8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum 2.1.1 Definisi Perpustakaan Library atau Perpustakaan yang berawal dari kata “Pustaka”, dimana merupakan
suatu fasilitas yang memenuhi atau menyediakan semua jasa penyimpanan penelusuran dan komunikasi digital, baik bersifat penyimpanan data buku atau tulisan, gambar, suara, dalam bentuk file elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer. Pengertian perpustakaan berkembang dari waktu ke waktu. Pada abad ke-19 perpustakaan didefinisikan sebagai suatu gedung, ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yang dikelola dengan baik, dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu. Kemudian ALA (The American Library Association) menggunakan istilah perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumentasi dan pusat rujukan (sumber). Sedangkan menurut Keputusan Presiden RI nomor 11, disebutkan bahwa perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas perpustakaan harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Sebagai sebuah sistem perpustakaan terdiri dari beberapa unit kerja atau bagian yang terintergrasikan melalui sistem yang dipakai untuk pengolahan, penyusunan dan pelayanan koleksi yang mendukung berjalannya fungsi-fungsi perpustakaan. Dari istilah pustaka, berkembang istilah pustakawan, kepustakaan, ilmu perpustakaan, dan kepustakawanan yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pustakawan: Orang yang bekerja pada lembaga-lembaga perpustakaan atau yang sejenis dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal.
9
2. Kepustakaan: Bahan-bahan yang menjadi acuan atau bacaaan dalam menghasilkan atau menyusun tulisan baik berupa artikel, karangan, buku, laporan, dan sejenisnya. 3. Ilmu Perpustakaan: Bidang ilmu yang mempelajari dan mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan perpustakaan baik dari segi organisasi koleksi, penyebaran dan pelestarian ilmu pengetahuan teknologi dan budaya serta jasa-jasa lainnya kepada masyarakat, hal lain yang berkenaan dengan jasa perpustakaan dan peranan secara lebih luas. 4. Kepustakawanan: Hal-hal yang berkaitan dengan upaya penerapan ilmu perpustakaan dan profesi kepustakawanan.
Perpustakaan secara umum atas menurut Undang Undang No.43 Bab I Pasal I “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara professional dengan sisitem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka”. Dan menurut Hasugian (2009 : 74), timbulnya berbagai bentuk perpustakaan disebabkan oleh berbagai faktor yakni: 1. Koleksi atau bahan perpustakaan 2. Masyarakat atau pengguna yang dilayaninya 3. Instansi dimana perpustakaan itu berada
Maka dengan adanya berbagai faktor tersebut diatas timbul berbagai jenis perpustakaan, yang salah satu diantaranya ialah perpustakaan khusus. Berikut ini merupakan beberapa pendapat para ahli mengenai definisi perpustakaan khusus. Menurut Sutarno NS (2000 : 39) “Perpustakaan Khusus adalah tempat penelitian dan pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia atau pegawai”. Menurut P Sumardji (1999 : 16) “Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan dengan koleksinya yang bersifat khusus, yang digunakan sebagai sarana penunjang mengembangkan pengetahuan bagi masyarakat khusus (lingkungan khusus) dalam bidang tertentu”.
10
2.1.2 Sejarah Perkembangan Perpustakaan di Indonesia Berdasarkan buku Ilmu Perpustakaan dan Informasi (2007), Perpustakaan pertama di Indonesia yang tercatat adalah sebuah perpustakaan gereja di Batavia yang sesungguhnya telah dirintis sejak tahun 1624. Namun akibat berbagai kendala maka baru diresmikan pada 27 April 1643 bersamaan dengan pengangkatan pendeta Dominus Abraham Fierenius sebagai kepalanya. Pada masa itu layanan peminjaman buku yang diselenggarakan perpustakaan gereja Batavia tersebut tidak hanya dibuka untuk perawat rumah sakit Batavia, namun juga untuk pemakai yang berada di semarang dan Juana. Setelah itu tidak terdapat catatan tentang keberadaan perpustakaan di Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Perpustakaan di Indonesia yang tercatat keberadaannya setelah itu adalah perpustakaan milik "Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen". Perpustakaan ini didirikan pada 24 April 1778, semasa Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen berdiri atas prakarsa Mr J.C.M. Rademaker, ketua Raad van Indie. Organisasi tersebut mengandalkan sumbangan dermawan serta bantuan keuangan dari Raad van Indie. Ketika VOC bubar tahun 1799, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen tetap beroperasi dengan mengandalkan sumbangan dermawan dan gubernur. Perpustakaan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen mengeluarkan katalog buku yang pertama di Indonesia dengan judul "Bibliotecae Artiumcientiarumquae Batavia Floret Catalogue Systematicus", hasil suntingan P.Bleeker. Edisi kedua terbit tahun 1848 dengan judul dalam bahasa Belanda. Karena dianggap berhasil dalam memajukan ilmu pengetahuan khususnya bahasa, ilmu bumi dan antropologi di Hindia Belanda dan juga mampu menerbitkan Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Tijdschrift voor Indische Taal, serta Land en Volkenkunde secara teratur, maka pada tahun 1924 nama perhimpunan tersebut mendapat tambahan Koninklijk, sehingga menjadi "Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen". Perpustakaan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen merupakan perpustakaan khusus karena koleksinya bersifat khusus serta pemakainya terbatas pada peneliti. Salah satu perpustakaan pertanian yang paling tua serta masih sintas sampai saat
11
ini ialah "Bibliotheek’s Lands Plantentuin te Buitenzorg" yang didirikan pada tahun 1842. Pada tahun 1911 namanya diubah menjadi "Centra Natuurwetenschappelijke Bibliotheek van het Departement van Landbouw Nijverheid en Handel". Nama tersebut kemudian diubah lagi menjadi "Biblioteca Bogoriensis". Perpustakaan ini ada karena pemerintah Belanda meluncurkan Sistem Tanam Paksa (Cultuur stelsel) dari situlah muncul perkebunan dan balai penelitian bidang pertanian. Sistem Tanam Paksa secara tidak langsung mendorong pendirian perpustakaan penelitian bidang pertanian serta tumbuhnya majalah pertanian di Indonesia. Dalam kaitannya dengan edukasi, pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah bagi pribumi yang dinamakan volkschool (sekolah rakyat), yang menerima tamatan sekolah rendah angka dua (ongko loro). Perpustakaan pada volkschool disebut "Volksbibliotheek" dengan koleksi dipasok oleh Volkslectuur yang kelak berubah menjadi Balai Pustaka. Volksbibliotheek melayani bacaan bagi guru, murid dan penduduk sekitar sekolah. Pelayanan untuk penduduk sekitar ini merupakan langkah maju karena dengan demikian perpustakaan sekolah sudah terlibat dalam kegiatan komunitas, sesuatu yang baru dilancarkan UNESCO enam puluh tahun kemudian. Murid dan guru tidak dipungut bayaran, sedangkan komunitas setempat harus membayar 2,5 sen untuk dua buku yang dipinjam selama dua minggu. Karena volkschool berada di bawah wewenang Kantor Pendidikan, maka secara berkala inspektur sekolah memeriksa perpustakaan yang mencakup inventaris perpustakaan serta data peminjaman. Untuk Volksbibliotheek Jawa artinya volkschool yang berada di lingkungan etnik Jawa, pemerintah Hindia Belanda menyediakan 417 judul buku berbahasa Jawa serta 282 buku berbahasa Melayu. Untuk Volksbibliotheek Sunda, pemerintah Hindia Belanda menyediakan 291 judul buku berbahasa Sunda serta 282 buku berbahasa Melayu. Untuk Volksbibliotheek Madura disediakan 67 judul buku dalam bahasa Madura serta 282 judul dalam bahasa melayu. Untuk Volksbibliotheek Melayu setiap perpustakaan sekolah memperoleh 328 judul buku berbahasa melayu. Pada zaman Hindia Belanda sebenarnya tidak ada perpustakaan umum yang didanai oleh anggaran pemerintah. Perpustakaan umum justru didirikan oleh pihak swasta. Perpustakaan umum yang didirikan oleh swasta disebut openbare leeszalen, artinya ruang baca terbuka atau ruang baca untuk umum. Adapun lembaga yang mendirikan openbare leeszalen adalah Gereja Katolik Loge der Vrijmetselaren, dan
12
Theosofische Vereeniging dan Maatschappij tot Nut van het Algemeen. Pemerintah Hindia Belanda tidak pernah mendirikan universitas dalam arti sesungguhnya. Yang mereka dirikan ialah semacam sekolah tinggi. Justru yang pertama kali berdiri ialah Technische Hoogeschool yang didirikan pada tahun 1918 dan kemudian resmi menjadi sekolah tinggi pada tahun 1920. School tot Opleiding voor Indische Aarts (STOVIA) di Surabaya, Rechts Hogeschool di Batavia (1924), Geneeskunde Hogeschool di Batavia (1927), serta Faculteit van Landbouw Wetenschapen en Wijsgebeerte di Buitenzorg (Bogor) pada tahun 1941 dan terakhir Faculteit van Letterkunde di Batavia (1941). Kesemuanya sekolah tinggi itu memiliki semacam perpustakaan fakultas. Ketika pemerintah Indonesia membentuk Universiteit Indonesia tahun 1950, kesemua sekolah tinggi dan faculteit itu berubah menjadi fakultas. Penyatuan itu yang menyebabkan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia dimulai dari perpustakaan fakultas baru menyatu menjadi perpustakaan universitas. Pada zaman sebelum perang (1942) Indonesia mengenal perpustakaan sewa, disebut huurbibliothek. Pada awalnya openbare leeszalen dengan huurbibliotheek sering “bersaing” dalam memenuhi kebutuhan bacaan pemakainya, kemudian secara alamiah terjadi penjurusan yang berbeda. Bila openbare leeszalen lebih banyak menyediakan bacaan ilmiah dan ilmiah populer, maka huurbibliotheek cenderung menyediakan bacaan berupa roman dalam bahasa Belanda, Inggris dan Prancis serta buku untuk remaja. Huurbibliotheek terdapat di Batavia, Soerabaia, Malang, Jogjakarta, Madiun dan Solo, dikelola oleh penerbit forma G. Kolff & Co. Toko buku Visser mendirikan huurbibliotheek di Bandung. Huurbibliotheek lainnya ialah Viribus Unitis di Batavia, C.G van Wijhe di Surabaya serta Leesbibliotheek Favoriet di Batavia. Lazimnya ketiga perpustakaan sewa yang disebut terakhir ini menyediakan bahan bacaan yang dibeli dari pedagang buku loakan serta berbagai roman kuno yang dibeli dari tangan kedua sehingga peranan mereka dalam persewaan buku tidaklah maknawi. Di samping persewaan buku, ada juga persewaan naskah di Batavia yang diselenggarakan oleh penulis Moehammad Bakir tahun 1897 yang mengelola sebuah perpustakaan sewa naskah di Pecenongan. Naskah disewakan bagi umum dengan imbalan sekitar 10 sen per malam disertai himbauan agar jangan terkena ludah sirih atau minyak lampu teplok. Perpustakaan serupa terdapat juga di Palembang dan
13
Banjarmasin. Masih ada perpustakaan lain, yaitu yang didirikan oleh kraton, misalnya perpustakaan Radyo Poestoko di Yogyakarta dan perpustakaan serupa di lingkungan Mangkunegaraan, Surakarta. Di pulau Penyengat sekitar akhir abad 18 diketahui adanya sebuah perpustakaan umum yang didirikan oleh penguasa setempat. Pada zaman pendudukan Jepang tidak ada kegiatan kepustakawanan, karena Jepang mengerahkan semua tenaga untuk keperluan mesin perang. Pada awal kekuasaannya, Jepang melarang peredaran buku berbahasa Belanda, Inggris dan bahasa Eropa lainnya. Semua sekolah tinggi ditutup. Baru ketika Jepang mulai terdesak beberapa sekolah tinggi dibuka kembali, untuk keperluan Jepang. Akhirnya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia didirikan di Jakarta dan Rijksmuseum di Amsterdam sejak tahun 1995 telah memulai adanya kerjasama dalam pelestarian warisan budaya bangsa. Pada tahap pertama dikhususkan pada gambargambar yang dibuat oleh Johannes Rach (1720-1783). Koleksi yang dimiliki Perpustakaan Nasional RI sebanyak 202 buah gambar merupakan jumlah terbesar dari seluruh gambar Rach yang merekam peristiwa penting di Indonesia dan beberapa negara di Asia. Sebagai salah satu museum terbesar di negeri Belanda, Rijkmuseum juga memiliki gambar Johannes Rach yaitu sebanyak 40 buah gambar. Agar dapat didayagunakan oleh masyarakat luas kedua pihak telah menjajaki kemungkinan untuk mengumpulkan koleksi tersebut dan dipublikasikan dalam bentuk pameran maupun terbitan.
