BAB II LANDASAN TEORI
A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan bagian dari harta kekayaan perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu periode akuntansi. Manfaat menunjukkan sifat dimana aktiva tetap dapat memberikan kontribusi jasa bagi operasi normal perusahaan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 Tahun 2007 pengertian aktiva tetap adalah sebagai berikut: Aktiva Tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun. Mulyadi (2002:179) menyatakan: Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Soemarso (2005:20) menyatakan aktiva tetap adalah “aktiva berwujud yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun, digunakan dalam
5
kegiatan perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, serta nilainya cukup besar”. Rudianto (2009:272) menyatakan aktiva tetap adalah “barang berwujud milik perusahaan yang sifatnyarelatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan bukan untuk diperjualbelikan”. Baridwan (2004:271) menyatakan aktiva tetap adalah “aktivaaktiva berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal”. Berdasarkan definisi-definisi di atas aktiva tetap memiliki mempunyai sifat atau ciri-ciri sebagai berikut: a. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, artinya aktiva tetap dapat digunakan dalam tempo lebih dari satu tahun atau jangka panjang. b. Tujuan dari pembeliannya bukan untuk dijual kembali atau diperjualbelikan sebagai barang dagangan, tetapi untuk dipergunakan dalam kegiatan operasi perusahaan. c. Jumlahnya cukup material. Sifat pertama merupakan salah satu alasan mengapa aktiva tetap harus disusutkan. Sedangkan Sifat kedua dari aktiva tetap tersebut yang membedakan aktiva tetap dari persediaan barang dagangan. Dan sifat ketiga merupakan salah satu alasan mengapa setiap perusahaan harus membuat kebijakan kapitalisasi, yang membedakan antara capital expenditure dan revenue expenditure. 6
Di dalam PSAK No. 16 Tahun 2007 suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap bila: a. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan. b. Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara handal.
2. Penggolongan Aktiva Tetap Aktiva tetap dalam kegiatan operasional perusahaan dapat dikelompokkan sedemikian rupa menurut fungsi dan kegunaannya, hal ini dimaksudkan
untuk
memudahkan
bagi
pihak
manajemen
dalam
mengadakan pengawasan dan pelaksanaan administrasi aktiva tetap. Aktiva tetap dapat digolongkan sebagai berikut: a.
Aktiva tetap berwujud (fixed tangible assest) yaitu aktiva tetap yang mempunyai wujud/fisik, bisa dilihat, dan bisa diraba, seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lain.
b.
Aktiva tetap tidak berwujud (fixed intangible assets) yaitu aktiva tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk, sehingga tidak bisa dilihat dan diraba seperti hak paten, hak cipta, franchise, goodwill, merk dagang dan lain-lain. Baridwan (2004:272) menyatakan untuk tujuan akuntansi aktiva
tetap berwujud (fixed tangible assest) dikelompokkan menjadi tiga golongan sebagai berikut: 7
a. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah. b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis misalnya bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kendaraan dan lain-lain. c. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak bisa diganti dengan aktiva yang sejenis misalnya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan lain-lain.
3. Perolehan dan Penilaian Aktiva Tetap Aktiva tetap dicatat pada mulanya sebesar biaya perolehan. Biaya atau harga perolehan aktiva tidak hanya meliputi harga pembelian atau nilai setaranya, tetapi juga pengeluaran lain yang diperlukan untuk memperoleh serta menyiapkannya agar dapat digunakan sesuai dengan tujuan, seperti pajak dan bea, ongkos angkut, biaya pemasangan, dan pengeluaran
lainnya
yang
berkaitan
dengan
perolehannya
harus
dimasukkan di dalam harga perolehan aktiva tersebut. Berdasarkan PSAK No. 16 Tahun 2007 harga perolehan aktiva tetap adalah: Jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. Dalam laporan keuangan aktiva tetap dilaporkan sebesar biaya perolehan aktiva tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Jika aktiva diperoleh dari pertukaran maka harga pasar aktiva yang 8
diserahkan dipakai sebagai ukuran harga perolehan aktiva yang diterima. Apabila harga pasar aktiva yang diserahkan tidak diketahui, maka harga pasar aktiva yang diterima dicatat sebagai harga perolehan aktiva tetap tersebut. Sesudah aktiva tetap itu diperoleh dan dalam masa penggunaan maka untuk aktiva yang umurnya tidak terbatas dilaporkan sebesar harga perolehannya, sedangkan untuk aktiva tetap yang umurnya terbatas dicantumkan dalam neraca sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan.
