6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 7 (IAI: 2009) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Menurut Hanafi (2003: 69), laporan keuangan merupakan informasi yang dapai dipakai untuk pengambilan keputusan, mulai dari investor atau calon investor sampai dengan manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan merupakan sarana utama untuk membuat laporan informasi keuangan kepada orang-orang dalam perusahaan (manajemen dan para karyawan) dan kepada masyarakat di luar perusahaan (James O. Gill dan Moira
7
Chatton, 2006). Perusahaan yang telah go public harus tunduk pada persyaratan ketat dalam membuat laporan keuangan. Pedoman Standar Akuntansi dan Keuangan (PSAK) merupakan aturan dasar untuk membuat laporan keuangan. PSAK memberikan kerangka informasi apasaja yang termasuk di dalam laporan keuangan dan bagaimana informasi tersebut disajikan. PSAK dibuat sedemikian rupa sehingga informasi laporan keuangan mengenai sebuah usaha dapat dipercaya dan diperbandingkan. Agar dapat memahami keuangan, penting untuk memahami neraca (balance sheets), laporan laba/ rugi (income statements), dan laporan arus kas (cash flow). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang penting bagi perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya.
2. Tujuan Laporan Keuangan Hanafi (2003: 30) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan yaitu pertama, memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya sekarang atau masa yang akan datang untuk membuat keputusan investasi. Kedua, memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai eksternal untuk memperkirakan jumlah waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan kas dari bunga dan dari penjualan atau hutang pinjaman. Ketiga, memberi informasi untuk menolong investor, kreditur, dan pemakai lainnya untuk
8
memperkirakan jumlah waktu, dan ketidakpastian aliran kas masuk bersih ke perusahaan. Tujuan
laporan
keuangan
adalah
menyediakan
informasi
yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk juga laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti
9
laporan tahunan atau prospektus. Pernyataan ini menggunakan terminologi yang cocok bagi perusahaan yang berorientasi laba.
3. Unsur-unsur Laporan Keuangan Menurut Warsono (2001: 25), ada dua macam bentuk laporan keuangan utama yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu Neraca dan Laporan Laba/ Rugi. a. Neraca, adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Neraca perusahaan ini disusun berdasarkan persamaan dasar akuntansi, yaitu bahwa kekayaan atau aktiva (assets) sama dengan kewajiban (liabilities) ditambah modal saham (stock equities). b. Laporan Laba/ Rugi, adalah laporan keuangan yang mengambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai selama periode tertentu. Laba rugi bersih adalah selisih antara pendapatan total dengan biaya atau pengeluaran total. Pendapatan mengukur aliran masuk asset bersih (setelah dikurangi utang) dari penjualan barang atau jasa.
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Sedang unsur yang berkaitan
10
dangan pengukuran kinerja dalam laporan laba/ rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba/ rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca; dengan demikian, kerangka dasar ini tidak mengidentifikasikan unsur perubahan posisi keuangan secara khusus. Penyajian berbagai unsur ini dalam neraca dan laporan laba/ rugi memerlukan proses sub-klarifikasi. Misalnya, aset dan kewajiban dapat diklasifikasikan menurut hakikat dan fungsinya dalam bisnis perusahaan dengan maksud untuk menyajikan informasi dengan cara yang paling berguna bagi pengguna untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomi.
B. Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan presiksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja keuangan perusahaan pada masa mendatang (Dwi Prastowo dan Rifka Julianty, 2005). Salah satu cara untuk melakukan analisis laporan keuangan adalah dengan jalan mempelajari hubungan antara berbagai pos-pos laporan keuangan itu. Hubungan antara pos yang satu terhadap pos yang lain yang dinyatakan dengan angka dinamakan rasio.
11
Tekhnik analisa laporan keuangan secara umum dapat digunakan dengan berbagai metode sebagai berikut: a. Metode Komparatif Metode ini digunakan dengan memanfaatkan angka-angka laporan keuangan dan membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan lainnya. b. Analisa Trend Rasio adalah gambaran situasi perusahaan pada suatu waktu tertentu dan dari gambaran ini sebenarnya dapat dibayangkan kecenderungan (trend) situasi perusahaan di masa yang akan datang melalui gerakan yang terjadi pada masa lalu sampai masa kini. Analisa ini harus menggunakan tekhnik perbandingan laporan keuangan beberapa tahun dan dari sini digambarkan trendnya. c. Laporan keuangan bentuk Common Size Metode ini merupakan metode analisa yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk persentasi. Persentasi ini biasa dikaitkan dengan suatu jumlah yang dinilai penting, misalnya aset untuk neraca ataupun penjualan untuk laba/ rugi. d. Metode Index Time Series Dalam metode ini dihitung indeks dan digunakan untuk mengkonversikan angka-angka laporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang diberi indeks 100. Beranjak dari tahun dasar ini maka dibuat indeks tahun-tahun lainnya sehingga dapat dibaca dengan mudah perkembangan angka-angka laporan keuangan perusahaan pada periode lain.
