BAB II LANDASAN TEORI
Dalam menyelesaikan permasalahan yang ada pada penelitian ini, dibutuhkan teori dasar yang dipergunakan sebagai acuan ilmu untuk melakukan survey, pengolahan data dan analisa data sehingga diperoleh hasil sesuai dengan tujuan penelitian. Teori penunjang tersebut meliputi : Televisi Analog, Field Strength dan Optimalisasi. 2.1
Televisi Analog Televisi analog mengkodekan informasi gambar dengan memvariasikan voltase atau frekuensi dari sinyal. Dalam hal ini TV analog atau penyiaran analog mempunyai sifat yang mengenal gambar yang dihasilkan tidak jelas ataupun sering kali tidak ada gambarnya sama sekali dalam penayangannya. Hal ini disebabkan karena system penyiaran dari TV analog itu sendiri yang sudah dijelaskan di atas yaitu system penyiaran dari TV analog adalah mengkodekan informasi gambar dengan memvariasikan voltase dari sinyal yang menyebabkan adanya gambar yang jelas dan tidak jelas. TV analog memvariasikan frekuensi dari sinyal menyebabkan ada gambar yang jelas dan tidak jelas, sebagai contoh pada saat kita menyaksikan siaran dari TV analog kita sering menemukan tayangan dengan gambar yang jelek ataupun tidak jelas, lalu kita memutar atau mengotak atik antenna sebagai media penangkap sinyal dari TV analog tersebut agar bisa mendapatkan gambar
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
yang bagus, inilah praktek dari system penyiaran TV analog yang bervariasi dengan voltase dari sinyal tersebut.[1] 2.1.1 Standarisasi Sistem Penyiaran Televisi Analog
Terdapat 3 standarisasi yang digunakan dalam system penyiaran analog di seluruh dunia, yaitu NTSC (National Television System Commiitte), SECAM (Sequential Color with Memory) dan PAL (Phase-Alternating Line). Setiap standarisasi memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Berikut perbedaan antara sistem penyiaran televisi analog :
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Standar NTSC, PAL, dan SECAM
a. NTSC (National Television System Commiitte) Standar ini digunakan di Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Jepang dan banyak Negara lainnya. Spesifikasi standar penyiaran ini dibuat oleh National Television Sta ndar Comitee pada tahun 1952. Standar ini mendefinisikan sebuah metode untuk mengkode informasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
ke dalam wajah dalam tabung gambar berfosfor setiap 1/30 detik dengan electron yang bergerak cepat. NTSC merupakan standar sistem gambar televisi yang dipakai di daerah Amerika Utara, sebagian besar Amerika Selatan, Taiwan, Korea Selatan, Filipina, dan Jepang. Sistem NTSC dipandang sebagai salah satu dari sistem-sistem standar yang terbaik untuk penyiaran televisi berwarna. Sifat-sifat khusus yang dimiliki sistem NTSC adalah seperti jumlah bingkai gambar (frame) yang digunakan sebanyak 30 frame per second (fps). Setiap frame terdiri dari 525 garis raba individual (scan line). Video bandwidth nya sebesar 4.2 Mega Hertz (MHz).Sinyal elektronik berupa hasil pemisahan cahaya (merah, hijau, dan biru) dimasukkan ke dalam CRT, dan tiap tabung hanya peka terhadap satu warna cahaya saja. Dalam sistem NTSC ketiga unsur sinyal listrik (merah, hijau, dan biru) digabung lagi sehingga membentuk sinyal listrik yang baru. Sinyal yang baru ini antara lain adalah berupa sinyal terang (brightness), dan sinyal warna (chrominance). Sinyal terang hanya menunjukkan intensitas cahaya atas gambar, sedangkan sinyal warna menunjukkan warna dari gambar dan terdiri atas unsur corak warna (hue) dan kejenuhan (saturation). b. SECAM (Sequential Color with Memory) Sistem Sequential Color and Memory (digunakan di Perancis, Eropa Timur, USSR (sekarang Rusia), dan beberapa Negara lain. Meskipun SECAM merupakan system dengan 625 garis, 50 Hz,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