2.1.3 Fungsi dan Tujuan Perpustakaan •
Fungsi
Menurut Sulistyo Basuki pada buku Pengantar Ilmu Perpustakaan (1991), adapun fungsi perpustakaan di masyarakat dibagi menjadi lima, antara lain: a. Fungsi Informasi Sebagai tempat informasi dimana pertanyaan dapat ditanyakan ke perpustakaan melalui adanya koleksi yang tersedia. b. Fungsi Rekreasi Masyarakat dapat menikmati rekreasi dengan cara membaca bacaan disediakan oleh perpustakaan.
yang
14
c. Fungsi Edukatif Sebagai tempat belajar informal diluar lingkungan pendidikan sekolah. d. Fungsi Kultural Dapat dijadikan tempat untuk mengembangkan apresisasi budaya masyarakat dengan menyelenggarakan pameran, seminar, bedah buku, pemutaran film. e. Fungsi Penyimpanan Sebagai sarana penyimpanan karya manusia, khususnya karya cetak yang memerlukan kapasitas besar. •
Tujuan
Di dalam buku "Panduan Penyelengaraan Perpustakaan Umum" (1992 : 6) tujuan perpustakaan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Tujuan umum perpustakaan adalah membina dan mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu proses yang berkesinambungan seumur hidup serta kesegaran jasmani dan rohani masyarakat yang berada dalam jangkauan layanannya, sehingga berkembang daya kreasi dan inovasinya bagi peningkatan martabat dan produktivitas setiap warga masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang perkembangan nasional. 2. Tujuan fungsional perpustakaan umum adalah: a.
Mengembangkan minat, kemampuan, kebiasaan membaca, serta mendayagunakan budaya tulisan pada sektor kehidupan.
b.
Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah serta memanfaatkan informasi.
c.
Menggigih masyarakat pada umumnya agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat guna dan berhasil guna.
d.
Meletakkan dasar-dasar ke arah belajar mandiri.
e.
Memupuk minat dan bakat masyarakat.
f.
Menumbuhkan apresiasi terhadap pengalaman imajinatif.
g.
Mengembangkan
kemampuan
masyarakat
untuk
memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri dengan mengembangkan kemampuan membaca masyarakat. h.
Berpartisipasi aktif dalam menunjang pembangunan nasional dengan
15
menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan dalam pembangunan sesuai dengan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. 3. Tujuan operasional perpustakaan umum merupakan pernyataan formal yang terperinci tentang sasaran yang harus dicapai serta cara mencapainya. Sehingga tujuan tersebut dapat dimonitor, diukur dan dievaluasi keberhasilannya. Berdasarkan uraian di atas dinyatakan bahwa perpustakaan umum bertujuan untuk mengembangkan minat baca, mengembangkan pengetahuan, diperuntukan sebagai sumber belajar, dan juga sebagai bagian integral dari pusat informasi lainnya yang bersama-sama bertujuan mendukung proses kegiatan belajar-mengajar demi tercapainya suatu masyarakat yang terinformasi.
2.1.4 Macam Jenis Perpustakaan •
Berdasarkan Koleksi dan Sasaran Pengunjung
Perpustakaan dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan koleksi dan sasaran pengunjungnya, yaitu: a. Perpustakaan Internasional b. Perpustakaan Nasional c. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Keliling d. Perpustakaan Pribadi (Swasta) e. Perpustakaan Lembaga (Pendidikan/Agama) f. Perpustakaan Khusus g. Perpustakaan Digital
Berikut ini adalah beberapa contoh perpustakaan di dunia berdasarkan koleksi dan sasaran pengunjungnya, diantaranya: 1. Kyoto International Manga Library (Kyoto, Japan) Perpustakaan ini adalah perpustakaan khusus mengoleksi beraneka ragam jenis komik manga dari abad ke-19 yaitu dari tahun 1940 sampai sekarang. Perpustakaan ini menyimpan tiga ratus ribu koleksi komik manga untuk semua umur dan dari berbagai kultur yang bisa dibaca di tempat melalui sistem terbuka. Perpustakaan ini berdiri atas kerjasama Kyoto City dan Kyoto Seika University, yakni universitas tersebut adalah universitas pertama yang membuka fakultas khusus manga di Jepang. Pengunjung dari
16
luar negeri dapat menikmati sekitar 5.300 versi bahasa lokal dari manga di seluruh dunia. Pengunjung dapat membaca manga dan komik dengan bebas sambil berbaring di rumput buatan pada taman halaman perpustakaan. Disini juga tersedia perpustakaan anak dengan buku bergambar dengan ruang untuk Kamishibai (pertunjukan cerita bergambar) yang memperoleh popularitas besar di masa paska perang, ini adalah acara dimana pendongeng bercerita menggunakan papan gambar. Pendongeng menceritakan kisah sambil menarik papan gambar dari set sesuai dengan perkembangan cerita.
Gambar 2.1 Kyoto International Manga Library (Sumber: www.tripadvisor.com)
2. Royal Danish Library, Black Diamond (Copenhagen, Denmark) Royal Danish Library adalah perpustakaan nasional negara Denmark sekaligus Universitas Copenhagen yang berdiri pada tahun 1906. Sampai saat ini perpustakaan ini telah menerima sebanyak 7.000.000 pinjaman dan memiliki 37.100 anggota aktif. Tersedia berbagai macam koleksi buku, jurnal, surat kabar, pamflet, manuskrip, arsip, map, fotografi, dokumen kebudayaan, buku-buku langka, naskah teater, dan empat salinan elektronik tahunan mengenai The Danish Internet. Total banyaknya semua koleksinya adalah 32.400.000 material yang terdiri dari 6.000.000 buku dan jurnal, 17.900.000 cetakan dan fotografi, 7.300.000 pamflet dan corporate publications, dan 1.200.000 untuk material-material lainnya. Perpustakaan ini adalah perpustakaan terbesar di Denmark dan mempunyai bangunan baru untuk perpustakaan bernama Black Diamond yang baru berdiri pada tahun 1999. Bangunan ini terletak di tengah pelabuhan kota Copenhagen yang
17
berhubungan langsung dengan laut, ditambah dinding-dinding atrium perpustakaan yang terbuat dari kaca dengan pemandangan air laut yang bisa dilihat ketika membaca, rapat, atau berdiskusi di dalam perpustakaan.
Gambar 2.2 Black Diamond, Royal Danish Library. (Sumber: www.librarybuildings.info)
Di perpustakaan ini dibolehkan membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan yang bisa dinikmati sambil membaca. Di perpustakaan ini tersedia Reading Room West, Reading Room East, dan ruang baca khusus untuk beberapa koleksi seperti pamflet, map, fotografi, dan lain-lain.
Gambar 2.3 Black Diamond Reading Room. (Sumber: www.librarybuildings.info)
18
Terdapat juga toko buku yang bernama Diamanboghandlen yang menjual berbagai macam jenis buku seperti arsitektur dan desain seni Denmark, sejarah, buku fiksi berbahasa Denmark dan Inggris, buku fotografi, buku anak-anak, buku music klasik, kartu pos, poster, cinderamata, alat tulis eksklusif, dan buku terbitan The Royal Library.
Selain
itu,
terdapat
pula
Queen’s
Hall
yang
digunakan
untuk
menyelenggarakan beberapa acara seperti konser, konferensi, film, balet, dan teater. Untuk menyelenggarakan pameran Black Diamond juga mempunyai dua area untuk pameran, yang terbesar adalah The Peristyle (600 m2) untuk menyelenggarakan pameran berbagai macam kebudayaan dan sejarah. Area lainnya yaitu The Montana Hall yang menyimpan berbagai macam harta karun perpustakaan dan koleksi-koleksi kebudayaan nasional yang paling langka. Selain itu, di dalam Black Diamond juga terdapat dua museum, yaitu National Museum of Photography dan National Museum of Cartoon Art.
