8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Kepatuhan (Compliance Theory) Teori kepatuhan telah diteliti dalm ilmu-ilmu sosial khususnya dalam psikologis dan sosiologi yang menekankan pada proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Terdapat dua prespektif dasar mengenai kepatuhan hukum yang disebut instrumental dan normatif (Tyler, 2004). Prespektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh di dorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan perubahan-perubahan dalam tangible, insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Prespektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Seorang individu mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte prilaku (Sudaryanti, 2008). Berdasarkan prespektif normatif maka sudah seharusnya bahwa teori kepatuhan ini dapat di terapkan di bidang akuntansi. Apalagi dalam UU No. 8 tahun 1995, secara eksplisit telah menyebutkan bahwa setiap perusahaan
9
publik wajib memenuhi ketentuan dalam undang-undang tersebut dan khususnya dalam penyampaian laporan keuangan berkala secara tepat waktu kepada BAPEPAM. Teori kepatuhan dapat mendorong sesorang untuk lebih mematuhi peraturan yang berlaku, sama halnya dengan perusahaan yang berusaha untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu karena selain merupakan kewajiban perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu, juga sangat berguna bagi pengguna laporan keuangan, terutama investor.
B. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agen sebagai pihak yang mengelola perusahaan dengan prinsipal sebagai pihak pemilik, keduanya terikat dalam sebuah kontrak. Pemilik atau perinsipal adalah pihak yang melakukan evaluasi terhadap informasi dan agen adalah sebagai pihak yang menjalankan kegiatan manajemen dan mengambil keputusan (Jensen dan Meckling, 1976). Hubungan keagenan (agency relationship) terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal. Dalam hal penyampaian laporan keuangan ke publik, agen bertanggung jawab untuk secara tepat waktu atau tidak melakukan hak dan kewajibannya ke publik
10
yaitu menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan principal ke publik karena tepat waktu atau tidaknya penyampaian laporan keuangan tahunan tersebut juga ditentukan oleh kinerja dan operasional perusahaan principal yang dijalankan agen (manajemen perusahaan). Laporan keuangan yang disampaikan dengan tepat waktu akan memberi dampak yang baik bagi principal sebagai pemilik perusahaan dan sebaliknya laporan keuangan yang disampaikan terlambat ke publik akan memberi dampak yang tidak baik bagi principal karena jelas bahwa agen memiliki tanggung jawab kepada principal untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal (Saleh & Sosilowati, 2004). Teori keagenan memberi tiang pokok bagi peranan akuntansi dalam menyediakan informasi dan sering kali diasosiasikan dengan peran stewardship akuntansi, sehingga hal ini memberikan akuntansi sebagai nilai umpan balik antara agen dan principal selain nilai produktifnya.
C. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan elemen penting dari hubungan investor dan perusahaan, melalui laporan keuangan inilah suatu perusahaan dinilai kinerjanya sehingga investor dapat mengambil keputusan dengan perusahaan tersebut. Menurut Kieso dan Weygandt (2007: 2) laporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomi mengenai sumber daya yang
11
dimiliki serta kinerja kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut yaitu para pemakai laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini : 1) neraca; 2) laporan laba rugi; 3) laporan perubahan ekuitas; 4) laporan arus kas; dan 5) catatan atas laporan keuangan (Kieso dan Weygandt, 2007: 2). Perusahaan dianjurkan untuk menyajikan laporan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, posisi keuangan dan kondisi ketidakpastian (IAI, 2009). Menurut PSAK No. 1, tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka
membuat
keputusan-keputusan
ekonomi
serta
menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumbersumber daya yang dipercayakan mereka.
