9
BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendukung dan sekaligus menerapkan langkah-langkah yang ada dalam metodologi penelitian ini, maka sebelumnya harus ada penelusuran dan pedoman yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam menyelesaikan metode pengukuran yang diterapkan.Untuk itu diperlukan pengertian atau konsep-konsep produktivitas yang dapat membantu didalam penyelesaian masalah yang ada. 2.1 Sejarah Perkembangan Produktivitas Seperti diketahui bahwa kata “produktivitas” akhir-akhir ini menjadi suatu kata kunci bagi setiap kegiatan yang berorientasi pada kegiatan komersial dan diapreasiasi menjadi suatu ungkapan yang melamangkan daya saing suatu produk ataupun jasa yang dihasilkan, khususnya disektor manufacturing.Oleh karena itu istilah produktivitas menjadi digandrungi oleh setiap orang terutama para pengamil keputusan baik ditingkat manajemen perusahaan maupun ditingkat pemerintah.Hal ini dapat dipahami mengingkat tingkat atau ukuranyang dilambangkan oleh produktivitas sangat berkaitan erat dengan tingkat keberhasilan dan keberdayagunaan serta kemampuan suatu perusahaan jika diukur pada tingkat mikro sedangkan pada tingkat makro ungkapan produktivitas terserbut mencerminkan kekuatan ekonomi suatu bangsa.
10
Adapun kronologi definisi produktivitas dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut : Tabel : 2.1 Kronologi Definisi Produktivitas
Istilah produktivitas diungkapkan secara formal pertama kali dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Quesnay pada tahun 1766, dengan demikian ungkapan produktivitas itu sendiri kini telah berumur sekitar 230 tahun.Lebih dari seratus tahun kemudian Littre mendefiniskan produktivitas sebagai kecakapan dalam memproduksi ataupun suatu niat atau keinginan yang sangat mendalam untuk memproduksi, atau secara matematis ditunjukkan dalam rasio ataupun hubungan antara keluaran dan masukan yang dipergunakan utnukmenghasilkan keluaran tersebut.
11
Sejarah perkembangan produktivitas tersebut diatas menunjukkan bahwa pengertian produktivitas pencerminan tingkat keefisienan dan keefektifan suatu sector produksi dalam menghasilkan produk atau jasa yang akan dipasok ke pasar dengan tetap mempertahankan mutu atau bahkan senantiasa menyesuaiakan dengan permintaan konsumen. Derajat atau tingkat produktivitas suatu perusahaan atau sector produksi diukur dengan membandingkan antara keluaran baik terhadap masing-masing
factor masukan atau terhadap total masukan yang digunakan
untuk menghasilkan priduk tersebut. Perbandingan antara keluaran dengan salah satu factor disebut produktivitas parsial sedangkan perbandingan keluaran terhadap total masukan disebut produktivitas total. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas antara lain memperkenalkan program Total Productive Maintenance (TPM), Zero defect atau dengan Six Sigma, Lean Manufacturing, meningkatkan ketrampilan karyawan melalui proses pelatihan dan lain sebagainya. Di sisi lain kemajuan ilmu pengetahuan dan tenologi khususnya teknologi elektronika dan informatika ternayata mempengaruhi tingkat prooduktivtias yaitu dengan diintegrasikannya system computer ke mesin-mesin yang canggih. Kita mengenal Computer Integrated Manufacturing (CIM) dan Flexible Manufacturing System (FMS) bahkan kemajuan computer dalam pengolahan data dan informasi telah memungkinkan diterapkannya program Zero Inventory atau yang lebih dikenal dengan system Just In Time. Jepang sebagai salah satu negara industry maju dipandang merupakan salah satu Negara yang berhasil dengan sangat mengeseankan dalam bidang peningkatan produktivitas bangsanya. Program peningkatan produktivitas
12
yangmereka lakukan bahkan telah dijadikan pola acuan bagi Negara lain yang sedang melakukan gerakan peningkatan produktivitas. Mendalami produktivitas tidak akan lepas dari masalah kualitas. Saat ini
definisi produktivitas dalam