3. Strahov Art & Theological Library (Prague, Czech Republic) Sejarah gereja Strahov biara mencerminkan dari biara. Awalnya dibangun sebagai sebuah basilika Romawi, gereja dibangun kembali dalam gaya Gothic setelah itu dihancurkan oleh api pada tahun 1258. Dua abad kemudian gereja dijarah oleh Hussites dan diperbaiki dalam gaya Renaissance. Setelah penembakan oleh pasukan Perancis pada tahun 1742 gereja itu diperbaiki sekali lagi, kali ini dalam gaya Baroque. Gereja Strahov juga dikenal sebagai Basilika Bunda Maria, memiliki interior kaya dekorasi seperti lukisan dinding dicat pada tahun 1774, dua belas lukisan dinding yang menggambarkan kehidupan St Nobertus (pendiri Premonstratensians). Bagian yang paling menarik dari biara adalah Aula Balai Teologi dan Filsafat. The Hall Theological merumahkan koleksi buku teologis dari perpustakaan Strahov yang terkenal. Koleksi berisi lebih dari 200.000 buku dan termasuk karya-karya dari printer terkenal seperti Christoffel Plantin. Selain buku yang berharga, aula juga berisi bola abad ke-17 tentang beberapa geografis dan astronomi. Sedangkan The Hall Filosofis dibangun antara 1782 dan 1784. Lukisan langit-langit di aula ini menggambarkan sejarah umat manusia, diciptakan pada tahun 1794 oleh pelukis Franz Anton Austria Maulbertsch.
19
Gambar 2.4 Strahov Art & Theological Library (Sumber: www.artsjournal.com) •
Berdasarkan Penggunaan Teknologi
Berdasarkan buku Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi (2007), perpustakaan dibagi menjadi tipe-tipe yang berbasis pada penggunaan teknologi, antara lain: a. Perpustakaan Kertas (Paper Library) Konsep perpustakaan ini mempunyai teknik operasional dan bahan pustaka berbasis kertas/karton. b. Perpustakaan Terotomatisasi (Automated Library) Mulai berbasis teknologi komputer namun bahan pustaka masih berbentuk kertas sebagai medianya. c. Perpustakaan Elektronik (Electronic Library) Bahan pustaka maupun teknik operasional berubah ke dalam bentuk media elektronik.
20
d. Perpustakaan Hibrida (Hybrid Library) Tipe
ini
merupakan
konsep
dimana
perpustakaan
bermaksud
mempertahankan koleksi tercetak dan tidak menggantikan semua bahan pustaka ke elektronik/digital. Koleksi bervariasi, yang tercetak setara dengan koleksi elektronik/digital lainnya.
2.1.5 Koleksi dan Klasifikasi Buku Perpustakaan 2.1.5.a Koleksi dan Jenisnya Menurut Trimono (1992 : 57) “Koleksi perpustakaan sangat besar peranannya dalam menunjang pelayanan informasi yang diberikan pada pengguna perpustakaan”. Pada dasarnya setiap perpustakaan mempunyai koleksi, namun masing-masing perpustakaan tersebut menyediakan koleksi yang dapat menunjang program atau kegiatan sesuai dengan jenis dan fungsi perpustakaan yang bersangkutan. Besar kecilnya koleksi perpustakaan tergantung pada jumlah anggota, bidang spesialisasi, serta dana yang tersedia, disamping itu besar kecilnya dan ragam koleksinya juga tergantung pada jenis perpustakaan. Koleksi suatu perpustakaan khusus adalah tidak terletak dalam banyaknya jumlah bahan pustaka atau jenis terbitan lainnya melainkan ditekankan kepada kualitas koleksinya, agar dapat mendukung jasa penyebaran informasi muktahir serta penelusuran informasi. Dalam Buku Pedoman Umum Penyelengaraan Perpustakaan Khusus (1999:19) definisi koleksi perpustakaan adalah, “Semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat pengguna dalam rangka memenuhi informasi yang dibutuhkan”. Koleksi perpustakaan selain mempunyai fungsi sebagai sumber informasi juga sebagai prasarana pendidikan, penelitian, dan pengembangan serta hiburan. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai jenis koleksi perpustakaan menurut beberapa para ahli yakni Menurut P Sumardji (1994:34) terdiri dari: a. Berdasarkan cara menghasilkannya −
Koleksi berupa naskah yang ditulis dengan tulisan tangan asli, misalnya manuskrip.
−
Koleksi berupa karya cetakan misalnya buku-buku, majalah, surat kabar.
−
Koleksi berupa karya alihan dari karya tulisan tangan asli maupun
21
karya cetakan/karya grafis dengan alat elektronik ataupun fotografi. Misalnya film, slide, piringan hitam, dan lain-lainnya. b. Berdasarkan bentuknya −
Seperti buku, buku teks fiksi maupun non foksi, dan buku referensi.
−
Penerbitan
pemerintah
seperti
lembaran
negara,
tambahan
lembaran negara, himpunan peraturan pemerintah dan sebagainya. −
Laporan penelitian, paper, skripsi, tesis, disertasi.
−
Majalah, baik umum maupun yang khusus.
−
Surat kabar.
Sedangkan dalam Buku Pedoman Umum Penyelengaraan Perpustakaan Khusus (1999 : 19) Bahan pustaka di perpustakaan dapat dibedakan menurut: a.
Bentuknya, yakni: −
Karya cetak (seperti buku, peta, poster, pamflet).
−
Karya rekam (seperti film, kaset, piringan hitam, mikrofis, disket, CD ROM).
b.
Wujud fisik, yakni: −
Buku teks biasa (dipublikasikan dan tidak dipublikasikan).
−
Buku referensi (seperti ensiklopedi, almanak, kamus, direktori).
−
Literatur sekunder (seperti bibliografi khusus, indeks dan abstrak).
−
Bukan buku (majalah, surat kabar, audiovisual, CD ROM dan lain-lain).
− c.
Dokumen (standar, paten, pamflet, brosur, kliping dan lain-lain).
Fungsinya, yakni: −
Koleksi umum.
−
Koleksi referensi/rujukan.
−
Koleksi majalah dan koleksi khusus.
Semua jenis bahan pustaka yang akan menjadi koleksi perpustakaan harus melalui proses kajian, pengolahan, dan penataan menurut kebijakan dan ketentuan perpustakaan.
22
2.1.5.b Pengadaan Koleksi Bahan Pustaka Menurut P Sumardji (1993 : 23) “Kegiatan pengadaan bahan pustaka atau koleksi adalah kegiatan mengadakan koleksi untuk dijadikan koleksi perpustakaan”. (Sutarno NS 2006 : 174) “Pengadaan atau akuisisi koleksi bahan pustaka adalah pengisian perpustakaan dengan sumber-sumber informasi, bagi perpustakaan yang baru didirikan kegiatan pengadaan ini meliputi pekerjaan awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-sumber informasi. Sedangkan bagi perpustakaan yang sudah berjalan, kegiatan pengadaan ini bertujuan untuk menambah koleksi yang sudah ada”. Menurut Sutarno NS (2006 : 177) pengadaan koleksi bahan pustaka dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: •
Pembelian baik langsung/melalui pihak ketiga.
•
Melakukan tukar menukar.
•
Mendapatkan bantuan atau sumbangan.
•
Mengadakan seperti membuat foto kopi, membuat duplikasi, membuat CD, atau membuat kliping koran, dan sebagainya.
Sedangkan menurut P Sumardji (1993 : 24) pengadaan koleksi bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, yakni: •
Dengan cara membeli bahan koleksi yang dibutuhkan perpustakaan, jika memang ada dana atau anggaran untuk pengadaan bahan koleksi bagi perpustakaan.
•
Dengan cara meminta bantuan atau sumbangan bila kepada pihak-pihak yang sekiranya bisa dimintai bantuan ataupun sumbangannya baik berupa dana atau anggaran (uang), buku-buku, majalah-majalah, dan bahan koleksi yang lain.
•
Dengan cara tukar menukar bahan koleksi dengan pihak perpustakaan lain.
2.1.5.c Pengolahan Koleksi Bahan Pustaka Definisi pengolahan koleksi bahan pustaka menurut Sutarno NS (2006 : 179) adalah, “Pengolahan atau processing adalah pekerjaan yang diawali sejak koleksi diterima di perpustakaan sampai dengan penempatan di rak atau di tempat tertentu yang
23
telah disediakan untuk kemudian siap dipakai oleh pemakai”. Dan menurut P Sumardji (1993:25) adalah, “Kegiatan pengolahan bahan koleksi adalah kegiatan mempersiapkan bahan koleksi yang telah diperoleh, agar dengan mudah dapat diatur di tempat-tempat atau rak-rak penyimpanan sehingga memudahkan pula untuk dilayankan kepada para pemakai koleksi perpustakaan”. Kegiatan pengolahan koleksi bahan pustaka antara lain meliputi: 1. Klasifikasi Klasifikasi berasal dari kata classification, dari kata kerja to classify. Yang artinya menggolongkan dan menempatkan benda-benda yang sama di suatu tempat. Menurut Sutarno NS (2006 : 180) mengklasifikasi adalah "Kegiatan menganalisis bahan pustaka dan menentukan notasi yang mewakili subjek bahan pustaka dengan menggunakan sistem klasifikasi tertentu". Sistem klasifikasi akan sangat membantu bagi petugas dalam menyusun koleksi agar lebih rapih dan teratur. Pada prinsipnya klasifikasi atau pemberian kode notasi harus diusahakan agar dapat membantu pemakai agar lebih mudah mencari dan menemukan apa yang mereka perlukan. Menurut P Sumardji (1994 : 23) Klasifikasi adalah kegiatan mengelompokkan bahan koleksi sesuai dengan macamnya dan bidang ilmunya masing-masing, misalnya: − Kelompok buku tesk − Kelompok penerbitan berkala − Kelompok bidang ilmu pengetahuan 2. Inventarisasi Kegiatan inventarisasi atau registrasi bahan pustaka adalah suatu kegiatan yang mencatat identitas bahan pustaka pada buku induk atau kartu indeks (cardek) dan sejenisnya ataupun secara elektronik ke pangkalan data komputer. Menurut Sutarno NS (2006 : 182) data pustaka yang didaftarkan pada buku induk meliputi: a. Nama pengarang. b. Judul buku. c. Tanggal diterima di perpustakaan. d. Tahun terbit. e. Edisi. f. Nama penerbit. g. Tempat dan tahun terbit.
