BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Terminologi Judul Dalam penulisan dan penelitian tugas akhir ini penulis memilih judul “Perancangan Interior Pusat Batik Pekalongan di Jakarta” dengan definisi kata sebagai berikut :
A. Pusat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2008, Pusat adalah pusar, titik yang di tengah-tengah benar, tempat yang letaknya di bagian tengah, pokok pangkal atau yang menjadi tempat pumpunan (berbagai urusan, hal).
B. Batik Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menerakan malam kemudian pengolahannya di proses dengan cara tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 2008).
C. Pekalongan Pekalongan adalah nama sebuah kota yang terletak di Jawa Tengah dengan orbitasi
antara 6°50’44’’-6°55’44’’ lintang selatan dan 109°37’55’’-
109°42’19’’ bujur timur Pekalongan terletak di jalur pantai utara yang menghubungkan Jakarta – Semarang - Surabaya. Pekalongan memiliki julukan Kota Batik karena batik Pekalongan memiliki corak yang khas dan warna beragam.
7
8
Gambar 2.1 Denah letak kota Pekalongan
(Sumber : http://maps.google.com/)
D. Jakarta Jakarta adalah ibukota negara Indonesia yang merupakan pusat bisnis, politik, dan kebudayan. Jakarta memiliki luas wilayah 664,01 km2 dengan jumlah penduduk 9.809.857 jiwa. Wilayah Provinsi DKI Jakarta sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten/Kota Bekasi, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tangerang dan Kota Depok, sebelah barat berbatasan dengan Kota Tangerang dan sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.
Gambar 2.2 Denah letak kota Jakarta
(Sumber : http://maps.google.com/)
9
2.1.2 Retail Retail berasal dari bahasa Prancis yaitu “retailer” yang berarti “memotong menjadi kecil-kecil” (Risch : 1991). Sedangkan menurut Gilbert (2003 : 6) retail adalah semua usaha bisnis yang secara langsung mengerahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi. (Sumber : Endang : 2012)
A. Karakteristik Retail Menurut Berman dan Evans (2001) karakteristik retailing ada 3 yaitu sebagai berikut : 1) Small Average Sale Tingkat penjualan retailing pada toko relatif kecil dikarenakan targetnya merupakan konsumen akhir yang hanya membeli dalam jumlah kecil. 2) Impulse Purchase Pembelian yang terjadi pada retailing sebagian besar merupakan pembelian yang tidak direncanakan. 3) Popularity of Store Semakin terkenal toko atau perusahaan makan semakin tinggi pula tingkat kunjungan yang pada akhirnya berdampak pada pendapatan toko tersebut.
B. Jenis Retail Menurut
Kotler
(1997)
berdasarkan
lini
produk,
retail
dapat
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu sebagai berikut : 1) Pengecer Toko (Store Retailing) •
Toko Khusus (Speciality Store), toko yang menjual produk secara sempit hanya dengan satu macam dari barang tersebut. contoh : usaha perorangan, firma atau cv.
•
Toko Serba Ada (Department Store), toko atau lembaga eceran yang menawarkan berbagai macam produk dengan berbagai pilihan mutu. Contoh : departement store
•
Toko Kebutuhan Sehari-hari (Convenience Store), toko yang relatif kecil dan biasanya terletak di daerah pemukiman, dan buka 24 jam
10 sehari. Toko ini menjual bahan pelengkap kebutuhan sehari-hari. Contoh : Circle-K. •
Pasar Swalayan (Supermartket), toko yang menjual semua kebutuhan konsumen seperti produk makanan dan perawatan rumah tangga. Contoh : Hero
•
Toko Diskon (Discount Store), toko yang menjual barang standar dengan harga lebih murah karena mengambil keuntungan rendah dengan jumlah yang lebih banyak. Contoh : Kmart
•
Pengecer Potongan Harga (Off-Price Retailer), pengecer yang membeli pada harga yang lebih rendah daripada harga grosir dan menetapkan harga pada konsumen lebih rendah daripada harga eceran. Contoh : factory outlet dan grosir
•
Toko Super (Super Store), kombinasi dari supermarket dan discount store (toko yang menyediakan sejumlah besar barang (full line product) dengan harga murah. Contoh : Carrefour
•
Ruang Pamer Katalog (Catalog Show-Room), toko yang menjual cukup
banyak
pilihan
produk-produk
dengan
marjin
tinggi,
perputarannya cepat, bermerek dengan harga diskon. Contoh : Indomaret dan toko kelontong 2) Penjual Eceran Bukan Toko (Non-Store Retailing) •
Penjualan Langsung (Direct Selling), penjualan yang dimulai dari pedagang keliling yang berkembang menjadi industri yang menjual produknya dari rumah ke rumah dan dari kantor ke kantor.
•
Pemasaran Langsung (Direct Marketing), pemasaran ini berawal dari penawaran lewat surat dan katalog yang kemudian berkembang lewat telepon (telemarketing), pemasaran tanggapan langsung lewat televisi (progam home shopping), dan belanja elektronik.
•
Mesin Penjual Otomasis (Automatic Vending), toko ini tidak memerlukan adanya wiraniaga dalam pengoperasiannya. Biasanya alat ini diletakkan di tempat-tempat strategis yang sering dilewati orang.
•
Jasa Pembelian (Buying Service), Merupakan suatu pengecer tanpa toko yang melayani konsumen khusus, biasanya karyawan organisasiorganisasi besar (contoh : sekolah, rumah sakit).
11
3) Organisasi Pengecer (Retailer Organization) •
Jaringan Sukarela (Volountary Cooperative), elompok pengecer independen yang didukung oleh suatu pedagang besar, yang melakukan pembelian borongan dan perdagangan umum.
•
Koperasi Pengecer (Retailing Cooperative), pengecer-pengecer independen yang membentuk organisasi pembelian terpusat dan melakukan promosi bersama.
•
Koperasi Konsumen (Consumer Cooperative), suatu toko yang dikelola dan dimiliki oleh konsumen yang membentuk suatu komunitas.
•
Organisasi Waralaba (Franchise Organization), suatu organisasi yang membeli hak untuk mengoperasikan dan memiliki suatu aktivitas bisnis.
