BAB II LANDASAN TEORI
Hal utama yang membedakan antara sistem transaksi nyata dan online adalah dari fisik tempat atau toko penjualan. Transaksi pada pasar online memanfaatkan media Internet untuk menjalankan bisnisnya melalui toko virtual, sedangkan transaksi pada pasar konvensional (fisik) memiliki tempat fisik untuk melakukan transaksi jual-beli barang/jasa. Berangkat dari kedua sistem ini, konsumen diberikan pilihan untuk menentukan sistem transaksi yang akan digunakan bila produk yang dicari tersedia di kedua pasar tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen tersebut. Faktor-faktor yang berasal dari konsumen itu sendiri juga turut mempengaruhi pilihan mereka dalam bertransaksi, seperti misalnya ada beberapa pandangan yang menyebabkan suatu produk lebih sering dibeli melalui pasar fisik dikarenakan dari kategori produk danlevel pasar dari produk tersebut (Venkatesan, Mehta &Bapna, 2007). Pemilihanpenjualanaksesorismobil
via
onlinedilakukankarenajenisprodukdanharganya
yang
masihmemungkinkandanterjangkauuntukkalanganpenggunamobil. Akan tetapi faktor kepercayaan masyarakat dalam melakukan transaksi online sedikit banyak turut memberikan sumbangsih dalam meningkatkan transaksi secara online. Menurut Kartavianus dan Napitupulu (2012) kepercayaan merupakan faktor paling penting bagi pengusaha yang bergerak dalam bisnis online atau e-commerce. Oleh karena itu komunikasi yang baik antara penjual dan pembeli harus terjalin dengan baik. Dengan kata lain pihak penjual juga harus 5
6
dapat membuat pembeli merasa nyaman melakukan transaksi melalui pelayanan atau service yang disediakan oleh penjual. Service ini sendiri dapat berupa fiturfitur atau navigasi yang disediakan oleh si penjual pada toko online-nyayang akan memberikan nilai tambah dalam menumbuhkan kepercayaan dari konsumen (Guo, 2011).
2.1 E-BusinessdanE-Commerce 2.1.1 PengertianE-Commerce Menurut Purbo dan Wahyudi (2001) Electronic Commerce (e-commerce) adalah
satu
set
dinamis
teknologi,
aplikasi
dan
proses
bisnis
yang
menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara elektronik. e-commerce merubah bentuk interaksi yang terjadi antara konsumen dan perusahaan, serta perusahaan dan supplier-nya (O’Brien & Marakas, 2010).
2.1.2 Keuntungan E-Commerce Menurut Purbo dan Wahyudi (2001) keuntungan yang dapat diambil dengan adanya e-commerce adalah : 1.
Revenue stream (aliran pendapatan) baru yang mungkin lebih menjanjikan yang tidak dapat ditemui di sistem transaksi tradisional.
2.
Dapat meningkatkan market exposure (pangsa pasar).
3.
Menurunkan biaya operasional (operating-cost).
4.
Melebarkan jangkauan (global reach).
7
5.
Meningkatkan customer royalty.
6.
Meningkatkan supplier management.
7.
Memperpendek waktu produksi.
8.
Meningkatkan value chain (mata rantai pendapatan).
2.1.3 Jenis-jenis E-Commerce a.
Business to Business (B2B). Pertukaran informasi pada B2B hanya berlangsung diantara rekan dagang
yang sudah salingmengetahui. Pertukaran tersebut dilakukan secara berulangulang dan berskala dengan format yang sudah disepakati, jadi layanan yang digunakan antara kedua sistem harus sama dan menggunakan standar yang sama pula. b.
Business to Customer (B2C). Pada B2C informasi terbuka untuk layanan yang digunakan bersifat umum
dengan mekanisme yang dapat digunakan oleh orang banyak. Sebagai contoh, karena sistem web sudah umum dikalangan masyarakat maka sistem yang digunakan adalah sistem web juga. Layanan diberikan berdasarkan permintaan, konsumen berinisiatif sedangkan produsen harus siap memberikan respon terhadap inisiatif konsumen.
2.1.4 Pokok-pokok Proses E-Commerce 1.
Pengendalian akses dan keamanan. Proses e-commerce harus membangun rasa percaya dan akses yang aman
dalam transaksi e-commerce malalui otentikasi pemakai, otorisasi akses dan
8
menerapkan berbagai fitur keamanan, antara lain dengan menggunakan password, kunci enkripsi atau sertifikasi. 2.