sebuah manufactur diterjemahkan secara menyeluruh. Produktivitas tidak hanya untuk memenuhi jumlah produk yang diinginkan oleh konsumen tetapi mencakup kualitas produk yang bermutu yang sesuai dengan specification dan dihasilkan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan dalam kondisi yang aman (safety) baik bagi pekerjanya maupun safety terhadap produknya dengan biaya yang murah. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gerakan produktivitas tersebut adalah merupakan serangkaian kegaitan perbaikan mutu agar senantiasa sesuai
dengan
dengan
permintaan
konsumen,
yang
dilakukan
secara
berkesinambungan dan terus menerus sambil melakukan peningkatan efisiensi dan efektivitas dengan meningkatkan keterlibatan (involvement) dan pemberdayaan (enlargement) seluruh karyawan yang terhimpun dalam suatu organisasi mulai dari tingkat yang paling rendah hingga top management. Dengan demikian melalui keberhasilan pelaksanaan gerakan produktivitas diharapkan organisasi tersebut mampu menghasilkan produk ataupun jasa yang berdaya saing tinggi baik dari sisi kualitas produk, harga maupun service yang diberikan kepada konsumen sebagai satu keunggulan untuk bersaing. 2.2 Definisi Dasar Produktivitas Produktivitas lebih dari sekedar ilmu pengetahuan teknologi dan manajemen, karna itu produktivtias mengandung pula falsafah dan sikap mental yang selalu termotivasi pada pengembangan diri menuju kehidupan hari esok yang lebih baik,
13
Ravianto (1979).Untuk itu produktivitas pada konsepnya berhubungan dengan berbagai faktor, baik yang berada pada sumber daya manuaia itu sendiri maupun faktor –faktor diluar dirinya. Para ahli tidak memberikan rumusan produktivitas yang sama, untuk itu masih ditemukan pengertian produktivitas dalam berbagai cara namun pada prinsipnya mempunyai kesamaan. Terdapat beberapa pengertian produktivtias yang dikemukakan dibawah ini : “ Produktivitas adalah pengakuan seberapa baik sumber daya digunakan bersama di dalam organisasi untuk menyelesaikan kumpulan hasil-hasil. Produktivitas adalah pencapaian tingkat (level) tertinggi dari unjuk laku (performance) dengan sumber daya yang minimum, Mali (1978)”. Dalam hubungannya dengan aktivitas produksi dalam ruang lingkup sebuah perusahaan maka berkembang pemahaman umum mengenai produksi sebagai berikut : 1. Produksi adalah suatu kegiatan dan aktivitas yang berkaitan dengan menghasilkan suatu barang maupun menghasilkan sutu jasa. 2. Sedangkan produktivitas adalah suatu tolak ukur parameter yang memperhitungkan efektifitas dan efisiensi utilisasi masukan sumber daya (input) dalam kegiatannya mengahsilkan produk akhir atau jasa (output). Adapun definisi dasar produktivitas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Produktivitas adalah parameter tingkatan performansi yang diperoleh melalui rasio keluaran dihasilkan (output) terhadap rasio masukan (input). Dimana produktivitas memungkinkan untuk dbagi terhadap kategorikategori factor input antara lain budget keuangan rutin, budget keuangan
14
investasi,
material
mentah
bahan
produksi
dan
factor
lainnya
(OEEC,1950). 2. Produktivitas adalah suatu korelasi antara keluaran yang dihasilkan (output) dengan masukan sumber daya yang diperlukan untuk proses penghasilan keluaran tersebut. Terjemahan lebih lanjut adalah tingkatan efisiensi sumber daya, capitat, asset, tenaga kerja yang digunakan utnuk menghasilkan produk atau jasa (J. Propkopenko, 1987). 3. Objektif adalah sutau ukuran dimana suatu tujuan akan dicapai. 4. Efisien adalah seberapa optimal penggunaan sumber daya dalam usahanya mencapai tujuan. 5. Efektif adalah apa yang bisa dicapai dibandingkan dengan apa yang memungkinkan untuk dicapai. 6. Komparasi adalah performansi produktivitas dalam pencatatan setiap periode. 2.2.1
Peningkatan Produktivitas Dalam
upaya
meningkatkan
performansi
sebuah
perusahaan,
peningkatan produktivitas menjadi satu jalan yang harus ditempuh agar efisiensi dan efektifitas sebuah perusahaan dapat berjalan dengan baik.Pemahaman ditempatkan
mengenai
dalam
produksi
penggunaannya.