4. Cara Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masingmasing cara perolehannya akan mempengaruhi penentuan harga perolehannya. Cara-cara perolehan aktiva tetap antara lain: a. Pembelian Tunai Aktiva tetap yang berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan, termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap dipakai seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai, maka potongan tunai tersebut merupakan pengurang terhadap harga faktur, tidak memandang apakah potongan itu didapat atau tidak. 9
Jurnal yang harus dibuat bila aktiva tetap dibeli secara tunai: Aktiva Tetap
Rp xxx
Kas
Rp xxx
b. Pembelian Angsuran Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik dinyatakan maupun tidak, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga. Jurnal yang harus dibuat bila aktiva tetap dibeli secara angsuran: Aktiva Tetap
Rp xxx
Utang
Rp xxx
Dan pada saat pembayaran angsuran maka jurnal yang harus dibuat: Utang
Rp xxx
Biaya Bunga
Rp xxx
Kas
Rp xxx
c. Ditukar dengan Surat-surat Berharga Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan, dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap tersebut ditentukan sebesar harga pasar aktiva tetap tersebut. Jika harga pasar surat berharga dan aktiva tetap yang ditukar kedua-duanya tidak diketahui, maka nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan 10
perusahaan. Nilai pertukaran tersebut dipakai sebagai dasar pencatatan harga perolehan aktiva tetap dan nilai surat berharga yang dikeluarkan. Pertukaran aktiva tetap dengan saham atau obligasi perusahaan akan dicatat dalam rekening modal saham atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya. Selisih nilai pertukaran dengan nilai nominal dicatat dalam rekening agio/disagio. Jurnal yang dibuat apabila harga saham lebih kecil dari nilai aktiva tetap: Aktiva Tetap
Rp xxx
Modal Saham
Rp xxx
Agio Saham
Rp xxx
Jurnal yang dibuat apabila harga saham lebih besar dari nilai aktiva tetap: Aktiva Tetap
Rp xxx
Disagio Saham
Rp xxx
Modal Saham
Rp xxx
d. Ditukar dengan Aktiva Tetap yang Lain Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar-menukar, atau sering disebut tukar tambah, dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru baik seluruhnya atau sebagian dimana kekurangannya dibayar tunai. Harga perolehan untuk aktiva baru adalah harga pasar aktiva lama ditambah uang yang dibayarkan (kalau ada) atau dikapitalisasikan sebesar harga pasar aktiva baru yang 11
diterima. Laba yang timbul akibat penukaran aktiva tetap yang sejenis akan ditangguhkan (mengurangi harga perolehan aktiva baru), dan apabila terjadi kerugian maka ruginya akan dibebankan dalam periode terjadinya penukaran. Sedangkan penukaran dengan aktiva yang tidak sejenis keuntungan maupun kerugian akibat pertukaran dibebankan pada periode terjadi penukarannya. e. Diperoleh dari hadiah/donasi Untuk menerima hadiah mungkin dikeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Masalah yang dihadapi berupa nilai aktiva yang diterima nanti dilaporkan dalam neraca. Apabila terjadi hal seperti ini maka aktiva dinilai berdasarkan harga pasar yang wajar seandainya aktiva tersebut dibeli, oleh karena aktiva perusahaan bertambah dan untuk penambahan itu perusahaan tidak ada pengorbanan maka pertambahan aktiva itu akan diimbangi dengan penambahan modal donasi dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh hadiah tersebut tidak menambah harga pasar aktiva untuk menentukan harga perolehannya tetapi harus dikurangkan dari modal donasi. Jurnal yang harus dibuat apabila perusahaan menerima hadiah aktiva tetap dari pihak luar: Aktiva Tetap Modal Donasi
Rp xxx Rp xxx
f. Aktiva yang dibuat sendiri 12
Harga perolehan aktiva yang diperoleh dengan membangun sendiri terdiri dari harga material dan tenaga kerja yang dibayar perusahaan ditambah biaya lain seperti listrik, solar, dan depresiasi peralatan milik perusahaan yang digunakan dalam pembangunan tersebut. Dalam hal ini mungkin juga terdapat biaya bunga, seandainya dana pembangunan berasal dari pinjaman pada pihak luar. Jika harga perolehan aktiva yang diperoleh dengan membangun sendiri ternyata lebih rendah dari harga pasar aktiva sejenis, maka perusahaan tidak boleh mengakui adanya keuntungan.