Membuat profil dan personalisasi. Proses ini dapat dijalankan untuk mengumpulkan data mengenai pelanggan
atau pemakai. 3.
Manajemen pencarian (search management). Proses pencarian yang efisien dan efektif memberi kemampuan bagi situs
webe-commerce untuk membantu para pelanggan menemukan produk atau jasa tertentu yang mereka inginkan untuk dievaluasi atau dibeli. 4.
Manajemen isi dan katalog. Software
manajemen
isi
membantu
perusahaan
e-commerce
untuk
mengembangkan, menghasilkan, mengirimkan, memperbaharui dan menyimpan data teks serta informasi multimedia di situs e-commerce. 5.
Manajemen arus kerja. Banyak dari proses bisnis dalam aplikasi e-commerce yang dapat dikelola dan
sebagian diotomatisasi dengan bantuan software manajemen arus kerja. Sistem arus kerja e-business untuk kerja sama perusahaan membantu para karyawan. Manajemen arus kerja dalam e-business dan e-commerce bergantung pada mesin software arus kerja yang berisi berbagai model software dari berbagai proses bisnis yang harus diselesaikan. 6.
Pemberitahuan kegiatan. Sebagian besar e-commerce adalah sistem yang digerakan oleh kegiatan, yang
merespon berbagai kegiatan dari akses situs web pertama kali dari pelanggan baru
9
hingga proses pembayaran dan pengiriman dan untuk hubungan pelanggan yang tidak ternilai, serta aktifitas menejemen rantai pasokan. 7.
Kerjasama dan perdagangan. Kategori utama dari proses e-commerce adalah yang mendukung kesepakatan
kerjasama penting dan layanan perdagangan yang dibutuhkan oleh para pelanggan, pemasok dan stakeholders lainnya untuk menyelesaikan transaksi ecommerce.
2.1.5 E-Commerce pada Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Saat ini belum banyak usaha kecil dan Menengah (UKM) yang berjalan secara online karena lambatnya adopsi sistem e-commerce pada usaha kecil dan menengah (UKM) (Simpson &Docherty, 2004), seperti di Indonesia dimana baru terdapat sekitar 100.000 dari 50.000.000 UKM yang menerapkan e-commerce (Bisnis Indonesia, 9 April 2013), termasuk yang bergerak di bidang otomotif, yang implementasinya lebih banyak berjalan pada forum-forum jual beli dan market place (Kontan, 8 Mei 2013) sebagai media sosial yang menjadi wadah interaksi antar komunitas dalam perannya menggunakan modal sosial yang dimiliki (Cooke & Wills, 1999; Putnam, 2000; Bowles & Gintis, 2002; MolinaMorales & Martinez-Fernández, 2010) dengan alasan keterbatasan pengetahuan tentang IT dan modal jika harus membangun toko online. Padahal jika ditelaah lebih lanjut, faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi informasi (IT) sama dengan faktor yang mempengaruhi adopsi e-commerce pada UKM (Akkeren & Cavaye, 1999). Fink (1998) menyatakan ketersediaan infrastruktur IT dan
10
implementasinya ini turut menjadi faktor penentu kesuksesan dari e-commerce pada UKM.
2.2 Content Management System Pemilihan
Content
Management
System
(CMS)
dilakukan
dengan
pertimbangan dalam mengelola web content yang besar dalam sebuah webstore dengan bagaimana memilih metode pengembangan web yang dapat memenuhi aspek efektifitas biaya, dapat diandalkan, mudah di-update, dan mudah dikelola (Sharma, Ahluwalia & Singh, 2009).
2.2.1 Definisi Content Management System Sebuah sistem yang memberikan kemudahan kepada para penggunanya dalam mengelola dan mengadakan perubahan isi sebuah websitesecara dinamis. Dengan demikian, setiap orang, penulis maupun editor, dengan sedikit atau bahkan
tanpa
kemampuan
teknis
yang
mumpuni
dapat
setiap
saat
menggunakannya secara leluasa untuk membuat, menghapus, atau memperbaharui isi website tanpa campur tangan langsung dari pihak webmaster (Baltzan, 2012).