namun berbeda jauh dari system NTSC dan PAL dalm hal dasar teknologi dan metode penyiaran. Terkadang TV yang dijual di Eropa memanfaatkan dual komponen dan dapat menggunakan system PAL dan SECAM. c. PAL (Phase-Alternating Line) Sistem Phase Alternate Line (PAL) digunakan di Inggris, Eropa Barat, Australia, Afrika Selatan, Cina dan Amerika Selatan. PAL meningkatkan resolusi layer menjadi 625 garis Horizontal, namun memperlambat kecepatan scan menjadi 25 frame per detik. Sama seperti saat menggunakan NTSC, garis genap dan ganjil digabungkan, setiap field memerlukan 1/50 detik untuk menggambar (50 Hz). Jumlah garis yang lebih banyak dan video bandwidth sistem PAL juga lebih besar dibandingkan dengan sistem NTSC yaitu 6.0 MHz. Kedua hal ini membuat kualitas gambar sistem PAL menjadi lebih baik dibandingkan dengan sistem NTSC. Dan Indonesia memakai sistem PAL. Tabel 2.2 Sistem Pal G
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
2.1.2 Keuntungan dan Kelemahan TV Analog
Sistem analog masih memiliki beberapa keunggulan, yang menyebabkan masih ada beberapa penggemar fanatik yang lebih menyukai sistem analog. Pada sistem analog, terdapat amplifier di sepanjang jalur transmisi. Setiap amplifier menghasilkan penguatan (gain), baik menguatkan sinyal pesan maupun noise tambahan yang menyertai di sepanjang jalur transmisi tersebut. 2.1.2.1 Keuntungan TV Analog
Sistem analog memiliki potensi jumlah tak terbatas resolusi sinyal. Dibandingkan dengan sinyal-sinyal digital, sinyal analog kepadatan tinggi, dapat dilakukan pengolahan lebih sederhana dibandingkan dengan setara digital. Sinyal analog dapat diproses secara langsung oleh komponen analog, meskipun beberapa proses tidak tersedia kecuali dalam bentuk digital.
Beberapa alasan bahwa sistem analog sulit bahkan mustahil untuk digantikan adalah : 1. Pemrosesan sinyal dari alam secara alamiah, sinyal yang dihasilkan alam itu adalah berbentuk analog. misalnya sinyal suara dari mikrofon, seismograph dsb walaupun kemudian bisa diproses dalam domain digital, sehingga banyak alat yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
mempunyai bagian ADC dan DAC. nah pembuatan ADC dan DAC dengan presisi dan kecepatan tinggi, konsumsi daya rendah itu sangat sulit, ini memerlukan orang-orang analog. 2. Komunikasi digital untuk mengirim sinyal melalui kabel yang panjang biasanya juga harus diubah dulu menjadi sinyal analog, memerlukan juga perancangan ADC dan DAC. 3. Disk Drive Electronics Data storage–> binari (Digital) dibaca oleh “magnetic head” –> ANALOG (small, few milli Volt, high noise) disini sinyal perlu di “amplified, filtered, and digitized” 4. Penerima nir-kabel (wireless) Sinyal yang diambil/diterima oleh antenna penerima RF adalah ANALOG (few milli volt, high noise). 5. Penerima optis mengirim data kecepatan tinggi melalui jalur fiber optic yang panjang data harus diubah menjadi bentuk cahaya (light) = ANALOG perlu perancangan rangkaian kecepatan tinggi, dan pita lebar (broad band) oleh orang analog. (saat ini kecepatan receiver 10-40Gb/s). 6. Sensor Video Camera –> citra/image diubah menjadi arus mengunakan larik fotodioda sistem ultrasonik –> menggunakan sensor akustik untuk menghasilkan tegangan yang proporsional dengan amplitudo accelerometer –> mengaktifkan kantong udara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
ketika kendaraan menabrak sesuatu, maka perubahan kecepatan diukur sebagai akselerasi itu adalah kerjaan Analog. 7. Mikroprosesor & Memory walaupun sesungguhnya DIGITAL, tapi pada kecepatan tinggi (high speed digital design), perilakunya mirip analog –> dilihat sebagai sinyal analog. 2.1.2.2 Kelemahan TV Analog Kelemahan dari teknologi ini adalah tidak bisa mengukur sesuatu dengan cukup teliti. Karena hal ini disebabkan kemmpuan mereka untuk secara konsisten terus-menerus merekam perubahan yang terus menerus terjadi, dalam setiap pengukuran yang dilakukan oleh teknologi analog ini selalu ada peluang keraguraguan akan hasil yang dicapai, dalam sebuah teknologi yang membutuhkan ketepatan koordinasi dan ketepatan angka-angka yang benar dan pas, kesalahan kecil akibat kesalahan menghitung akan berdampak besar dalam hasil akhirnya. Dan teknologi ini butuh ketepatan dan ketelitian yang akurat, salah satu bentuknya adalah otak kita. Perlu pengertian tentang sistem Analog mengapa analog lebih sulit dari sistem digital, yakni :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
