BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Menurut Endang (2007, p.2), Teknologi informasi melalui komputerisasi
dan sistem informasi yang terintegrasi akan sangat mendukung sistem informasi manajemen dalam sebuah perusahaan. Pemrograman komputer dapat bermanfaat untuk melakukan pengolahan data secara cepat, menyeragamkan dokumentasi, ketepatan penghitungan, dan menghindari pemasukan data yang berulang-ulang. Dengan pemrograman komputer untuk beberapa pekerjaan yang berulangulang dapat mengurangi kemungkinan kesalahan dalam penginputan data. Karena apabila dengan penginputan secara manual dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan dari sumber daya manusianya. Sistem Informasi sebagai alat bagi organisasi dengan memanfaatkan teknologi (hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data) untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, menggunakan, dan menyebarkan informasi yang berperan dalam mengotomatisasi proses manual dengan pengintegrasian sistem yang mendukung operasional perusahaan (Bhatnagar, 2007; O’Brien, 2006, p5; Ward & Peppard, 2002, p3). Sistem informasi merupakan bagian dari bahasa dan komunikasi manusia dalam interaksi baik dalam pengembangan dan perubahan pada inovasi teknologi dimana sistem informasi sebagai penggerak perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif
8
9
dengan cara mengurangi biaya operasi, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan pelayanan pelanggan (Bhatnagar, 2007; Chen, 2010; Kearns dan Lederer, 1997; O’Brien, 2006, p5). Hubungan sistem informasi dengan kinerja menurut Lee, Kim dan Choi (2009, p.2) ”(1) individual IT knowledge and both traditional and electronic communication methods significantly contribute to the internal process performance of small firms; (2) internal process performance, organizational IT knowledge, and electronic communication methods affect customer performance; and (3) financial performance is affected by process and customer performance”. Menurut mereka (1) individu pengetahuan IT dan kedua metode komunikasi tradisional dan elektronik secara signifikan berkontribusi pada kinerja proses internal perusahaan kecil; (2) kinerja proses internal, organisasi TI pengetahuan, dan metode komunikasi elektronik mempengaruhi kinerja pelanggan, dan (3) kinerja keuangan adalah dipengaruhi oleh proses dan kinerja pelanggan. Penggunaan teknologi dalam sistem informasi perusahaan hendaknya mempertimbangkan pemakainya juga, tidak jarang ditemukan bahwa teknologi yang diterapkan dalam sistem informasi sering tidak tepat atau tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh individu pemakai sistem informasi. Menurut penulis, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan secanggih apapun suatu teknologi tetapi bila sumber daya manusianya susah untuk menggunakannya, maka manfaatnya tidak akan optimal. Bahkan dapat berakibat negatif terhadap kinerja operasional karyawan.
10
Menurut Salman (2005) mengenai dampak penerapan teknologi baru dan kepercayaan terhadap kinerja individu menemukan hasil bahwa kedua variabel tersebut memiliki pengaruh positif terhadap variabel kinerja individual. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Irwansyah (2003) dengan menganalisis hubungan evaluasi pemakai dari kecocokan tugas dan teknologi terhadap kinerja. Goodhue (1995) mencoba mengukur keberhasilan sistem informasi yang diimplementasikan dalam perusahaan/organisasi dengan menggunakan evaluasi pemakai. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa pemanfaatan sistem informasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Busi dan Bittici (2006) menyatakan “that ICT has increased the amount of information available to individuals and their ability to share such information far beyond everybody's expectations”. Menurut mereka, Teknologi informasi komunikasi telah meningkatkan jumlah informasi yang tersedia untuk individu dan kemampuan mereka untuk berbagi informasi tersebut jauh melampaui harapan semua orang. Sehingga masih banyak lagi manfaat yang di dapat dari informasi yang cepat dan akurat. Samarakone (2010) menyatakan ”In summary, an organization can greatly benefit from an RTTMS. The system allows for the increased validity of not only performance appraisals, but rather for the whole talentmanagement process. The result is better real-time business decisions, increased communication, higher profitability and reduced legal exposure”. Menurut Samarakone, organisasi sangat bisa mendapatkan keuntungan dari RTTMS. Sistem ini memungkinkan untuk meningkatkan validitas tidak hanya penilaian kinerja, tetapi lebih untuk proses
11
talent management keseluruhan. Hasilnya adalah baik keputusan bisnis real-time, komunikasi meningkat, profitabilitas yang lebih tinggi dan paparan hukum berkurang. Menurut Kettinger (1994), teknologi informasi membawa perusahaan pada kondisi yang menguntungkan, seperti kemudahan memasuki pasar, diferensiasi produk, dan cost effieciency. Kemudahan tersebut akan membuat perusahaan mampu meningkatkan kinerjanya. Clemons (1993) menyatakan bahwa teknologi informasi mempunyai kemampuan untuk memperendah biaya koordinasi antara perusahaan dengan agen-agen di luar perusahaan tanpa mempertinggi risiko transaksi yang bersangkutan. Teknologi informasi diyakini dapat memperbaiki monitoring serta pengurangan risiko dalam proses koordinasi antarperusahaan. Mahmood dan Mann (1993) melakukan penelitian dan membuktikan adanya hubungan antara investasi dalam teknologi infromasi dengan strategi orgnisasional dan kinerja ekonomi. Sementara itu, Bandi (2006) memperoleh hasil yang menyatakan bahwa kinerja organisasi tidak dipengaruhi oleh investasi dalam teknologi informasi.
