BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Definisi Kapasitas Produksi Kapasitas produksi merupakan salah satu parameter kemampuan industri
dalam menghasilkan produk terkait dengan ketersediaan mesin, tenaga kerja dan jam kerja dalam satuan waktu tertentu. Menurut Heizer dan Render, mengartikan kapasitas adalah hasil produksi (output) maksimal dari sistem pada suatu periode tertentu (Heizer & Render, 2001). Kapasitas biasanya dinyatakan dalam angka per satuan waktu. Terdapat 2 jenis kapasitas (Heizer & Render, 2001), yaitu: 1. Kapasitas efektif atau pemanfaatan efektif Merupakan presentase kapasitas desain yang benar-benar mampu secara operasional, atau dengan kata lain pemanfaatan (utilisasi) efektif adalah kapasitas yang dapat diharapkan perusahaan untuk menghasilkan berbagai produk, dengan metode penjadwalan, cara pemeliharaan, dan standar mutu tertentu.
2. Kapasitas yang dijadikan patokan (rated capacity) Adalah ukuran kapasitas dimana fasilitas tertentu sudah digunakan dengan maksimal. Kapasitas yang dijadikan patokan tersebut akan selalu kurang atau sama dengan kapasitas riilnya.
22
23
Kapasitas produksi dapat menentukan terkait dengan : Persyaratan modal, sehingga mempengaruhi sebagian besar biaya tetap. Apakah permintaan dapat dipenuhi atau apakah fasilitas yang ada berlebihan? Jika kapasitas terlalu besar, sebagian fasilitas akan menganggur dan akan terdapat biaya tambahan yang dibebankan pada produksi yang ada.
2.2
Efisiensi dan Efektivitas Produksi Menurut Heizer dan Render, efisiensi adalah ukuran output actual (yang
sebenarnya dihasilkan) dengan kapasitas efektif (Heizer & Render, 2001). Efisiensi merupakan ukuran yang menunjukan dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang ada untuk menghasilkan output secara maksimal. Dengan adanya peningkatan efisiensi produksi, maka dapat meminimalisasi biaya produksi serta meningkatkan profit. Sedangkan efektivitas merupakan tingkat pemenuhan output atau tujuan dari proses terhadap suatu target atau pencapaian. Semakin tinggi pencapaian atau target, maka proses tersebut dikatakan semakin efektif. Disamping itu, terdapat pernyataan bahwa kumpulan aktivitas untuk menciptakan nilai dalam suatu produk, baik yang berbentuk barang maupun jasa, dengan cara mengubah input menjadi output .Berdasarkan kedua pengertian diatas mengenai efisiensi dan efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas lebih mengarah terhadap hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih mengarah pada proses pencapaian hasil tersebut. Kedua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain, dimana suatu proses produksi harus memastikan penggunaan sumber daya yang
24
ada seperti bahan baku secara efisien dengan menggunakan metode atau proses secara efektif untuk mencapai hasil yang optimal serta meminimalisasi biaya. Berikut ini rumus perhitungan efisiensi dan efektivitas (Render & Heizer, 2004) :
Keterangan :
2.3
-
Output Aktual
= Jumlah hasil produksi
-
Kapasitas Efektif
= Kemampuan kapasitas efektif produksi
-
Jumlah Pekerja
= Tenaga kerja yang dibutuhkan produksi
-
Jam Kerja
= Jumlah jam kerja yang tersedia
-
Minggu Kerja
= Jumlah minggu kerja yang dihitung per bulan
-
Waktu produksi/unit= Waktu yang dibutuhkan untuk produksi per unit