24
h. Sumber (membeli, sumbangan atau lainnya). i. Keterangan lain yang dianggap perlu (seperti harga, jumah eksamplar, dan seri). 3. Katalogisasi Menurut Sutarno NS (2006 : 182) ”Katalogisasi merupakan proses mengkatalog koleksi bahan perpustakaan di perpustakaan seperti buku, majalah, kliping, brosur, dan laporan tertentu serta membuat deskripsi data bibliografi suatu bahan pustaka menurut standar atau peraturan tertentu”. Keterangan atau deskripsi katalog mencakup : a. Nama pengarang utama (heading). b. Judul buku. c. Keterangan tentang kota terbit, nama penerbit, dan tahun terbit. d. Keterangan tentang jumlah halaman, ukuran buku, ilustrasi, indeks, tabel. e. Bibliografi dan apendiks. f. Keterangan singkat mengenai isi penerbitan, judu asli, dan pengarang asli. (untuk buku hasil terjemahan). 4. Pelabelan Pelabelan ialah kegiatan membuat/menulis nomor penempatan (call number) setiap bahan pustaka pada label tertentu, kemudian menempelkannya pada punggung buku sesuai dengan ketentuan masing-masing perpustakaan. Menurut P Sumardji (1993 : 26) Kegiatan lain pelabelan bahan pustaka meliputi: − Membuat kartu buku/pustaka untuk setiap bahan koleksi dengan memakai blanko tertentu. − Membuat dan menempelkan kantong kartu buku/pustaka untuk setiap bahan koleksi pada sampul belakang sisi dalam atau sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. − Memasukkan kartu buku/pustaka kedalam setiap kantong kartu. − Menempelkan lembaran blanko tanggal kembali (due date) pada halaman sebelah sampul belakang sisi dalam bahan koleksi yang bersangkutan. 5. Penyimpanan dan Penyusunan Koleksi (Shelving) Penyimpanan dan penyusunan koleksi (shelving), adalah suatu kegiatan menyimpan koleksi bahan pustaka yang telah diolah/diproses menjadi koleksi perpustakaan pada rak-rak buku/pustaka berdasarkan susunan menurut kelompok macamnya dan bidang ilmunya masing-masing maupun urutan nomor penempatan (call number).
25
2.1.5.d Pemeliharaan Koleksi Bahan Pustaka Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai musuh buku seperti alam (cuaca/bencana), manusia dan hewan. Manusia yakni pengunjung bisa menjadi musuh buku bilamana dia memperlakukan buku dengan kasar yang dapat mengakibatkan kerusakan fisik buku seperti sobek, tercoreh, dan tergunting. Sedangkan hewan yang bisa mengakibatkan kerusakan buku yaitu mikro-organisme, tikus, rayap, kecoa, kumbang/kutu buku, dan ngengat. Dalam hal ini pengawasan perlu dilakukan terhadap lingkungan dan fisik gedung perpustakaan. Kegiatan memelihara dan merawat bahan pustaka meliputi pekerjaan: −
Melakukan perbaikan setiap koleksi buku/bahan pustaka yang memerlukan perbaikan.
−
Melakukan kegiatan pengawetan buku/bahan pustaka.
−
Untuk koleksi yang terekam, pemeliharaan ditangani secara tersendiri misalnya menempatkan atau menyimpan pada ruangan khusus dengan pendingan udara (AC).
−
Semua koleksi hendaknya terhindar dari debu dan kotoran seperti datangnya binatang serangga, tikus dan lain-lain.
Standar pelestarian pemeliharaan koleksi bahan pustaka bisa dilihat dari sisi: • Kendala Serangga Jenis serangga yang disebutkan diatas cenderung hidup di ruang gelap dan mampu memasuki gedung perpustakaan melalui pintu, jendela, lubang angin, dan saluran air. Maka hal yang perlu di perhatikan pada perpustakaan adalah: − Pintu dan jendela ditutup rapat. − Dalam pembuatan pintu hendaknya mempertimbangkan celah di bagian bawah pintu untuk menghindari serangga berbentuk pipih. − Lampu di beberapa tempat di usahakan untuk tetap hidup (khususnya pada saat jam perpustakaan tutup). − Material kayu harus dilapisi lapisan anti rayap
26
− Jika kondisi tanah tersebut lembab serta gembur sebaiknya tanah di area sekitar perpustakaan harus dipadatkan terlebih dahulu serta di injeksi cairan anti rayap, karena rayap mampu menerobos lantai melalui lubang kecil. Pencegahan ini lebih baik dilakukan sebelum pembangunan. • Suhu atau Penghawaan Karena Indonesia termasuk daerah tropis maka hal ini harus diperhatikan. Buku dan koleksi lain tidak cocok dengan udara/hawa panas, untuk itu sistem penghawaan perlu diperhatikan pada perpustakaan, menurut literatur barat mengatakan suhu yang ideal untuk bahan pustaka berkisar 20˚C-21˚C dengan kelembapan sebesar 50% (suhu semakin rendah semakin baik). Pengawasan ini dilakukan agar ketahanan buku tetap terjaga dan komputer terjaga dengan kelembaban stabil 40-50%. • Pencahayaan Sistem pencahayaan juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan, pemakaian lampu pada area baca di perpustakaan sebaiknya bukanlah lampu yang mengeluarkan panas. Jenis lampu yang tepat untuk perpustakaan yaitu lampu LED, karena LED tidak mengeluarkan panas sehingga dapat membantu keawetan bahan pustaka dan mencegah timbulnya jamur maupun serangga pada buku. Lalu sebaiknya koleksi rak bahan pustaka tidak terkena sinar matahari langsung, namun tidak perlu khawatir karena hal seperti ini masih bisa diatasi dengan pelapisan dengan kaca film sinar ultraviolet. • Keamanan Dalam menjaga keamanan koleksi, tentunya perpustakaan akan menerapkan berbagai sistem keamanan dalam perpustakaan seperti CCTV, Sensor Gate, ataupun (RFID) Radio Frequency Identification pada buku-buku. Khususnya jika akan merancang perpustakaan yang open space.
2.1.5.e Klasifikasi Buku Di perpustakaan katalog dapat berbentuk lembaran-lembaran lepas yang kemudian dijilid dan juga berbentuk kartu. Seiring berkembangnya teknologi, perpustakaan sudah mulai meninggalkan katalog manual dan beralih ke katalog digital yang sering disebut OPAC (Online Public Access Catalog) yang dapat diakses di website
perpustakaan
melalui
internet.
Perpustakaan
terdapat
lima
metode
27
pengklasifikasian dan penomoran katalog buku yang diakui secara internasional yang dapat diterapkan, yaitu: •
Bliss Bibliographic Classification
•
Colon Classification
•
Dewey Decimal Classification
•
Library of Congres Classification
•
Universal Decimal Classification
Namun, dari lima metode tersebut yang lebih sering diterapkan adalah: a. Dewey Decimal Classification (DDC) Dibuat oleh Melvil Dewey (1851-1931) pada 1876 berdasarkan kajiannya terhadap puluhan buku dan kunjungannya ke berbagai perpustakaan. DDC telah banyak dimodifikasi dan dikembangkan dalam 22 kali revisi yang dilakukan hingga tahun 2004. Sistem DDC memberi nomor buku menurut subjeknya tanpa memperhatikan dimana buku tersebut diletakan di rak. Bila buku baru saja datang, maka buku tersebut dapat disisipkan diantara buku lama selama subjeknya berkaitan. Berikut ini adalah sepuluh kelas utama dalam penomoran DDC: Klasifikasi
Kategori
000
Karya Umum
100
Filsafat
200
Agama
300
Ilmu Sosial
400
Bahasa
500
Ilmu Pengetahuan Alam dan Pasti
600
Teknologi
700
Kesenian, Arsitektur, dan Olahraga
800
Literatur
900
Peradaban dan Sejarah
Table 2.1 Dewey Decimal Classification (Sumber: www.emeraldinsight.com, The Electronic Library.)
28
b. Universal Decimal Classification (UDC) UDC disusun pada 1895 oleh Paul Otlet dan Henri La Fontaine dari Belgia, dikenal dengan berbagai nama seperti Classification Internationale Desimale, International Decimal Classification, Expanded Dewey, dan Brussel Expansion of Dewey. UDC Merupakan hasil adaptasi dari Dewey Decimal Classification (DDC) yang merupakan metode yang didasari oleh DDC namun dianggap lebih spesifik karena menambahkan simbol dalam penomorannya. Metode ini banyak diterapkan di perpustakaan di negara Eropa, lalu metode ini juga dapat digunakan dalam klasifikasi literatur dan koleksi lain seperti video, musik, peta, dan lainnya. Berikut ini adalah sepuluh kelas utama dalam UDC: Subjek
No. Klasifikasi
General/Umum
0
Filsafat dan Psikologi
1
Agama, Teologi
2
Ilmu Sosial
3
*Kosong untuk perluasan mendatang
4
Sains dan Matematika
5
Ilmu Terapan, Kedokteran, Teknologi
6
Seni, Rekreasi, Hiburan, Olahraga
7
Bahasa, Linguistik, Sastra, Filologi
8
Geografi, Biografi, Sejarah
9
Table 2.2 Universal Decimal Classification (Sumber: star.arm.ac.uk)
2.1.6 Sistem Pelayanan Perpustakaan Secara umum, sistem layanan perpustakaan ada dua macam yaitu layanan yang bersifat tertutup dan layanan perpustakaan yang bersifat terbuka. Menurut Darmono (2001 : 137) Pemilihan sistem layanan terbuka dan tertutup tergantung dari beberapa
29
faktor seperti: •
Pertimbangan tingkat keselamatan koleksi perpustakaan.
•
Pertimbangan jenis koleksi dan sifat rentan dari koleksi.
•
Perbandingan antara jumlah staf, jumlah pemakai, dan jumlah koleksi.
•
Luas gedung perpustakaan .
•
Rasio antara layanan dengan jumlah staf perpustakaan.
Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat dua macam sistem pelayanan yang diterapkan pada perpustakaan, yaitu: •
Closed Access Service (Sistem Layanan Tertutup) Sistem pelayanan dimana pengunjung akan mendapat bantuan pustakawan karena pengunjung tidak dapat menuju rak koleksi untuk mencari dan mendapatkan koleksi yang diinginkan secara langsung. Kelebihan sistem ini adalah keamanan untuk kondisi buku/koleksi agar lebih terjamin juga teratur, dan ruang penyimpanan buku lebih efisien. Kekurangannya adalah pengunjung
tidak dapat mencari dan memilih sendiri buku-buku yang diperlukan dan hal ini dapat mengurangi minat baca pengunjung. −
Darmono (2001 : 137) Kelebihan Sistem Layanan Tertutup: 1.
Jajaran koleksi akan tetap terjaga kerapiannya karena hanya petugas perpustakaan yang boleh masuk ke jajaran koleksi.
2.
Kemungkinan terjadinya kehilangan atau perobekan bahan pustaka dapat ditekankan karena pemakai tidak dapat melakuakan akses langsung ke jajaran koleksi.
3.
Ruangan untuk koleksi tidak terlalu luas, karena mobilitas petugas di jajaran koleksi relative rendah.
−
Darmono (2001 : 137) Kelemahan Sistem Layanan Tertutup: 1.
Timbulnya tekanan dalam menemukan bahan pustaka karena pengguna harus mengetahui ciri-ciri fisik bahan pustaka yaitu judul, pengarang, ukuran buku, dan jumlah halaman sebelumnya.
2.