•
Konglomerat Perdagangan (Mechandising Conglomerate), Perusahaan yang berbentuk bebas yang menggabungkan beberapa lini dan bentuk eceran yang berbeda-beda di bawah kepemilikan yang terpusat
•
Jaringan Toko Koperasi (Coorperate Chain Store), dua atau lebih toko yang umumnya dimiliki dan dikontrol, mengerjakan pembelian dan perdagangan yang terpusat dan menjual lini perdagangan yang sama.
C. Pembagian Area Retail Menurut Green (1986 : 21) dalam buku The Retail Store, Design and Cnstruction area retail dapat dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut : 1) Area Sirkulasi (Circulation Area) Area sirkulasi adalah area yang menentukan darimana dan kemana pengunjung akan bergerak atau berjalan. Sirkukasi juga dapat digunakan sebagai penghubung antar area atau ruangan.. 2) Area Servis (Service Area) Yang termasuk dalam area servis adalah area kasir, area pembungkusan, kantor, area penyimpanan barang (storage), area penerimaan dan
12 pengiriman barang, dan kamar mandi. Area ini biasanya terletak pada area belakang toko.
3) Area Display (Display Area) Area display merupakan area yang penting dalam sebuah retail toko. Area display merupakan area yang digunakan dalam mempresentasikan produk kepada pengunjung dengan pencahayaan serta penataan yang baik dan menarik.
2.1.3 Galeri Galeri atau museum seni adalah bangunan atau ruang untuk pameran seni, biasanya seni visual. Museum dapat dikelola oleh pemerintah juga oleh swasta, yang membedakannya adalah kepemilikan dari koleksi yang dipamerkan didalamnya. Koleksi tersebut diantaranya lukisan, patung, kolase, dan tekstil (Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Art_museum).
A.
Klasifikasi Galeri Menurut
Sari
(2012)
berikut
adalah
pengklasifikasian
galeri
berdasarkan beberapa faktor : 1) Tempat Penyelenggaraan •
Traditional Art Gallery, galeri yang aktivitasnya diselenggarakan diselasar atau lorong panjang.
•
Modern Art Gallery, galeri dengan perencanaan ruang secara modern.
2) Sifat Kepemilikan •
Private Art Gallery, galeri yang dimiliki oleh perseorangan/pribadi atau kelompok.
•
Public Art Gallery, galeri milik pemerintah dan terbuka untuk umum.
•
Kombinasi dari kedua galeri di atas.
3) Isi Galeri •
Art Gallery of Primitif Art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas dibidang seni primitif.
•
Art Gallery of Classical Art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas di bidang seni klasik.
13 •
Art Gallery of Modern Art, galeri yang menyelenggarakan aktivitas di bidang seni modern.
4) Jenis Koleksi •
Galeri pribadi, tempat untuk memamerkan hasil karya pribadi seniman itu sendiri tanpa memamerkan hasil karya seni orang lain dan hasil karya seniman itu tidak diperjualbelikan untuk umum.
•
Galeri umum, galeri yang memamerkan hasil karya dari berbagai seniman, hasil karya para seniman itu diperjualbelikan untuk umum.
•
Galeri kombinasi, merupakan kombinasi dari galeri pribadi dan galeri umum, karya seni yang dipamerkan dalam galeri ini ada yang diperjual belikan untuk umum, ada pula yang merupakan koleksi pribadi seniman yang tidak diperjualbelikan. Hasil karya seni yang dipamerkan merupakan hasil karya seni dari beberapa seniman.
5) Tingkat dan Luas Galeri •
Galeri lokal, merupakan galeri yang mempunyai koleksi dengan obyakobyek yang diambil dari lingkungan setempat.
•
Galeri regional, merupakan galeri seni yang mempunyai koleksi dengan obyak-obyek yang diambil dari tingkat daerah/propinsi/daerah regional I.
•
Galeri internasional, merupakan galeri yang mempunyai koleksi dengan obyek-obyek yang diambil dari berbagai negara di dunia.
2.1.4 Batik “Batik is a piece of cloth –a pience of cloth made in the traditional manner and used especially in the traditional contect- carrying various ornaments of a specific nature (batik ornaments) applied by means of a dyeresist technique using “batik-wax” as the resisting medium” (Doelah, 2002: 10). Menurut Kuswadji (1981:2) “mbatik” berasal dari kata “tik” yag berarti kecil. Dengan demikian dapat dikatakan “mbatik” adalah menulis atau menggambar serba rumit (kecil-kecil).
A. Klasifikasi Batik
14 Dilihat dari proses pembuatannya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu batik tulis dan batik cap. Batik tulis adalah kain batik yang menggunakan canting tulis dalam proses pembuatannya. Sedangkan batik cap adalah kain batik yang menggunakan canting cap dalam proses pembuatannya. Batik tulis memakan waktu yang cukup lama dalam proses pembuatannya dibandingkan dengan batik cap karena seluruh pengerjaannya dilakukan secara manual menggunakan tangan. Sedangkan batik jika dilihat dari tempat berkembangnya dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu Batik Keraton dan Batik Pesisir. 1) Batik Keraton Batik Keraton adalah desain tradisional batik yang muncul dan berkembang didalam keraton Jawa. Tata letak ornamen dan warna yang digunakan merupakan suatu perpaduan yang menarik dalam sebuah estetik atau keindahan, filosofi hidup, dan sifat lingkungan darimana mereka muncul, yaitu keraton. Desain batik ini memiliki pengaruh dari Hindu-Jawa pada masa Pajajaran dan Majapahit yang kemudian berkembang dan memiliki dampak sangat besar di seluruh Jawa. Selain itu terdapat pula pengaruh islam didalam desain batik yang ditunjukkan dari adanya perubahan ornamen yang berkaitan dengan manusia dan hewan. Batik keraton tidak hanya memiliki nilai dan makna yang tinggi saja, tetapi batik keraton juga digunakan untuk menunjukkan status di dalam keraton. Terdapat beberapa motif larangan yang hanya dapat digunakan oleh Raja dan keturunannya saja. Batik ini berkembang di beberapa keraton diantaranya Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran, Pura Pakulaman, Keraton Cirebon, dan Keraton Sumenep. Ciri khas dari desain batik ini adalah pengunaan warna sogan atau coklat tua dengan motif parang dan kawung. 2) Batik Pesisir Batik pesisir adalah desain batik yang muncul dan berkembang di daerah pesisir pantai utara Jawa. Dalam pekembangannya desain batik ini banyak dipengaruhi oleh pendatang dari luar seperti Eropa dan Cina dan Jepang pada abad 19.