Perencanaan Kapasitas Produksi Perencanaan kapasitas berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan
untuk menghasilkan produk dalam pemenuhannya terhadap demand yang harus dipenuhi oleh perusahaan (Harnatalia, 2013). Perencanaan produksi merupakan
25
suatu langkah penting yang harus dilakukan, khususnya untuk bagian tim perencanaan produksi. Perencanaan produksi adalah suatu proses untuk memutuskan kebutuhan produksi dalam menentukan perubahan permintaan order setiap produk yang disesuaikan dengan ketersediaan kapasitas prouksi. Tujuan perencanaan kapasitas adalah untuk mencapai tingkat utilitas optimum sesuai ketersediaan sumber yang ada, sehingga dapat meminimalkan biaya produksi serta meningkatkan profit. Perencanaan kapasitas yang tidak tepat dapat berdampak terhadap kelangsungan produksi, jika kapasitas terlalu besar sedangkan tidak diimbangi dengan order, maka akan menimbulkan kekosongan kapasitas, begitu juga sebaliknya jika kapasitas terlalu kecil sedangkan tidak diimbangi dengan order maka menimbulkan kapasitas berlebih yang berakibat biaya produksi semakin tinggi. Untuk itu perlu disesuaikan antara kapasitas yang akan direncanaan sesuai dengan order yang diterima. Perencanaan kapasitas produksi dapat dilihat dalam 3 horizon waktu, antara lain : a) Kapasitas jangka panjang (> 1th) Perencanaan kapasitas jangka panjang, yaitu lebih dari 1 tahun terkait dengan sumber daya produktif memerlukan waktu/lead time yang cukup lama untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, seperti fasilitas infrastruktur, bangunan, peralatan atau mesin. Dalam penentuan jumlah produksi yang dapat menghasilkan biaya minimum perlu diperhatikan berbagai faktor, antara lain : Pola permintaan jangka panjang Siklus kehidupan produk yan dihasilkan
26
Terdapat 2 strategi yang dapat dilakukan perusahaan terkait dengan kapasitas jangka panjang, yaitu :
Strategi melihat dan menuggu (wait and see strategy) Strategi ini bersifat strategi hati-hati, karena kapasitas produksi akan dinaikkan apabila yakin bahwa permintaan konsumen sudah naik. Strategi ini diperoleh berdasarkan pertimbangan bahwa, setiap kali terjadi kelebihan kapasitas produksi, perusahaan harus menanggung risiko karena investasi yang dilakukan hanya ditanggung dalam jumlah yang sedikit, sehingga berakibat pada biaya produksi menjadi tinggi.
Strategi ekspansionis Strategi ekspansionis adalah strategi dimana kapasitas selalu melebihi atau diatas permintaan. Dengan menggunakan strategi ini, perusahaan berharap tidak akan terjadi kekurangan produk di pasaran yang dapat menyebabkan adanya peluang masuknya produsen lain. Disamping itu, perusahaan berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dengan cara menjamin tersedianya produk di pasaran.
b) Kapasitas jangka menengah (3-18 bulan) Perencanaan kapasitas jangka menengah, yaitu rentang waktu sekitar 3-18 bulan. Dalam hal ini, perencanaan dapat bersifat fleksibel dengan memiliki beberapa alternatif untuk mengatur kapasitas yang diperlukan, antara lain seperti menambah ataupun mengurangi jumlah tenaga kerja, peralatan atau mesin, dan melakukan subkontrak. c) Kapasitas jangka pendek (< 3bln)
27