5. Pengeluaran Selama Masa Penggunaan Aktiva Tetap Menurut Baridwan (2004:272) pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Pengeluaran
modal
(capital
expenditure)
adalah
pengeluaran-
pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi). b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah pengeluaranpengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.
13
Pengklasifikasian pengeluaran secara benar sangat penting. Klasifikasi yang tidak tepat akan mempengaruhi laporan laba selama umur manfaat aktiva tersebut. Apabila biaya salah diklasifikasikan, misalnya diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal dan ditambahkan ke akun aktiva, maka laba sekarang akan dinilai terlalu tinggi, dan laba masa depan akan dinilai terlalu rendah karena biaya-biaya tersebut disusutkan. Pengeluaran modal yang biasa dilakukan untuk aktiva tetap adalah sebagai berikut: a. Penambahan pada aktiva tetap Biaya ini harus didebit ke akun aktiva tetap yang terkait. Biaya ini harus disusutkan selama estimasi umur manfaat atau umur manfaat tersisa dari bangunan, mana yang lebih pendek. b. Perbaikan Merupakan pengeluaran yang meningkatkan efisiensi atau kapasitas operasi aktiva tetap selama sisa umur manfaatnya. c. Reparasi besar-besaran Merupakan pengeluaran yang menambah umur manfaat aktiva tetap. Pengeluaran ini didebit ke akun akumulasi penyusutan yang berhubungan. Penyusutan untuk periode yang akan datang dihitung kembali atas dasar nilai buku aktiva yang direvisi dan estimasi umur manfaat tersisa yang direvisi. Selama masa manfaat aktiva tetap berwujud, pengeluaran rutin dan pengeluaran khusus selalu terjadi. Pengeluaran tertentu diperlukan untuk 14
memelihara dan memperbaiki aktiva, pengeluaran lainnya timbul untuk meningkatkan kapasitas atau efisiensi atau untuk memperpanjang masa manfaatnya. Pengeluaran setelah perolehan dimasukkan dalam empat kategori utama: a. Pemeliharaan dan reparasi biasa Pengeluaran pemeliharaan meliputi biaya yang berlangsung secara terus menerus untuk memelihara aktiva tetap agar selalu dalam kondisi siap pakai. Sedangkan biaya reparasi berhubungan dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk menjaga aktiva tersebut dalam kondisi operasi tetap secara material tidak menambah nilai kegunaan aktiva dan juga tidak memperpanjang manfaat secara signifikan. b. Peningkatan (perbaikan), penggantian, dan reparasi tidak biasa Suatu peningkatan (perbaikan) merupakan penggantian komponen utama aktiva tetap dengan komponen lainnya yang mampu memberikan kinerja yang lebih signifikan. Penggantian adalah substitusi komponen utama aktiva tetap dengan komponen lainnya yang kualitasnya sama. Sedangkan reparasi yang tidak biasa atau pembaharuan membutuhkan pengeluaran besar yang sifatnya tidak sering terjadi, dan biasanya meningkatkan utilitas atau umur pelayanan aktiva di atas ukuran awalnya. c. Penambahan Penambahan merupakan perluasan, pelebaran, atau ekspansi dari aktiva yang ada. 15
d. Pengaturan kembali dan penyesuaian lainnya Biaya pemasangan kembali, melakukan rute ulang, atau pengaturan kembali mesin-mesin pabrik untuk meningkatkan efisiensi merupakan pengeluaran modal jika manfaat yang diberikan melampaui periode akuntansi yang berjalan.