2.2.2 Manfaat Content Management System a. Manajemen data. Manajemen data merupakan fungsi utama dari CMS. Semua data/informasi baik yang telah ditampilkan ataupun belum dapat diorganisasi dan disimpan secara baik. Suatu waktu data/informasi tadi dapat dipergunakan kembali sesuai
11
dengan kebutuhan. Selain itu, CMS juga mendukung berbagai macam format data, seperti XML, HMTL, PDF, dll., indexing, fungsi pencarian, dan kontrol terhadap revisi yang dilakukan terhadap data/informasi. Untuk menggunakan CMS biasanya pengetahuan tentang bahasa pemrograman tidaklah terlalu dibutuhkan, karena semua proses berjalan dengan otomatis (WYSIWYG). Begitupula dengan proses ‘update’, dapat dilakukan dengan cepat sehingga menjamin kemutakhiran informasi yang ditampilkan. b. Mengatur siklus hidup website. Banyak CMS memberikan fasilitas kepada para penggunanya untuk mengelola bagian atau isi mana saja yang akan ditampilkan, masa/waktu penampilan dan lokasi penampilan di website. Tak jarang sebelum ditampilkan, bagian atau isi yang dimaksud terlebih dahulu di-review oleh editor sehingga dijamin kevaliditasannya. c. Mendukung web templating dan standarisasi. Setiap halaman website yang dihasilkan berasal dari template yang telah terlebih dahulu disediakan oleh CMS. Selain dapat menjaga konsistensi dari tampilan secara keseluruhan, para penulis dan editor dapat berkonsentrasi secara penuh dalam melaksanakan tugasnya menyediakan isi website. Bila isi telah tersedia, maka proses publikasi dapat berjalan dengan mudah karena sudah ada template sebelumnya. Beberapa bagian dari website biasanya telah ditetapkan sedemikian rupa sehingga tidak dapat diubah begitu saja. Hal ini dilakukan untuk memberikan standarisasi kepada seluruh bagian dari website.
12
d. Personalisasi website. Sekali sebuah isi ditempatkan ke dalam CMS, isi tersebut dapat ditampilkan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan dari penggunanya. Terlebih lagi dengan kelebihan CMS yang dapat memisahkan antara desain dan isi, menyebabkan proses personalisasi dapat berjalan dengan mudah. e. Sindikasi. Sindikasi memberikan kemungkinan kepada sebuah website untuk membagi isinya kepada website-website yang lain. Format data yang didukung juga cukup variatif, mulai dari rss, rdf, xml hingga ‘backend scripting’. Sama halnya dengan personalisasi, sindikasi juga dapat dilakukan dengan mudah karena isi dan desain telah dibuat terpisah. f. Akuntabilitas. Oleh karena CMS mendukung alur kerja dan hak akses yang jelas kepada para
penggunanya,
data
atau
informasi
yang
disampaikan
dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik. Setiap penulis ataupuneditor memiliki tugas masing-masing dengan hak akses yang berbeda-beda pula. Dengan demikian setiap perubahan yang terjadi di website dapat ditelusuri dan diperbaiki seperlunya dengan segera.
2.2.3 Pemanfaatan Content Management System Content Management System(CMS) pada prinsipnya dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan dan dalam berbagai kondisi, seperti untuk: a.
Mengelola website pribadi.
b.
Mengelola website perusahaan/bisnis.
13
c.
Portal atau website komunitas.
d.
Galeri foto, dan lain sebagainya.
e.
Forum.
f.
Aplikasi e-commerce.
2.2.4 Memilih Content Management System (CMS) Untuk dapat memilih CMS yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan sekaligus memperoleh manfaat yang optimal darinya, beberapa langkah berikut mungkin dapat membantu. 1. Kenali terlebih dahulu tujuan dan target yang hendak dicapai dengan penerapan CMS beserta strategi-strategi yang dibutuhkan. 2. Identifikasi kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki secara organisatoris, seperti berapa jumlah penyusun/editor/pengguna yang ada, lokasi geografis dari pengguna, kemampuan teknis yang dikuasai, jenis isi yang akan dipublikasikan, dan lain sebagainya. Perlu diingat juga, setiap orang memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda. 3. Menjabarkan kebutuhan teknis yang diinginkan dan yang telah dimiliki, serta waktu yang dialokasikan untuk mengelola CMS. Yang termasuk di sini antara lain berapa jumlah personal IT yang bekerja di organisasi beserta keahlian yang dikuasai, hardware dan software yang dimiliki, dan lain sebagainya. 4. Sebuah prinsip yang harus diperhatikan untuk dua poin di atas, ‘lebih baik lebih dari pada kurang’. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diduga di masa yang akan datang. 5. Menentukan jumlah biaya yang akan dikeluarkan.
14
2.3 Langkah Pembuatan Aplikasi Web Langkah-langkah untuk membangun aplikasi web dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu : 1. Analisis. a.