Perencanaan kapasitas jangka pendek, yaitu dengan rentang waktu kurang dari 3 bulan terkait dengan sistem penjadwalan harian, mulai dari pekerjaan, karyawan, pengalokasian mesin. Sehingga dalam hal ini perlu adanya beberapa alternatif yang dilakukan seperti kerja lembur, penggantian routing produksi, dan pemindahan karyawan untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan dengan perencanaan yang bersifat jangka pendek. Disamping itu, untuk meningkatkan kapasitas yang bersifat jangka pendek terdapat 5 cara yang dapat dilakukan perusahaan, antara lain : 1. Meningkatkan jumlah sumber daya a. Penggunaan kerja lembur b. Penambahan regu kerja c. Memerikan kesempatan kerja secara part-time d. Sub-kontrak e. Kontrak kerja 2. Memperbaiki penggunaan sumber daya a. Mengatur regu kerja b. Menetapkan jadwal 3. Memodifikasi produk a. Menentukan standar produk b. Melakukan perubahan jasa operasi c. Melakukan pengawasan kualitas 4. Memperbaiki permintaan a. Melakukan perubahan harga
28
b. Melakukan perubahan promosi 5. Tidak memenuhi permintaan a. Tidak mensuplai semua permintaan
Terdapat 4 pertimbangan dalam memutuskan perencanaan kapasitas produksi, antara lain : 1. Meramalkan permintaan secara akurat, manajemen harus mengetahui produk yang sedang ditambahkan dan produk yang sedang dihentikan produksinya, begitu juga volume yang diperkirakan. 2. Memahami teknologi dan peningkatan kapasitas : jumlah alternatif yang tersedia mungkin cukup banyak, tetapi setelah volume ditentukan keputusan teknologinya dapat dipandu dengan analisis biaya, kebutuhan sumber daya manusia, kualitas dan kehandalan. 3. Menemukan tingkat operasi (volume) yang optimal : teknologi dan peningkatan kapasitas kerap menentukan ukuran optimal sebuah fasilitas. 4. Dibuat untuk perubahan : dalam dunia yang cepat berubah, perubahan tidak dapat diabaikan, oleh karena itu manajer operasi harus menciptakan fleksibilitas dalam fasilitas dan peralatan.
29
Perhitungan Kapasitas
2.4
Kemampuan produksi suatu indsutri dalam menghasilkan suatu produk dapat dihitung dalam rentang waktu tertentu, seperti per hari, per bulan, per tahun ataupun per periode waktu yang diinginkan dari perusahaan. Menurut Paneerselvam, berikut ini rumus dalam menghitung kapasitas (Paneerselvam, 2012) :
Keterangan : -
Kapasitas Produksi (pasang) = kemampuan produksi suatu industri
-
Jumlah Mesin (unit) = jumlah mesin yang tersedia
-
Jam Kerja (Jam) = jumlah jam kerja yang tersedia
-
Efisiensi (%) = % efisiensi perencanaan produksi
Pada dasarnya kapasitas dapat diukur dari ketersediaan jumlah mesin dan tenaga kerja atau tenaga kerja yang dimiliki oleh suatu industri, semakin banyak jumlah mesin atau tenaga kerja, maka semakin tinggi kapasitas yang dapat dihasilkan. Untuk mengukur utilisasi kapasitas atau kapasitas yang digunakan terhadap kapasitas yang tersedia (Jacobs, 2011), menggunakan rumus sebagai berikut :
30
Contoh : Suatu industri sepatu beroperasi 6 hari per minggu dengan sistem kerja 2 shift dan mempunyai 16 lines produksi, dimana setiap line terdiri dari 24 holes mesin press untuk produksi outsole sepatu. Jika jumlah hari kerja yang diasumsikan sebanyak 22.5 hari dalam satu bulan dengang tingkat efisiensi produksi 90%, kapasitas produksi dalam 1 bulan adalah:
2.5
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Produksi Dalam membuat perencanaan kapasitas produksi terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal (Merlyana & Abbas, 2008). Berikut ini beberapa faktor internal yang mempengaruhi kapasitas produksi, antara lain : 1. Tenaga kerja