B. Penyusutan 1. Pengertian Penyusutan Aktiva tetap selain tanah akan kehilangan kemampuan mereka seiring dengan berlalunya waktu untuk menyediakan manfaat kepada perusahaan. Berdasarkan hal tersebut biaya atas aktiva tetap harus ditransfer ke akun beban dengan cara yang sistematis sepanjang umur manfaatnya. Kieso (2002:58) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penyusutan adalah “proses akuntansi dalam mengalokasikan biaya aktiva berwujud ke beban dengan cara yang sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari penggunaan aktiva tersebut”. Baridwan (2004:305) menyatakan penyusutan adalah “sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi”. Menurut PSAK No. 17 Tahun 2007 penyusutan adalah “alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang 16
diestimasi yang akan dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”. Aktiva tetap yang dapat disusutkan adalah aktiva tetap yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a.
diaharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi
b.
memiliki masa yang terbatas
c.
dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang atau jasa untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi Baridwan (2004:309) menyatakan ada tiga faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan setiap periode, yaitu: a. Harga perolehan (cost) Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan. b. Nilai Sisa (residu) Yaitu jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau caracara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi
dengan
biaya-biaya
yang
terjadi
pada
saat
menjual/menukarnya. c. Taksiran umur kegunaan
17
Taksiran ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya. Dalam menaksir umur aktiva harus dipertimbangkan faktor-faktor fisik dan fungsional.
2. Metode Penyusutan Aktiva Tetap Penentuan beban penyusutan bergantung pada pemilihan metode yang tepat. Profesi mensyaratkan bahwa metode penyusutan yang digunakan
harus
sistematik
dan
rasional.
Baridwan
(2004:308)
menyatakan bahwa ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan periodik, yaitu: a. Metode Garis Lurus (Straight-line Method) Metode ini adalah metode penyusutan yang paling sederhana dan banyak digunakan. Perhitungan penyusutan dengan garis lurus didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut: 1) Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara proporsional setiap periode. 2) Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap periode jumlahnya relatif tetap. 3) Kegunaan ekonomi berkurang karena lewatnya waktu. 4) Penggunaan (kapasitas) aktiva tiap periode relatif tetap. Penyusutan tiap tahun dihitung dengan rumus sebagai berikut: Harga perolehan – Nilai sisa Penyusutan
= Taksiran umur kegunaan 18
Contoh: Sebuah aktiva dibeli dengan harga Rp 100.000,00, nilai residu ditaksir Rp 5.000,00 sedangkan umur ekonomisnya ditaksir 5 tahun. Beban penyusutan setiap tahunnya dapat dihitung sebagai berikut: Beban penyusutan per tahun = Harga perolehan – Nilai Sisa Taksiran umur kegunaan = Rp 100.000 – Rp 5.000 5 = Rp 19.000,00
Tabel 2.1 Contoh Penyusutan Menggunakan Metode Garis Lurus (dalam Rupiah) Harga Akumulasi Tahun Penyusutan Nilai Buku Perolehan Penyusutan 0 100.000 100.000 1 100.000 19.000 19.000 81.000 2 100.000 19.000 38.000 62.000 3 100.000 19.000 57.000 43.000 4 100.000 19.000 76.000 24.000 5 100.000 19.000 95.000 5.000 95.000 Sumber: Data yang telah diolah
b. Metode Jam Jasa (Service Hours Method) Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesinmesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) dibanding dengan penggunaan aktiva yang tidak sepenuhnya (part time). Beban penyusutan akan sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai (digunakan). Metode ini paling tepat digunakan untuk kendaraan, karena dengan anggapan bahwa kendaraan itu lebih banyak 19
aus karena dipakai dibandingkan dengan tua karena waktu. Penyusutan per jam dihitung dengan rumus:
Harga perolehan – Nilai sisa Penyusutan per jam
= Taksiran jam jasa
Contoh : Mesin, harga perolehan Rp 800.000,00 nilai sisa Rp 50.000,00 ditaksir akan dapat digunakan selama 10.000 jam. Penyusutan per jam dihitung sebagai berikut: Penyusutan per jam = Harga perolehan – Nilai sisa Taksiran jam jasa = Rp 800.000 – Rp 50.000 10.000 = Rp 75,00