15 Ciri khas dalam batik pesisir ini adalah adanya motif bouquet of diverse flower atau flower tree dari eropa dan hewan mitologi Cina seperti burung merak yang merupakan simbol kehormatan dan keindahan. Selain itu batik pesisir memiliki warna yang lebih berani dan beragam dibandingkan dengan batik keraton yang hanya menggunakan warna sogan, hitam dan putih. Motif yang terdapat dalam desain batik ini tidak memiliki batasan dan makna yang tinggi seperti batik pada daerah keraton. Daerah yang memproduksi batik pesisir diantaranya adalah Pekalongan, Lasem, Kudus, Banyumas, Sidoharjo, Madura, dan lain sebagainya.
Gambar 2.3 Sarung Motif Buketan, Pekalongan
(Sumber : Doelah, 2002)
B. Ragam Hias Batik Menurut Doelah (2002, 20) ragam hias batik berdasarkan bentuknya dapat dibag 1) Ragam Hias Geometris Ragam hias geometris adalah ragam hias yang bentuknya termasuk kedalam bentuk geometris seperti garis lurus, persegi, trapesium, lingkaran, dan lain sebagainya yang dibuat secara berulang untuk memberntuk suatu pola
16 desain. Contoh dari ragam hias geometris ini adalah ceplok atau ceplokan dan diagonal (lereng dan parang). 2) Ragam Hias Non-geometris Ragam hias non-gormetris adalah ragam hias yang bentuknya bukan berasal dari bentuk geometris. Semen, lung-lungan, buketan, dan pinggiran termasuk dalam ragam hias non-geometris.
17
C. Material Pembuatan Batik Material yang digunakan untuk pembuatan kain batik dapat dibagi menjadi 2, yaitu bahan mentah seperti kain dan alat bantu yang digunakan seperti canting. 1) Bahan Mentah Bahan mentah yang dimaksud adalah kain yang digunakan untuk pembuatan kain batik. Menurut Doelah (2002), bahan kain yang paling batik dalam membuat batik adalah katun, sutra, viscose (sutra buatan), dan lain sebagainya, namun seiring dengan perkembangan teknologi, batik juga dapat dibuat pada serat sintetis.
Gambar 2.4 Kain Untuk Batik
(Sumber : Penulis 2014)
2) Alat Alat bantu yang digunakan dalam pembuatan batik diantara lain adalah sebagai berikut :
18
• Lilin (Batik-wax) Lilin atau yang lebih dikenal dengan nama malam digunakan untuk menutupi ornamen atau bagian yang tidak ingin terkena warna saat proses pewarnaan. Lilin batik terbuat dari 7 macam bahan seperti paraffin, lilin lebah (kote), sisa getah pinus (gondorukem), damar mata kucing yang pohon shoria apec, microwax, lilin daur ulang (lilin gladhangan), minyak kelapa dan lemak hewan. Lilin batik dibagi menjadi 3 yaitu, lilin klowong yang digunakan untuk membuat gambar utama dan gambar isi (isen-isen), lilin nembok yang digunakan untuk menutupi area yang berwarna putih, dan lilin biron yang digunakan untuk menutupi area yang diwarnai biru.
Gambar 2.5 Lilin Batik dan Canting Tulis
(Sumber : Penulis 2014)
• Canting Canting yang digunakan dalam pembuatan batik adalah canting tulis dan canting cap. Canting tulis adalah canting terbuat dari lempengan tembaga dengan gagang yang terbuat dari kayu. Canting ini digunakan untuk membuat pola pada batik tulis. Sedangkan canting cap adalah alat yang digunakan untuk membuat pola pada batik dengan menggunakan teknik
19 cap. canting cap terbuat dari tembaga yang bentuk menjadi suatu pola dengan gagang besi.
Gambar 2.6 (Kiri) Canting Tulis, Gambar 2.7 (Kanan) Canting Cap
(Sumber : Penulis 2014)
3) Bahan Pewarna Bahan pewarna batik dibedakan menjadi 2 yaitu bahan pewarna alami dan bahan pewarna buatan. • Pewarna Alami Pewarna alami adalah pewarna yang terbuat dari bahan alami seperti daun, kulit kayu, kayu, dan akar. Contoh : daun indigo untuk warna biru dan biru-hitam, akar mengkudu untuk warna merah, kayu tegeran atau akar batang temulawak untuk warna kuning, dan kulit kayu tingi untuk warna coklat kemerah-merahan. • Pewarna Sintetis Pewarna sintetis biasanya diimpor dari luar seperti Jerman (HOECHST), Britania (ICI), Switx\zerland (CIBA), Paris (FRANCOLOR), Amerika (DU PONT), dan Itali (ACNA).
20
Gambar 2.8 Bahan Pewarna Batik
(Sumber : Penulis 2014)
2.1.5 Batik Pekalongan Pekalongan bukanlah tempat yang pertama kali memproduksi batik, tetapi pekalongan merupakan salah satu tempat yang memproduksi batik paling halus dan merupakan salah satu daerah yang hingga saat ini tetap memproduksi batik paling besar di Indonesia.
A.
