BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung Tugas Akhir ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain :
2.1.1 Media cetak dan Website Data yang diambil berasal dari buku, jurnal, penelitian yang dilakukan LSM, dan referensi yang telah diterbitkan dan situs - situs di internet. 1.
Shinkai, Makoto (2008).
新海誠美術作品集 空の記憶 ~ The sky of
the longing for memories~. Tokyo : Comix Wave 2.
Williams, Richard (2009). The Animator’s Survival Kit. London:
Faber and Faber 3.
http://howtodealwithbullies.com/verbal-bullying/
2.1.2 Survey dan Wawancara Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan penelitian di masyarakat yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa Amini pada tahun 2008 merupakan landasan primer yang bisa diolah dengan kriteria yang cocok dengan target audiens yang dituju oleh Penulis dalam pembuatan animasi ini.
2.2. Data Umum
2.2.1 Bullying Bullying, atau menggertak/menggencet/menindas dalam Bahasa Indonesia, adalah suatu bentuk perangai agresif yang terjadi karena kebiasaan dan ketimpangan dalam hal pengaruh dan kekuatan. Bullying bisa termasuk ke dalam penghinaan secara verbal, serangan fisik, sampai ejekan yang dilontarkan berulang kali terhadap seseorang yang disebabkan macam-macam faktor, dan punya metode beragam dalam aplikasinya. Bullying biasanya
1
dilakukan berkelompok, menekan bagian minoritas yang pola hidupnya berbeda dari yang mayoritas.(Lawson, Terry E. 2006)
2.2.1.1.Verbal Bullying Verbal bullying (terkadang disebut verbal abuse) adalah saat seseorang menggunakan perkataan untuk mendapatkan kuasa di antara sesamanya. Verbal bullying menggunakan makian yang tak habis-habis maupun
mengolok-olok
korbannya,
yang
biasanya
dinilai
dari
ketidakmampuan fisiknya, maupun mengatai kebodohan dan kegemarannya, suku, agama, maupun fisiknya secara keseluruhan. Walaupun verbal bullying tidak menyebabkan kerusakan fisik, tapi penggencetan seperti ini dapat memberikan dampak buruk pada sisi psikologis korban (Smokowski, Paul R, 2010).
2.2.1.1.1 Efek Verbal Bullying Verbal bullying memengaruhi korbannya dalam berbagai aspek. Misalnya, memengaruhi cara seseorang memandang dirinya sendiri, serta memengaruhinya dalam segi emosional dan psikologis. Tipe penggencetan seperti ini dapat membuat seseorang menjadi merasa rendah diri, depresi, serta masalah lainnya. Dalam beberapa kasus, verbal bullying bisa mencapai tahap saat sang korban yang depresi, keinginannya kuat untuk keluar dari masalah ini sampai dia melarikan diri ke penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, dan dalam kasus yang ekstrim, bunuh diri.
2.2.2.Animasi Animasi adalah representasi grafis dari hasil sekuensial gambargambar dua maupun tiga dimensi yang disusun sedemikian rupa hingga menghasilkan sebuah ilusi gerak. Efek yang dihasilkan adalah sebuah ilusi dari pergerakan berdasarkan citra yang tertangkap oleh mata, dan dapat dibuat dan diaplikasikan dalam berbagai macam cara dan media—umumnya dibuat oleh gambaran tangan maupun komputer dan diimplementasikan dalam media layar lebar maupun video.
2
2.2.2.1 Anime Anime adalah singkatan dari animeshon yang artinya animation dalam bahasa jepang. Di Jepang, kata ini digunakan sebagai definisi dari semua kartun dan animasi, baik buatan mereka maupun buatan negara lain. Namun, sejak animasi Jepang menyebar ke seluruh dunia, kata ‘anime’ berkembang menjadi arti yang berbeda di Amerika dan negara-negara selain Jepang, yang mengkategorikan ‘anime’ sebagai semua bentuk animasi yang hanya dibuat oleh Jepang. Namun, tidak seperti tanggapan Amerika dan negara lain tentang animasi, yang hanya melihat animasi sebagai hiburan anak-anak (dan sebagian kecil komedi dewasa untuk beberapa kasus), Jepang menganggap animasi sebagai bentuk hiburan dan metode penceritaan yang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Karena itulah, target audiens dari anime beragam, dan bisa dinikmati oleh semua lapisan dan selera masyarakat.(Opplinger, John. 2001) Anime biasanya bercirikan gambar-gambar dengan palet warna yang cerah dan menampilkan tokoh-tokoh dan lokasi yang gaya gambarnya berkiblat pada gaya manga (komik khas Jepang). Anime mengutamakan simplicity dalam penggambaran karakter dan gerakannya, walaupun tidak jarang kalau gaya ini menerapkan penggambaran gestur yang bergerak luwes, sinematografi yang dinamis, dan ekspresi komikal serta dramatis. Contoh serial anime yang terkenal adalah Naruto, Doraemon, dan Crayon Shin-chan.
2.2.2.2 Animasi 3D /3D Computer-Generated Imagery (3DCGI) Animasi 3D adalah animasi dari sebuah objek yang dibuat dengan menggunakan komputer dan bergerak dalam ranah ruang tiga dimensi. Mereka bisa diputar dan digerakkan seperti benda nyata, dan biasanya menjadi inti visual dari industri game dan perfilman masa kini. Contoh animasi yang dibuat dengan teknologi 3DCGI yang terkenal adalah Rango, Kungfu Panda, How to Train Your Dragon, UP, dan Final Fantasy VII : The Advent Children.