1. Digital hanya mempertimbangkan speed, power dissipation sedangkan analog harus memepertimbangkan speed, power dissipation, gain, precission, supply voltage dsb. 2. Analog lebih sensitif terhadap derau/noise, crosstalk dan interferensi (kecepatan & presisi). 3. Jarang yang bisa diotomatisasi dalam perancangan seperti digital yang bisa di Lay out dan sintesis secara otomatis. 4. Modelling & Simulation untuk analog memerlukan pengalaman karena banyak efek dan perilaku yang “aneh” 5. Teknologi sekarang banyak digunakan dan dirancang untuk memproduksi
produk
digital,
karena
sulit
kalau
mau
memproduksi yang analog. 2.2
Sistem Penyiaran TV Analog Sistem penyiaran televisi analog dari studio ke pemancar daerah dapat dilihat pada gambar 2.1. Pada sistem penyiaran televisi analog dari studio (Jakarta) ke pemancar daerah dapat ditransmisikan menggunakan satelit. Dari studio, materi di upload ke satelit Palapa D untuk dapat di pancarkan ke stasiun pemancar di daerah. Dari sisi stasiun pemancar daerah, terdapat TVRO (Television Receive Only) untuk dapat downlink materi yang telah di upload. Downlink tersebut dijadikan sebagai input pemancar yang akan dipancarkan kembali oleh antena ke seluruh masyarakat di daerah tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Gambar 2.1 Sistem Penyiaran Televisi Analog dari Studio ke Pemancar [7]
Sistem penyiaran televisi analog dari pemancar ke penerima dapat dilihat pada gambar 2.2. Pada sistem penyiaran ini, konten siaran analog dipancarkan melalui pemancar analog menjadi sinyal tv analog pada frekuensi radio UHF/VHF dan diterima oleh pesawat tv analog melalui antena UHF/VHF.
Gambar 2.2 Sistem penyiaran Televisi Analog dari Pemancar ke Penerima[7]
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
2.3
Kualitas Penerimaan Siaran Televisi Besarnya sinyal penerimaan siaran televisi disuatu tempat dipengaruhi beberapa parameter dari stasiun pemancar yang meliputi antara lain : 1. Daya pancar 2. Gain dan sistem antena pemancar 3. Jarak lokasi pemancar dengan lokasi penerimaan 4. Frekuensi saluran yang digunakan 5. Gain dan antena sistem dari pesawat penerima 6. Profile chart antara antena pemancar dengan antena pesawat penerima 7. Ketinggian lokasi pemancar terhadap lokasi penerima 2.3.1. Daya Pancar Pada dasarnya semua orang telah mengetahui bahwa besarnya daya pancar, akan mempengaruhi besarnya sinyal penerimaan siaran televisi disuatu tempat tertentu pada jarak tertentu dari stasiun pemancar televisi. Semakin tinggi daya pancar semakin besar level kuat medan penerimaan siaran televisi. Sebaliknya apabila semakin kecil daya pancar semakin kecil juga level kuat medan penerimaan siaran televisi. Namun demikian besarnya penerimaan siaran televisi tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya daya pancar. 2.3.2. Gain Antena Besarnya Gain antena dipengaruhi oleh jumlah dan susunan antena serta frekuensi yang digunakan. Antena pemancar UHF tidak mungkin
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