dan
produktivitas
Peningkatan
harus
produksi
menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang dicapai, sednagkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian produksi. Peningkatan produksi tidak
15
selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas, karena produksi dapat ditingkatkan walaupun produktivitas tetap atau menurun. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk sebagai berikut : 1. Jumlah produksi yang meningkat dengan sumber daya yang sama. 2. Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan sumber daya yang kurang. 3. Jumlah produksi yang jauh lebih besar dengan sumber yang relative kecil. Sebagai gambaran siklus sebuah sistem produksi dapat dilihat pada skema dibawah :
Gambar : 2.1 Skema sistem produksi Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa sistem produksimerupakan proses transformasi dari input yang dirubah menjadi output yang berupa barang ataupun jasa. Adanya proses umpan balik merupakan upaya untuk melakukan review dari proses yang ada dalam rangka mengoptimalkan input dan memperbaiki prosesnya agar diperoleh
16
hasil yang lebih efektif dan efisien. Adapun penjelasan dari masing – masing bagian adalah sebagai berikut : 1. INPUT Dalam hal ini yang dimaksud dengan input adalah seluruh sumber daya yang memungkinkan untuk digunakan dalam setiap langkah selanjutnya yaitu pada tahapan proses. Yang termasuk
sumber
daya antara lain tenaga kerja, modal atau uang, material , energy, tanah, informasi, bahan mentah, bahan baku, manajerial dan waktu. Seluruh sumber daya tersebut adalah akan digunakan untuk menambah nilai suatu produk. 2. PROSES Proses adalah kegiatan yang bertujuan untuk menambahkan nilai dari bahan baku atau bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga mempunyai nilai tambah atau lebih berguna. Proses adalah suatu parameter yang mengkolaborasikan seluruh elemen pembentuk input antara lain man (sumber daya manusia), method ( metoda yang digunakan untuk memproses), machine (mesin – mesin dan tool yang digunakan untuk proses), Material (yaitu bahan baku atau bahan mentah ) dan Environment (lingkungan dimana proses itu berjalan). 3. OUTPUT Output adalah produk akhir dari serangkaian proses dibelakangnya. Produk akhir atau jasa merupakan parameter yang menjadi kualitas dari kinerja perusahaan.Tingkatan produk yang naik adalah produk
17
yang
dicari
konsumen
dan
dinilai
memuaskan
keinginan
konsumen. Nilai produk atau jasa dikonversi kedalam bentuk uang agar perhitungan indeks produktivitas memiliki satuan yang sama. 2.2.2
Komponen Dasar Penentuan Produktivitas Dalam upaya meningkatkan produktivitas terdapat beberapa komponen dasar yang menentukan tingkat keberhasilannya sebagai berikut : 1. Tujuan Organisasi Tujuan dalam klausul ini adalah Titik kulminasi kea rah mana organisasi akan dibawa dan berperan sebagai penuntun bagi organisasi
dalam
menyelenggarakan
berbagai
fungsi
dan
kegiatannya. 2. Perumusan visi dan misi Manajemen perlu menyatakan pandangannya secara eksplisit tentang bentuk masa depan organisasi yang dikehendakinya. Itulah yang dimaksud dengan visi.Akan tetapi harus ditekankan dengan sangat kuat bahwa pernyataan manajemen puncak saja tidak cukup.Dalam hal ini diperlukan langkah dan strategi yang nyata, yang dijelaskan ke seluruh organisasi yang ada didalam perusahaan. Sehingga visi dan misi yang disampaikan dapat dijalankan secara serempak oleh seuruh anggota dari organisasi yang diharapkan akan meningkatkan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan.