2.2
Kinerja Operasional Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun
kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting yakni tujuan, ukuran dan penilaian.
12
Meskipun hubungan antara teknologi informasi dan kinerja telah secara luas diteliti namun hasilnya tidak konsisten. Beberapa peneliti menemukan hubungan yang positif antara teknologi informasi dan kinerja, sedangkan peneliti lainnya menemukan hubungan yang negatif antara teknologi informasi dan kinerja. Kinerja sering disebut dengan performance kadang juga disebut hasil (Cash dan Fisher, 1987) yang berarti apa yang telah dihasilkan oleh individu karyawan. Menurut Robbin (1990), kinerja merupakan perilaku kerja yang ditampakkan oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu perusahaan dan dapat dijelaskan melalui sistem evaluasi kerja. Menurut Dale (1992, p.3), kinerja merupakan hasil kerja atau karya yang dihasilkan oleh masing-masing karyawan untuk membantu badan usaha dalam mencapai dan mewujudkan tujuan badan usaha. Pada dasarnya kinerja dari seseorang merupakan hal yang bersifat individu karena masing-masing dari karyawan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Kinerja seseorang tergantung pada kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan norma dan etika. Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas
dan
kuantitas
yang
dicapai
oleh
seseorang
karyawan
dalam
13
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Menurut Mangkunegara (2000) unsur-unsur yang dinilai dari kinerja adalah kualitas kerja, kuantitas kerja, keandalan dan sikap. Kualitas kerja terdiri dari ketepatan, ketelitian, keterampilan, kebersihan. Kuantitas kerja terdiri dari output dan penyelesaian kerja dengan ekstra. Keandalan terdiri dari mengikuti instruksi, inisiatif, kehati-hatian, kerajinan. Sedangkan sikap terdiri dari sikap terhadap perusahaan, karyawan lain dan pekerjaan serta kerjasama. Sedangkan Mathis dan Jackson (2002) berpendapat bahwa Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk: (1) kuantitas output, (2) kualitas output, (3) jangka waktu output, (4) kehadiran di tempat kerja, dan (5) sikap kooperatif. Venkatesh, Bala dan Sykes (2010), “we found that, while the ICT had a significant positive influence on employees' job characteristics, employees were less satisfied with their job and had lower job performance following the ICT implementation. Qualitative data indicated that there were four unique contextual forces, namely environmental barriers, learning difficulty, culture shock, and employee valuation, that, we believe, were responsible for lower job satisfaction and job performance”. Menurut mereka, mereka telah menemukan bahwa, sementara TIK memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap karakteristik pekerjaan karyawan, karyawan kurang puas dengan pekerjaan mereka dan memiliki kinerja yang lebih rendah setelah pelaksanaan TIK. Data kualitatif
14
menunjukkan bahwa ada empat gaya kontekstual yang unik, yaitu hambatan lingkungan, kesulitan belajar, kejutan budaya, dan penilaian karyawan, yang kami percaya bertanggung jawab untuk kepuasan kerja yang lebih rendah dan performa kerja. Kinerja perusahaan merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan manajer. Jadi kinerja perusahaan merupakan hasil yang diinginkan perusahaan dari perilaku orang-orang di dalamnya (Gibson, 1998). Kinerja perusahaan mencakup kinerja perusahaan secara
keseluruhan
sehingga
dihasilkan
ukuran
kinerja
merupakan
gambaran
yang
obyektif
(Govindarajan dan Fisher, 1990). Kinerja
(performance)
mengenai
tingkatan
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi perusahaan yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Dharma, 2005). Faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu adalah kemampuan individu untuk melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan dan dukungan perusahaan (Mathis, 2001). Zelbst, Green dan Sower (2010, p.3) menyatakan “While this is not the only potential for improved performance, it is the most basic. This research indicates that RFID utilization should not be seen by the practitioner simply as a cost of doing business but rather as a way to improve efficiency and effectiveness which ultimately will lead to increased profits”. Menurut mereka, sementara ini bukan hanya potensi untuk meningkatkan kinerja, ini adalah yang paling dasar. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan RFID tidak harus dilihat oleh praktisi hanya sebagai biaya melakukan bisnis melainkan sebagai cara untuk
15
meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan keuntungan. Harrison dan Chroeder (2003) mengatakan “studies to link human resources issues, such as cross-functional teams, with operations management and argued that operations management literature tends to either ignore or pay little attention to human resources issues, even given the critical role of people in achieving superior performance in the operations of service organisations”. menurut mereka penelitian untuk menghubungkan isu-isu sumber daya manusia, seperti tim lintas fungsional, dengan manajemen operasi dan berpendapat bahwa operasi literatur manajemen baik cenderung mengabaikan atau membayar sedikit perhatian untuk isu-isu sumber daya manusia, bahkan diberi peran penting dalam mencapai kinerja orang yang unggul dalam operasi organisasi layanan. Kinerja operasional menurut Feng (2008, p. 26), "the performance related to organizations' internal operations, such as productivity, product quality and customer satisfactions." menurut Feng, kinerja operasional berhubungan dengan operasi internal dari organisasi seperti produksi, kualitas produk dan kepuasan pelanggan. Beberapa penelitian terdahulu (Merchant, 1984; Brownell dan Merchant, 1990; Lesmana, 2004) di bidang sistem kontrol akuntansi mengukur kinerja perusahaan dengan ukuran keuangan sedangkan ukuran finansial sebenarnya menunjukkan berbagai tindakan yang terjadi di luar bidang keuangan. Peningkatan financial return merupakan akibat dari berbagai kinerja operasional, diantaranya meningkatnya kepercayaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan perusahaan, meningkatnya cost effectiveness proses bisnis internal yang
16
digunakan
perusahaan
untuk
menghasilkan
produk,
dan
meningkatnya
produktivitas serta komitmen karyawan (Lesmana, 2004). Menurut Bernardin dan Russel (1993, p. 382) terdapat 6 kriteria untuk menilai kinerja karyawan, yaitu: 1. Quality Tingkatan dimana proses atau penyesuaian pada cara yang ideal di dalam melakukan aktifitas atau memenuhi aktifitas yang sesuai harapan. 2. Quantity Jumlah yang dihasilkan diwujudkan melalui nilai mata uang, jumlah unit, atau jumlah dari siklus aktifitas yang telah diselesaikan. 3. Timeliness Tingkatan di mana aktifitas telah diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat dari yang ditentukan dan memaksimalkan waktu yang ada untuk aktifitas lain. 4. Cost effectiveness Tingkatan dimana penggunaan sumber daya perusahaan berupa manusia, keuangan, dan teknologi dimaksimalkan untuk mendapatkan hasil yang tertinggi atau pengurangan kerugian dari tiap unit. 5. Need for supervision Tingkatan dimana seorang karyawan dapat melakukan pekerjaannya tanpa perlu meminta pertolongan atau bimbingan dari atasannya. 6. Interpersonal impact Tingkatan di mana seorang karyawan merasa percaya diri, punya keinginan yang baik, dan bekerja sama di antara rekan kerja.