Judul buku tidak selalu menggambarkan makna pembahasan buku, sehingga bisa saja judul yang telah dipilih ternyata kurang seperti yang
30
dimaksud. 3. Jika peminjam cukup banyak dan petugas perpustakaan relatif terbatas, hal ini membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak untuk memenuhi permintaan pemakai perpustakaan dan menyiapkan bahan pustaka yang dibutuhkannya, sehingga pemakai harus menunggu lebih lama. •
Open Access Service (Sistem Layanan Terbuka) Sistem pelayanan self-service dimana pengunjung dapat menuju rak koleksi untuk mencari dan mendapatkan koleksi yang diinginkan secara langsung tanpa
perantara pustakawan. Kelebihan sistem ini dibuat sehingga
pengunjung
mendapatkan minat baca yang lebih besar dan tidak ada tekanan.
Kekurangan sistem
ini adalah kondisi buku/koleksi yang kurang terjamin
keamanannya,
dan
juga
penyusunan buku menjadi kurang teratur sehingga dapat mengganggu distribusi buku ke pengunjung lain, serta membutuhkan −
area penyimpanan yang lebih luas.
Darmono (2001 : 137) Kelebihan Sistem Layanan Terbuka: 1.
Pemakai dapat melakukan pengambilan sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi.
2.
Pemakai dilatih untuk dapatdipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap terpeliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan.
3.
Pemakai akan merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam menemukan bahan pustaka dan alternative lain jika yang dicari tidak ditemukan.
4.
Dalam sistem ini tenaga perpustakaan yang bertugas untuk mengambil bahan pustaka tidak diperlukan, sehingga bisa diberi tanggung jawab di bagian lain.
−
Darmono (2001 : 137) Kelemahan Sistem Layanan Terbuka: 1.
Ada kemungkinan buku yang hilang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan sistem tertutup.
2.
Ada kemungkinan pengaturan buku di rak penempatan (jajaran) menjadi kacau karena ketika pengguna melakukan pencarian buku yang diinginkan, buku yang sudah diambil dari jajaran rak dikembalikan
31
lagi oleh pemakai secara tidak tepat. 3.
Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar pengguna lebih leluasa dalam mencari koleksi perpustakaan.
4.
Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar kebebasan untuk mengambil
sendiri
bahan
pustaka
dari
jajaran
koleksi
tidak
menimbulkan berbagai kerusakan bahan pustaka seperti perobekan bahan pustaka bahkan peningkatan kehilangan bahan pustaka.
2.1.6.a Jenis Layanan Perpustakaan Jenis layanan yang diberikan perpustakaan ada beberapa macam. Jenis layanan biasanya juga dipengaruhi oleh jenis perpustakaan dan masyarakat yang dilayaninya. Sebagaimana layaknya perpustakaan lain, perpustakaan khusus harus dapat memberikan layanan yang efektif, cepat dan professional terhadap semua pemakai perpustakaan. Prinsip pelayanan yang dilaksanakan harus mengacu pada sistem manajemen mutu dan pelayanan prima yaitu mendudukkan kepuasan konsumen sebagai tujuan/sasaran perpustakaan. Berikut ini merupakan jenis layanan perpustakaan beserta penjelasannya menurut beberapa para ahli perpustakaan: •
Layanan Referensi
Layanan referensi diberikan untuk membantu pengguna perpustakaan atau masyarakat yang ingin menemukan informasi secara tepat dan tepat dari koleksi yang ada di perpustakaan. Kegiatan dilakukan dengan cara menjawab langsung pertanyaan penguna perpustakaan atau dari masyarakat dengan menggunakan sumber/koleksi rujukan yang tersedia. •
Layanan Audiovisual
Layanan yang diberikan oleh perpustakaan seperti kegiatan melayankan bahan audiovisual
kepada
pengguna
untuk
ditayangkan
dengan
bantuan
perlengkapannya di dalam perpustakaan, misalnya film dengan proyektornya. •
Layanan Terbitan Berseri
Layanan yang diberikan oleh perpustakaan berupa update terbitan yang berisi informasi berita aktual, serta kejadian-kejadian yang berhubungan dengan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan. •
Layanan Bimbingan Pengguna
32
Layanan yang diberikan oleh perpustakaan dalam rangka menambah pengetahuan pengguna tentang perpustakaan tersebut, kegiatan yang diberikan adalah membimbing atau memberikan petunjuk kepada pengguna agar dapat memanfaatkan pelayanan perpustakaan dengan efektif dan efisien. •
Layanan Ruang Baca
Layanan yang diberikan oleh perpustakaan berupa tempat untuk melakukan kegiatan membaca di perpustakaan. Layanan ini diberikan untuk mengantisipasi pengguna perpustakaan yang tidak ingin meminjam untuk dibawa pulang, akan tetapi mereka cukup memanfaatkannya di perpustakaan. •
Layanan Sirkulasi
Adalah kegiatan peredaran koleksi perpustakaan di luar perpustakaan. Pelayanan ini ditujukan agar pengguna perpustakaan dapat meminjam dan membaca bahan pustaka lebih leluasa sesuai kesempatan. Menurut Darmono (2001:144) Bagian Layanan Sirkulasi mempunyai tugas melayani pengunjung perpustakaan khususnya dalam hal berikut ini: 1.
Mengawasi keluarnya setiap bahan pustaka dari ruang perpustakaan.
2.
Pendaftaran anggota perpustakaan
3.
Peminjaman dan pengembalian bahan pustaka
4.
Memberikan sanksi bagi anggota yang terlambat mengembalikan pinjaman
5.
Memberikan peringatan bagi anggota yang belum mengembalikan pinjaman
6.
Menentukan penggantian buku yang dihilangkan anggota
7.
Membuat statistik sirkulasi
8.
Penataan koleksi di jajaran/rak
Adapun kegiatan kerja yang dilaksanakan pada Layanan Sirkulasi adalah: 1. Keanggotaan (Member) Pendaftaran anggota adalah salah satu tugas layanan sirkulasi. Setiap perpustakaan harus menentukan siapa yang boleh dan berhak menjadi anggota perpustakaan. Selain itu perpustakaan juga menentukan persyaratan apa saja yang perlu dipenuhi oleh pengguna untuk menjadi anggota perpustakaan. Dalam hal ini
33
perpustakaan melakukan pencatatan keanggotaan dalam pendaftaran anggota dan membuat kartu anggota yang digunakan untuk melaksanakan peminjaman.
2. Peminjaman Adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca didalam perpustakaan maupun untuk dibawa keluar perpustakaan. Menurut SulistyoBasuki (1991 : 260), sistem peminjaman dapat dibedakan antara lain: −
Sistem Buku Besar Sistem buku besar ini menganut register, artinya setiap peminjaman mendapat jatah satu halaman atau lebih dalam buku besar disertai indeks nama peminjam.
−
Sistem Sulih (Dummy) Sistem sulih atau dummy terbuat dari karton sebagai substitusi buku jika buku dipinjam, ditulis pada selembar kertas yang ditempelkan pada halaman sulih. Lembar tersebut berisi nama peminjam, nomor panggil, dan tanggal peminjaman.
−
Sistem NCR (No Carbon Required) Pada sistem ini peminjam perlu mengisi formulir peminjaman, lengkap dengan nama, alamat, nama pengarang, judul, nomor klasifikasi, dan nomor induk pada formulir peminjaman.
−
Sistem BIC (Book Issue Card) Sistem ini banyak digunakan di perpustakaan sekolah, sistem manual ini menggunakan kartu yang harus disimpan guna sebagai bukti pada saat di kembalikan.
−
Islington System (Variasi Brown) Setiap anggota memperoleh satu kartu plastik, dibagian atas tertulis nama dan alamatnya dalam huruf timbul.
−
Netwark System Sistem Netwark menggunakan kartu buku, termasuk didalamnya nomor panggil, pengarang, judul, nomor induk serta kolom untuk tanggal harus kembali, dan nama peminjam.
−
Token Charging
34
Semacam kartu berisi tanda pengenal perpustakaan terbuat dari karton berukuran 4x6 cm yang digunakan sesuai jatah, apabila hilang terkena denda. −
Sistem Kartu Tebuk (Stempel) Bila anggota ingin meminjam buku maka petugas bagian sirkulasi mengambil kartu tebuk yang telah diberi tanggal dilakukan dengan stempel serta dengan alat tebuk.
− Photocharging Sistem meminjam ini berbasis sistem photo identity. Alat yang diperlukan adalah alat baca mikrofilm, mesin photocharging, komputer. − Digital Sistem ini tidak lagi manual dan berbasis elektronik, bisa menggunakan kartu dan mesin yang akan otomatis mencatat record data.
3. Pengembalian Buku yang dipinjamkan harus kembali pada waktunya dan petugas juga harus melihat keadaan buku tersebut. Jika rusak maka peminjam harus memperbaiki atau menggantinya. Ada dua cara pengembalian yang biasa dilakukan perpustakaan: −
Pengguna membawa langsung bahan pustaka yang hendak dikembalikan ke meja layanan.
−
Pengguna mengembalikan buku dengan memasukkannya kedalam kotak pengembalian.
4. Perpanjangan Perpanjangan
dapat
diberikan
sesuai
dengan
peraturan
masing-masing
perpustakaan, namun pada umumnya bahan pustaka bisa diberikan perpanjangan jika tidak ada pengguna lain yang memesan bahan pustaka
tersebut.
5. Penagihan Bila pengguna tidak mengembalikan bahan pustaka pada waktunya ke perpustakaan, maka pihak perpustakaan akan menagih buku agar segera di
35
kembalikan. Prosedur penagihan bahan pustaka sebagai berikut: − Petugas memeriksa keterlambatan pengembalian berdasarkan tanggal kembali bahan perpustakaan, pekerjaan ini harus di lakukan setiap hari. − Petugas membuat surat penagihan dua rangkap. Lembar pertama dikirimkan kepada peminjam, sedangkan lembar kedua disimpan sebagai bukti pihak perpustakaan.
6. Sanksi Pelanggaran/denda yang dilakukan oleh pengguna perpustakaan berupa: −
Terlambat pengembalian bahan pustaka.
−
Mengembalikan bahan pustaka dalam keadaan rusak.
−
Membawa bahan pustaka tanpa prosedur yang berlaku.
−
Menghilangkan bahan pustaka.
−
Melanggar tata tertib perpustakaan.
7. Bebas Pustaka Surat keterangan bebas pustaka diberikan kepada pengguna sebagai bukti bahwa pengguna tersebut TIDAK mempunyai pinjaman/kewajiban lain kepada perpustakaan. Pemberian surat keterangan bebas pustaka bertujuan agar koleksi terpelihara dan pengguna mematuhi peraturan perpustakaan. Pemberian surat bebas pustaka memiliki fungsi untuk mencegah atau menekan kemungkinan hilangnya
bahan-bahan
pustaka
karena
mahasiswa
(pengguna)
telah
menyelesaikan studi maupun staf administrasi yang sudah pensiun.