18
3. Penentuan Strategi Organisasi Strategi merupakan kiat yang iterapkan untuk memenangkan kompetisi yang melibatkan organisasi. Strategi yang tepat akan membawa perusahaan kedalam kemajuan yang diharapkan atau dalam hal ini profitabilitas atau keuntungan sebaliknya strategi yang tidak tepat dapat membuat perusahaan tidak akan mampu bersaing dengan para pesaingnya. Dari komponen-komponen tersebut pada akhirnya akan menentukan letak produktivitas dalam skema kegiatan bisnis proses sebuah perusahaan. Dengan adanya skema produktivitas maka output yang telah dihasilkan akan mendapatkan umpan balik (feedback) yang selanjutnya akan diperoleh analisa hasil produk yang dihasilkan (output) yang diperbandingkan terhadap faktor masukan (input). Produktivitas bukanlah sebuah tool analisa akan tetapi dapat dgunakan sbagai pengarah (driven) untuk menentukan pembuatan sutau keputusan. Pengukuran produktivitas juga digunakan sebagai pedoman bagi manajemen untuk menentukan target produksi pada masa yang akan datang.Dengan adanya pengukuran produktivitas dapat digunakan sebagai bahan untuk evaluasi terhadap investasi yang dikembangkan oleh sebuah perusahaa. Pengukuran produktivitas akan mempengaruhi total product cost yang akan dibuat oleh sebuah perusahaan. Dan paling utama adalah dengan adanya pengukuran produktivitas maka setiap perusahaan akan dapat mengukur tingkat daya saing (competitiveness) dibandingkan dengan pesaing-pesaing dibidang industri yang sejenis.
19
Dari penjelasan diatas, dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :
Gambar : 2.2 Skema posisi produktivitas dalam sistem proses produksi. 2.2
Produktivitas Menurut Toyota Production System (TPS) Toyota Production System (TPS) merupakan salah satu parameter yang
dijadikan pedoman bagi perusahaan-perusahaan lain dibidang manufaktur untuk menjalankan sebuah proses operasi yang efektif dan efisien yang melibatkan semua karyawannya. Prinsip Toyota Way banyak dipelajari oleh berbagai industry untuk dapat mencontoh Toyota yang berhasil dalam mengembangkan bisnisnya sebagai salah satu perusahaan kelas dunia. Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Toyota menjadi salah satu metode keberhasilan sebuah proses operasi maufaktur pada sebuah perusahaan dengan mengembangkan dasar-dasar Lean dan Kaizen keseluruh karyawannya. Semangat Lean dan Kaizen inilah yang membawa Toyota meraih masa-masa keemasan sampai saat ini sebagai salah satu produsen automotive yang menjadi pilihan bagi para konsumennya.Organisasi yang efektif dan efisien yang menghasilkan produk berkualitas, harga yang bersaing dan waktu yang cepat membuat Toyota semakin unggul dan bersaing di pasar.
20
2.2.1
Konsep Lean Manufacturing Lean merupakan suatu usaha dalam rangka menghilangkan pemborosan
(waste) dan meningkatkan nilai tambah suatu produk atau jasa . Vincent Gaspersz (2007) mendefinisikan lima prinsip dasar lean sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi nilai produk (barang dan atau jasa) berdasarkan perspektif pelanggan, dimana pelanggan menginginkan produk (barang dan atau jasa) berkualitas superior, dengan harga yang kompetitif dan penyerahan yang tepat waktu. 2. Mengidentifikasi value stream process mapping (pemetaan proses pada value stream) untuk setiap produk (brang dan atau jasa). 3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas sepanjang value stream itu. 4. Mengorganisasikan agar material, informasi dan produk itu mengalir secara lancar dan efisien sepanjang proses value stream menggunakan sistem tarik (pull system). 5. Terus menerus mencari berbagai teknik dan alat peningkatan (improvement tools and techniques) utnuk mencapai keunggulan dan peningkatan terus –menerus. Dari pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa waste dalam pengertian Lean adalah segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output disepanjang value stream. APICS Dictionary (2005) mendefinisikan value stream sebagai proses –proses untuk membuat, memproduksi dan menyerahkan
21
produk (barang dan atau jasa) ke pasar. Untuk proses pembuatan barang pada manufaktur maka value stream mencakup pemasok bahan baku, manufaktur dan perakitan barang, serta jaringan pendistribusian kepada pengguna barang itu.