Sejarah Batik Pekalongan Batik pekalongan dikenal memiliki ragam corak dan warna yang
beragam dibandingkan batik pada daerah lainnya. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari berbagai macam budaya seperti India, Eropa atau Belanda, Cina dan Jepang. 1) Pengaruh India Kain Patola dan kain sembangi merupakan kain tenun dari Gujarat merupakan barang dagang yang sangat populer pada golongan bangsawan Indo-Belanda di Pulau Jawa pada masa Kerajaan Sriwijaya abad ke-7. Ornamen geometris pada kain tenun pantola dan motif bunga pada kain sembangi yang elegan pada waktu itu menunjukkan status sosial dari penggunanya. Namun pada akhir abad ke-18 dan awal abad 19 terjadi penurunan dalam perdangan dengan India, permintaan pada kedua kain
21 tersebut sangat sulit dipenuhi. Banyak dari wirausahawan lokal -Arab dan Cina- membuat replika dari kain tersebut untuk memenuhi permintaan pasar. Persaingan desain tenun pantola terjadi di tiga wilayah yaitu Pekalongan, Surakarta, dan Yogyakarta. Ketiga wilayah tersebut memiliki warna yang berbeda dikarenakan lingkungkan dan waktu yang berbeda. Di Pekalongan, desain imitasi tenun pantola diproduksi dengan menggunakan gaya jlamprang sedangkan motif sembangi dibuat dengan gaya nitik. Teknik batik jlamprang yang dimaksud adalah selain menggunakan indigo-biru dan soga-kuning kecoklatan, merah, hijau, ungu, kuning, dan biru terang. Selain itu desain pantola juga dikerjakan oleh pengusaha batik Belanda diantaranya Van Oosterom (1860) dan Van Zuylen (1890) yang menerapkan warna-warna pesisir. Ornamen sembangi dan pantola yang ada dalam kain batik di Indonesia, membuktikan adanya pengaruh budaya India ke Jawa seperti penyebaran agama hindu yang terlihat dari ornamen garuda, tree of life, tounge of flame, meru, dan ornamen lainnya.
Gambar 2.9 Kain Panjanng Motif Jlamprang
(Sumber : Ishwara, 2012)
22
2) Pengaruh Eropa atau Belanda Batik Belanda datang dan berkembang sekitar tahun 1840 dan 1940 dan hampir selalu berupa sarung yang pada mulanya dibuat hanya untuk orang Belanda atau Indo-Belanda dan orang ningrat. Biasanya wanita yang tergabung dalam komunitas Indo-Eropa memesan dan membeli batik dari wanita peranakan Cina, bahkan setelah itu banyak wanita peranakan Cina yang bekerja dirumah mereka untuk membuat batik, tidak untuk dijual hanya untuk dikonsumsi sendiri, namun sekitar tahun 1830 mereka (wanita Indo-Belanda) membuka workshop batik untuk dijual. Batik Belanda biasanya menggunakan warna yang lebih lembut seperti pastel dengan motif bunga atau buket bunga. Selain itu batik Belanda juga sering menggunakan motif yang terinspirasi dari dongeng asal eropa seperti putri salju dan Cinderella, lalu kartu pos, majalah buku dan media yang berasal dari eropa.
Gambar 2.10 Sarung Motif Buket Bunga Karya E. van Zulyen
(Sumber : Ishwara, 2012)
23
3) Pengaruh Cina Orang Cina sudah berada di Indonesia jauh sebelum orang portugis dan eropa datang melakukan perdagangan. Beberapa dari mereka menikah dengan orang lokal untuk melanjutkan keturunan karena mereka tidak dapat kembali lagi. Pada akhir abad 18 dan awal abad 19 telah diketahui bahwa orang Cina telah memulai perdangangan kain batik. Mereka bersaing dengan pedangang Muslim, Arab, India dan dibawah pemerintahan Belanda. Namum dengan keahlian mereka dalam bisnis dan pemasaran, mereka dapat membuat batik menjadi salah satu komoditi ekspor yang cukup besar. Batik Cina yang dibuat oleh orang keturunan cina biasanya memiliki desain yang menunjukan hewan mitologi cina seperti naga, singa, burung phoenix, kura-kura, ornamen yang berasal dari keramik Cina, dan ornamen mega atau awan. Motif buketan juga ditemukan pada batik Cina karena adanya pengaruh dari batik Belanda. Batik Cina biasanya menggunakan warna yang lebih cerah dibandingkan batik Belanda, mereka biasa menggunakan warna merah, biru, dan campuran keduanya.
Gambar 2.11 Sarung Motif Buketan Karya Oey Soe Tjoen
(Sumber : Ishwara, 2012)
24
4) Pengaruh Jepang Batik Jepang biasa disebut dengan Batik Djawa Hokokai. Batik Djawa Hokokai ini memiliki pengaruh kuat dari Jepang dalam hal desain dan warna. Batik ini memiliki dasar motif keratonan seperti parang, kawung, lereng, dan ceplokan dengan ornamen bunga seperti sakura, mawar, lili, dan anggrek yang biasanya disusun seperti buketan dan lung-lungan degan kupu-kupu. Selain itu juga sering terlihat motif burung merak pada batik ini yang melambangkan keindahan dan keanggunan. Batik Djawa Hokokai selalu dibuat dengan format pagi-sore, yaitu memiliki 2 desain dalam 1 kain.
Gambar 2.12 Kain Panjang Djawa Hokokai Karya Poertri Pemoedi HHD
(Sumber : Ishwara, 2012)
B.
Motif Batik Pekalongan Beberapa motif atau corak yang biasa ditemukan pada kain batik
Pekalongan dibagi menjadi 2 yaitu motif utama dan motif dasar diantaranya adalah sebagai berikut :
25
1) Motif utama
Tabel 2.1 Gambar Utama Kain Batik Nama
Gambar
Keterangan
Buketan
Buketan adalah motif Gambar
2.13
Motif
bunga atau rangkaian
Buketan Karya E. van
bunga.
Zuylen
menggunakan rangkaian bunga tulip,
Biasanya
mawar, lily,
lotus,
krisantium
dan lainnya.
Cerita Eropa
Pada masa pendudukan Gambar 2.14 Little Red
Belanda banyak batik
Riding Hood Karya
yang
Metzelaar
cerita
terinspirasi dari eropa
seperti
Snow White, Hanzel and Gretel sebagainya.
dan
lain
26
Hewan
Gambar 2.15 Bangau atau
Binatang yang sering
Heron Karya Matzelaar
digunakan dalam kain batik diantaranya adalah bangau, merak,
kupu-kupu, dan
beberapa
hewan lainnya.