31
Tenaga kerja atau tenaga kerja meruapakan salah satu faktor penting terhadap kapasitas yang dapat direncanakan. Jumlah tenaga kerja yang semakin banyak akan menambah kapasitas produksi suatu industri. Disamping itu, kemampuan atau keahlian tenaga kerja jumlah akan mempengaruh kapasitas yang dapat direncanakan melalui jumlah output yang mampu dihasilkan setiap jam oleh setiap tenaga kerja dalam satuan waktu tertentu. Pada dasarnya kemampuan kapasitas yang dimiliki oleh suatu industri dapat diukur bersadarkan jumlah tenaga kerja atau tenaga kerja dan jumlah mesin yang dimiliki, hal ini tergantung dari jenis industri atau proses produksi yang dilakukan. 2. Mesin Faktor internal lain yang mempengaruhi jumlah kapasitas produksi adalah ketersediaan jumlah mesin dan kemampuan mesin dalam memproduksi suatu produk. Kapasitas mesin merupakan salah satu faktor modal kerja yang mempengaruhi kemampuan produksi suatu industri. Semakin banyak jumlah mesin serta kemampuan mesin dalam berproduksi, maka semakin tinggi kapasitas yang dapat direncanakan. 3. Jam Kerja Jumlah jam kerja yang tersedia dalam satuan waktu tertentu juga sangat mempengaruhi kemampuan industri untuk memenauhi kapasitas sesuai dengan permintaan pelanggan. Misalnya saja dalam kurun waktu bulan, jumlah jam kerja yang dipengaruhi hari libur akhir minggu ataupun libur nasional, dapat mengurangi kapasitas produksi. Selain itu, jumlah jam kerja
32
setiap hari yang dioperasikan untuk indsurti tersebut juga mempengaruhi kapasitas yang mampu dihasilkan, seperti sistem kerja 1 shift, 2 shift ataupun 3 shift. Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perencanaan kapasitas suatu indusrti, antara lain: 1. Jumlah Order Jumlah order merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perencanaan kapasitas produksi suatu industri, khususnya bagi industri yang bersifat make to order, dimana pembuatan produk berdasarkan permintaan pelanggan. Jumlah order yang fluktuatif atau bahkan rendah sangat mempengaruhi terhadap kelangsungan industri dalam melakukan perencanaan kapasitas, karena ketidakstabilan tersebut akan menjadi hambatan dalam membuat perencanaan kapasitas produksi. Namun, hal ini berbeda dengan industri yang bersifat make to stock, dimana industri tersebut dapat melakukan perencanaan sendiri secara independen berdasarkan data peramalan atau prediksi yang dimiliki, sehingga perencanaan kapasitas lebih mudah untuk dibuat. 2. Kemampuan atau Kapasitas Supplier/Subcontractor Kegiatan industri merupakan suatu rantai yang saling berkaitan antara supplier, produsen dan konsumen. Semakin besar atau kompleks suatu industri biasanya memiliki jumlah supplier serta Subcontractor yang semakin banyak untuk mendukung kelangsungan produksi. Kemampuan dari supplier dalam memasok bahan baku dan subcontractor dalam mendukug proses
33
produksi menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan kapasitas produksi. Dalam hal ini, tentunya suatu indsutri sebagai produsen akan berusahan untuk memenuhi permintaan konsumen, tetapi jika terdapat keterbatasan dari kemampuan supplier ataupun subcontractor
yang
mempengaruhi kelangsungan produski, maka perlu dipertimbangkan lagi untuk mencari alternatif lain sehingga kapasitas yang direncanakan dapat terpenuhi.