2.2.2 Sembilan Jenis Pemborosan (E-DOWNTIME) Untuk mengenal lebih jauh mengenai sembilan jenis pemborosan, Gaspersz (2007) menciptakan akronim E-DOWNTIME untuk mengidentifikasi jenis-jenis pemborosan. 9 jenis pemborosan tersebut adalah : 1. E = Environmental, Healt and Safety (EHS). Jenis
pemborosan
yang
terjadi
karena
kelalaian
dalam
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS.Sangat penting untuk disadaribahwa safety merupakan nilai yang paling utama bagi setiap pekerja. Apapun yang kita lakukan bila tidak sesuai dengan prinsip EHS maka resiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja kita akan menjadi ancaman bagi kita. 2. D = Defect Jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau kegagalan produk (barang dan atau jasa). 3. O = Overproduction Jenis pemborosan yang terjadi karenan produksi melebihi kuantitas yang dipesan oleh pelanggan.
22
4. W = Waiting Jenis pemborosan yang terjadi karena menunggu. 5. N = Not Utilizing Employee Knowledge, Skill and Abilities. Jenis pemborosan sumber daya manusia (SDM) yang terjadi karena tidak menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan karyawan secara optimum. 6. T = Transportation Jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi yang berlebihan sepanjang proses value stream. 7. I = Inventories Jenis pemborosanyang terjadi karena inventories (stock) yang berlibihan. 8. M = Motion Jenis pemborosan yang terjadi karena pergerakan yang lebih banyak daripada yang seharusnya sepanjang proses value stream. 9. E = Excess Processing Jenis pemborosan yang terjadi karena langkah-langkah proses yang lebih panjang dari pada yang seharusnya sepanjang proses value stream.
23
Gambar : 2.3 Delapan Waste / Pemborosan Pemborosan dapat dengan mudah ditemukan dalam laporan keuangan . Letaknya ada pada biaya-biaya : 1. Labor cost. 2. Variable Cost 3. Other Factory Overhead 4. Biaya pada pemakaian Material berlebih.
2.3.3Total Productive Maintenance (TPM) Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu tool dalam rangka menunjang peningkatan produktivitas. Total productive maintenance merupakan cara baru dalam aktivitas pemeliharaan mesin-mesin produksi dalam suatu proses manufactur. Hubungan antara total productive maintenance
24
dengan peningkatan produktivitas sangatlah erat karena dengan adanya pemeliharaan yang optimum maka kehandalan mesin akan terjaga pula. Dengan kehandalan mesin tersebut maka efisiensi performance mesin diharapkan dalam kondisi yang stabil. Tujuan utama dari total productive maintenance adalah perbaikan secara terus menerus (continous Improvement) pada semua aspek dan kondisi operasional dalam suatu sistem produksi. Sehingga akan diperolah tingkat produktivitas yang optimum dengan cara mendorong kesadaran seluruh karyawan dalam kegitan operasional sehari-hari. Pelaksanaan total productive maintenance akan mendorong produktivitas perusahaan dengan cara sebagai berikut : 1. Budaya bisnis yang dirancang dengan jelas, untuk terus menerus meningkatkan efisiensi secara total dalam sistem produksi. 2. Penggunaan pendekatan sistematik dan terstandar , dimanasemua pemborosan dan kerugian dapat dicegah dan atau diketahui. 3. Seluruh bagian yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas, harus terlibat dan mengubah cara pandang atau pola piker dari tindakan reaktif menjadi tindakan yang sudah direncanakan. 4.
Pendekatan multidisiplin yang transparan dengan tujuan untuk mencapai tingkat kerugian serendah mungkin.
5. Setiap langkah merupakan suatu proses yang terstruktur dan berkesinambungan. Dengan adanya implementasi total productive maintenance maka gejala-gejala terhadap adanya kerusakan pada mesin dapat dideteksi melalui autonomous maintenance dan penanggulangan terhadap kerusakan mesin dapat
25
diselesaikan dan diantisipasi melaui preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan).
2.3.4
Effective Problem Solving
Effective Problem Solving merupakan satu cara sistematis dalam pemecahan masalah yang ditemukan dalam suatu proses produksi atau manufaktur sebuah barang.