17
Dari ke-6 kriteria tersebut, yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah kinerja operasional dari segi Quality, Quantity, Timeliness dan Need of supervision. Dikarenakan ke-4 kriteria tersebut yang memiliki hubungan langsung dengan implementasi sistem informasi SBRS pada perusahaan tersebut.
2.3
Spot Bill Reading System Spot Bill Reading System (SBRS) atau Automatic Reading System (AMR),
adalah teknologi otomatis dan real-time mengumpulkan data konsumsi, diagnostik, dan data status dari meter air atau alat pengukur energi (gas, listrik) dan mentransfer data tagihan ke database pusat, pemecahan masalah, dan menganalisis. Teknologi ini terutama menghemat penyedia utilitas biaya perjalanan berkala ke setiap lokasi fisik untuk membaca meter. Keuntungan lain adalah bahwa penagihan dapat didasarkan pada real-time konsumsi pada perkiraan berdasarkan masa lalu atau memprediksi konsumsi. Ini informasi yang tepat waktu ditambah dengan analisis dapat membantu penyedia utilitas baik dan pelanggan lebih mengontrol penggunaan dan produksi energi listrik, penggunaan gas, atau konsumsi air. Teknologi AMR termasuk mesin genggam, teknologi mobile dan jaringan berbasis pada platform telepon (kabel dan nirkabel), frekuensi radio (RF). Menurut Statemant (2009), Manfaat dari spot bill reading system (SBRS) bagi perusahaan yang telah mengimplementasikannya: 1. Pembacaan meteran yang akurat, mengurangi tingkat penggunaan perkiraan.
18
2. Peningkatan dalam penagihan di lapangan. 3. Penentuan kelas tariff yang lebih akurat untuk pengukuran. 4. Peningkatan keamanan dan deteksi tamper untuk peralatan. 5. Manajemen energy dengan menggunakan grafik data. 6. Menugurangi
beban
keuangan
untuk
mengoreksi
kesalahan
pembacaan. 7. Mengurangi pengeluaran yang masih harus dibayar. 8. Transparansi "cost to read" untuk pembacaan meter. 9. Pengadaan Peningkatan daya dengan data yang lebih akurat.
Manfaat spot bill reading system (SBRS) atau automatic meter reading (AMR) untuk pelanggan. 1. Peningkatan penagihan yang lebih akurat dari pemakaian. 2. Transparansi “cost to read” pengukuran. Spot Bill Reading System (SBRS) adalah suatu sistem informasi yang telah di implementasikan untuk mendukung proses operasional perusahaan XYZ. SBRS merupakan suatu sistem yang dapat digunakan oleh meter reader yaitu seorang karyawan perusahaan tersebut untuk datang ke lapangan operasional untuk mencatat kubikasi meter yang telah dikonsumsi oleh pelanggannya perbulan dan langsung mencetak tagihan pada saat itu juga untuk pelanggan. Sistem tersebut
19
berupa aplikasi berbasis website yang menyimpan data pelanggan, history pelanggan, pencatatan kubikasi meter, tagihan dan data keperluan operasional lainnya.
Gambar 2.1 Grandmap Spot Bill Reading System Saat ini di INDIA oleh vendor BCITS menawarkan solusi penagihan On the Spot dengan nama BOO dan BOOT Basic. BCITS menawarkan berbagai layanan dalam penagihan on the spot kepada pemerintah dan berbagai kesanggupan sektor publik atau swasta. BCITS memiliki keahlian untuk melaksanakan pengelolaan pendapatan total dengan penagihan On the Spot. BCITS sedang menerapkan solusi untuk dewan listrik negara berbagai di Karnataka, Rajasthan dan Andra Pradesh. Sebuah proyek khas melibatkan komputerisasi semua catatan konsumen, penyebaran server diperlukan dan sistem komputer, deployment solution software customized, menyediakan tenaga kerja untuk melakukan transaksi hari ke hari, penyediaan HHD dan tenaga kerja untuk meter reading (Schulz, Wayne, 2006).