2.6
Value Chain (Michael Porter) Value Chain atau rantai nilai adalah kumpulan aktivitas atau kegiatan dalam sebuah
perusahaan
yang
dilakukan
untuk
mendesain,
memproduksi,
memasarkan, mengirimkan dan support produk (Porter, 1998). Konsep rantai nilai ini pertama kali dikenalkan serta dipopulerkan oleh Porter pada tahun 1985 dalam bukunya. Aktivitas rantai nilai ini terdiri dari sekumpulan aktivitas utama dan pendukung. Berikut ini bagan value chain pada gambar 4.1 :
Gambar 2.1 Porter’s Generic Value Chain
34
Berikut ini penjelasan mengenai aktivitas rantai nilai utama dan pendukung dari Porter : Aktivitas Utama (Primary Activities) 1. Logistik Masuk (Inbound Logistics) adalah semua aktivitas atau kegiatan yang dihubungkan dengan penerimaan, penyimpanan dan penyebaran input/bahan baku, seperti penanganan bahan baku, pergudangan, kontrol inventory, jadwal kendaraan dan pengembalian kepada supplier. 2. Operasional (Operations) adalah kegiatan yang dihubungkan dengan mengubah input atau bahan baku menjadi bentuk produk akhir, seperti permesinan, pengemasan, perakitan, perawatan perlengkapan, testing, pencetakan dan yang lainnya yang berkaitan dengan proses operasi atau produksi. 3. Logistik Keluar (Outbound Logistics) adalah kegiatan yang diasosiasikan dengan pengumpulan, penyimpanan dan distribusi produk ke pembeli, seperti
pergudangan
produk
jadi,
penanganan
material,
operasi
pengiriman, proses pemesanan dan penjadwalan. 4. Pemasaran dan penjualan (Marketing and Sales) adalah kegiatan dalam membujuk atau menarik pembeli untuk membeli, seperti pengiklanan, promosi, tenaga penjual, kuota dan harga. 5. Pelayanan
(Service) adalah kegiatan
yang diasosiasikan dengan
penyediaan layanan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai produk, seperi instalasi, perbaikan, pelatihan dan penambahan produk.
35
Aktivitas Pendukung (Support Activities) Secara umum, aktivitas pendukung dalam rantai nilai terbagi dalam 4 kategori kegiatan, antara lain : 1. Procurement, mengacu pada fungsi pembelian seperti pembelian bahan mentah, persedian dan jenis jenis barang lainnya yang dapat dijadikan aset seperti mesin-mesin, perlengkapan laboratorium, kantor dan bangunan. 2. Technology Development, terdiri dari berbagai kegiatan yang dapat dikelompokkan ke dalam usaha untuk meningkatkan produk dan proses. Pengembangan teknologi sangat penting untuk keunggulan kompetitif dalam semua industri. 3. Human Resource Management, pengelolaan sumberdaya manusia meliputi kegiatan rekrutmen, pelatihan, pengembangan SDM. 4. Firm Infrastructure, aktivitas infrastruktur perusahaan terdiri dari sejumlah aktivitas termasuk pengelolaan umum, perencanaan, keuangan, accounting dan manajemen kualitas.
Pada dasarnya masing - masing kegiatan atau aktivitas utama maupun pendukung merupakan penting, hal ini tergantung dari industrinya. Misal, untuk perusahaan dibidang jasa, pelayanan terhadap pelanggan menjadi sesuatu yang sangat vital dalam operasi perusahaan tersebut. Dalam setiap kategori kegiatan/aktivitas, baik itu yang utama maupun yang pendukung, ada tiga jenis kegiatan yang memiliki peran berbeda dalam kegiatan tersebut, antara lain :
36
Langsung (direct) : aktivitas yang melibatkan langsung dalam pembuatan nilai kepada pembeli, seperti perakitan, iklan, desain produk, rekrutmen dan lain sebagainya.
Tidak langsung (indirect) : aktivitas yang memungkinkan untuk melakukan kegiatan langsung secara berkelanjutan, seperti perawatan, penjadwalan, administrasi penelitian dan lain sebagainya
Jaminan kualitas (Quality Assurance) : aktivitas yang menjamin kualitas dari aktivitas lain seperti, monitoring, inpeksi, testing, pemeriksaan dan lain sebagainya.