Effective problem solving bertujuan untuk mengidentifikasi masalah
yang ada, menemukan penyebab dari masalah yang ditemukan, menentukan prioritas dari masalah yang akan diselesaikan dan selanjutnya melakukan analisis masalah untuk mendapatkan pemecahan masalah yang ada. Dengan mengetahui dan mengidentifikasi titik penyebab (Point of Causes, POC) maka diharapkan masalah dapat diselesaikan dengan tuntas sampai ke akar penyebabnya.Problem sangat diperlukan dalam aktivitas manufaktur untuk mengetahui, mengidentifikasi, melakukan tindakan koreksi dan pada akhirnya dapat
ditemukan
suatu
standard
baru
sebagai
bagian
dari
perbaikan
berkesinambungan (continuous improvement). Akar masalah dari sebuah masalah harus dapat ditemukan dengan jelas agar tidak terulang lagi pada masa-masa yang akan dating. Tool yang digunakan adalah dengan menggunakan diagram tulang ikan dan menggali analisa 5 mengapa (5 Why Analysis) yang terfokus pada 4M1E yaitu Man (Manusia), Material (Bahan Baku), Method (Cara/Sistem), Machine (Mesin) dan Environment (Lingkungan).
26
Sistematika efektif problem solving dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar :2.4 Sistematika Problem Solving
27
2.3.5
Kaizen (Continous Improvement) Langkah berikutnya setelah melakukan problem solving yang efektif
adalah dengan menjalankan Kaizen atau continous improvement. Pemecahan masalah yang sudah ditemukan akan dijadikan sebagai suatu pencapaian baru sebagai suatu standarad yang terdokumentasi. Praktek- praktek terbaik dari sebuah problem solving yang efektif akan distandardkan menjadi prosedur yang baru atau pedoman baru bagi pelaksanaan proses maufaktur. Diharpkan standarisasi akan menjadi dasar bagi peningkatan berkesinambungan untuk kualitas produk yang bagus dan produktifitas yang tinggi. Langkah langkah dalam penentuan proses kaizen dapat menggunakan beberapa tool seperti : 1. 5 why analisis 2. Fishbone Diagram (Diagram Tulang Ikan) 3. Pareto Diagram. Tool – tool tersebut digunakan dalam satu sistematika siklus PDCA (Plan – DO – Check – Action). 2.4 Pengukuran Produktivitas Dalam melakukan pengukuran produktivitas, beberapa metode dapat digunakan sebagai panduan atau pedoman yang menuntun kita untuk dapat melakukan perhitungan , evaluasi dan perbaikan produktivitas. 2.4.1
Metode Pengukuran Produktivitas Global
Salah satu metode pengukuran produktivitas adalah dengan menggunakan Metode pengukuran produktivitas Global.Rostas (1995) mendefiniskan empat metoda pengukuran untuk produktivitas global.
28
1. Komparasi rasio nilai gross hasil (output) per unit tenaga kerja. 2. Komparasi rasio nilai net hasil (output) per unit tenaga kerja. 3. Komparasi rasio hasil dalam bentuk fisik (gross maupun net) per unit tenaga kerja. 4. Komparasi rasio hasil dalam bentuk fisik (gross maupunnet) per unit masukan material (input).
Pengukuran pada umumnya digunakan untuk memperbandingkan produktivitas suatu negara (Shelton dan Chandler, 1963). 1. Biaya tenaga kerja tiap jam = E / L 2. Output per jam tenaga kerja = Q / L 3. Unit biaya tenaga kerja = (E / L) / (Q / L) = E / Q
Dimana : E = Biaya expense tenaga kerja L = Jumlah jam kerja Q = jumlah hasil (output)
Dalam melakukan pengukuran tenaga kerja terdapat beberapa pendekatan pengukuran sebagai berikut : 1. Measurement by product. Metoda ini merupakan pertimbangan komparasi produk yang dihasilkan dengan unit biaya tenaga kerja. Perhitungan ini lazim digunakan perusahaan multi nasional untuk melihat produktivitas per negaranya.