12
Tabel 2.1 Classified Report-Form Statement of Financial Position in IFRS SCIENTIFIC PRODUCTS, INC STATEMENT OF FINANCIAL POSITION DECEMBER 31,2011 Assets Non-current assets Long-term investment Investment in held-for-collection securities Land held for future devolopment Property, plant, and equipment Land Building Less: Accumulated depresiation Total property, plant, and equipment
$
82,000 5,000
$
87,500
125,000 $ 957,800 341,200
634,600 759,600
Intangible assets Capitalized development costs Goodwill Other identifiable intangible assets Total non-current assets
6,000 66,000 28,000
Current assets Inventories Prepaid expenses Account receivable Less: Allowance for doubtfull accounts Short-term investments Cash and cash equivalents Total current assets Total assets
100,000 947,000
489,000 16,252 165,824 1850
163,974 51,030 52,485 773,454 1,720,554
Equity and Liabilities Equity Share capital-preference Share capital-ordinary Share premium-preference Share premium-ordinary Retained earnings Accumulated other comprehensive income Less: Treasury share Equity attributable to owners Minority interest Total equity Non-current liabilities Bond liabilities due January 31, 2020 Provisions related to pensions Total non-current liabilities Current liabilities Notes payable Account payable Interest payable Salary and wages payable Provisions related to warranties Deposits received from customers Total current liabilities Total liabilities Total equity and liabilities
$ 300,000 400,000 10,000 27,500 170,482 (8,650) 12,750 $ 886,582 13,500 $ 900,000
425,000 75,000 500,000
80,000 197,532 20,500 5,560 12,500 4,380 320,472 820,472 1,720,554
13
D. Pelaporan Keuangan Pelaporan keuangan tidak hanya memuat laporan keuangan namun juga cara-cara lain dalam mengkomunikasikan informasi yang berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan informasi yang diberikan oleh sistem akuntansi yaitu informasi mengenai sumber daya, kewajiban, penghasilan perusahaan, dan lain-lain (Belkaoui, 2006: 233). Menurut Kieso dan Weygandt (2007: 5) tujuan pelaporan keuangan, antara lain: 1. Informasi yang berguna bagi investor serta kreditor dalam pengambilan keputusan, 2. Informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan, 3. Informasi mengenai sumberdaya perusahaan, klaim terhadap sumberdaya tersebut , dan perubahannya. Pelaporan keuangan itu bukanlah merupakan sebuah akhir, tetapi ia dimaksudkan untuk memberi informasi yang berguna dalam melakukan pengambilan keputusan bisnis dan ekonomi. Beberapa informasi keuangan hanya dapat disajikan dalam pelaporan keuangan, antara lain surat presiden direktur atau skedul tambahan dalam laporan tahunan korporasi, prospektus, laporan yang dikeluarkan kepada badan-badan pemerintah, siaran berita, prakiraan manajemen, dan pernyataan mengenai dampak sosial atau lingkungan perusahaan. Informasi tersebut wajib dikeluarkan karena adanya keputusan pemerintah, peraturan atau hukum tak tertulis; atau karena manajemen ingin mengungkapkannya secara sukarela.
14
E. Ketepatan Waktu (Timeliness) Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang akan dicerna oleh investor untuk mengambil keputusan atas investasinya. Oleh karena itu, informasi harus disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar didalam pengambilan keputusan–keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Anastasia & Mukhlisin, 2003). Definisi ketepatan waktu (Timeliness) menurut Chairil dan Ghozali (2001) dalam Ukago (2005) adalah “ timeliness adalah suatu pemanfaatan informasi oleh pengambilan keputusan dalam informasi tersebut kehilangan kapasitas atas kemampuannya untuk mengambil keputusan ”. Informasi tidak dapat dikatakan relevan jika tepat waktu, informasi harus tersedia untuk pengambilan keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan (Anis Chariri dan Imam Ghozali, 2001). Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi tidaklah mungkin tanpa ketepatan waktu. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang akan mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan. Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Hilmi dan Ali (2008) menggunakan tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya : 1) Preminilary lag : interval jumlah antara laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preleminary oleh bursa, 2)
15
Auditor’s report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani, 3) Total lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa. Menurut IAI (2002) bahwa perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lambat tiga bulan setelah tanggal neraca. Apabila terjadi keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan, maka akan dikenakan sangsi administrasi dan denda sesuai ketentuan yang telah di tetapkan dalam peraturan pasar modal. Gambar 2.1 Ilustrasi Rentang Waktu Ketepatan Waktu
Preminilary lag
Auditor’s report lag
31 Desember
30 Maret
Total lag 23 April
F. Umur Perusahaan Umur perusahaan menurut Nurhidayanti (1998) dalam Hadri (2001) adalah: 1. Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan, sehingga umur perusahaan adalah lama waktu sejak diadakan atau berdirinya sebuah perusahaan. 2. Umur perusahaan dalam hal ini menunjukkan jumlah tahun sejak perusahaan berdiri sampai tahun pembukuan terakhir.