Limar
Gambar 2.16 Limaran Karya Wollweber
Limaran adalah motif berbentuk
trapesium
seperti yang ditemukan pada kain tenun atau anyaman
Parang
Gambar 2.17 Motif Parang, Kain Pagi-Sore
Parang
adalah
motif
yang tebentuk dari garis diagonal atau garis yang diisi dengan ornamen.
Ceplok
Gambar 2.18 Motif
Merupakan bagian dari
27 Ceplok Sakura, Kain Pagi-Sore
desain
batik
berbentuk atau
yang
geometris
disusun
secara
geometris.
Jlamprang
Motif
Jlampang
Gambar 2.19 Motif
merupakan ragam hias
Jlamprang
ceplokan dalam bentuk lung-lungan dan bunga padma ditengahnya
yang disilang
dengan gambar peran dunia kosmis yang hadir sejak Agama Hidhu dan Budha berkembang di Jawa.
Pagi-Sore
Gambar 2.20 Motif Pagi-
Merupakan desain batik
Sore Buketan
yang memiliki 2 motif dalam satu kainnya.
(Sumber: Doelah, 2002)
28
2) Motif bagian dasar Motif ini biasanya berada di bagian latar badan dan digunakan sebagai background atau filling untuk mengsi ruang yan kosong dalam sebuah kain.
Tabel 2.2 Motif Dasar Batik Pekalongan Nama Carcena
Gambar Gambar 2.21 Motif Carcena
Keterangan Carcena adalah bintang berbentuk
seperti
bunga kecil yang biasa dikenal dengan pacar cina
Carcena Lobang
Gambar 2.22 Motif
Carcena lobang sama
Carcena Lobang
dengan carcena namun terdapat
lubang
ditengah.
Sessei Bai
Gambar 2.23 Motif Sessei
Sessei Bai adalah motif
Bai
yang menyerupai sisik ikan.
29
Anyaman
Gambar 2.24 Motif
Anyaman adalah motif
Anyaman
seperti anyaman pada tikar.
Beras Mawur
Gambar 2.25 Motif Beras Mawur
Beras mawur adalah motif
butiran
beras
yang bersebaran
Belimbing
Belimbing adalah motif Gambar 2.26 Motif
buah belimbing.
Belimbing
Cocohan
Gambar 2.27 Motif
Cocohan adalah motif
30 Cocohan
titik
dengan
menggunakan canting untuk membatik.
Galaran
Gambar 2.28 Motif
Galaran adalah garis
Galaran
diagonal. Galar adalah tikar
yang
dibuat
menggunakan bamboo yang diratakan.
Galaran Mencong
Gambar 2.29 Motif
Galaran mencong sama
Galaran Mencong
dengan motif galaran namun
dengan
garis
bergelombang. Mencong
berarti
bengkok, tidak lurus.
31
Latar Kawatan
Latar kawatan adalah Gambar 2.30 Motif Latar
Cecekan
background atau latar
Kawatan
belakang kawat
Gambar 2.31 Motif
Cecekan adalah
Cecekan
titik
pada kain yang dibuat menggunakan canting
Kembang Jeruk
Gambar 2.32 Motif Kembang Jeruk
Kembang jeruk adalah motif
bunga
jeruk
(Citrus).
Kembang Randu
Gambar 2.33 Motif
Kembang randu adalah
32 Kembang Randu
motif
bunga
pohon
randu (kapas).
Kembang Cengkih
Gambar 2.34 Motif
Kembang
Kembang Cengkih
adalah
motif
Cengkih bunga
pohon cengkeh
Ukelan
Gambar 2.35 Motif Ukelan
Ukelan adalah motif berbentuk keriting
(Sumber : Ishwara, 2012)
33
C.
Cara Pembuatan Batik Pekalongan Cara pembuatan batik di Pekalongan, dalam pewarnaannya tidak hanya
dicelupkan ke dalam tungku yang berisi pewarna batik. Tetapi juga ada penambahan warna dengan cara mengoleskan cairan pewarna menggunakan kuas (coletan). Menurut Doelah (2002:16) berikut adalah beberapa langkah pembuatan batik pekalongan:
1) Mbathik Menggambar desain pola pada kain mori dengan canting tulis yang telah diisi dengan malam (lilin batik).
Gambar 2.36 Proses Membatik
(Sumber : Doelah, 2002)
2) Nyolet Mewarnai beberapa bagian dari desain menggunakan kuas.
Gambar 2.37 Proses Nyolet
(Sumber : Doelah, 2002)
34
3) Nutup Menutupi seluruh bagian yang tidak ingin diwarnai menggunakan malam.
Gambar 2.38 Proses Nutup
(Sumber : Doelah, 2002)
4) Ndhasari Mewarnai dasar dengan cara mencelupkan kain kedalam tugku yang berisi pewarna batik.
Gambar 2.39 Proses Ndhasari
(Sumber : Doelah, 2002)
35
5) Menutup Dasaran Menutup dasar yang telah diwarnai tadi menggunakan malam.
Gambar 2.40 Proses Menutup Dasaran
(Sumber : Doelah, 2002)
6) Medel Mewarnai kain dengan pewarna biru pada tungku.
Gambar 2.41 Proses Medel
(Sumber : Doelah, 2002)
36
7) Nglorod Menghapus seluruh malam dengan cara merebusnya kedalam air mendidih.
Gambar 2.42 Proses Nglorod
(Sumber : Doelah, 2002)
8) Nutup dan Granitan Menutup area yang telah diwarnai dan area yang masih berwarna putih.
Gambar 2.43 Proses Nutup dan Granitan
(Sumber : Doelah, 2002)
37
9) Nyoga Mewarnai kain dengan pewarna soga pada tungku.
Gambar 2.44 Proses Nyoga
(Sumber : Doelah, 2002)
10) Nglorod Menghapus semua malam dengan air mendidih. Ini adalah langkah terakhir dalam pewarnaan batik khas pekalongan.