20
Menurut Statemant (2009) Penagihan on the spot ini sedang digunakan dalam berbagai tempat di India. Seperti perusahaan pemasok minuman ringan, perusahaan telekomunikasi untuk mendistribusikan mata uang dan juga dalam sistem transportasi publik di mana tiket yang dihasilkan menggunakan solusi tempat penagihan. Dalam Penagihan on the spot langkah-langkah berikut ini diikuti, 1. Genggam computer (PDA), adalah pra syarat dengan satu set catatan / informasi berdasarkan yang data meteran harus dikumpulkan. Ini termasuk parameter seperti nomor konsumen, nomor rumah, nomor meter, pembacaan sebelumnya, dll. 2. Pembaca meter (meter reader) bergerak di sekitar mengumpulkan data yang dibutuhkan. Dia bisa masuk pembacaan saat ini dan menghasilkan tagihan di tempat dan memberikannya kepada konsumen. 3. Pada akhir hari, download pembaca meteran data ke dalam komputer, di mana basis data master akan diperbarui. 4. Menggunakan basis data diperbarui, komputer dapat menghasilkan laporan MIS berbagai seperti diminta oleh perusahaan distribusi.
Sedangkan di Patna, perusahaan Patna Electricity State Undertaking (PESU), didukung oleh keberhasilan mengambil pembacaan meter melalui mesin genggam penagihan di divisi Gardanibagh. Singh sebagai general manager dan
21
chief engineer di PESU mengatakan sistem, yang diperkenalkan pada percobaan dasar dari Desember tahun 2011 di divisi Gardanibagh, telah cukup berhasil. Sebuah perusahaan Kalkuta berbasis pribadi - MD dan PGtronics Private Limited telah
men-outsourcing
pekerjaan
melakukan
pembacaan
meter
dan
mendistribusikan tagihan di tempat (Schulz, Wayne, 2006). Di bawah sistem billing on the spot ini, seorang karyawan mengunjungi rumah konsumen dengan mesin genggam penagihan untuk menuliskan pembacaan meter, menghasilkan dan kemudian memberikan tagihan di tempat. Singh mengatakan: "The on-spot bill delivery system has been a great success and has helped in increasing revenue collection. Earlier, the revenue collection from the Gardanibagh division used to be around Rs 1.75 to Rs 1.8 crore. In February, it has soared to Rs 2.39 crore. “. Jadi menurut singh, sistem tagihan on the spot telah menjadi sukses besar dan telah membantu dalam pengumpulan pendapatan meningkat. Sebelumnya, pengumpulan pendapatan dari divisi Gardanibagh dulu sekitar Rs 1,75 Rs 1,8 crore. Pada bulan Februari, telah melonjak menjadi Rp 2,39 crore" (Schulz, Wayne, 2006). Singh mengatakan PESU memilih Gardanibagh, divisi terkecil untuk mengimplementasikan skema tersebut sebagai uji-coba sehingga sistem dapat berhasil. Sekarang bahwa langkah tersebut telah berhasil, sistem sedang diperluas ke divisi Gulzarbagh, yang menghasilkan pendapatan bulanan sebesar Rs 2 crore dari 28.000 konsumen (Schulz, Wayne, 2006). Sedangkan di Mumbai, perusahaan Saraswat yang telah memiliki The Meter Reading Terminal (MRT), yaitu suatu sistem informasi dengan tujuan
22
umum rendah biaya terminal genggam dikembangkan untuk aplikasi meter reading. Program aplikasi ini dibuat untuk merekam energi meteran pembacaan dengan tanggal dan stempel waktu. Harian laporan dapat dihasilkan dalam MRT untuk tindakan yang cepat. Komunikasi port serial memungkinkan transfer data antara MRT dan PC. Penagihan di tempat konsumen dapat dilakukan dengan menggunakan portabel printer. Kedua dampak termal (4 inci) dan (2 inci) printer yang tersedia sebagai aksesoris (Schulz, Wayne, 2006). Manfaat yang didapat dari implementasi sistem informasi tersebut pada perusahaan
yaitu
keakuratan
data
bacaan
kubikasi,
kecepatan
untuk
mengumpulkan data tanpa harus menunggu pulang ke kantor pada sore harinya, mencegah kesalahan saat penginputan data kubikasi, memaksa si meter reader untuk bekerja sesuai dengan SOP (Standart of Procedure) dan mencegah terjadinya kejahatan dalam penyelewengan proses perhitungan kubikasi. Pada Spot Bill Reading System (SBRS) terdapat besaran modul yang memberikan arti penting dari sistem tersebut yaitu :
2.3.1 Management Route Management Route adalah modul yang membantu admin untuk menyiapkan data yang akan dibawa oleh si pencatat meter dengan menggunakan handheld (PDA/Tablet PC) berdasarkan area dan rute yang akan di tuju oleh si pencatat meter tersebut.
23
Gambar 2.2 Management route di sistem informasi SBRS Proses pemilihan data pelanggan mana saja yang akan di bawa oleh si pencatat meter berdasarkan kode rute yang akan di berikan pada seorang pencatat meter beserta device-nya sangatlah memakan waktu yang lama apabila perusahaan tersebut memiliki pelanggan yang terus bertambah.
