BAB II LANDASAN TEORI Penelitian yang dilakukan ini merupakan studi penelitian komunikasi, sehingga mengacu pada landasan dan teori komunikasi yang mendukung. Berikut ini, penulis akan memaparkan konsep-konsep teori komunikasi.
2.1 Komunikasi dan Komunikasi Kelompok 2.1.1 Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 1999 : 3). Jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan, maka komunikasi tidak akan terjadi. Menurut Carl I. Hovland (Mulyana, 2002 : 62) menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate). Sedangkan menurut Harold Lasswell (1948) dalam karyanya, “The Structure and Function of Communication in Society” mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana (Effendy, 2003 : 253). Dari defenisi ini Lasswell menjelaskan komunikasi meliputi 5 (lima) unsur, yakni : 1. Komunikator (source, sender)
9
2. Pesan (message) 3. Saluran (channel, media) 4. Komunikan (communicatee, receiver, recipent) 5. Efek (effect, impact, influence) 2.1.2
Komunikasi Kelompok Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggotaanggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
10
2.2 Komunikasi Organisasi Kegiatan organisasi tidak pernah luput dari kegiatan komunikasi. Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan dan aktivitas komunikasi. Komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unti-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubunganhubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Deddy Mulyana, 2000). Secara lengkap menurut Rogers (dalam Effendy, 2004:114) organisasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas. GoldHaber (dalam Fajar, 2009; 122) mengatakan Komunikasi organisasi adalah arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantungan satu sama lain. Menurut
De
Vito
(1997:340)
komunikasi
organisasi
merupakan
pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi dalam kelompok formal maupun informal organisasi. Jika organisasi semakin besar dan semakin kompleks, maka demikian juga komunikasinya. De Vito (2011:12) membagi pola komunikasi menjadi lima bentuk yaitu: komunikasi antarpribadi yaitu komunikasi antar dua orang, komunikasi kelompok dan organisasi yaitu komunikasi dalam sekelompok kecil orang dan dalam organisasi formal, komunikasi di muka umum, komunikasi antar budaya dan komunikasi
masa.
Sedangkan
Littlejohn
11
(2002:14)
mengklasifikasikan
komunikasi dalam empat pola yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Menurut Baird (dalam De Vito, 1997:344) karena struktur hirarkinya yang ketat, jarak phisik yang jauh dari orang-orangnya, perbedaan yang besar dalam kompetensinya, dan berbagai tugas khusus yang harus diselesaikan, maka organisasi harus menciptakan sejumlah jaringan komunikasi yang beragam. Jaringan disini adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang yang lain. Menurut De Vito (2011: 382), ada lima struktur jaringan komunikasi kelompok, kelima struktur tersebut adalah: 1. Struktur Lingkaran. Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya.
2. Struktur Roda. Struktur roda memilki pemimpin yang jelas. Yaitu yang posisinya dipusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota
12
ini berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. Orang yang berada ditengah (pemimpin) mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh untuk mempengaruhi anggotanya. Penyelesaian masalah dalam stuktur roda .bisa dibilang cukup efektif tapi keefektifan itu hanya mencakup masalah yang sederhana saja.
3. Struktur Y. Struktur Y relatif kurang tersentralisasi di banding dengan strukrur roda , tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan dengan pola lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas tetapi semua anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat menngirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya. Jaringan Y memasukkan dua orang sentral yang menyampaikan informasi kepada yang lainnya pada batas luar suatu pengelompokan. Pada jaringan ini, seperti pada jaringan rantai, sejumlah saluran terbuka dibatasi, dan komunikasi bersifat disentralisasi atau dipusatkan. Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja.
13
4. Struktur Rantai. Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain. Dalam struktur ini, Sejumlah saluran terbuka dibatasi, orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi degan orang-orang tertentu saja.
5. Struktur semua saluran atau pola bintang. Hampir sama dengan struktur lingkaran, dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota siap berkomunikasi dengan setiap anggota yang lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum. Jaringan terpusat/sentralisasi dan desentralisasi memiliki kegunaan yang berbeda. Sebagai contoh, struktur desentralisasi dapat lebih efektif untuk
14
pemecahan masalah secara kreatif dan lebih bagus untuk pergerakan informasi secara cepat. (Devito, 2011:382-384)
2.3 Beladiri Tarung Derajat 2.3.1. Definisi Beladiri Tarung Derajat ditetapkan karena teknik-tekninya yang praktis, maka dari itu mulai banyak yang menekuninya dan menjadi anggota Tarung Derajat. Tarung Derajat adalah logika dan tindakan moral yang memanfaatkan senyawa daya gerak otot dan otak serta nurani untuk digunakan terutama pada upaya pembelaan diri yaitu pemeliharaan keselamatan dan kesehatan hidup, seperti pencegahan dan pemulihan penyakitfisik dan mental. Tarung Derajat lahir di Indonesia tepatnya di kota Bandung Jawa Barat pada tanggal 18 Juli 1972. Pencipta tarung derajat Achmad Dradjat. Pada awalnya beladiri ini hanya untuk tahapan awal dari suatu proses perjuangan panjang untuk melakukan perlawanan diri terhadap suatu tindakan kekerasan fisik yang mengancam keselamatan dan kesehatan hidupnya, tindak perlawanan tersebut dilakukan dengan kemamuan fisik yang terbangun dan dibangun dari hasil proses renungan dan pelatihan diri. Achmad Dradjat mendefinisikan Tarung Derajat sebagai “olahraga seni pembelaan diri yang memanfaatkan daya gerak otot dan