2.3 Target
2.3.1 Target Primer Target primer animasi Rapor Terakhir adalah anak dengan kisaran umur antara 11-13 tahun. Alasan penargetan dalam kisaran umur tersebut adalah agar 3
penonton bisa mengasosasikan diri dengan cerita, berempati dengan tokoh di dalamnya, sekaligus menerima pesan implisit bahwa perlakuan seperti itu terhadap sesama bukanlah hal yang baik.
2.3.2 Target Sekunder Target sekundernya adalah anak SMP sampai ke bangku kuliah—siapapun yang pernah mengalami hal ini di sekolah, baik sebagai pelaku maupun sebagai korban.
2.4 Analisis SWOT
2.4.1 Strength Kekuatan animasi ini terletak pada sisi emosional yang ditonjolkan lewat mimik karakter yang dibuat sedramatis mungkin, color-scheme yang sendumelankolis, sinematografi dan lagu latar yang mendukung, , pengisi suara yang cukup dikenal pemirsa TV lewat acara-acara kartun (yang memakai sulih suara) di TV, serta alur cerita yang dibuat terasa emosional namun tidak dibuat eksplisit.
2.4.2 Weakness Kelemahan dalam proses pembuatan animasi ini adalah keterbatasan waktu yang mungkin bisa membuat animasi ini tidak bisa mencapai tingkat detil yang diharapkan.
2.4.3 Opportunity -Animasi bertema spesifik dengan penggunaan 2D dan 3D bersamaan sangat jarang diterapkan di pasaran Indonesia, sehingga bila sukses direalisasikan, bisa terlihat cukup menonjol dibanding animasi-animasi lain yang kebanyakan mengandalkan salah satu elemen saja (2D saja atau 3D saja). -Animasi di Indonesia masih dalam tahap berkembang, sehingga peluang untuk berhasil masih cukup besar. -Temanya yang cukup menarik dan isu-isu serta pembicaraan yang biasa terdengar setiap hari membuat audiens untuk lebih mudah mengerti saat menonton.
4
2.4.4 Threats -Tingkat kepesimisan penonton akan film animasi Indonesia pada umumnya sehingga mendapat justifikasi negatif sejak awal.
2.5 Hasil Survey Merujuk pada penelitian Yayasan Semai Jiwa Amini yang dilakukan pada tahun 2008, Kekerasan yang terjadi di sekolah tidak hanya dilakukan oleh guru melainkan juga oleh siswa terhadap siswa lain. Dari data kualitatif FGD siswa SD dan FGD guru diketahui bahwa kekerasan yang dilakukan siswa SD terhadap siswa lain masih lebih banyak bebentuk kekerasan berupa hukuman fisik, terutama pada sesama siswa laki-laki. Namun bentuk-bentuk bullying seperti mengejek (verbal) dan psikologis (mengucilkan teman yang tidak disukai) juga sudah terjadi. Dari tabel 3 dapat dilihat bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan siswa SMP dan SMA terhadap siswa lain. Tkt Pendd
Kota
S M P
S M A
YGY SBY JKT TOTAL YGY SBY JKT
Verbal (Ejekan) 44.3 22.7 59 39.9
Hukuman Fisik
Psi’s
38.7 26.1 46 35.8
46.9 23.6 59 41.2
40.7 43.6 37.7 41.0
30.9 30.3 32.3 31.1
56.8 39.3 37.1 43.7
TOTAL Tabel 2.1 Persepsi Siswa: Bentuk Kekerasan yang Dilakukan Antar Siswa
Jenis kekerasan yang dilakukan siswa terhadap siswa (tingkat SMP & SMA adalah: kekerasan psikologis (41.2% & 43.7%), kekerasan verbal (39.9% & 41%) dan kekerasan fisik (35.8% & 31.1%). Dari data-data di atas dapat dilihat adanya kecenderungan peningkatan kekerasan psikologis dan verbal yang dilakukan siswa terhadap siswa di tingkat SMA, sedangkan kekerasan fisik cenderung menurun.
5
Jenis Data FGD Guru
SD • Pelaku ditegur • Memanggil pelaku dan korban • Pelaku di karantina • Dicoba didamaikan
FGD Siswa
• Guru tidak tahu adanya kejadian. • Guru diam saja • Guru menasehati, menegur pelaku • Guru memberi hukuman fisik • Guru menyuruh siswa melanjutkan pertengkaran • Jika berat maka orang tua dipanggil • Memanggil pelaku dan orantua korban. Pelaku akan mendapat perhatian khusus dan akan membuat perjanjian
Kebijaka n Sekolah
• Sekolah tidak memiliki kebijakan penanganan bullying karena masih wajar • Dicoba ditangani internal (dg kounselor sekolah) • Ada sekolah yang memiliki aturan kelas dan aturan sekolah, komunikasi dengan orang tua 24 jam jadi kasus dapat diselesaikan dg cepat
Tabel 2.2 Tindakan Siswa, Guru & Kebijakan Sekolah jika terjadi bullying (Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008)
Penelitian
menggunakan
metode
FGD
(Focus
Group
Discussion)
membuahkan hasil kalau verbal bullying tidak dianggap lebih serius dari jenis penggencetan yang lain, dilihat dari respon dan langkah yang dapat guru, siswa, maupun
sekolah
ambil
dalam
mencegah
6
dampak
yang
lebih
buruk
7