Dari penjelasan yang sudah dijabarkan diatas, diketahui perpustakaan memiliki beberapa jenis layanan. Dan menurut Rahayuningsih (2007:87) jenis-jenis layanan pengguna dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Layanan loker b. Layanan sirkulasi c. Layanan referensi d. Layanan penelusuran informasi
36
e. Layanan informasi koleksi terbaru f. Layanan koleksi g. Layanan ruang baca h. Layanan foto copy i. Layanan workstation dan multimedia j. Layanan lain-lain, termasuk pengawasan keluar masuknya koleksi, penataan koleksi, layanan informasi perpustakaan, pendidikan pengguna, sosialisasi peraturan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis pelayanan yang dapat dilaksanakan perpustakaan adalah layanan loker, layananan sirkulasi, layanan referensi/layanan penelusuran informasi, layanan koleksi, layanan ruang baca, layanan foto-copy dan layanan lainnya tergantung dengan jenis perpustakaan tersebut sebagainya.
2.1.6.b Kualitas Pelayanan Perpustakaan Pengertian kualitas adalah menjaga janji pelayanan agar pihak yang dilayani merasa puas dan diuntungkan. Meningkatkan kualitas merupakan pekerjaan semua orang adalah pelanggan/pengguna. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin kurang berkualitas di masa mendatang). Ada lima dimensi kualitas, yaitu: 1. Rancangan (design), sebagai spesifikasi produk. 2. Kesesuaian (conformance), yakni kesesuaian antara maksud desain dengan penyampaian produk. 3. Ketersediaan (availabity), mencakup aspek yang dapat dipercaya dan ketersediaan produk bagi konsumen untuk digunakan. 4. Keamanan (safety), aman dan tidak membahayakan konsumen. 5. Guna praktis (field use), kegunaan praktis yang dapat dimanfaatkan pada penggunanya oleh konsumen.
Sehubungan dengan kualitas pelayanan di atas, Zetmal Parasuraman dan Berry
37
dalam Kurniawati (2007: 5) mengemukakan ada lima dimensi yang digunakan untuk mengukur dan menilai suatu kualitas pelayanan yaitu: 1. Tampilan fisik (tangibles), misalnya penampilan, kemampuan sarana, dan prasarana fisik harus dapat diandalkan. 2. Kehandalan (reliability), artinya suatu kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya. 3. Ketanggapan (resvonsivences), misalnya suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat kepada pelanggan/pengguna. 4. Jaminan/kepastian (assurance), artinya pengetahuan dan keramahan karyawan serta kemampuan melaksanakan tugas yang dapat menjamin kinerja yang baik. 5. Empati (empathy), artinya memberikan perhatian yang bersifat individual atau pribadi kepada pelanggan/pengguna dan berupaya untuk memahami kegiatan konsumen.
Agar pengguna merasa puas, maka layanan pengguna perpustakaan harus berkualitas. Karakteristik layanan pengguna yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain: 1. Koleksi a.
Kuantitas Berkaitan dengan banyaknya jumlah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan.
b.
Kualitas Berkaitan dengan mutu, kemutakhiran, dan kelengkapan koleksi.
2. Fasilitas a.
Kelengkapan Menyangkut lingkup layanan dan ketersediaan sarana pendukung serta layanan pelengkap lainnya.
b.
Kenyamanan Dalam segala aspek antara lain seperti memperoleh layanan, berkaitan dengan lokasi, ruangan, petunjuk, ketersediaan informasi, kebersihan dan lain-lain.
38
3. Sumber Daya Manusia a.
Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberi layanan.
b.
Tanggung jawab dalam melayani pengguna perpustakaan.
c.
Empati, wajar dan adil dalam menangani dan memecahkan masalah keluhan pengguna.
d.
Profesionalisme petugas perpustakaan di bagian layanan.
4. Layanan Perpustakaan a.
Ketepatan waktu layanan, berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.
b.
Akurasi layanan, ketepatan layanan yang diberikan dan juga berkaitan dengan banyaknya petugas yang melayani fasilitas pendukung seperti komputer.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa karakteristik layanan pengguna yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu koleksi, fasilitas, sumber daya manusia dan layanan perpustakaan. Dapat dinyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi keinginan semua pihak baik itu produsen, konsumen, dan yang berhubungan dengan produk/jasa. Dengan kualitas pelayanan perpustakaan seperti kinerja, keseragaman produk, kesesuaian, daya tahan, kemampuan pelayanan, estetika, kualitas yang dipersepsikan, kehandalan, daya tangkap, asuransi dan empati yang baik akan memberikan dampak positif bagi masyarakat pengguna, yaitu pengguna akan merespon apa yang telah diberikan oleh perpustakaan demi kepuasan pengguna.
2.2
Tinjauan Khusus 2.2.1 Pengertian Perpustakaan Art & Design Perpustakaan Art & Design adalah perpustakaan khusus yang memfasilitasi
masyarakat/komunitas kreatif maupun peminat seni dan desain. Perpustakaan ini didirikan dengan tujuan menjadikan peminat dan pengikut Art and Design untuk lebih mengeksplorasi keingintahuan mereka terhadap seni dan desain. Koleksi ataupun bahan pustaka yang ada di perpustakaan ini berhubungan dengan seni dan desain.
39
2.2.2 Seni (Art) Seni (art) adalah ragam dari berbagai macam kegiatan manusia dan produk aktifitas tersebut. Komunikasi ekspresi, emosi, dan nilai-nilai lainnya. Dan seni adalah penciptaan melalui keterampilan imajinatif atau teknis. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos berfungsi menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. •
Kategori Seni (Art)
Secara umum seni dibedakan menurut indra penserapannya yaitu: − Seni Audio: Seni yang diserap melalui indra pendengaran. Misalnya: seni musik atau suara, drama radio, puisi di radio dan lain-lain. − Seni Visual: Seni yang diserap melalui indra penglihatan. Umumnya dikenal dengan sebutan seni rupa. − Seni Audio-Visual: Seni yang sekaligus diserap oleh indra pendengaran dengan indra penglihatan. Misalnya: seni tari, drama/teater, film dan lain-lain. Untuk lebih mengenal perihal tentang batasan-batasan dari masing-masing seni ini, seni dapat dikategorikan diantaranya sebagai berikut: 1. Seni Rupa (Fine Art): lukisan, tato, fotografi, printmaking atau seni grafis, seni kriya ukiran, patung, pahat, anyaman, merchandise, dsb. 2. Seni Rupa Terapan (Applied Art): seni dekorasi, interior, properti, dsb. 3. Seni Suara/Vokal/Musik: seriosa, acapella, musik klasik, tradisional, keagamaan, pop, hiphop, rnb, jazz/blues, rock, world music, dll. 4. Seni Tari/Gerak: tradisional, pantomim, striptease (erotik), tari modern, salsa, dll. 5. Seni Drama/Theater: film, cinematography, teater lama, teater baru, teater komedi, sendratastik (seni drama dan musik), dll.
40
6. Seni Sastra: roman, novel, cerpen, syair, puisi, dsb. 2.2.3 Desain (Design) Desain berasal dari kata designare, yang berarti proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak atau merancang. Desain adalah penciptaan dari rencana untuk pembangunan objek atau sistem dengan kegiatan dimana spesifikasi objek dimanifestasikan oleh agen, yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan memuaskan persyaratan dengan batasan. Maka desain merupakan langkah awal sebelum memulai membuat suatu benda seperti baju, furniture, maupun bangunan. Pada saat pembuatan desain biasanya mulai memasukkan unsur berbagai pertimbangan, perhitungan, cita rasa, dan lain lain. Koran, majalah, tabloid, website yang sehari-hari kita lihat adalah produk desain, sehingga bisa dibilang bahwa sebuah desain merupakan bentuk perumusan dari berbagai unsur termasuk berbagai macam pertimbangan di dalamnya. Berdasarkan berbagai teori tentang desain, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan desain. Beberapa tujuan ini antara lain adalah sebagai berikut: − Desain bertujuan untuk menyesuaikan antara hasil desain dengan manusia sebagai pemakainya dengan menyadari kelebihan keterbatasan serta kemampuan yang dimilikinya. − Desain yang dipadupadankan dengan unsur-unsur seni dan teknologi bertujuan untuk mencapai keamanan, kenyaman dan keindahan. − Desain diciptakan dengan tujuan agar dapat meningkatkan efisiensi, produkvitas dan kualitas hidup manusia. •
Kategori Desain Ilmu desain terbagi menjadi enam berdasarkan bidang ilmunya masing-masing,
yaitu: 1. Desain Grafis (Desain Komunikasi Visual), mencakup: − Tipografi, Illustrasi, dan Fotografi − Multimedia − Advertising − Publishing − Brand identity
41
− Pattern design − Audio visual 2. Desain Produk, mencakup: − Aksesoris/perkakas − Merchandising − Furnitur/peralatan − Appliances − Transportasi − Teknologi desain 3. Desain Interior, mencakup: − Lighting design − Kitchen & Pantry specialist − Dekorator − Interior Furniture & Accessories − Mechanical electrical − Fengshui − Public places, comercial, residental, industry, cultural. 4. Arsitektur, mencakup: − Drafter − Konstruksi − Building design − Engineering design − Public places, comercial, residental, industry, cultural. 5. Desain Fashion, mencakup: − Tekstil − Stylist & Makeup 6. Fotografi, mencakup: − Darkroom − Editing − Lighting
42
2.2.4 Perkembangan Perpustakaan Art & Design Library International Bibliotheca Alexandrina Egypt (Perpustakaan Iskandariah Mesir) merupakan perpustakaan seni pertama dan terbesar di dunia. Perpustakaan ini bahkan bertahan selama berabad-abad dan memiliki koleksi 700.000 gulungan papyrus, bahkan jika di bandingkan dengan Perpustakaan Sorbonne di abad ke-14 hanya memiliki koleksi 1700 buku seni arsitektur dan desain. Perpustakaan ini didirikan oleh Ptolemi I sang penerus Alexander (Iskandariah) pada tahun 323 SM, dan terus berlanjut sampai kekuasaan Ptolemi III. Pada waktu itu para penguasa Mesir begitu besemangat memajukan perpustakaan berdasarkan warisan budaya seni mereka. Bahkan dalam Manuskrip Roma mengatakan bahwa sang Raja Mesir membelanjakan harta kerajaan untuk membeli buku dari seluruh pelosok negeri hingga terkumpul 442.800 buku dan 90.000 lainnya berbentuk ringkasan tak berjilid. Desain perpustakaan Iskandriah (Bibliotheca Alexandrina) berdiri megah dan unik. Bangunan utama berbentuk bulat beratap miring, terbenam dalam tanah. Di bagian depan sejajar atap, dibuat kolam untuk menetralkan suhu perpustakaan, terdiri lima lantai di dalam tanah, perpustakaan ini dapat memuat 250.000 buku dan terus bertambah tiap tahun. Selain itu juga menyediakan berbagai fasilitas, seperti 500 unit komputer berbahasa Arab dan Inggris untuk memudahkan pengunjung mencari katalog buku, ruang baca berkapasitas 1.700 orang, conference room, ruang pustaka Braille Taha Husein khusus tuna netra, pustaka anak-anak, museum manuskrip kuno, lima lembaga riset, dan kamar-kamar riset yang bisa dipakai gratis. Dan yang juga menarik, adalah lantai tengah perpustakaan tersebut terdapat Gallery Design dan bisa dilihat dari berbagai sisi. Di lantai kayu yang cukup luas itu terpajang berbagai prototype mesin cetak kuno dan berbagai lukisan dinding. Perpustakaan ini selalu dipenuhi pengunjung, padahal di Alexandria tidak banyak universitas seperti di Kairo. Ini menunjukkan tingginya minat masyarakat Mesir akan warisan budaya seni dan desain mereka yang begitu kaya. Perpustakaan seni yang dulu dihancurkan Julius Caesar itu kini menjadi salah satu objek wisata sebagaimana Piramid Giza, Mumi, Karnax Temple, Kuburan para Firaun di Luxor atau Museum Kairo yang menyimpan timbunan emas Tutankhamun. Isi di perpustakaan tersebut: − Sebuah Perpustakaan yang dapat menampung jutaan buku
43
− Sebuah Arsip Internet − Enam khusus perpustakaan untuk: 1. Seni, multimedia, dan bahan-bahan audio-visual. 2. Tunanetra. 3. Anak-anak. 4. Kaum muda. 5. Microforms. 6. Buku langka dan koleksi khusus.. − Empat Museum untuk: 1. Antiquities. 2. Naskah. 3. Sadat. 4. Sejarah Sains. Dan di zaman sekarang sudah banyak negara-negara lainnya yang sudah memiliki perpustakaan khusus seni dan desain, namun masih dibawah suatu lembaga pendidikan seperti universitas.