16
3. Pada dasarnya perusahaan didirikan untuk jangka waktu tidak terbatas (jangka panjang), tidak didirikan untuk beberapa tahun saja (Kieso, 2007: 42). Umur perusahaan dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam beroperasi terhadap kinerja perusahaannya. Perusahaan yang sudah lama berdiri, kemungkinan sudah banyak pengalaman yang di peroleh (Gumanti, 2000). Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi yang dapat diperoleh investor tentang perusahaan tersebut. Apabila sebuah perusahaan yang berkembang dan memiliki akuntan yang berpengalaman, dapat meminimaliskan penundaan yang luar biasa. Menurut Almilia & Setiady (2006) mengungkapkan bahwa perusahaan dengan umur yang semakin tua, cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan
dan
menghasilkan
informasi
ketika
diperlukan,
karena
perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup. Dengan demikian laporan keuangan akan dapat disajikan lebih tepat waktu.
G. Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan untuk menjalankan praktik akuntan publik. Sehingga Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
17
Suatu laporan keuangan atau informasi akan kinerja perusahaan harus dapat disajikan dengan akurat dan terpercaya (Hilmi dan Ali, 2008). Oleh karena itu, perusahaan kemudian menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk melaksanakan pekerjaan audit terhadap laporan keuangan perusahaan. Menurut Hilmi dan Ali (2008) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mempunyai reputasi atau nama baik. Kriteria kantor akuntan yang memiliki reputasi yang baik, yaitu kantor akuntan yang berafiliasi berafiliasi dengan kantor akuntan publik besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4). Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4) adalah kelompok empat firma Jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar. Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4) mengaudit hampir semua perusahaan besar baik di Amerika Serikat maupun dunia serta juga banyak perusahaan yang lebih kecil juga (Arens dan Elder, 2008: 32). Kantor Akuntan Publik (KAP) the big four tersebut adalah : 1. KAP Price Waterhouse Coopers, 2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), 3. KAP Ernst and Young, 4. KAP Deloitte Touche Thomatsu.
18
Kategori KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan the big four: 1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Haryanto Sahari dan rekan. 2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama dengan KAP Siddharta Siddharta dan Widjaja. 3. KAP Ernst and Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja. 4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan.
H. Opini Audit Opini audit adalah pendapat akuntan independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit. Auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Menurut Arens dan Elder (2008: 186) dalam SAS 1 (AU 203) mensyaratkan bahwa audit dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi baik kekeliruan maupun kecurangan yang material dalam laporan keuangan. Bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit. Opini audit yang diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit yang dilakukan dapat memberi simpulan atas opini yang harus diberikan terhadap laporan keuangan yang diauditnya. Laporan audit adalah langkah
19
terakhir dari seluruh proses audit (Arens dan Elder, 2008: 58). Dengan demikian auditor didalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya. Menurut Arens dan Elder (2008: 58) dalam PSA 29 SA seksi 508 dalam standar akuntan publik, bahwa terdapat 5 jenis opini audit yang dapat diberikan oleh auditor atas laporan keuangan yang diauditnya, antara lain: 1. Unqualified opinion (wajar tanpa pengecualian) Auditor memberikan opini unqualified opinion (wajar tanpa pengecualian), jika menyimpulkan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. 2. Qualified opinion (wajar dengan pengecualian) Auditor memberikan kesimpulan qualifield opinion bahwa laporan keuangan disajikan wajar dengan pengecualian untuk pos–pos tertentu. Pendapat ini hanya dapat diberikan oleh auditor jika auditor merasa bahwa kondisi yang dilaporkannya sangat material maka pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion) atau opini tidak wajar (adverse opinion) harus dibuat. 3. Adverse Opinion (tidak wajar) Auditor menyimpulkan adverse opinion bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Pendapat tidak wajar hanya diberikan jika auditor merasa yakin bahwa secara keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat salah saji yang material atau menyesatkan dan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. 4. Disclaimer opinion (tidak memberikan pendapat) Disclaimer opinion atau pendapat tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor jika auditor tidak dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar atau tidak. Pernyataan pendapat tidak memberikan pendapat dilakukan auditor jika auditor tidak berhasil meyakinkan dirinya bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
20
5. Unqualified opinion with explanatory paragraph and modified wording (wajar tanpa pengecualian dengan paragaraf panjelasan) Auditor memberikan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan dalam laporan auditnya karena karena audit yang dilakukannya telah memenuhi kriteria suatu proses audit yang lengkap dengan hasil– hasil yang memuaskan dan laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Tetapi auditor merasa perlu untuk memberikan sejumlah informasi tambahan dalam laporan auditnya.