15
otak serta nruani. Di dalam proses pembelajaran dan pemberlatihan gerak seluruh anggota tubuh beserta bagian-bagian penting lainnya untuk memiliki dan menerapkan lima unsur daya gerak moral, yaitu kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian dan keuletan pada sistem teknik-teknik dan strategi ketahanan dan pertahanan diri yang dinamis dan agresif dalam bentuk pukulan, tendangan, bantingan, dan kuncian. Serta mampu digunakan secara praktis dan efektif terutama pada upaya pembelaan diri”. (2010:18). 2.3.2. Karakterstik Tarung Derajat Terlepas dari yang diajarkan dalam beladiri Tarung Derajat, seorang anggota tarung derajat memiliki kompetensi atau kemampuan. Kemampuan seorang anggota tarung derajat adalah memiliki kemampuan untuk menjaga diri dari kejahatan seseorang. Dalam ajaran ilmu beladiri Tarung Derajat adalah untuk menaklukkan diri sendiri bukan ditaklukkan oleh orang lain. Karakter ditinjau dari segi beladiri Tarung Derajat adalah dirancang untuk menyerang, bukan bertahan atau menunggu serangan. Dan karakteristik dalam beladiri ini mengutamakan pukulan dan tendangan. Kompetensi atau kemampuan merupakan sesuatu yang harus ada dalam diri seorang anggota tarung derajat agar dapat dipahami dan diaktualisasikan oleh seluruh anggota tarung derajat. Filsofi serta prinsip-prinsipnya itu ditumbuh kembangkan dalam berbagai segi kehidupan. Di dalam Tarung Derajat terdapat filosofi yang berbunyi “aku ramah bukan berarti takut, aku tunduk bukan berarti takluk”. Moto tersebut diucapkan oleh seluruh anggota tarung derajat saat latihan ketika prosesi acara buka dan tutup latihan di satlat untuk menanamkan sikap untuk berperilaku santun, namun
16
harus memiliki rasa percaya diri yang kuat untuk selalu tunduk kepada aturan dan norma kehidupan yang berlaku di lingkungan dan masyarakat namun harus tetap berani menentang atas penyalahgunaan aturan yang dipaksakan. Untuk itu anggota beladiri Tarung Derajat harus memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Memiliki sikap-sikap yang tangguh dan perkasa. 2. Memiliki sikap yang santun. 3. Memiliki solidaritas. 4. Memiliki loyalitas dan kecintaan yang utuh terhadap apa yang ditekuninya. 5. Memiilki kepekaan akhlak budi pekerti serta kerjasama pikiran, rasa dan keyakinan. 2.3.3. Nilai-nilai Sosial Budaya Beladiri Tarung Derajat Nilai sosial dalam olahraga Tarung Derajat terdapat tata cara sikap dan penghormatan. Cara melakukan sikap dan penghoramtan seluruh anggota beladiri Tarung Derajat diwajibkan untuk dapat melakukan sikap dan penghoramatan yang baik dan benar. Moto beladiri tarung derajat adalah “aku ramah bukan berarti takut, aku tunduk bukan berarti takluk”. Nilai sosial ini diucapkan oleh seluruh anggota tarung derajat pada saat tata cara sikap dan penghormatan, acara buka atau tutup latihan di satuan latihan untuk menanamkan sikap yang santun namun harus memiliki rasa percaya diri yang kuat. Nilai-nilai sosial budaya olahraga Tarung Derajat diantaranya adalah sebagai berikut :
17
1. Disiplin Di dalam menumbuhkan kedisiplinan olahraga Tarung Derajat mengajarkan tata cara sikap dan penghormatan. Seluruh anggota tarung derajat diwajibkan untuk dapat melakukan tata cara sikap dan penghoramatan dengan baik dan benar sebagai bagian dari dasar olahraga tarung derajat yang bertujuan untuk : a. Menegakkan disiplin anggota Tarung Derajat. b. Menciptakan iklim untuk saling menghormati dan menghargai diantara sesama anggota. c. Sebagai bagian dari tatatertib latihan olahraga tarung derajat. 2. Kerjasama Acara buka tutup, pada setiap sebelum dan sesudah latihan dilaksanakan acara buka tutup latihan dengan tujuan untuk menjalin kerjasama diantaranya : a. Membangun semangat dan disiplin latihan. b. Menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap perguruan tarung derajat. c. Menumbuhkan rasa kebersamaan. d. Mengetahui tujuan dan sasaran latihan. 3. Menghargai Melakukan salam dengan menggunakan kata “Box” antara anggota Tarung Derajat sebelum latihan dan setelah melakukan latihan memiliki tujuan untuk : a. Menciptakan sikap saling menghormati dan menghadapi. b. Menjadikan rasa kebersamaan.
18
2.4 Kerangka Berpikir Seni bela diri Tarung Derajat Satuan Latihan Sukoharjo melakukan strategi komunikasi yang terbagi menjadi dua wilayah internal dan eksternal. Wilayah internal adalah bagaimana strategi komunikasi dijalankan di lingkungan anggota dalam rangka peningkatan mutu serta kualitas sumber daya manusia untuk meraih prestasi sehingga mampu memunculkan daya tarik bagi khalayak diluar anggota, sedangkan wilayah eksternal merupakan usaha memperkenalkan Tarung Derajat yang dilakukan melalui strategi yang komunikatif dalam rangka internasionalisasi organisasi. Dalam wilayah ini peran pihak luar seperti pemerintah dan pihak terkait lainnya sangat penting dalam komunikasi organisasi seni bela diri tarung derajat ini. Berikut adalah gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini : TARUNG DRAJAT SATLAT SUKOHARJO
STRATEGI INTERNAL
KOMUNIKASI ORGANISASI
INTERNASIONALISASI
ORGANISASI
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir
19
EKSTERNAL