digunakan untuk pemancar TV VHF dan sebaliknya, karena akan menimbulkan VSWR yang tinggi. Sedangkan antena penerima VHF dapat saja untuk menerima signal UHF dan sebaliknya, namun gain antenanya akan sangat mengecil dari yang seharusnya. 2.3.3 Path Loss (Redaman Ruang) Path Loss dapat diartikan sebagai redaman propagasi, yaitu besarnya daya yang hilang dalam menempuh jarak tertentu. Besarnya redaman disamping ditentukan oleh kondisi alam seperti tidak adanya halangan antara pemancar dengan penerima dan kondisi altitude dari masing-masing lokasi maupun antara kedua lokasi, redaman sangat dipengaruhi oleh jarak antara pemancar dengan penerima dan frekuensi yang digunakan. 2.3.4 Kebutuhan Daya Pancar Besarnya daya pancar yang diperlukan untuk menjangkau sasaran pada jarak tertentu dipengaruhi antara lain oleh besarnya frekuensi, ketinggian antena pemancar dan antena penerima serta profile antara lokasi pemancar dengan lokasi penerima, serta besarnya level kuat medan yang diharapkan dapat diterima oleh pesawat penerima. Besarnya level kuat medan penerimaan siaran televisi untuk frekuensi band tertentu, CCIR/ ITU-R memberikan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai referensi, namun demikian di setiap negara dapat saja memiliki kebijaksanaan tersendiri tentang kualitas penerimaan siaran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
televisi yang dikaitkan dengan persyaratan kuat medan minimum. Sampai saat ini di Indonesia belum ada kebijaksanaan khusus mengenai persyaratan minimum kuat medan pancaran siaran televisi yang harus dipenuhi untuk suatu penerimaan siaran televisi yang dianggap baik. Sementara itu, untuk kebutuhan perencanaan pengembangan perluasan jangkauan digunakan rekomendasi CCIR/ ITU-R sebagai acuan. 2.4
Field Strength Field strength atau yang disebut juga dengan field intensity, secara umum mempunyai pengertian sebagai kuat medan dari suatu gelombang elektrik, magnetik atau elektromagnetik di suatu titik tertentu[2]. Secara khusus, field strength dapat diartikan sebagai kuat medan yang diterima oleh antena receiver dari energi radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh pemancar televisi pada suatu frekuensi tertentu. Dalam hal ini, field strength gelombang elektromagnetik mempunyai besaran dB(μV/meter). Energi gelombang elektromagnetik terbagi dalam bentuk medan magnet dan medan listrik, sehingga energi gelombang elektromagnetik (U) sama dengan penjumlahan dari energi medan listrik (UE) dan medan magnet (UM), yaitu: [3]
(2-1)
Energi gelombang elektromagnetik (U) inilah yang akan dipancarkan dan diterima oleh antena. Pada titik pengukuran field strength, field strength meter akan mendeteksi beberapa kekuatan energi gelombang elektromagnetik (U)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
dalam dBμV. Untuk mengetahui field strength gelombang elektromagnetik (E) pada saat diterima oleh antena penerima, energi gelombang elektromagnetik (U) dimasukkan ke dalam persamaan: E = U + 20 log f – Hg – 33,7
[4]
(2-2)
dengan : E (dBμV/m)
: field strength gelombang elektromagnetik
U (dBμV)
: energi gelombang elektromagnetik
f (MHz)
: frekuensi gelombang
Hg (m)
: Tinggi antena penerima dari tanah (m)
33,7
: Cable loss antara antena penerima dengan field strength meter
2.4.1. Standarisasi Field Strength Menurut ITU Dalam pengukuran, digunakan suatu standarisasi berdasarkan rekomendasi dari International Telecommunication Union (ITU), yaitu Recommendation ITU-R BT.417- 5 yang berjudul Minimum Field Strengths for Which Protection May be Sought in Planning an Analogue Terrestrial Television Service. Rekomendasi
ini
dikeluarkan
dengan
tujuan
agar
dalam
perencanaan suatu siaran televisi dalam band I, III, IV dan V dapat terhindar dari interferensi. Standarisasi berdasarkan rekomendasi ITU tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3 yang merupakan standar field strength pada ketinggian 10 meter diatas permukaan tanah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Tabel 2.3 Standar Field Strength menurut rekomendasi ITU-R BT.417-5[6] Band dB (μV/m)
I
II
IV
V
+48
+55
+65
+70
Range frekuensi untuk televisi siaran digolongkan ke dalam bandband seperti pada tabel 2.4 Tabel 2.4 Standar Field Strength menurut rekomendasi ITU-R BT.417-5[6] Band
Frekuensi (MHz)
I
41-68
III
162-230
IV
470-582
V
582-960