Gambar 2.3 Route assign di sistem informasi SBRS Oleh karena proses pemilihan rute tersebut merupakan pekerjaan yang rutinitas atau jarang berubah-ubah maka akan sangat terbantu sekali apabila ada
24
sistem yang dapat membantu dalam proses pemilihan rute tersebut. Sehingga dapat menghemat waktu yang cukup banyak.
2.3.2 Web Service Web service adalah program yang dapat dipanggil di atas internet oleh pengguna terlepas dari platform yang digunakan. Konsep ini mendukung penyempurnaan pengembangan Infrastruktur Data Spasial (IDS), di mana data dan fungsi yang dimiliki oleh penyedia dapat diintegrasikan dan ditawarkan ke pengguna sebagai service. Dari service-service yang tersedia, service baru dapat dihasilkan dengan cara memadukan beberapa service dengan tujuan memecahkan permasalahan khusus (Aditya, Lemmens, 2003). Constantianus, Suteja (2005, p.97) menyatakan Web Service digunakan untuk mengkaitkan berbagai aplikasi melalui Internet. Model ini dibuat dalam seting infrastruktur dan aplikasi yang sudah ada, sehingga menjadi standar, sederhana dan adaptif. Web Service adalah salah satu solusi dalam bentuk perangkat lunak yang dikirimkan via Internet. Dengan penggunaan teknologi web service, web service menawarkan kemudahan untuk menjembatani pertukaran informasi yang digunakan. Web service merupakan turunan aplikasi web dapat dibuat aplikasi modular yang dapat dipublikasikan, diletakkan, dan dibangkitkan antar web dengan melihat keunggulan yang dimiliki web service tersebut, maka penerapan web service pada pelaporan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. (Saputra, Ragil, 2010). Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa web service merupakan middleware internet yang memungkinkan berbagai sistem untuk
25
saling berkomunikasi tanpa terpengaruh pada platform. Web service membungkus operasi-operasi ke dalam sebuah antarmuka yang ditulis dalam notasi XML. Antarmuka ini menyembunyikan detil implementasi dari layanan. Pertukaran informasi yang terjadi dalam web service juga menggunakan pesan dalam format XML. Web service dibangun dari tiga komponen utama, yaitu service provider, service registry, dan service requestor. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi melalui komponen web service, yang berupa deskripsi dan implementasi layanan. Terdapat tiga macam operasi yang memungkinkan komponen-komponen tersebut untuk dapat saling berinteraksi, yaitu publish, find, dan bind. Keterkaitan antara peran, operasi, dan komponen web service dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.4 Komponen dari web service
26
Gambar 2.5 Webservice yang digunakan di sistem informasi SBRS Dengan menggunakan teknologi web service tersebut, handheld/PDA dapat bertukar informasi dengan sistem website SBRS via internet. Sehingga si pencatat meter dapat men-download ataupun upload data-data yang diperlukan seperti data pelanggan, perhitungan kubikasi dan data-data operasional lainnya. Dengan begitu si pencatat meter tidak perlu menunggu lama untuk kembali ke kantor untuk mendapatkan data yang diperlukan.
2.3.3 Spot Bill System Spot Bill System adalah salah satu bagian dari aplikasi SBRS yang berjalan di Handheld/PDA yang dapat digunakan oleh si pencatat meter untuk mencetak tagihan pelanggan setelah pencatatan meter untuk tiap pelanggan tersebut. Perhitungan kubikasi dan biaya tarif yang akan dikenakan oleh pelanggan tersebut sudah tersimpan dalam aplikasi SBRS di handheld/PDA tersebut.
27
Gambar 2.6 Handheld/PDA yang digunakan sistem informasi SBRS.
Pada sistem informasi SBRS ini menggunakan handheld dari Motorola ES400 berbasis windows mobile 6,5 yang sudah memiliki fitur kamera, Barcodescanner, GPS, Bluetooth, Wi-Fi, dll.
Gambar 2.7 Menu utama sistem SBRS di Handheld/PDA.
28
Dengan handheld ini si pencatat meter hanya perlu meng-input jumlah meter pelanggan saat itu lalu aplikasi SBRS akan mengolah data input tersebut dengan data-data yang telah dibawa dari kantor untuk dihitung kubikasi dan biaya untuk pelanggan tersebut. Dan si pencatat meter juga dapat mengambil foto dari meteran (stand meter) dan bangunan (property) dari pelanggan yang sedang di kunjunginya.
Gambar 2.8 Menu meter reader sistem SBRS di Handheld/PDA. Setiap pembacaan meter reading di lapangan, sistem SBRS ini otomatis akan mengirimkan hasil pembacaan dan tagihan pelanggan ke pusat. Dengan begitu di pusat dapat langsung melihat hasil kerja karyawan di lapangan operasional secara real-time. Pengiriman data ke pusat ini dapat berjalan apabila sistem informasi SBRS mengaktifkan fitur automatic upload via GPRS.
29
Gambar 2.9 Menu browse photo customer pada sistem informasi SBRS Untuk melakukan proses spot bill ini, selain menggunakan aplikasi SBRS di handheld/PDA tetapi juga dibutuhkan printer portable untuk mencetak tagihan kubikasi untuk pelanggan tersebut.
Gambar 2.10 Printer portable yang digunakan SBRS Pada sistem informasi SBRS ini menggunakan printer portable dari O’neil microFlash 4T yang merupakan printer thermal. Printer portable ini sangat berguna dikarenakan si pencatat meter tidak perlu lagi harus kembali ke kantor untuk mencetak tagihan dan dibawa kembali untuk diberikan ke pelanggan yang
30
bersangkutan di kunjungan berikutnya. Setelah itu data pelanggan dan kubikasi tersebut terupload secara otomatis ke server aplikasi SBRS yang berbasis website. Setelah itu data akan di upload ke Core Bill System untuk diolah lebih lanjut.