29
2. Measurement by industry. Metoda ini merupakan pendekatan nilai agregasi output dan seluruh tipe produk suatu perusahann terhadap keseluruhan kapitas perusahaan. 3. Measurement by all dilakukan
dengan
manufacturing industries. Pengukuran
mengkombinasikan
perusahaan
berbasis
manufactur.
2.4.2
Metode Pengukuran Produktivitas dengan OEE Dalam menentukan produktivitas mesin CJ1, penulis mengambil
pendekatan pada pencapaian OEE (Overall Equipment Effectiveness) atau efektifitas mesin secara menyeluruh. Key performance Indicator dari sebuah OEE terdiri dari beberapa hal sebagai berikut :
1. Ratio Pengoperasian Waktu (Availability) Adalah perbandingan Waktu proses dengan Waktu yang tersedia yang dirumuskan :
( Total Time – Down Time ) x 100% Total Time
Dimana :
30
Total time atau waktu pembebanan
adalah waktu yang
direncanakan untuk mengoperasikan suatu mesin. Sedangkan downtime adalah adanya kehilangan-kehilangan waktu selama proses operasi yang disebabkan oleh adanya kerusakan mesin, adanya perbaikan, penggantian part yang rusak atau material dan lain-lain yang akan mengurangi waktu total operasi. Parameter ini menunjukkan tingkat kesiapan mesin yang digunakan dalam beroperasi utnuk membuat suatu produk.Ketersediaan yang rendah menunjukkan pemeliharaan yang kurang optimal. 2. Ratio Pengoperasian Effisien (Speed Performance) Adalah perbandingan kecepatan actual mesin saat beroperasi dengan kapasitas mesin secara normal (target speed) yang dirumuskan :
Kecepatan Aktual Line mesin saat beroperasi x 100 % Kapasitas Normal
3. Ratio Kualitas Product yang Bagus (Quality Ratio) Adalah
perbandingan
produk
yang
bagus
secara
kualitas
dibandingkan dengan total jumlah produk yang dihasilkan pada periode yang sama yang dirumuskan :
(Total Produk yang diproduksi – Reject – Rework) x 100 % Total Produk Yang diproduksi
31
Kualitas produk bagus yang dihasilkan oleh sebuah mesin menunjukkan kemampuan sebuah mesin dalam menghasilkan outpout yang diharapkan yang telah distandardkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi kepuasan pelanggan. Semakin tinggi produk
berkualitas
yang
dihasilkan
akan
menunjukkan
produktivitas mesin yang tinggi pula. Dalam hal ini satuan yang digunakan dihitung dalam periode output perjam dalam bentuk Sales Unit (SU) per Hour. Sehingga besarnya nilai dari OEE dari sebuah mesin dapat dirumuskan sebagai berikut : OEE = RatioPengoperasian Waktu x Ratio Pengoperasian Effisien x Ratio Quality
2.5 Regresi Dan Korelasi Linier Dalam banyak hal untuk mengetahui hubungan diantara parameter-parameter pengukuran, dapat digunakan salah satu ilmu statistik yang membantu kita untuk menentukan sebuah peramalan dan sekaligus hubungan diatara parameter tersebut.
32
2.5.1 Persamaan Regresi Banyak analisis statistika bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua atau lebih parameter dalam sebuah pengukuran. Bila hubungan demikian ini dapat dinyatakan dalam bentuk rumus matematik, maka kita akan dapat menggunakannya untuk keperluan peramalan atau perhitungan target yang akan dicapai untuk memenuhi sebuah tujuan. Dalam hal ini penulis menekankan pada perhitungan hubungan antara pencapaian OEE dibandingkan dengan produktivitas mesin dalam SU per jam. Bila hubungan linear demikian ini ada, maka kita berusaha menyatakan secara matematik dengan sebuah persamaan garis-lurus yang disebut garis regresi linear. Yang dalam persamaan dapat dituliskan sebagai berikut :
yˆ = α + bx yang dalam hal ini a menyatakan intersep atau perpotongan dengan sumbu tegak dan b adalah kemiringan atau gradiennya. Lambang y’
digunakan di sini
untuk membedakan antara nilai ramalan yang dihasilkan garis regresi dan nilai pengamatan y yang sesungguhnya untuk nilai x tertentu.Sekarang istilah regresi diterapkan pada semua jenis peramalan, dan tidak harus berimplikasi suatu regresi mendekati nilai tengah populasi. Dalam modul Statistik Industri (Heri Agung Purnomo,2011 : 3) apabila diberikan data contoh {(x I, y I ); I = 1, 2, ….n}, maka nilai dugaan kuadrat terkecil bagi parameter dalam garis regresi.
