini bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan diperoleh dengan cara mengurangkan saat awal tersedianya ukuran lot yang diinginkan dengan besarnya lead time.lead time itu sendiri merupakan besarnya waktu saat barang mulai dipesan
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 50
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
atau diproduksi sampai barang tersebut selesai dan diterima siap untuk dipakai. Tabel 2. 8 Contoh Proses Offsetting Periode Ukuran lot Rencana Pemesanan
1
2
3
4 7
5
6 7
7 12
8
Total 19 19
12
4. Explosion (Perhitungan Selanjutnya untuk Item Level berikutnya) Proses
explosion
merupakan
proses
perhitungan
kebutuhan kotor untuk tingkat item/ komponen yang lebih bawah, tentu saja didasarkan atas rencana pemesanan. Dalam proses explosion ini data mengenai dua struktur produk sangat memegang peranan karena atas dasar struktur produk inilah proses explosion akan berjalan dan dapat menentukan ke arah komponen mana harus dilakukan explosion. AA
BB
Struktur Produk (BOM)
Maka Proses Explosionnya adalah : Item A – Tingkat 0 UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 51
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Periode Kebutuhan Kotor Jumlah Penerimaan Persediaan di Tangan (12) Rencana Pemesanan
1 10 2
2 14 2 9
3 15
4 10
5 20
6 5
7
8 10
1 20
-9 5
-29
-34 10
-34 15
-44
Total 80 14 -44 44
Item B – Tingkat 1
Periode Kebutuhan Kotor Jumlah Penerimaan Persediaan di Tangan (28) Rencana Pemesanan
2.4.5
1
2 9
3 20
4 5
5
6 10
7 15
8
Total 44
28 1
19 5
-1
-6 10
-6 15
-16
-31
-31
-31 31
Teknik –teknik Penentuan Ukuran Lot Perkembangan teknik-teknik ukuran lot sebagai salah satu proses
terpenting dalam MRP dapat dikategorikan sebagai berkut : 1. Teknik ukuran lot untuk satu tingkat dengan kapasitas tak terbatas 2. Teknik ukuran lot untuk satu tingkat dengan kapasitas terbatas 3. Teknik ukuran lot untuk banyak tingkat dengan kapasitas tak terbatas 4. Teknik ukuran lot untuk banyak tingkat dengan kapasitas terbatas Beberapa teknik penerapan ukuran lot untuk satu tingkat dengan asumsi kapasitas tak terbatas yang banyak dipakai secara meluas pada industri mekanis dan elektronis secara berturut-turut, adalah : Fixed Period Requirement (FPR) UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 52
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Lot for Lot Fixed Order Quantity (FOQ) Economic Order Quantity (EOQ) Teknik ukuran lot FOQ dan EOQ berorientasi pada tingkat kebutuhan (demand rate), sedangkan teknik ukuran lot FPR dan Lot For Lot merupakan teknik ukuran lot distrik karena hanya memenuhi permintaan sesuai dengan yang telah direncanakan dalam periode tertentu. Ukuran lot distrik tidak akan menghasilkan sisa jumlah komponen karena teknik tersebut hanya memenuhi permintaan dengan jumlah yang sama seperti telah direncanakan. Kelemahan dari teknik ukuran lot distrik ini adalah bila di masa yang akan datang (periode mendatang) terjadi lonjakan permintaan, maka harus dilakukan perhitungan nilai kembali. Teknik penentuan ukuran lot mana yang paling baik dan tepat bagi suatu perusahaan adalah persoalan yang sangat sulit, karena sangat tergantung pada hal-hal sebagai berikut :
Variasi dari kebutuhan, baik dari segi jumlah maupun periodenya
Lamanya horison perencanaan
Ukuran periodenya (mingguan, bulanan, dan sebagainya)
Perbandingan biaya pesan dari biaya unit
Fixed Order Quantity (FOQ)
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 53