Gambar 2.45 Proses Nglorod
(Sumber : Doelah, 2002)
38
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1 House of Danar Hadi, Surakarta
A. Sejarah House of Danar Hadi adalah suatu komplek wisata budaya yang didirikan oleh H. Santosa Doelah dan diresmikan oleh Menteri Pariwisata dan Kebudayaan RI Bapak Ir. Jero Wacik SE pada tanggal 22 Agustus 2008 yang kemudian dijadikan salah satu tujuan wisata di Surakarta. House of Danar Hadi ini terdiri dari beberapa bangunan yaitu nDalem Wuryaningratan, Museum Batik Kuno Danar Hadi, Workshop pembuatan Batik Tradisional, Showroom Batik Danar Hadi serta Pusat Souvenir dan Cafe.
B. Lokasi House of Danar Hadi
Gambar 2.46 Peta Lokasi House of Danar Hadi
(Sumber : houseofdanarhadi.com)
House of Danar Hadi terletak di Jalan Slamet Riyadi 261 yang merupakan jalan utama di Kota Solo. Letak Museum ini sangat strategis mudah dicapai, hanya 20 menit dari bandara Adi Sumarno, 20 menit dari terminal bus
39 Tirtonadi, dan 10 Menit dari stasiun kereta api Solo Balapan. Selain ini House of Danar Hadi ini dekat dengan Keraton Mangkunegaran dan Pasar Klewer.
C. Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Struktur Organisasi PT Batik Danar Hadi Surakarta
(Sumber : http://eprints.uns.ac.id/9982/1/106482310200909491.pdf)
40
D. Fasilitas •
Museum
Gambar 2.47 Entrance Musem
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com)
Musem danar hadi ini terdiri dari sebelas ruangan yang memamerkan koleksi dari sebelum penjajahan belanda sampai kemerdekaan Indonesia. Koleksi tersebut siantaranya Batik Keraton, Beatik Belanda, Batik Cina, Batik Hokokai, Batik Indonesia, dan Batik Saudagaran. Pembagian ruang dalam museum ini berdasarkan buku H. Santoso Doelah yaitu Batik, Pengaruh Zaman dan Lingkungan. Interior ruang koleksi ini ditata rapi, kain yang dipamerkan digantung pada gawangan Ruangan ini menggunakan material lantai homogenus tile dengan dinding dan ceiling yang di cat berwarna putih.
41
Gambar 2.48 (Kiri) Display Batik Belanda, Gambar 2.49 (kanan) Display Batik Cina
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
Gambar 2.50 (kiri) Display Batik Keraton, Gambar 2.51 (kanan) Display Batik Danar Hadi
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
Gambar 2.52 (kiri) Display Batik Indonesia, Gambar 2.53 (kanan) Display Batik Pemberian Keluarga dan Kerabat
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
42
•
Workshop Ruang workshop ini terdiri dari area desain atau menggambar, area
membatik (tulis dan cap), area mewarnai seperti nyolet dan pencelupan kain ke dalam warna, serta area pelorodan yaitu proses penghilangan malam dengan cara merebus kain.
Gambar 2.54 area membatik dan cap
(sumber : http://tripadvisor.com/)
Gambar 2.55 area pencelupan warna
(sumber : http://tripadvisor.com/)
43
•
Showroom Showroom ini menjual batik dalam berbagai bentuk seperti kain
panjang, sarung, kemeja, celana, rok. Dalam showroom ini terdapat pembagian area untuk display kain yang berharga tinggi, baju jadi, dan kain panjang. Serta terdapat pula area untuk duduk bagi pengunjung showroom.
Gambar 2.56 Area Display Kain dan Tas Batik
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
Gambar 2.57 Area Display Kain Batik
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
44
Showroom Batik Danar Hadi ini menggunakan homogenus tile sebagai material lantai dengan dinding yang di cat berwarna putih dan terdapat permainan tinggi rendah pada ceiling-nya. Showroom ini sepenuhnya menggunakan penghawaan buatan dari ac split yang dipasang pada beberapa area rungan. Sedangkan sistem pencahayaannya menggunakan lampu downlight sebagai general lighting serta terdapat beberapa lampu spotligt pada beberapa area display serta lampu gantung dan lampu meja. Selain itu terdapat pula pencahayaan alami yang berasal dari jendela dan pintu kaca yang berada di beberapa bagian dari dari bagunan tersebut.
Gambar 2.58 Area Duduk
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
45
Gambar 2.59 Area Display Baju Jadi dan Kain Batik
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
•
nDalem Wuryanigratan nDalem Wuryaningratan yang didirikan pada tahun 1890,
merupakan kediaman dari KPH. Wuryaningrat, cucu dari Pakubuwono IX, dan menantu dari Raja Surakarta I.SK.S Pakubuwono X. Ruangan ini digunakan untuk acara hajatan seperti pernikahan, tarapan dan upacara tradisional lainnya.
Gambar 2.60 nDalem Wuryanigratan
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
46
•
Sasana Mangunsuka Merupakan bangunan yang dibangun untuk melengkapi nDalem
Wuryanigratan pada tahun 2002. Ruangan ini memiliki interior yang mewah dengan ciri khas langgam jawa.
Gambar 2.61 Sasana Mangunsuka
(Sumber : http://houseofdanarhadi.com/)
•
Soga Restaurant Soga merupakan restaurant yang disediakan oleh House of Danar
Hadi yang menyediakan menu makanan dan minuman khas Solo. Restaurant ini didesain dengan gaya etnik modern yang sesuai dengan konsep dari bangunan House of Danar Hadi. Lantainya menggunakan homogenus tile dengan dinding dan ceiling yang berwarna putih. Dalam resataurant ini dibagi menjadi beberapa area seperti area makan yang berada di dalam ruangan dan di luar ruangan serta area bar yang terdapat di bagian dalam.