yˆ = α + bx
33
Dalam teori dan aplikasi statistic (J.Supranto, 217: 1994), menjelaskan bahwa Fungsi linier Y = A + BX, mengandung arti sebagai berikut : Y :merupakan variable tidak bebas dimana nilainya tergantung pada nilai X. X :merupakan variable bebas yang nilainya dipergunakan untuk meramalkan variable tidak bebas. A : merupakan jarak titik asal O dengan perpotongan antara sumbu tegak Y dan garis fungsi linear atau besarnya nilai Y kalau X = 0. Sering disebut pula “intercept coefficient”. B : Koefisien arah = koefisien regresi = besarnya pengaruh X terhadap Y, kalau X naik 1 unit. Sering disebut “slope coefficient”. Dari persamaan diatas dapat diperoleh rumusan sebagai berikut :
b=
n n n n ∑ x i y i − ∑ x1 ∑ y i i =1 i =1 i =1 n n ∑ x − ∑ x i i =1 i =1 n
2
2 i
Sehingga akan diperoleh persamaan sebagai berikut :
a = y − bx 2.5.2 Korelasi Dalam hal korelasi maka kita akan membahas mengenai hubungan antara dua paramater X dan Y, yang dalam hal penulisan ini berhubungan dengan parameter OEE dan SU/hr.
Analisis korelasi mencoba mengukur kekuatan
hubungan antara dua parameter yang diukur dalam sebuah koefisien korelasi yang disimbolkan dalam huruf r. Ukuran hubungan linear antara dua parameter X dan Y diduga dengan koefisien korelasi contoh r, yaitu sebagai berikut :
34
n n n n∑ xi yi − ∑ xi ∑ yi s i =1 i =1 i =1 r= =b x sy n 2 n 2 n 2 n 2 n x x n y y − − ∑ i ∑ i ∑ i i ∑ i =1 i =1 i =1 i =1
Jadi, hubungan linear sempurna terdapat antara nilai-nilai X dan Y, bila r = +1 atau –1. Bila r mendekati +1 atau –1, hubungan antara kedua parameter tersebut kuat dan dapat dikatakan terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya. Akan tetapi, bila r mendekati nol, hubungan linear antara X dan Y sangat lemah atau mungkin tidak ada sama sekali. Atau dapat dituliskan bahwa nilai dari r adalah sebagai berikut :
Dimana :
Hubungan X dan Y sempurna dan positif. Hubungan X dan Y sempurna dan negative. Hubungan X dan Y lemah sekali (tidak ada hubungan, bebas satu sama lain, tidak saling mempengaruhi).
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat pengaruh variable Y dan X dapat digunakan perhitungan koefisien determinasi (coefficient of determination). Koefisien Determinasi (J.Supranto, 1994:249) disimbolkan sebagai r2disebut koefisien determinasi, yaitu nilai untuk mengukur besarnya kontribusi X terhadap variasi naik turunnya Y. Variasi Y lainnya ( sisanya) disebabkan oleh factor lain yang juga mempengaruhi Y dan sudah termasuk dalam kesalahan pengganggu (disturbance eror). Apabila dinyatakan dalam %, maka seluruh variasi sebanyak 100%, sebanyak r2 x 100% disebabkan oleh regresi Y terhadap X, sedangkan
35
sisanya disebabkan oleh faktor lainnya (kesalahan pengganggu). Sebagai contoh bila r = 0.9 maka r2 = (0.9)2 = 0.81 atau r2 x 100 % = 81 %, hal ini berarti kontribusi X terhadap variasi (naik turunnya) Y adalah sebesar 81 %, sedangkan sisanya sebesar (100 % - 81 %) = 19 % disebabkan oleh factor lainnya.