2.7
Analisa Regresi Linear
2.7.1 Multiple Regression Model Dalam penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda. Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel indenpenden dengan variabel dependen, juga untuk mengetahui masing-masing variabel Indenpenden berhubungan positif atau negatif, dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel Indenpendent mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya bersekala interval atau ratio. Rumusnya sebagai berikut (Nugroho, 2005) :
37
Y = a + bX1 + cX2 + dX3 + e
Keterangan: Y
= Variabel terikat/dependen
a
= Konstanta
b
= Koefisien regresi pertama
c
= Koefisien regresi kedua
d
= Koefisien regresi ketiga
X1, X2, X3
= Variabel bebas/independen
e
= Tingkat error yang dapat ditoleransi
2.7.2 Koefisien Korelasi Koefisien korelasi merupakan nilai yang menunjukan kuat atau tidaknya suatu hubungan linier antar dua variabel. Koefisien korelasi dilambangkan dengan huruf r dimana nilai r dapat bervariasi dari -1 sampai +1. Nilai r yang mendekati -1 atau +1 menunjukan hubungan yang kuat antara dua variabel tersebut dan nilai r yang mendekati 0 mengindikasikan lemahnya hubungan antara dua variabel tersebut. Sedangkan tanda positif (+) dan negatif (–) memberikan informasi mengenai arah hubungan antara dua variabel tersebut. Jika bernilai positif (+), maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang searah. Dalam arti lain peningkatan X akan bersamaan dengan peningkatan Y dan begitu juga sebaliknya. Jika bernilai negatif (–) artinya
38
korelasi antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan. Peningkatan nilai X akan dibarengi dengan penurunan Y. Berikut ini kriteria tingkat hubungan dari suatu nilai koefisien korelasi (r) (Sugiarto & Harijono, 2000) dari Koefisien Korelasi Product Momen Pearson, yaitu : 0
= tidak ada korelasi
0 – 0.5
= korelasi lemah
0.5 – 0.8
= korelasi sedang
0.8 – 1.00
= korelasi kuat
1.00
= korelasi sempurna
Koefisien korelasi pearson atau Product Moment Coefficient of Correlation merupakan nilai yang menunjukan keeratan hubungan linier dua variabel dengan skala data interval atau rasio.
Berikut ini rumus yang digunakan (Walpole, 1995) :
Keterangan : = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y. = deviasi dari mean untuk nilai variabel X
39
= deviasi dari mean untuk nilai variabel Y = jumlah perkalian antara nilai X dan Y = Kuadrat dari nilai = Kuadrat dari nilai y
2.8
Penelitian Terdahulu Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti mendapatkan data bahwa telah dilakukan penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. Berikut ini merupakan tabel data penelitian terdahulu yang dikutip dari jurnal ilmiah, antara lain :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu Penulis Analisis pengaruh kualitas Lia Erlian pelayanan jasa Restoran Sari terhadap loyalitas pelanggan sakana japanes restaurant di delonix hotel karawang
Analisis pengaruh implementasi
Serli wijaya & Sienny
Kesimpulan Kualitas Pelayanan berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas pelayanan memberikan dorongan khusus bagi para pelanggan untuk menjalin ikatan relasi saling menguntungkan dalam jangka panjang dengan perusahaan. Ikatan emosional semacam ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan spesifik pelanggan. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan kepuasan pelanggan berkontribusi pada terciptanya loyalitas pelanggan. Dari analisis yang dilakukan penulis dengan menggunakan
40
membership card dalam meningkatkan loyalitas pengunjung Rumah Makan Ayam Bakar di Surabaya
Thio
Analisis pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan rumah makan Ketty Resto
Istianto dan Tyra
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penjualan Aqua (Case CV Cinta Alam Kelapa Gading)
Yovie Oentoro
Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Kondisi Ekonomi Terhadap Return Saham
Subalno