Band frekuensi di atas di bagi menjadi kanal-kanal frekuensi. Penggunaan kanal untuk televisi siaran harus berdasarkan ijin penetapan dari Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi. 2.4.2 Cara Melakukan Field Strength Pada televisi analog, field strength dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang bernama Field Strength Meter. Field Strength dilakukan dengan menggunakan tiang dengan tinggi standar adalah 6 meter dan harus dipastikan bahwa sekeliling area
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
pengukuran tidak ada halangan atau obstacle baik itu gedung, pohon dan lainnya yang dapat menghalangi pengukuran sinyal. Arah antenna yang digunakan sebaiknya juga diperhatikan, yaitu mengarah kepada pemancar jangan sampai membelakangi sehingga nilai yang didapat adalah nilai reflect. Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam keadaan cerah atau tidak hujan, badai atau salju, karena hal tersebut dapat mempengaruhi nilai pengukuran. 2.4.3 Carrier To Noise Ratio (C/N) Carrier To Noise Ratio (C/N) didefinisikan sebagai rasio antara sinyal pembawa (carrier) yang diinginkan dengan daya derau (noise) yang diterima. Secara luas digunakan sebagai standar ukuran kualitas sinyal untuk sistem komunikasi. Suatu sinyal pembawa informasi sebagai media komunikasi akan mengalami banyak gangguan oleh derau (noise), sehingga dapat merusak sinyal informasi itu. Sinyal yang mengalami gangguan ini mengalami penurunan kualitasnya. Kualitas sinyal ini dapat ditentukan nilai dari nilai Carrier To Noise Ratio (CNR) yang diukur dalam satuan desibel (dB). Nilai C/N standar perusahaan dapat dilihat pada tabel 2.5.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Tabel 2.5 Standar C/N Perusahaan
2.5
Nilai C/N (dB)
Keterangan
29
Baik sekali
20-28,9
Cukup Baik
11-19,9
Baik
7-10,9
Cukup
0-6,9
Buruk
Antena Antena adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari udara ke media kabel. Karena merupakan perangkat perantara antara media kabel dan udara, maka antena harus mempunyai sifat yang sesuai (match) dengan media kabel pencatunya[1]. 2.5.1 Fungsi Antena Fungsi antena adalah untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal elektromagnetik, lalu meradiasikannya (pelepasan energi elektromagnetik ke udara/ruang bebas). Dan sebaliknya, antena juga dapat berfungsi untuk menerima sinyal elektromagnetik (penerima energi elektromagnetik dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
ruang bebas) dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Berfungsi untuk memindahkan energi dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari udara ke media kabel. Karena merupakan perangkat perantara antara media kabel dan udara, maka antena harus mempunyai sifat yang sesuai (match) dengan media kabel pencatunya[5]. 2.5.2 Pola Radiasi Pola radiasi antena adalah plot 3-dimensi distribusi sinyal yang dipancarkan
oleh
sebuah
antena,
atau
plot
3-dimensi
tingkat
penerimaan sinyal yang diterima oleh sebuah antena. Pola radiasi antena dibentuk oleh dua buah pola radiasi berdasar bidang irisan, yaitu pola radiasi pada bidang irisan arah elevasi (pola elevasi) dan pola radiasi pada bidang irisan arah azimuth (pola azimuth). Kedua pola di atas akan membentuk pola 3-dimensi. Pola radiasi 3dimensi inilah yang umum disebut sebagai pola radiasi antena dipol. Sebuah antena yang meradiasikan sinyalnya sama besar ke segala arah disebut sebagai antena isotropis. Antena seperti ini akan memiliki pola radiasi berbentuk bola. Namun, jika sebuah antena memiliki arah tertentu, di mana pada arah tersebut distribusi sinyalnya lebih besar dibandingkan pada arah lain, maka antena ini akan memiliki directivity. Semakin spesifik
arah
distribusi sinyal
oleh
semakin directivity antena tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sebuah
antena,
maka
23