Tabel 2.2 Contoh Penyusutan Menggunakan Metode Jam Jasa (dalam Rupiah) Harga Jam Akumulasi Tahun Penyusutan Perolehan Pemakaian Penyusutan 1 800.000 3000 225.000 225.000 2 800.000 2500 187.500 412.500 3 800.000 2000 150.000 562.500 4 800.000 1500 112.500 675.000 5 800.000 1000 75.000 750.000 750.000 Sumber: Data yang telah diolah
Nilai Buku 575.000 387.500 237.500 125.000 50.000
c. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method) Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa 20
aktiva itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga penyusutan juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan. Untuk dapat menghitung beban penyusutan, pertama kali dihitung tarif penyusutan per unit produk dengan rumus:
Harga perolehan – Nilai sisa Penyusutan per unit = Taksiran hasil produksi (unit)
Kemudian tarif ini akan dikalikan dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam periode tersebut. Metode ini sebaiknya digunakan untuk aktiva-aktiva yang dapat diukur hasil produksinya seperti mesin produksi. Beban penyusutan yang tergantung pada jumlah produksi atau jam kerja aktiva mempunyai sifat variabel. Contoh: Mesin produksi perolehan Rp 1.000.000,00 taksiran nilai sisa sebesar Rp 80.000,00 Mesin ditaksir selama umur kegunaan atas menghasilkan 80.000 unit. Maka penyusutannya dapat dihitung sebagai berikut : Penyusutan per unit = Harga perolehan – Nilai sisa Taksiran hasil produksi (unit) = Rp 1.000.000 – Rp 80.000 80.000 = Rp 11,5
21
Tabel 2.3 Contoh Penyusutan Menggunakan Metode Hasil Produksi (dalam Rupiah) Harga Jam Akumulasi Nilai Tahun Penyusutan Perolehan Pemakaian Penyusutan Buku 1 1.000.000 22.500 258.750 258.750 741.250 2 1.000.000 20.000 230.000 488.750 511.250 3 1.000.000 17.500 201.250 690.000 310.000 4 1.000.000 12.500 143.750 833.750 166.250 5 1.000.000 7.500 86.250 920.000 80.000 920.000 Sumber: Data yang telah diolah
d. Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Methods) 1) Metode jumlah angka tahun (sum of year’s digits method) Metode ini menghitung penyusutan dengan cara mengalikan bagian pengurang yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi residu. Bagian pengurang dihitung sebagai berikut: Pembilang = Bobot (weight) untuk tahun bersangkutan. Penyebut = Jumlah angka tahun selama umur ekonomis aktiva atau jumlah angka bobot(weight). Jika umur ekonomisnya panjang, maka penyebutnya bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut: n+1 Jumlah angka tahun = n 2 Contoh: Harga perolehan mesin Rp 150.000,00 nilai sisa Rp 15.000,00 dan umur ekonomi ditaksir 5 tahun, maka: 22
Jumlah angka tahun = n (n+1) 2 = 5 (5+1) 2 = 30 = 15 2
Tabel 2.4 Contoh Penyusutan Menggunakan Metode Jumlah Angka Tahun (dalam Rupiah) Harga Angka Akumulasi Nilai Tahun Penyusutan Perolehan Tahun Penyusutan Buku 1 150.000 5/15 45.000 45.000 105.000 2 150.000 4/15 36.000 81.000 69.000 3 150.000 3/15 27.000 108.000 42.000 4 150.000 2/15 18.000 126.000 24.000 5 150.000 1/15 9.000 135.000 15.000 135.000 Sumber: Data yang telah diolah
2) Metode saldo menurun (declining balance method) Metode ini menghitung penyusutan dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aktiva. Tarif dihitung dengan menggunakan rumus:
Tarif = 1 – n√
Nilai Sisa Harga Perolehan
Contoh: Harga perolehan mesin Rp 100.000,00 nilai sisa Rp 5.000,00 dan umur ekonomis 5 tahun, maka: Tarif = 1 – 5 √ 5.000 23
100.000 5
= 1 - √0.05 = 1 - 0.5493 = 0.4507 = 45% Tabel 2.5 Contoh Penyusutan Menggunakan Metode Saldo Menurun (dalam Rupiah) Akumulasi Tahun Beban Penyusutan Nilai Buku Penyusutan 100.000 1 45% x Rp 100.000 = 45.000 55.000 Rp 45.000 2 45% x Rp 55.000 = 69.750 30.250 Rp 24.750 3 45% x Rp 30.250 = 83.362 16.638 Rp 13.612 4 45% x Rp 16.638 = 90.849 9.151 Rp 7.487 5 45% x Rp 9.151 = 94.967 5.033 Rp 4.118 Sumber: Data yang telah diolah
3) Double declining balance method Untuk menghitung beban penyusutan, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Tarif penyusutannya adalah dua kali tarif garis lurus. Contoh: Sebuah aktiva dibeli dengan harga Rp 100.000,00, tidak ada nilai residu, sedangkan umur ekonomisnya ditaksir 5 tahun.