Membangun sistem yang secara konseptual menunjukkan bagaimana data/informasi akan diorganisasikan, diakses, dimanipulasi, dan ditampilkan, serta bagaimana navigasinya.
b.
Aplikasi dapat digunakan lebih dari satu pengguna (share) dengan menggunakan suatu sistem otentikasi.
2. Desain Arsitektur. a.
Arsitektur data : menentukan sumber data (HTML, file, database) apa saja yang dibutuhkan, dimana letaknya, dan bagaimana cara mengaksesnya.
b.
Arsitektur perangkat lunak : menentukan apa saja yang akan dibuat sebagai program, apa saja yang akan dibuat sebagai fungsi yang dibuat, bagaimana menggunakan dan bagaimana cara memanggilnya.
c.
Arsitektur tampilan : mendesain tata letak dan tampilan.
d.
Arsitektur infrastruktur : menentukan di server mana website akan diletakkan, dimana program akan dijalankan, platform komputer apa yang akan digunakan.
3. Implementasi. a.
Membuat halaman-halaman (file) template.
b.
Membangun dan menguji kode program dan fungsi-fungsi yang digunakan.
15
c.
Menginstal komponen infrastruktur yang dibutuhkan.
d.
Menginstal dan menjalankan sistem.
2.4Critical Success Factors pada E-Commerce Banyak faktor yang mempengaruhi pembeli untuk percaya dan mau berbelanja secaraonline yang akan mempengaruhi kesuksesan dari pihak penjualdalam bisnis online atau e-commerce(Sahney,2008; Chen, 2009).Critical success factors yang berperan dalam mencapai tujuan dan implementasi strategi bagi organisasi atau perusahaan (Baltzan, 2012) dari penelitian terdahulu dijabarkan pada tabel 2.1.
16
17
Critical success factors dari penelitian terdahulu yang telah dijabarkan sebelumnya menjadi acuan utama pembeda pada media berjualan melalui toko online dengan forum jual beli online yang dijabarkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2Critical Success Factors E-Commerce Toko Online dan Forum
Tampilan dan navigasi
Kontak antara penjual dan pembeli
Referensi
Toko online Display produk dapat diatur dengan struktur tabel (baris dan kolom) dan detail produk dapat dibuat di halaman lain Pencatuman kontak penjual (telepon, SMS, email), serta penambahan fitur live chat (onlinemessenger) Testimonial diletakkan pada halaman khusus
Thread forum Display produk dibuat vertikal (baris) dengan detail produk pada halaman yang sama Pencatuman kontak penjual (telepon, SMS, email), serta fitur privatemessage pada forum Testimonial dari pembeli sebelumnya diletakkan pada thread sesuai dengan urutan waktu posting
Penjelasan lebih detail mengenai critical success factors pada toko online dan forum jual beli online adalah sebagai berikut: 1.
Desain tampilan, isi, dan navigasi. Desain tampilan, isi, dan navigasi menjadi hal penting dalam e-commerce, termasuk yang menyangkut dengan bagaimana penjual dapat menyajikan display produk yang menarik bagi calon pembeli. Faktor ini dikemukakan oleh Sahney (2008) dan Behjati dan Othaman (2012). Faktor tampilan dan desain juga menjadi salah satu faktor yang membangun kepercayaan dan kepuasan konsumen (Cyr, 2008 dan Lin, 2007).
18
2.
Kontak antara penjual dan pembeli. Keberadaan kontak penjual yang dapat dihubungi oleh pembeli baik melalui e-mail, telepon, SMS, ataupun online messenger dapat menjembatani komunikasi yang baik untuk membangun kepercayaan dari pembeli. Faktor ini dikemukakan oleh Sahney (2008) dan Behjati dan Othaman (2012). April dan Pather (2008) juga menemukan dimana komunikasi yang baik sebagai bentuk peningkatan pelayanan kepada konsumen yang merupakan suatu kelebihan dalam sistem e-commerce.
3.
Referensi. Referensi dari konsumen sebelumnya berupa testimonial dapat menjadi salah satu faktor yang membangun kepercayaan pembeli setelahnya untuk melakukan pembelian. Faktor ini dikemukakan oleh Chen (2009) dan Behjati dan Othaman (2012). Faktor kepercayaan ini jugalah yang akan membangun loyalitas dari konsumen itu sendiri sebagai faktor penerimaan dari sistem ecommerce (Al-Abdallah, 2013).