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Dalam memecahkan metode ini menggunakan intuisi, karena sesuai dengan teori yang ada bahwa metode ini tidak memperlihatkan kapasitas produksi, fasilitas, jumlah dan metode ini berprinsip pada order quantity tetap. Dimana dalam penentuan rencana pemesanan ditetapkan berdasarkan pengalaman yang telah ada dan intuisi.Teknik ini digunakan karena adanya keterbatasan fasilitas, misalnya keterbatasan kemampuan gudang, kemampuan pabrik untuk memesan atau jika bahan itu dibuat sendiri. Tabel 2. 9 Contoh Fixed Order Quantity Periode
1
2
Kebutuhan Bersih
35
10
Ukuran Lot
40
40
Jumlah Persediaan
5
35
3 0
4 40
5 0
6
7
20
5
8
9
10
30
150
40
160
10
180
40 35
35
35
15
10
0
Total
Misalkan : Biaya pemesanan
= $ 100 sekali pesan
Biaya penyimpanan
= $ 0,24 /unit
Sehingga :
biaya pemesanan
= 4 x $ 100
Biaya penyimpanan
= 180 x $ 0,24 = $ 43,2
Biaya total
= $ 400
= $ 400 + $ 43,2 = $ 443,2
Economic Order Quantity (EOQ) Dalam teknik inipun besarnya ukuran lot adalah tetap. Namun perhitungannya sudah mencakup biaya-biaya pesan serta biaya-biaya UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 54
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
simpan. Perumusan yang dipakai dalam teknik ini adalah sebagai berikut :
2 Dk h
EOQ Keterangan :
D
= rata-rata kebutuhan = 600 unit : 12 = 50 unit
k
= biaya pesan = Rp 1.500,- /pesan
h
= biaya simpan = Rp 3.125,- /unit /periode
EOQ
2 Dk h
EOQ
2.600.1500 220 unit 3125
Tabel 2. 10 Contoh Economic Quantity Periode
1
2
3
4
Kebutuhan Bersih
20
50
100
80
Ukuran Lot
220
Jumlah Persediaan
200
5 0
6
7
8
9
10
11
12
Total
100
40
40
20
50
70
30
600
220 150
50
190
190
90
50
10
210
660 160
90
Misalkan : Biaya simpan = 1450 x Rp 3.125,- = Rp 453.125,Biaya pesan Sehingga :
= 3 x Rp 1.500,-
= Rp 4.500,-
Biaya total = Rp 453.125,- + Rp 4.500,-
=
Rp
903.125, Lot for Lot
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 55
60
1450
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Pemesanan lot for lot adalah pendekatan yang paling mudah dari semua teknik ukuran lot. Jumlah yang dipesan besarnya sama dengan jumlah yang dibutuhkan dalam suatu periode. Pendekatan ini memperkecil biaya penyimpanan dan biasanya digunakan untuk jenis barang yang mahal. Tabel 2. 11 Contoh Lot for Lot Periode
1
2
Kebutuhan Bersih
35
10
Ukuran Lot
35
10
Jumlah Persediaan
0
0
3 0
4 40
5 0
40 0
0
0
6
7
8
9
Total
20
5
10
30
150
20
5
10
30
150
0
0
0
0
0
Misalkan : Biaya pemesanan
= 7 x $ 100
Biaya penyimpanan
=0
Sehingga :
Biaya total = $ 700
Fixed Period Requirement (FPR) Konsep ini menggunakan konsep pemesanan dengan interval tetap, tetapi jumlah yang dipesan bervariasi. Jumlah yang dipesan merupakan penjumlahan dari permintaan pada periode-periode yang ada. Misalnya kebutuhan bersih dua periode telah ditetapkan, teknik ini dapat memasukkan pesanan paeriode lainnya, kecuali saat kebutuhan bersih dalam suatu periode yang ditentukan sama dengan nol dapat memajukan interval pemesanan.
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
Page 56
TUGAS AKHIR di PT. SINAR SOSRO INDONESIA
Tabel 2. 12 Contoh Fixed Period Requirement Periode
1
2
Kebutuhan Bersih
35
10
Ukuran Lot
45
Jumlah Persediaan
10
3 0
4 40
5 0
40 0
0
0
0
6
7
8
9 30
20
5
10
25
5
40
5
0
30
Total 150 150
0
45
Misalkan : Biaya pemesanan
= 4 x $ 100
Biaya penyimpanan
= 45 x $ 0,24 = $ 10,8
Sehingga :
UNIV. MERCUBUANA TEKNIK INDSUTRI
= $ 400
Biaya total = $ 400 + $ 10,8 = $ 410,8
Page 57