47
Gambar 2.62 Soga Restaurant
(Sumber : Penulis, 2014)
2.2.2 Batik Komar, Bandung
A. Sejarah Batik Komar didirikan oleh H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds bersama istrinya Hj. Nuryanti Widya pada tahun 1998 di Kota Bandung. Mereka bardua lahir dan besar di desa Trusmi Plered Cirebon yang merupakan kawasan pengrajin batik. Pada awalnya mereka hanya menjual batik produksi keluarga, namun karena tingginya permintaan pelanggan yang menginginkan batik yang berbeda dari yang ada, Bapak Komarudin mulai belajar membuat batik dengan tema yang beragam tanpa ragam hias dari Cirebon. Pada tahun 1997 beliau berhasil mendapatkan juara pertama pada Ferstival Lomba Cipta Selendang Batik Internasional di Yogyakarta yang diadakan oleh Yayasan Batik Indonesia (YBI) dan Kementrian Parpostel. Kemenangan tersebut membuat Batik Komar semakin dikenal oleh masyarakat luas dan meraih beberapa peghargaan seperti Paramakarya dari Pemerintah Indonesia, Upakarti, BNSP Award, Archipelago Award, dan lain sebagainya.
48
Saat ini Batik Komar memiliki pekerja terampil dalam bidang batik yang berjumlah 300 pengrajin di bandung dan Cirebon. Batik Komar telah memasarkan produknya hingga ke mancanegara seperti Jepang dan New York, Amerika. Selain itu Batik Komar juga memasarkan produknya dengan mengikuti kegiatan pameran yang diadakan di Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika.
B. Lokasi Batik Komar, Bandung
Gambar 2.63 Denah Workshop dan Showroom Batik Komar
(Gambar : http://wisata-batik.com/)
Batik Komar berada di Jalan Cigadung Raya Timur 1 nomor 5. Selain showroom, Batik Komar juga menyediakan fasilitas workshop didalamnya. Tempat ini dapat ditempuh hanya 20 menit dari tol pasteur menggunakan mobil pribadi. Selain itu tempat ini juga dapat ditempuh mengunakan angkutan umum seperti angkutan kota (angkot), bus, dan juga ojek.
C. Visi dan Misi Batik
Komar
memiliki
misi
yaitu
untuk
melestarikan
dan
menumbuhkan tradisi batik Cirebon sebagai salah satu upaya untuk
49
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Trusmi Plered Cirebon pada khususnya dan menumbuhkan industri kerajinan batik Indonesia pada umumnya. Sedangkan visi yang dimiliki adalah sebagai berikut : • Batik Tradisional Trusmi Cirebon bisa lebih dikenal di kancah dunia batik nasional dan internasional. • Meningkatkan kesejahteraan karyawan melalui lingkungan tempat kerja dan tempat tinggal yang bersih dan sehat, pemberian upah yang wajar sesuai dengan keahlian dan prestasi kerja yang diberikan kepada perusahaan. • Meningkatkan kualitas dan daya saing yang berpotensi untuk memasuki pasar global. • Memperkaya desain motif untuk menambah perbendaharaan motif-motif tradisional yang sudah ada dan memasyarakat. • Melakukan inovasi pada bidang bahan dasar kain, melalui pengembangan desain tekstur tenun dan melakukan kombinasi serat alam. • Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang industri kerajinan batik dengan cara mendidik tenaga-tenaga terampil dan produktif yang diambil dari daerah-daerah di luar pusat pengrajin batik. • Memperluas jaringan kerja dengan pusat-pusat industri kerajinan batik melalui pertukaran informasi desain dan proses produksi. • Berbagi ilmu dan informasi tentang berbagai proses batik bagi pengrajin batik di daerah-daerah tertentu yang ingin mengembangkan industri kerajinan batik.
D. Fasilitas •
Showroom Showroom pada Batik Komar ini dibagi menjadi beberapa area,
yaitu area kain dengan harga mahal, area kain biasa, area pakaian wanita, area pakaian pria, area aksesoris, area ganti pakaian, area kasir dan area duduk.
50
Gambar 2.64 Area Display Baju Jadi
(Sumber : Penulis, 2014)
Ruangan ini menggunakan keramik berwarna putih untuk material lantai. Finishing dinding dan ceiling menggunakan cat berwarna putih. Pencahyaan dan penghawaan pada ruangan ini sebagian besar menggunakan pencahayaan dan penghawaan buatan.
Gambar 2.65 Area Display Kain
(Sumber : Penulis, 2014)
51
Gambar 2.66 Area Display Kain Mahal dan Area Duduk
(Sumber : Penulis, 2014)
•
Workshop Batik Komar Bandung menyediakan fasilitas workshop yang terdiri
dari proses desain hingga proses pewarnaan. Pengunjung yang ingin mencobanya dikenakan biaya Rp.25.000,00- untuk 1 kain yang berukuran sapu tangan. Area workshop ini tersiri dari area desain, area membatik, area mengecap, area nyolet, area nutup, dan area ngelorod.
Gambar 2.67 (Kiri) Menggambar Motif Pada Kertas, Gambar 2.68 (Kanan) Menggambar Motif Pada Kain
(Sumber : Penulis, 2014)
52
Area workshop ini mengunakan material keramik sebagai material lantai arena dianggap cukup kuat dalam menahan beban diatasnya dan mudah dibersihkan. Dinding pada area mendesain menggunakan dinding bata yang di cat putih, sedangkan pada area workshop mengunakan dining bata ekspose.
Gambar 2.69 (Kiri) Area Ngelorod, Gambar 2.70 (Kanan) Area Menyolet
(Sumber : Penulis, 2014)
Gambar 2.71 (Kiri) Area Pengecapan, Gambar 2.72 (Kanan) Area Membatik
(Sumber : Penulis, 2014)
53
•
Ruang Penyimpanan Dalam ruang penyimpanan ini terdapat 1000 canting yang ditata
rapi dalam lemari rak susun milik Batik komar. Pencahayaan pada ruangan ini dapat dikatakan kurang terang, cukup sulit untuk melihat motif yang ada pada canting. Penghawaan pada ruangan ini seluruhnya menggunakan penghawaan alami.