2.2.5 Tujuan Perpustakaan Art & Design Seni (art) dan desain (design) adalah elemen yang tidak bisa dipisahkan, keduanya saling berhubungan satu sama lain. Maka tujuan dari perpustakaan Art & Design adalah suatu proyek yang dimaksudkan untuk memfasilitasi para pengguna pustaka dalam bidang seni dan desain. Art & Design Library dirancang sebagai suatu inovasi baru yang tidak lagi mengandalkan perpustakaan sekolah atau lembaga pendidikan lainnya terhadap pemerhati pustaka dalam mencari segala informasi yang dibutuhkan, khususnya mengenai seni dan desain. Karena perpustakaan khusus seni dan desain yang berdiri sendiri memang belum ada di Indonesia, rata-rata masih dibawah suatu lembaga pendidikan seperti contoh Universitas Trisakti yang mengadakan perpustakaan khusus untuk memadai kebutuhan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). Tujuan dibangunnya Art & Design Library merupakan sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pendalaman pengetahuan serta penelusuran seluk beluk seni dan desain yang teraktual di dunia. Art & Design
44
Library secara langsung atau pun tidak langsung diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi proses belajar terkait dengan pentingnya perkembangan kemajuan bidang pendidikan khususnya seni dan desain. Tujuan-tujuan tersebut dimaksudkan agar: − Dapat tanggap dalam kemajuan aktualiasi seni dan desain − Dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi komunitas seni dunia yang lebih baik. − Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif bangsa dan dapat menggunakan kemempuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan budaya manusia.
2.2.6 Keberadaan Perpustakaan Art & Design Berikut ini adalah perpustakaan Art & Design yang sudah ada di luar negeri, antara lain: 1. Bibliotheca Alexandrina Egypt (Lihat penjelasan pada sub bab 2.2.4) •
Fasilitas ruang yang ada pada perpustakaan ini antara lain: a. Main Library Area ini adalah learning space yang menawarkan beragam sumber informasi seperti buku, peta, manuskrip, multimedia, dan source elektronik. Dan di area tersebut terdapat layanan untuk umum serta layanan
khusus
untuk
melayani
pengguna
yang
mempunyai
gangguan/kekurangan fisik.
Gambar 2.5 Main Library, Bibliotheca Alexandrina Egypt (Sumber: www.bibalex.org)
45
b. Taha Hussein Library Ruangan perpustakaan ini adalah ruangan khusus untuk pengguna yang mempunyai gangguan visual maupun buta, dimana diruangan tersebut di fasilitaskan dengan alat-alat spesial serta teknologi khusus sehingga golongan pengguna ini bisa membaca dan melihat jurnal. c. Children's Library d. Young People's Library Ruangan perpustakaan ini diberikan untuk pengunjung berumur sekitar 12 sampai 16 tahun. Diruangan ini memperkenalkan kepada pengunjung mengenai hal entertain, kultur, dan teknologi informasi yang bertuju untuk mengembangkan kemampuan membaca dan pemecahan masalah serta sekaligus membantu keberanian untuk interaksi sosial. e. Arts & Multimedia Library Ruangan perpustakaan ini khusus untuk menaruh koleksi gambar cetak dan koleksi audiovisual yang berkaitan dengan seni. Seperti buku bergambar, papan spektrum, gambar yang bergerak, film dokumentasi, program edukasi, dan metode program self-teaching. Lalu ruangan ini juga diberi tambahan seperti workshop dan area untuk seminar untuk para artis maupun pameran seni. f. Francophone Library Ruangan perpustakaan ini khusus buku-buku dengan bahasa perancis. g. Thesis & Dissertations Library h. Rare Books & Special Collections i. Periodical Collections Area khusus untuk koleksi yang berperiodik seperti majalah, jurnal, dan sebagaimya dengan format kertas maupun format elektronik. j. Reference Works Collections k. Electronic Resources l. Microforms Room m. Nobel Section
46
•
Fasilitas penunjang yang ada pada perpustakaan ini antara lain: a. Academic Research Center b. Planetarium Science Center c. Museums d. Permanent Exhibitions e. Conference Center f. Internet Archive g. Toko buku
Gambar 2.6 Bibliotheca Alexandrina Egypt Architecture (Sumber: www.arcspace.com)
Gambar 2.7 Bibliotheca Alexandrina Egypt (Sumber: www.bibalex.org)
47
2. National Art Library Perpustakaan ini berada di London, Inggris. National Art Library adalah perpustakaan yang mempunyai fungsi sekaligus museum. Koleksi yang ada kurang lebih sebanyak sejuta koleksi dan terus bertambah sesuai berkembangnya ilmu seni dan desain. Koleksi yang ada antara lain: − The History − Architecture, Furniture and woodwork − Art and Design Books − 20th Century Artist's Books and Book Art − Asia: The art and design of the Far East, India and South East Asia − Ceramics, Glass, Metalwork, Sculpture − Design, Prints, Photography, Contemporary − Drawings, Paintings − Fashion, Jewellery, Textiles − Theatre & Performance − Katalog jual dari pelelangan rumah maupun katalog exhibitions dari museum dan galeri seluruh dunia. − Manuskrip, majalah dan bermacam-macam format elektronik. Fasilitas yang disediakan pada National Art Library antara lain: − Ruang belajar khusus untuk orang yang mempunyai gangguan fisik − Aneka ruang belajar seperti: Riba Architecture Study Room, South & South-East Asia Study Room, Ceramics Study Room, Textiles Study Room, Blythe House Reading Room. − Ruang koleksi khusus untuk: a. Artists' books, letters & manifestos b. Ephemera and jobbing printing c. Fine and noteworthy bindings d. Fine printing e. Buku yang menggunakan teknologi inovatif f. Buku yang dibungkus oleh jaket pelindung g. Kaligrafi
48
h. Buku anak-anak i. Novel grafis dan komik j. Dokumentasi manuskrip k. Buku-buku lama l. Tipografi m. Buku Lettering & Writing n. Buku ilustrasi o. Buku modern dan majalah desain
Gambar 2.8 National Art Library (Sumber: www.vam.ac.uk)
49
2.3 Hasil Survey Perpustakaan 2.3.1 Goethe Institut Library
Peta 2.1 Lokasi Goethe Institut (Sumber: Google Maps 2013)
Goethe Institut Library berlokasi di dalam lingkungan Goethe Institut, Jl. Sam Ratulangi 9-15, Menteng - Jakarta Pusat. •
Jam operasional Senin-Sabtu
: 12.30-19.00
Minggu
: 11.00-15.00
*Semi-public (untuk umum harus membuat kartu keanggotan dengan biaya sebesar Rp 35.000,-/tahun jika ingin meminjam buku/koleksi dan aturan ini tidak berlaku untuk masyarakat Goethe Institut). •
Koleksi dan Bahan Pustaka a. Buku − Sejarah, ilmu sains, filosofi, literatur − Geografi dan buku sosial − Buku seni dan desain − Film, teater & performa
50
− Roman, komik, buku dongeng − Kids section b. Majalah c. CD, CD-Rom, & DVD (games, dokumenter, film, kartun, musik, jurnal, dan lain-lain). •
Pembagian Ruang a. Ruang audiovisual Tersedia ruang video di lantai 1 yang hanya mentayangkan DW (Deutsche Welle Channel) setiap hari, namun pengguna perpustakaan boleh memutar video yang tersedia di perpustakaan tersebut.
Gambar 2.9 Ruang Audiovisual, Goethe Institut. (Sumber: Penulis)
Gambar 2.10 Ruang Koleksi dan Area Baca, Goethe Institut. (Sumber: Penulis)
51
b. Ruang koleksi beserta area self-copy, area baca/diskusi, dan area multimedia.