2.5.3 Parameter Antena Kinerja baik atau buruknya suatu antena dapat dilihat dari nilai parameter-parameter antena tersebut. Beberapa dari parameter tersebut saling berhubungan satu sama lain. Parameter-parameter antena yang biasanya digunakan untuk menganalisis suatu antena adalah Voltage Wave Standing Ratio (VSWR), return loss, bandwidth dan gain. 2.5.3.1 Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan (V0+) dan tegangan yang direfleksikan (V0–). Rumus untuk mencari nilai VSWR adalah:
(2-3)
Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S = 1) yang berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi ini pada prakteknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan untuk fabrikasi antena adalah VSWR ≤ 2.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
2.5.3.2 Return Loss Return loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang direfleksikan terhadap amplitudo gelombang yang dikirimkan. Return
loss dapat
terjadi karena
adanya
diskontinuitas di antara saluran transmisi dengan impedansi masukan beban (antena). Pada rangkaian gelombang mikro yang memiliki
diskontinuitas
(mismatched),
besarnya return
loss bervariasi tergantung pada frekuensi. Nilai dari return loss yang baik adalah di atas 20 dB, nilai ini diperoleh untuk nilai VSWR ≤ 2 sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang direfleksikan tidak terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata lain, saluran transmisi sudah matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu acuan untuk melihat apakah antena sudah dapat bekerja pada frekuensi yang diharapkan atau tidak. 2.5.3.3 Bandwidth Bandwidth merupakan daerah frekuensi pada antena yang menunjukkan lebar atau sempitnya frekuensi kerja suatu antena. Perubahan
impedansi
antena
biasanya
ditunjukkan
oleh
perubahan harga VSWR. Jadi, bandwidth antena dapat diartikan sebagai lebar bidang frekuensi untuk VSWR dibawah suatu harga tertentu seperti terlihat pada gambar 2.3.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Gambar 2.3 Ilustrasi Bandwidth untuk VSWR 2.0
Bandwitdh dapat dicari dengan rumus berikut ini.
BW = f2 – f1
(2-4)
Keterangan : f1 = frekuensi terendah f2 = frekuensi tertinggi 2.5.3.4 Gain Gain (directive gain) adalah karakter antena yang terkait dengan kemampuan antena mengarahkan radiasi sinyalnya, atau penerimaan sinyal dari arah tertentu. Gain bukanlah kuantitas yang dapat diukur dalam satuan fisis pada umumnya seperti watt, ohm, atau lainnya, melainkan suatu bentuk perbandingan. Oleh karena itu, satuan yang digunakan untuk gain adalah desibel.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Gain antena adalah tetap, dua pengertian yang berbeda antara gain antena, transmit power dan EIRP atau daya terpancar, dengan menurunkan transmit power tidak akan mengubah gain antena dan pola radiasinya, hanya menurunkan EIRP atau daya terpancar ke udara. Antena dengan gain rendah mempunyai pola radiasi yang berbeda dengan antena sejenis yang punya gain besar. Pola radiasi antena dengan gain rendah bersifat melebar sehingga energi yang dipancarkan terdistribusi luas secara sektoral (sudut). Sedangkan antena dengan gain besar memiliki pola pancar yang sempit, energi yang dipancarkan tidak melebar, tetapi pada arah pancaran utamanya, energi ini bisa menjangkau tempat yang lebih jauh. 2.5.3.5 Polarisasi Salah satu sifat penting dari gelombang elektromagnetik adalah polarisasi yang menggambarkan orientasi dari medan listrik E pada bidang tegak lurus terhadap arah rambat gelombang. Sedangkan polarisasi antena berarti arah gerak medan listrik dari gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh antena pada lobe utamanya[1]. Secara umum bentuk polarisasi merupakan kasus dari polarisasi elips. Jika arah dari vektor medan listrik bergerak bolak-balik pada suatu garis lurus dikatakan berpolarisasi linier (linear). Polarisasi ini bisa horizontal atau vertikal. Pada polarisasi lingkaran (circular) besarnya medan listrik sama, tetapi dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
perjalanannya
berputar
membentuk
lingkaran.