Gambar 2.73 (Kiri) Ruang Penyimpanan Canting, Gambar 2.74 (Kanan) Canting Dalam Ruang penyimpanan
(Sumber : Penulis, 2014)
54
2.2.3 Batik Bachir Latifah (BL) Putra, Pekalongan
Gambar 2.75 Showroom Batik BL di Pesindon, Pekalongan
(Sumber : Penulis, 2014)
A. Sejarah Batik BL Putra, Pekalongan Batik BL berdiri pada tahun 1970. BL merupakan sigkatan dari nama suami-istri pemilik batik ini yang bernama Bachir Achmad dan Latifah Djahri. Batik BL ini awalnya diproduksi secara rumahan di kampung Pesindon, Pekalongan. Dengan usaha batiknya, mereka berdua berhasil membesarkan 7 orang anak, namun belum sempat berkembang Bapak Bachir Achmad meninggal dunia pada tahun 1973. Sepeninggal Bapak Bachir Achmad, Ibu Latifah dengan dibantu oleh dua orang anaknya yang bernama Kamaludin Bachir dan Soetrisno Bachir. Mereka berdua menjadi tulang punggung ekonomi keluarga dengan berjualan batik dari rumah-kerumah dan menjaga toko mereka yang berada di kawasan Panglima Polim, Kebayoran Baru setelah pulang kuliah secara bergantian. Selain itu mereka juga menjalankan bisnis keluarga lainnya dengan membangun Group Ika Muda yang merupakan pelopor bisnis properti dan perikanan yang sukses pada tahun 1980-an.
55
Gambar 2.76 Foto Keluarga Bachir
(Sumber : Penulis, 2014)
Kesuksesan Grup Ikamuda juga membawa kesuksesan bagi Batik BL sehingga mampu membuka beberapa cabang di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Bali serta melakukan ekspor batik ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Pada krisis moneter tahun 90an Grup Ikamuda dinyatakan bangkut, namun Batik BL masih dapat bertahan ditangan mereka dan Ibu. Pada tahun 2008 Ibu Latifah Djahri meninggal dunia dan Batik BL dan diwarsikan kepada anak terakhir dari 7 bersaudara yang bernama Ibu Enny Apridningsih Bachir. Dibawah kepengurusan beliau, Batik BL berganti nama menjadi Batik BL Putra dan memiliki showroom dan workshop yang terletak di Jalan KHM Mansyur 87, Pekalongan dengan luas tanah 1.70 m2. Batik BL Putra memproduksi batik cap dan batik tulis khas Pekalongan baik dalam bentuk pakaian jadi seperti kemeja maupun kain panjang. Selain itu, toko ini juga menjual berbagai aksesoris yang terbuat dari batik seperti tas, bandana, dan bahan interior seperti sarung bantal kursi.
56
B. Lokasi Batik BL Putra, Pekalongan
Gambar 2.77 Peta Lokasi Batik BL Putra, Pekalongan
(Sumber : https://maps.google.com/)
Lokasi Batik BL Putra berada di Jalan KHM Mansyur 87, Pekalongan. Batik BL Putra ini dibangun diatas tanah seluas 1.70 m2 dan berada di jalan pantura (pantai utara) Jawa sehingga mudah diakses melalui jalur darat seperti menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum.
C. Visi dan Misi Batik BL Putra Pekalongan Visi dari Batik BL Putra adalah mengembangkan seni kain Batik Indonesia terutama Batik Pekalongan yang memiliki keanekaragaman ragam warna dan motif yang khas. Misi dari Batik BL Putra adalah sebagai berikut : •
Melestarikan kain batik Indonesia, khususnya kain batik khas Pekalongan
•
Memproduksi kain batik dengan mutu dan kualitas yang tinggi
57
•
Menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat Pekalongan
•
Memperlus jaringan kerja dalam industri kain batik
D. Struktur Organisasi
Bagan 2.2 Struktur Organisasi Batik BL Putra
(Sumber : Batik BL Putra, 2014)
E. Fasilitas • Showroom Pada showroom toko batik ini dibagi menjadi beberapa area seperti area gelaran yang digunakan untuk membuka atau menggelar kain batik, area display kemeja/ baju jadi, area display kain mahal, area display aksesoris, area duduk, area penyimpanan, dan area kasir.
58
Gambar 2.78 Area Gelaran Kain Batik
(Sumber : Penulis, 2014)
Gambar 2.79 Area Display Kemeja Batik
(Sumber : Penulis, 2014)
Toko ini menggunakan homogenus tile 60cm x 60cm sebagai material lantai dengan dinding di cat warna krem dan ceiling gypsum yang
diwarna
putih.
Sistem
penghawaannya
menggunakan
pengahawaan alami dan buatan. Penggunaan ac (air conditioning) hanya jika terdapat pengunjung yang datang secara berkelompok
59
(khusus) atau jika udara diluar terlalu panas. Pencahyaaan pada toko ini menggunakan pencahayaan alami karena terdapat banyak jendela di sekeliling ruangan pada pagi hingga siang hari dan bantuan lampu pada malam hari.
Gambar 2.80 Area Kasir
(Sumber : Penulis, 2014)
Gambar 2.81 Area Display Kain Sarung
(Sumber : Penulis, 2014)
60
• Workshop Area workshop pada Batik BL Putra dibagi menjadi beberapa area seperti area menggambar desain batik, area membatik cap, area membatik canting, area mewarnai (nyolet), area mewarnai (celup), area menutup dengan malam (mopok), area merebus kain (ngelorod), area menjemur batik, dan area menjahit.
Gambar 2.82 (Kiri) Area Membatik Cap dan Tulis, Gambar 2.83 (Kanan) Area Pencelupan Warna
(Sumber : Penulis, 2014)
Gambar 2.84 (Kiri) Area Nyolet atau Mewarnai, Gambar 2.85 (Kanan) Area Ngelorod atau Penghilangan Lilin
(Sumber : Penulis, 2014)
61
Area workshop pada toko batik ini masih sangat tradisional. Hampir seluruh area pada workshop menggunakan semen unfinished kecuali pada area nyolet dan area menjahit. Dindingnya menggunakan hanya menggunakan finishing cat sedangkan atapnya langsung atap genting tanpa ceiling.
Gambar 2.86 Area Menjahit,
(Sumber : Penulis, 2014)
Gambar 2.87 Area Menjemur Kain Batik
(Sumber : Penulis, 2014)