Gambar 2.11 Koordinat pelanggan pada sistem informasi SBRS Dengan pencetakan tagihan langsung di lapangan, maka pelanggan dapat langsung melihat proses pembacaan meter dan dapat langsung berkonsultasi dengan si meter reader apabila ada permasalahan mengenai air dirumahnya. Pada tagihan on the spot ini tersimpan informasi-informasi seperti data pelanggan, kondisi meter pelanggan, rincian biaya tagihan perbulan dan tagihan lainnya. Dengan begitu pelanggan dapat transparansi dari biaya yang dikenakan kepadanya. Berikut format printout dari cetakan on the spot dari sistem informasi SBRS:
31
Gambar 2.12 Printout tagihan dari sistem informasi SBRS.
News Service MALDA (2007) menyatakan “To avoid controversy over the present electricity bill distribution system, an agency will be working here for meter reading in presence of consumers and they would hand over the bill to them on the spot. The authorised agency will also keep a copy of that bill for official use after the persons concerned gives his or her signature so that they cannot say that they have not received the bill”. Menurut News Service MALDA, Untuk menghindari kontroversi atas sistem tagihan listrik distribusi ini, sebuah lembaga
32
akan bekerja di sini untuk membaca meter di hadapan konsumen dan mereka akan menyerahkan RUU tersebut kepada mereka di tempat. Instansi yang berwenang juga akan menyimpan salinan dari tagihan untuk penggunaan resmi setelah orang yang bersangkutan memberikan tanda nya sehingga mereka tidak dapat mengatakan bahwa mereka belum menerima tagihan. George dan La Nasa (2002) menyatakan “Research at the GTI MRF to be published soon will also consider an orifice meter's sensitivity to pulsation influences, installation influences, and any contaminants in the flowing stream. Low differential pressures associated with beta ratios above 0.6 can increase these uncertainties, and they should also be considered in an uncertainty analysis. For any orifice meter installation, analyses such as these are strongly recommended to improve the accuracy of custody transfer measurements when low differential pressures must be used”. Dengan begitu, menurut mereka GTI MRF telah mengutarakan bahwa sensitifitas dari orifice meter dipengaruhi dari proses instalasi dan kontaminasi yang terkandung dalam arus yang mengalir. Perbedaan tekanan yang rendah memberikan rasio beta dibawah 0.6 yang dapat meningkatkan kadar H20, dan mereka harus lebih focus dalam proses tersebut. Untuk
pemasangan
meter
selanjutnya
disarankan
supaya
meningkatkan
keakuratan perhitungan perbedaan tekanan yang redah digunakan dengan baik.
2.4
Penelitian Terdahulu
1. Pengaruh Kepercayaan dan Umur Terhadap Kinerja Individual dalam Penggunaan Teknologi Informasi (Endang Raino Wirjono, 2005)
33
Penelitian yang dilakukan endang ini mengukur pengaruh Kepercayaan, Umur dan Sistem Informasi terhadap peningkatan kinerja karyawan. Variabel bebas yaitu Kepecayaan, Umur dan Sistem Informasi. Sedangkan variabel terikat yaitu kinerja individual karyawan. Dalam penelitian tersebut endang telah membuktikan beberapa hipotesis-nya, yaitu : a. Teknologi/Sistem Infomasi akan mempengaruhi kinerja individual karyawan. b. Kepercayaan pemakai akan mempengaruhi kinerja individual karyawan. c. Umur pemakai akan mempengaruhi kinerja individual karyawan. Dalam penelitian tersebut, berhasil membuktikan bahwa kepercayaan dapat mempengaruhi kinerja individual seseorang dalam menggunakan teknologi informasi. Hasil penelitian ini semakin memperkuat teori yang menyatakan bahwa faktor intrinsik dalam diri individu akan mempengaruhi terbentuknya keyakinan diri dalam menggunakan sistem informasi baru Hipotesis kedua dalam penelitian ini tidak dapat didukung. Variabel sistem informasi terbukti tidak mempengaruhi kinerja individual seseorang dalam menggunakan teknologi informasi. 2. Pengaruh Implementasi Sistem Informasi/Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Operasional Perusahaan (Hendry Cristianto, Riri Satria dan Yudho Giri, 2007) Penelitian yang dilakukan Hendry, Riri dan Yudho ini mengukur pengaruh Implementasi Sistem Informasi terhadap peningkatan Kinerja Operasional Perusahaan. Variabel bebas yaitu Implementasi Sistem Informasi. Sedangkan
34
variabel terikat yaitu kinerja Operasional Perusahaan. Dalam penelitian tersebut endang telah membuktikan beberapa hipotesis-nya, yaitu : a. Terdapat pengaruh implementasi Sistem Informasi terhadap Peningkatan Kinerja Operasional Perusahaan. Dalam penelitian tersebut, berhasil dibuktikan bahwa: 1. Implementasi SI TTM Cargo berpengaruh negatif terhadap produktivitas
karyawan dan efisiensi proses bisnis. Hasil analisis membuktikan bahwa implementasi SI TTM Cargo berpengaruh negatif terhadap produktivitas dan efisiensi proses bisnis, dimana implementasi SI TTM Cargo berdampak pada menurunnya produktivitas dan efisiensi proses bisnis. Hal ini mungkin disebabkan implementasi SI TTM Cargo yang baru di implementasikan pada tahun 2005, sehingga pada tahun 2006 pengguna masih melakukan adaptasi terhadap sistem yang baru. hal ini mengakibatkan kurang optimalnya implementasi SI TTM Cargo bagi pengguna (pekerja) dalam membantu mempercepat pekerjaannya. 2. Implementasi