Tarif
penyusutan untuk metode ini adalah dua kali menggunakan metode garis lurus. 24
Tabel 2.6 Contoh Penyusutan Menggunakan Metode Double declining balance (dalam Rupiah) Akumulasi Nilai Tahun Tarif Penyusutan Depresiasi Depresiasi Buku 1 2 3 4 5
40% x Rp 100.000 40% x Rp 60.000 40% x Rp 36.000 40% x Rp 21.600 Pembulatan/Penyesuaian
40.000 24.000 14.400 8.640 12.960 100.000
40.000 64.000 78.400 87.040 100.000
60.000 36.000 21.600 12.960 0
Sumber: Data yang telah diolah
4) Metode tarif menurun (declining rate on cost method) Penurunan tarif setiap periodenya dilakukan tanpa menggunakan dasar yang pasti, tetapi ditentukan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan.
C. Pemberhentian Aktiva Tetap Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, ditukarkan, ataupun karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari pemakaian, maka semua rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan. 1. Penjualan aktiva tetap Apabila aktiva tetap dijual, maka selisih antara harga jual dengan nilai buku atau nilai residu dicatat sebagai laba atau rugi. 2. Ditukar dengan aktiva lain Pencatatan penghentian aktiva tetap karena adanya pertukaran aktiva 25
tetap seperti dibahas pada perolehan aktiva tetap dengan cara pertukaran. 3. Penghentian aktiva tetap karena rusak Jika suatu aktiva sudah tidak dipakai lagi atau ditinggalkan tanpa ada penggantian kas, maka suatu kerugian akan diakui sebesar nilai buku aktiva tersebut. Jika nilai perolehan aktiva seluruhnya telah dihapuskan, harta tersebut dan saldonya secara sederhana dapat ditutup.
D. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yang berisi informasi kuantitatif mengenai keuangan perusahaan. Laporan keuangan dipergunakan sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan baik oleh pihak intern maupun pihak ekstern. Aktiva tetap disajikan pada laporan keuangan berupa neraca dalam kelompok aktiva tetap. Mulyadi (2002:183) menyatakan bahwa prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva tetap di neraca adalah sebagai berikut: 1.
Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan di dalam neraca.
2.
Aktiva tetap yang digadaikan harus dijelaskan.
3.
Jumlah depresiasi akumulasi dan biaya depresiasi untuk tahun kini harus ditunjukkan dalam laporan keuangan.
4.
Metode yang digunakan dalam penghitungan depresiasi golongan besar aktiva tetap harus diungkapkan di dalam laporan keuangan. 26
5.
Aktiva tetap harus dipecah ke dalam golongan yang terpisah jika jumlahnya material.
6.
Aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan untuk beroperasi, jika jumlahnya material harus dijelaskan. Pada waktu aktiva disusutkan, suatu perkiraan penilaian yang biasa
disebut Akumulasi Penyusutan di catat disisi kredit. Penggunaan perkiraan tersebut memungkinkan pembaca laporan keuangan untuk mengetahui harga pokok semula dari aktiva itu dan jumlah penyusutan yang dibebankan pada beban (expense) selama tahun-tahun yang lalu. Kieso (2002:27) menyatakan bahwa dalam penyajian penyusutan, ada beberapa hal yang harus diungkapkan, yaitu: 1.
Beban penyusutan untuk periode itu.
2.
Saldo dari golongan utama aktiva yang disusutkan, menurut sifat dan fungsi.
3.
Akumulasi penyusutan, baik menurut golongan utama aktiva yang disusutkan maupun dalam total.
4.
Penjelasan umum
mengenai
metode
yang digunakan dalam
menghitung penyusutan berkenaan dengan golongan utama dari aktiva yang disusutkan.
27