I. Peneliti Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan publik ini, telah banyak dilakukan dan berkembang baik di Indonesia maupun di negara-negara lain. Tahun 1975
Nama Dyer dan McHugh (dalam Oktorina dan Suharli, 2005)
2000
OwusuAnsah
Judul Profil ketepatan waktu pelaporan dan normalitas keterlambatan dengan 120 perusahaan di Australia periode 19651971. Ketepatan waktu pelaporan keuangan dari 47 perusahaan di Zimbabwe.
Hasil Ukuran perusahaan dan tanggal berakhirnya tahun buku berpengaruh dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, sedangkan profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan Ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, umur perusahaan dan bulan dari akhir tahun keuangan berpengaruh terhadap audit reporting lead time. Ukuran perusahaan, umur perusahaan, umur perusahaan dan audit reporting lead time mempengaruhi kecepatan perusahaan dalam mengumumkan pendapatan awalnya, tetapi hanya ukuran perusahaan yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
21
2001
Respati
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
2004
Shaleh dan Susilowa ti
Ketepatan waktu pelaporan keuangan pelaporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
2005
Oktorina dan Suharli
Faktor-faktor penentu kepatuhan ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2007
Dogan, et. al
Hubungan antara ketepatan waktu pelaporan keuangan dengan kinerja perusahaan.
Faktor profitability, outsider ownership concentration, signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sedangkan debt to equity, ukuran perusahaan dan insider ownership concentration, tidak signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan struktur kepemilikan tidak signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sedangkan item-item luar biasa dan/atau kontijensi berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan sesuai dengan hipotesis yang ada, yaitu negatif. Debt to equity ratio dan profitabilitas tidak mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, sedangkan ukuran perusahaan, struktur kepemilikan perusahaan, dan kantor akuntan besar mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Meskipun menunjukkan hasil yang signifikan, namun hubungan antara ukuran perusahaan dengan ketepatan waktu ialah tidak searah. Return on equity (ROE), change net return (CNR) dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kecepatan dalam pelaporan keuangan. Sedangkan change in financial risk (CFR), free float rate (FFR) dan jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap kecepatan dalam pelaporan keuangan, rasio transaksi memiliki hubungan terbalik dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan.
22
Hilmi Faktor-faktor dan Ali yang (2008) mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik dan reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, sedangkan leverage keuangan, ukuran perusahaan dan opini akuntan publik tidak signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
J. Kerangka Berpikir Penelitian ini didasarkan pada hubungan pengaruh antara faktor dependen ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan dengan faktor–faktor independen seperti umur perusahaan, reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP), dan opini auditor hubungan tersebut digambarkan dengan skema berikut ini :
Gambar 2.1 Skema hubungan antara variabel independen dan variabel dependen
Umur perusahaan
Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP)
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI
Opini Auditor
23
a. Informasi harus tersedia untuk pengambilan keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan (Anis Chariri dan Imam Ghozali, 2001). b. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi tidaklah mungkin tanpa ketepatan waktu. c. Informasi mengenai kondisi dan posisi perusahaan harus secara cepat dan tepat waktu sampai ke pemakai laporan keuangan. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang akan mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan karena informasi yang tepat waktu akan mempengaruhi kemampuan manajemen dalam merespon setiap kejadian atau permasalahan. Perusahaan publik diwajibkan untuk menyerahkan dan mempublikasikan laporan keuangan setengah tahunan yang belum diaudit. Menurut IAI (2002) bahwa suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lambat tiga bulan setelah tanggal neraca. Apabila terjadi keterlambatan dalam penyampaian pelaporan keuangan, maka akan dikenakan sangsi administrasi dan denda sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan pasar modal. Dyer dan McHugh (1975) dalam penelitiannya menyatakan bahwa banyak pihak percaya ketepatan waktu laporan merupakan karakteristik
24
penting bagi laporan keuangan itu sendiri, pihak-pihak tersebut misalnya akuntan, manajer dan analis keuangan. Lebih lanjut ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang memadai. Dengan mendasarkan pada penelitian terdahulu dihipotesiskan bahwa umur perusahaan, reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dan opini auditor dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.