Jika
antena
penerima memiliki polarisasi linier, maka antena ini akan menerima sinyal sama besar pada posisi vertikal saja atau pada horizontal saja [1]. Terlihat pada gambar 2.4. y E2
y
y
E2
E2 E
x
z
z
AR = ~
E1
x
AR = 1.4
(a) Linear
(b) Elips
z
E1 x
AR = 1 (c) Lingkaran
Gambar 2.4 Jenis-jenis Polarisasi 2.5.3.6 Penggunaan Antena pada Televisi Berdasarkan peraturan internasional yang berkaitan dengan pengaturan
penggunaan
frekuensi
(Radio Regulation)
untuk
penyiaran televisi pada pita frekuensi VHF dan UHF. Jenis antena yang dipergunakan untuk pemancar televisi VHF dan UHF adalah antena panel. Antena panel merupakan antena dipole setengah gelombang yang disusun secara paralel sebanyak 2 - 4 baris dengan susunan horisontal. Di bagian belakang susunan antena dipole tersebut terdapat reflektor yang dipergunakan untuk membentuk keterarahan (directivity) dari pola radiasi antena. Dipole-dipole tersebut terbuat dari lempengan plat aluminium. Polarisasi antena
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
yang dipilih adalah polarisasi horisontal. Penguatan total dari antena pemancar tergantung dari jumlah panelnya, semakin banyak jumlah panel yang dipergunakan maka semakin besar penguatannya[2].
Gambar 2.5 Antenna Pemancar TV UHF Berikut Dengan Penutupnya 2.6
Power Divider / Splitter Power divider atau pembagi power (juga disebut power splitters, dan bila digunakan sebaliknya, sebagai power combiners) adalah komponen pasif yang digunakan pada teknologi gelombang radio. Komponen ini menghubungkan power sinyal RF dari suatu transmission line ke rangkaian yang lain. Pada umumnya, power dividers menghasilkan amplitude dan pembagian phase yang sama besar. Input signal di port 1 terbagi menuju port 2 dan 3 dengan sama besar.
Gambar 2.6 Power Divider / Splitter
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
2.7
Optimalisasi Optimalisasi adalah proses untuk memaksimalkan jangkauan pemancar sesuai dengan kebutuhan. Optimalisasi dilakukan jika hasil field strength tidak sesuai dengan standar yang diinginkan dari pihak stasiunTV. Beberapa cara yang dilakukan dalam optimalisasi : 1. Field Strength 2. Analisa hasil Field Strength 3. Optimalisasi sisi pemancar 4. Field Strength Ulang
2.8
Tilting Antena Tilting antena adalah suatu pengaturan kemiringan antena yang berfungsi untuk menetapkan area yang akan menerima cakupan sinyal. Perencanaan tilting antena sangat penting dilakukan untuk menghindari terjadinya pengarahan yang salah dari antenna sehingga memungkinkan untuk terjadinya pelemahan sinyal kegagalan fungsi layanan.
Gambar 2.7 Ilustrasi Tilting Antena
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Mechanincal Tilting adalah cara mengatur kemiringan antena berdasarkan panjang atau bentuk penyangganya (bracket) tanpa mengubah fasa dari sinyal input. Mechanical Tilting ada dua cara, yaitu : 1. Tilt Up Tilt Up adalah cara mengatur kemiringan antenna dengan arah perubahan ke atas. 2. Tilt Down Tilt Up adalah cara mengatur kemiringan antenna dengan arah perubahan ke bawah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/