SI TTM Cargo tidak berpengaruh terhadap tingkat
keberhasilan pengiriman. Hasil analisis membuktikan bahwa implementasi SI TTM Cargo tidak berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pengiriman, dimana peningkatan keberhasilan pengiriman terjadi baik pada cabang yang belum dan sudah melakukan implementasi SI TTM Cargo sehingga peningkatan
35
yang terjadi tidak dapat disimpulkan sebagai akibat dari implementasi SI TTM Cargo. 3. Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Pelayanan di Sektor Publik
(Dedi Rianto Rahadi, 2007). Penelitian yang dilakukan Dedi yaitu mengukur pengaruh kemudahan penggunaan TI terhadap Penerimaan TI oleh pegawai pemerintahan yang bekerja di sektor publik. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa TI dapat diterima jika memiliki karakteristik sesuai dengan apa yang diinginkan, secara teoritis pengadopsian teori-teori keprilakuan dalam studi-studi TI memberikan akselerasi kajian di bidang TI sehingga inovasi-inovasi pengembangan TI dan sistem informasi
(SI)
mengarah
pada
kebutuhan
pengguna
dan
kemudahan
penggunaannya. 4. Korelasi Antara Efektifitas Sistem Informasi Penjualan dengan Kinerja User
(Henny Hendarti, Anderes Gul, 2008). Penelitian yang dilakukan Henny dan Anderes yaitu mengukur hubungan antara efektifitas sistem informasi penjualan dengan kinerja user. Hasil dari penelitan Henny dan Anderes bahwa terdapat korelasi (hubungan) yang positif pada tingkat sedang dan signifikan antara efektifitas sistem informasi penjualan dengan kinerja user, yang artinya semakin tinggi tingkat efektifitas sistem informasi penjualan maka semakin tinggi pula kinerja user. 5. Analisis
Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO:9001:200
Terhadap Peningkatan Kinerja pada PT.Jasa Raharja (persero) cabang Sumatera Utara (Cipta Dharma, 2007).
36
Penelitian yang dilakukan Cipta Dharma ini bertujuan untuk menganalsis pengaruh penerapan sistem manajemen mutu ISO:9001:200 terhadap kinerja karyawan di PT.Asuransi Jasa Raharja cabang Sumatera Utara. Hasil dari penelitian ini yaitu secara simultan sistem manajemen mutu ISO:9001:200 berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Jasa Raharja cabang Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan mendekati 95% (a=5%). 6. Combining Chlorophyll Meter Reading and High Spasial Resolution Remote
Sensing (Miao, Yuxin. Mulla, David. Randall, Gyles. Vetsch, Jeffrey. Vintila, Roxana, 2009). Penelitian yang dilakukan mereka bertujuan untuk menentukan seberapa baik bacaan CM dapat diperkirakan dengan menggunakan udara hiper-spektral dan simulasi multi-spektral citra penginderaan jauh pada tahap pertumbungan jagung yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa multi-spektral dan hiper-spektral atau indeks vegetasi dapat menjelaskan 64%-86% dan 73%-88% dari varibilitas dalam pembacaan CM. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa kombinasi dari pembacaan CM dengan gambar spasial tinggi hiper-spektral atau multi-spektral
resolusi
penginderaan
jauh dapat
mengatasi
keterbatasan
penggunaan secara individual, sehingga menawarkan solusi praktis untuk deteksi defisiensi N dan mungkin di musim spesifik lokasi N manajemen di bidang jagung terus menerus. 7. Drinking Behaviour in Nursery Pigs Determining the Accuracy Between an
Automatic (Meiszberg, Johnson, Sadler, Carroll dan Dailey, 2009).
37
Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengukur keakuratan pembacaan meter air dengan menggunakan automatic water meter reader dibandingkan dengan pembacaan manual dengan manusia. Hasil penelitian ini menunjukkan dengan menggunakan metode Observer Software (OBS) dan Automatic Water Meter HOBO, Jumlah kunjungan dengan Automatic Water Meter (3,48 + 0,33) sendangkan untuk OBS (4,49 + 0,33). Dengan begitu kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode tradisional OBS untuk mengukur perilaku minum pada babi dapat menyesatkan, Sedangkan pengukuran perilaku minum air dan mungkin peristiwa lainnya menggunakan metode Automatic Water Meter lebih akurat dan ter-validasi. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan terdahulu, akan dibuatkan perbandingan untuk melihat perbedaan dan kontribusi dari penulisan thesis ini pada tabel berikut : Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Pengaruh Kepercayaan dan Umur Terhadap Kinerja Individual dalam Penggunaan Teknologi Informasi. Pengaruh Implementasi Sistem Informasi/Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Operasional Perusahaan.
Penulis Endang Raino Wirjono
Tujuan Penelitian Mengukur pengaruh Kepercayaan, Umur dan Sistem Informasi terhadap peningkatan kinerja karyawan. Hendry Cristianto, Mengukur pengaruh Implementasi Sistem Riri Satria dan Informasi terhadap Yudho Giri peningkatan Kinerja Operasional Perusahaan.
Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Pelayanan
Dedi Rianto Rahadi
Mengukur pengaruh kemudahan penggunaan TI
Kesimpulan Kepercayaan dapat mempengaruhi kinerja individual seseorang dalam menggunakan teknologi informasi. - Implementasi SI TTM Cargo berpengaruh negatif terhadap produktivitas karyawan dan efisiensi proses bisnis. - Implementasi SI TTM Cargo tidak berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pengiriman. Terbukti TI dapat diterima jika memiliki karakteristik sesuai dengan apa yang
38
Judul Penelitian di Sektor Publik.
Korelasi Antara Efektifitas Sistem Informasi Penjualan dengan Kinerja User.
Penulis
Henny Hendarti, Anderes Gul
Analisis Pengaruh Cipta Dharma Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO:9001:200 Terhadap Peningkatan Kinerja pada PT.Jasa Raharja (persero) cabang Sumatera Utara.
Tujuan Penelitian terhadap Penerimaan TI oleh pegawai pemerintahan yang bekerja di sektor public. Mengukur hubungan antara efektifitas sistem informasi penjualan dengan kinerja user.
Menganalsis pengaruh penerapan sistem manajemen mutu ISO:9001:200 terhadap kinerja karyawan di PT.Asuransi Jasa Raharja cabang Sumatera Utara. Menentukan seberapa Combining Chlorophyll Miao, Yuxin. baik bacaan CM Mulla, David. Meter Reading and dapat diperkirakan Randall, Gyles. High Spasial dengan menggunakan Vetsch, Jeffrey. Resolution Remote udara hiper-spektral Vintila, Roxana Sensing. dan simulasi multispektral citra penginderaan jauh pada tahap pertumbungan jagung yang berbeda. Mengukur Drinking Behaviour in Meiszberg, Johnson, Sadler, keakuratan Nursery Pigs Carroll dan pembacaan meter air Determining the Dailey(Meiszberg, dengan menggunakan Accuracy Between an Johnson, Sadler, Automatic. automatic water Carroll dan Dailey meter reader dibandingkan dengan pembacaan manual dengan manusia.
Kesimpulan diinginkan.
Terdapat korelasi (hubungan) yang positif pada tingkat sedang dan signifikan antara efektifitas sistem informasi penjualan dengan kinerja user. Secara simultan sistem manajemen mutu ISO:9001:200 berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Jasa Raharja cabang Sumatera Utara.
Kombinasi dari pembacaan CM dengan gambar spasial tinggi hiper-spektral atau multi-spektral resolusi penginderaan jauh dapat mengatasi keterbatasan penggunaan secara individual.
Penggunaan metode tradisional OBS untuk mengukur perilaku minum pada babi dapat menyesatkan, Sedangkan pengukuran perilaku minum air dan mungkin peristiwa lainnya menggunakan metode Automatic Water Meter lebih akurat dan tervalidasi.
Dari perbandingan penelitian-penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa peneranan sistem informasi dapat meningkatkan kinerja karyawan perusahaan,
39
walaupun akan terdapat penurunan kinerja dikarenakan adanya masa transisi dari perpindahan sistem yang lama ke sistem yang baru. Sehingga dibutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan sistem yang baru yang akan mengakibatkan penurunan kinerja karyawan untuk sementara waktu. Dan untuk penelitian yang dilakukan untuk perbandingan pembacaan meter air pelanggan yang menggunakan sistem automatisasi menggunakan sistem informasi dengan sistem lama yang masih manual pembacaannya dapat dipastikan dengan sistem automatisasi pembacaan meter air pelanggan dapat meningkatkan kinerja karyawan di lapangan dan mengurangi kemungkinan kesalahan yang ditimbukan karena kesalahan dari sumber daya manusianya. Maka penelitian ini dibutuhkan untuk dapat mengembangkan sistem informasi SBRS sehingga kinerja operasional dapat meningkat. Dilihat dari hasil sintesa yang telah dilakukan pengembangan sistem informasi SBRS dapat berupa penambahan module penagihan dikarenakan module penagihan dapat dilakukan tanpa harus adanya penambahan sistem baru diluar sistem informasi SBRS dan diasumsikan lebih dapat meningkatkan kinerja operasional PT.XYZ. Dan dilihat dari penelitian sebelumnya implementasi suatu sistem informasi dapat meningkatkan kinerja operasional, sedangkan untuk pengembangan dari sistem informasi tersebut juga dapat meningkatkan kinerja operasional perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat meningkatkan kinerja operasional PT.XYZ.
40
2.5
Pengajuan Hipotesis Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat 3 hipotesis yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Hipotesis 1 H0
: Tidak ada pengaruh kemudahan penggunaan sistem informasi SBRS terhadap kinerja operasional perusahaan.
H1
: Ada pengaruh kemudahan penggunaan sistem informasi SBRS terhadap kinerja operasional perusahaan.
Hipotesis 2 H0
: Tidak ada pengaruh akurasi data kubikasi sistem informasi SBRS terhadap kinerja operasional perusahaan.
H1
: Ada pengaruh akurasi data kubikasi sistem informasi SBRS terhadap kinerja operasional perusahaan.
Hipotesis 3 H0
: Tidak ada pengaruh validasi data kubikasi sistem informasi SBRS terhadap kinerja operasional perusahaan.
H1
: Ada pengaruh validasi data kubikasi sistem informasi SBRS terhadap kinerja operasional perusahaan.