Gambar 2.11 Ruang Koleksi, Goethe Institut. (Sumber: Penulis)
Gambar 2.12 Area Multimedia, Goethe Institut. (Sumber: Penulis)
c. Area khusus koleksi musik terdapat di lantai 2 d. 2 ruang staf Goethe Institut pada lantai 2
52
e. Ruang staf/pengelola Goethe Institut Library terdapat di lantai 1 •
Fasilitas − Wireless Network (wifi) − Pelayanan pernerjemahan bahasa jerman-ingris-indonesia *(gratis) − 1 meja resepsionis − 50 loker − 1 meja informasi − 1 unit mesin fotokopi *(maksimal 20 halaman/judul) − 3 komputer katalog dan internet − 8 unit komputer dilengkapi dengan internet, printer, dan headphones. − 2 televisi *(1 diruang audiovisual, dan 1 di ruang staf/pengelola Goethe Institut) − iPad disetiap meja diskusi −
±6 meja diskusi
− 3 rak koleksi musik (120x30x72cm) − 3 rak majalah − •
±28 rak koleksi (120x30x170cm)
Sistem a. Pengolahan Koleksi dan Bahan Pustaka
Diagram 2.1 Pengolahan Koleksi Goethe Institut (Sumber: narasumber)
b. Katalog dan Klasifikasi Katalog buku menggunakan digital/online melalui sistem Bibliothekskatalog dan susunan buku diatur sesuai UDC (Universal Decimal Classification).
53
c. Pelayanan Goethe Institut Library menggunakan sistem pelayan terbuka (open access) maka pengunjung dapat bebas memilih dan mencari buku yang ingin dibaca tanpa bantuan atau dengan bantuan pustakawan. d. Keanggotaan dan Peminjaman Warga Goethe Institut otomatis mendapat keanggotaan, penggunaan buku serta media di dalam perpustakaan tidak dikenakan biaya namun untuk peminjaman diperlukan kartu keanggotaan, maka pengunjung dari luar Goethe Institut harus membuat member terlebih dahulu jika ingin meminjam dan dikenakan biaya Rp30.000/tahun. Sedangkan warga Goethe Institut tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membuat kartu anggota dan tidak dikenakan biaya pertahun. Peminjaman menggunakan sistem buku jurnal, sistem manual ini mencatat manual buku yang dipinjam maupun yang sudah dikembalikan. Lama Peminjaman: 4 minggu untuk buku, CD, dan CD-ROM. 2 minggu untuk majalah, dan DVD. e. Perawatan Kegiatan perawatan termasuk bersih-bersih ruangan secara rutin, dan pemeriksaan bahan pustaka seminggu satu kali. f. Keamanan Terdapat kamera CCTV lalu setiap buku ditempelkan barcode dan terdapat sensor gate pada pintu masuk. Perpustakaan ini dikoordinir oleh tiga orang yaitu, satu orang bagian resepsionis yang melayani dan mengawasi setiap masuk-keluarnya pengunjung, satu orang bagian informasi yang akan mengawasi semua kegiatan di perpustakaan, dan satu orang yang merapihkan koleksi maupun bahan pustaka.
54
•
Struktur Organisasi
Diagram 2.2 Struktur Organisasi Goethe Institut Library (Sumber: narasumber)
55
2.3.2 FSRD Perpustakaan Fakultas Seni Rupa dan Desain (Universitas Trisakti)
Peta 2.2 Lokasi Universitas Trisakti (Sumber: Google Maps 2013)
Perpustakaan terletak di lingkungan FSRD pada gedung P di lantai 2, di dalam Universitas Trisakti, Grogol - Jakarta Barat. •
Jam operasional Senin-Kamis
: 08.00-18.00
Jumat
: 08.00-11.30 - 13.30-16.00
Sabtu
: 08.00-12.00
*Semi-private (untuk mahasiswa dari universitas lain harus disertakan surat izin dari kampus atau terkena biaya sebesar Rp.5000,-). •
Koleksi dan Bahan Pustaka a. Buku − Desain Komunikasi Visual:
±4000 eksemplar
> Desain Produk: ±3500 eksemplar Fotografi: <2000 eksemplar
− Desain Interior: 4500 eksemplar − −
56
b. Majalah Ilmiah
±10 judul
c. Surat Kabar Harian d. Beberapa CD, CD-Rom, & VCD (skripsi, karya tulis, jurnal, dan lain-lain) •
Ruang Khusus a. Ruang koleksi digabung dengan ruang multimedia
Gambar 2.13 Ruang koleksi dan Multimedia, FSRD.
±
(Sumber: Penulis)
b. Ruang baca/diskusi ( 25 kursi)
Gambar 2.14 Ruang Diskusi dan Loker, FSRD. (Sumber: Penulis) c. Ruang staf/pengelola
Gambar 2.15 Ruang Staf dan Pengelola, FSRD. (Sumber: Penulis)
57
•
Fasilitas − 1 meja resepsionis − 69 loker − 3 komputer katalog − 4 unit komputer dan internet − 1 unit mesin fotokopi − 1 televisi − 1 troli buku − 1 rak surat kabar dan majalah − 1 lemari buku baru − 22 rak bahan pustaka (120x30cm)
•
Sistem a. Pengolahan Koleksi dan Bahan Pustaka
Diagram 2.3 Pengolahan Koleksi FSRD-Usakti (Sumber: FSRD)
b. Katalog dan Klasifikasi Katalog buku menggunakan digital/online melalui sistem OPAC dan susunan buku diatur sesuai DDC (Dewey Decimal Classification). c. Pelayanan FSRD menggunakan sistem pelayan terbuka (open access) maka pengunjung dapat bebas memilih dan mencari buku yang ingin dibaca tanpa bantuan atau dengan bantuan pustakawan. d. Keanggotaan dan Peminjaman Keanggotaan hanya untuk masyarakat Trisakti. Pengunjung tidak dapat meminjam hanya diperbolehkan fotokopi dan perpustakaan ini menggunakan sistem manual yaitu BIC (Book Issue Card) menggunakan kartu yang harus disimpan guna sebagai bukti pada saat di kembalikan.
58
e. Perawatan Kegiatan perawatan hanya bersih-bersih ruangan secara rutin dan tidak ada pelestarian bahan pustaka. f. Keamanan Setiap buku ditempelkan barcode dan terdapat sensor gate pada pintu masuk, perpustakaan ini dikoordinir oleh satu orang yang akan mengawasi semua kegiatan di perpustakaan serta memeriksa identitas pengunjung. •
Struktur Organisasi
Diagram 2.4 Struktur Organisasi FSRD-Usakti (Sumber: narasumber)
59
2.3.3 The Johannes Oentoro Library (Universitas Pelita Harapan)
Peta 2.3 Lokasi Universitas Pelita Harapan (UPH) (Sumber: Google Maps 2013)
Perpustakaan berlokasi di Buiding C lantai 2-4, Kampus Karawaci, Jl. M.H. Thamrin Boulevard 1100, Lippo Village, Tangerang. •
Jam operasional Senin, Rabu-Jumat : 07.00-21.00 Selasa
: 08.30-21.00
Sabtu
: 08.00-13.30
*Private (untuk mengakses perpustakaan ini harus menggunakan smartcard UPH). •
Koleksi dan Bahan Pustaka Terdiri dari
±70.000 buku seperti akutansi, HI, SI, filsafat, teologi, DKV, desain
produk, arsitektur, hukum, manajemen, matematika, elektro, sipil, dan lainnya. a. Lantai 2: − Koleksi Referensi: ensiklopedia, kamus, buku pedoman, dan lainnya. − Local Publication: disertasi, skripsi, thesis, dan lainnya. − Periodikal: jurnal, koran, majalah, dan lainnya. −
60
b. Lantai 3: − Literatur Kristen − Buku umum − Koleksi short loan (koleksi dengan peminjaman jangka pendek) − Koleksi pengajar (close access) − Koleksi audiovisual c. Lantai 4: − Online database, local database, e-books dan e-resources. •
Ruang Khusus a. 1 ruang seminar b. 2 ruang multimedia: − multimedia viewing (kapasitas 30 orang) − multimedia (dilengkapi 50 unit komputer) c. 1 large group study room (kapasitas 20 orang) d. 5 group study room (kapasitas 10 orang) e. 15 study room (kapasitas 4 orang)
Gambar 2.16 Study Room, The Johannes Oentoro Library. (Sumber: Penulis)
61
Gambar 2.17 Area Baca, The Johannes Oentoro Library. (Sumber: Penulis)
f. Area lounge g. Area exhibition •
Fasilitas − Layanan Referensi − E-resources − Wireless Network (wifi) − 495 loker − 8 unit komputer katalog − 150 unit komputer dan internet − 2 unit mesin fotokopi di lantai 2 dan 3 − Printing & Scanning *(save melalui CD tidak boleh menggunakan flashdisk, dan maksimal 10 halaman/hari) −
±100 rak bahan pustaka (120x30cm)
− Troli sirkulasi & umum
62
•
Sistem a. Pengolahan Koleksi dan Bahan Pustaka
Diagram 2.5 Pengolahan Koleksi, UPH. (Sumber: narasumber)
b. Katalog dan Klasifikasi Tidak menggunakan sistem manual, semua katalog buku menggunakan digital/online melalui sistem OPAC dan susunan buku diatur sesuai DDC (Dewey Decimal Classification). c. Pelayanan The Johannes Oentoro Library ini menggunakan dua sistem pelayanan, sistem terbuka (open access) di lantai 3 maka pengunjung dapat bebas memilih dan mencari buku yang diinginkan secara langsung. Dan juga sistem pelayan tertutup (close access) pada lantai 2 maka pengunjung perlu bantuan pustakawan untuk meraih koleksi. d. Keanggotaan dan Peminjaman Peminjaman menggunakan sistem digital dengan kartu smartcard dan yang dapat menjadi anggota ialah: − Automatic Membership Seluruh masyarakat akademik UPH otomatis menjadi anggota perpustakaan (mahasiswa aktif UPH, staf akademik maupun nonakademik, pengajar). − Special Membership Alumni, Lippo Karawaci Residential, Lippo Group Corporate, Yayasan Pelita Harapan (UPH Surabaya, Sekolah Pelita Harapan, Sekolah Dian Harapan, dan Sekolah Lentera Harapan).
63
Tabel 2.3 Total amount of borrowings, The Johannes Oentoro Library. (Sumber: library.uph.edu)
e. Perawatan − Fogging 1-2 minggu sekali − Jika ada informasi bahwa terdapat buku yang rusak maka buku tersebut akan diperbaiki oleh staf − Jika perlu melakukan jilid akan memakai jasa lain (outsource) f. Keamanan The Johannes Oentoro Library menggunakan CCTV, Radio Frequency Indentification (RFID), dan sensor gate pada pintu masuk keluar agar pencurian maupun buku yang keluar tanpa izin/scan bisa langsung diketahui. Di dalam perpustakaan terdapat satpam dan ruang security di pintu masuk. Lalu demi keselamatan tersedia tangga darurat, sprinkler, smoke detector, dan hydrant.
64
•
Struktur Organisasi
Diagram 2.6 Struktur Organisasi The Johannes Oentoro Library (Sumber: The Johannes Oentoro Library Profile)