metode analisis regresi linier berganda dan statistik deskriptif maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepuasan konsumen yang mempengaruhi tingkat loyalitas pengunjung sangat kecil. Hasil pengolahan pada persamaan regresi dengan R square sebesar 0,59. Besarnya pengaruh variabel dependen sebesar 59,7%, faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini misalnya produk, promosi dan harga. Pengujian parsial menunjukkan variabel kualitas layanan berpengaruh positip dan signifikan. hasil analisa pengolahan data menggunakan regresi linear berganda diketahui bahwa dari 32 pernyataan mengenai faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi penjualan Aqua di CV Cinta Alam Kelapa Gading, faktor internal yang benar-benar mempengaruhi jumlah penjualan aqua di CV Cinta Alam Kelapa Gading adalah kepuasaan layanan yaitu sebesar 9,242%, seangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah faktor perilaku konsumen sebesar 6,064% - Secara parsial, selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 dapat diketahui bahwa variabel Return on Assets (ROA), SBI dan Kurs berpengaruh terhadap -2,502 -1,64 Ho ditolak return saham. Sedangkan variabel Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Total Assets Turn Over (TATO) tidak terbukti
41
Perencanaan Kapasitas Produksi Bagian Penjahitan Model Baju Koko Ampil 1 di CZ. XYZ Surabaya
Sistem Informasi Untuk Optimalisasi Produksi dan Maksimasi Keuntungan Menggunakan Metode Linear Programming
Analisis OPtimalisasi Produksi Dengan Linear Programming Melalui Metode Simpleks
berpengaruh terhadap return saham - Secara simultan, kemampuan variabel bebas ), Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Total Assets Turn Over (TATO), SBI dan Kurs berpengaruh terhadap return saham Melly Dwi - Berdasarkan pengukuran Harnatalia stnadar waktu bagi karyawan lama, karyawan perempuan cenderung lebih lama melakukan proses kerja dibanding dengan laki-laki, untuk itu diambil waktu terlama untuk merancang kapasitas yang efektif menggunakan metode line balancing - Berdasarkan perhitungan kapasitas, kebutuhan karyawan untuk memenuhi order CV. XYZ sebanyak 65 orang, sedangkan aktual karyawan berjumlah 31 orang Merlyana dan Keputusan optimum diberikan Bahtiar Saleh dengan berdasarkan sumber Abbas daya yang dimiliki perusahaan seperti persediaan bahan baku, kapasitas jam kerja mesin, kapasitas jam kerja tenaga kerja dan target produksi yang berfungsi sebagai pembatas dalam formulasi linear programming Dari hasil analisis dengan Linear Teguh Sriwidadi dan Programming, diperoleh simpulan Erni Agustina bahwa untuk memaksimalkan laba pada PD Utama Jaya Plasindo, dengan kendala-kendala bahan baku, jam kerja mesin, jam kerja tenaga kerja, dan permintaanpermintaan terhadap produk GRX 25, GTW 25, GTX 25, dan GTX 25
42
M, maka: produksi gesper plastik GRX 25 sebanyak 2.400 pcs, produksi gesper plastik GTW 25 sebanyak 7.200 pcs, produksi gesper plastik GTX 25 sebanyak 3.000 pcs, produksi gesper plastik GTX 25 M sebanyak 6.600 pcs
Analisis Produksi Menggunakan Model Optimasi Linear Programming Pada PT Mast
Bahtiar Saleh Abbas, Robert Tang Herman dan Shinta
Sistem Informasi Optimalisasi Produksi Untuk Memaksimalkan Laba
Bahtiar Saleh Abbas, Suparto Darudiato dan Fransisca
Sumber : Data Sekunder yang Diolah
Faktor yang mempengaruhi banyaknya jumlah produksi untuk mendapatkan keuntungan yang optimum adalah kapasitas bahan baku, jam kerja mesin dan tenaga kerja, kapasitas produksi produk, dan jumlah hari kerja/bulan. Kedua, berdasarkan analisis sensitivitas maka terdapat kekurangan kapasitas produksi pada Proses 015 Solusi optimal yang diperoleh X1=15, X2=30, X3=60, X4=331, X5=214. Secara status-quo X1= 12, X2=25, X3=55, X4=280, X5=300. Bila dihitung akan kelebihan keuntung sebesar Rp 1.238.800, bila menggunakan hasil ILP dengan komponen pembatas, yaitu kemampuan produksi perusahaan, kapasitas gudang dan kemampuan pemasok