12
e. Rasio Laporan Keuangan Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. f. Tekhnik Analisa Lain seperti: 1. Analisa Break Even 2. Analisa Laba Kotor (Gross Profit) 3. Dupont Analysis g. Model Analisa 1. Bankruptcy model 2. Net cash flow prediction model 3. Take over prediction model
2. Analisis Rasio Laporan Keuangan Rasio laporan keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Sofyan Syafri Harahap, 2007). Misalnya Utang dan Modal, antara Kas dan Total Aset, antara Harga Pokok Produksi dengan Total Penjualan, dan sebagainya. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan itu bisa banyak sekali. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan
13
menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio itu banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan, namun demikian angka-angka rasio yang ada pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan atau kelompok. Golongan atau kelompok yang pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur atau elemen dari angka rasio tersebut (Rasio Neraca, Rasio Laporan Laba/ Rugi, dan Rasio antar Laporan) dan golongan atau kelompok yang kedua adalah didasarkan pada tujuan yang ingin diungkapkan. Suatu rasio mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya. Meskipun rasio hanyalah merupakan hubungan matematik, akan tetapi penjabarannya dapat menjadi lebih kompleks. Analisis rasio dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar pembandingan yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri. Untuk dapat menilai efektivitas keputusan investor yang pada akhirnya dapat memperoleh informasi mengenai kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan, maka analisis laporan keuangan perlu diarahkan pada lima area analisis sebagai berikut: a. Likuiditas, yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
14
b. Solvabilitas (Struktur Modal), yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau mengukur tingkat proteksi kreditor jangka panjang. c. Return on Investment (ROI), yang mengukur tingkat kembalian invetasi yang telah dilakukan oleh perusahaan. d. Pemanfaatan Aktiva, yang mengukur efisiensi dan efektivitas pemanfaatan setiap aktiva yang dimiliki perusahaan. e. Kinerja operasi yang mengukur efisiensi operasi perusahaan.
3. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun terutama untuk pemilik (investor) dan kreditor. Dengan demikian pembaca laporan keuangan dapat memposisikan diri sebagai salah satu dari pihak tersebut atau sebagai wakil mereka. Posisi ini akan mempermudah saat akan menganalisis dan berhadapan dengan keterbatasan keterbatasan data. Hal ini juga akan mempermudah pemahaman terhadap rasiorasio tertentu. Analisis rasio digunakan secara khusus oleh investor dan kreditor dalam dalam keputusan investasi atau penyaluran dana. Dalam hubungannya dengan keputusan yang diambil oleh perusahaan, analisis rasio ini bertujuan untuk menilai efektivitas keputusan yang telah diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya.
15
Tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah: a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu. b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan perusahaan. c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan. d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apasaja yang perlu dilakukan untuk penilaian kinerja manajemen. Rasio merupakan tekhnik analisis laporan keuangan yang paling banyak digunakan. Rasio ini merupakan alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dan menggambanrkan simptom (gejala-gejala yang tampak) suatu keadaan.
4. Return on Investment (ROI) a. Pengertian Return on Investment (ROI) Return on Investment (ROI) merupakan analisis laporan keuangan yang mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik dengan menggunakan total aktiva yang maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2005). Menurut Bambang Riyanto (2004: 336), Return on Investment (ROI) adalah net earning power ratio. ROI adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Analisa ROI dalam analisa keuangan mempunyai arti sangat penting sebagai salah satu tekhnik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh
16
(komprehensif). Analisa ROI ini sudah merupakan tekhnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return on Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Sedangkan menurut Munawir (2004: 89), Return on Investment (ROI) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. ROI atau yang sering juga disebut Return on Asset (ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets). Sebutan lain untuk untuk rasio ini adalah “net operating profit rate of return” atau “operating earning power”.
17
Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor: 1. Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi). 2. Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.
Besarnya ROI akan berubah kalau ada perubahan profit margin atau assets turnover, baik masing-masing atau keduanya. Dengan demikian maka pimpinan perusahaan dapat menggunakan salah satu atau keduanya dalam rangka usaha untuki memperbesar ROI. Usaha mempertinggi ROI dengan memperbesar profit margin adalah bersangkutan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensidi sektor produksi, penjualan, dan administrasi. Usaha mempertinggi ROI dengan memperbesar assets turnover adalah kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancer maupun aktiva tetap. b. Kegunaan dan Kelemahan Return on Investment (ROI) 1. Kegunaan Return on Investment (ROI) Kegunaan dari analisis ROI dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktik akuntansi yang baik maka manajemen dengan menggunakan tekhnik analisa ROI
18
dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan. b. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh rasio industri, maka dengan analisa ROI ini dapat dibandingkanefisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di atas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui dimana kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebutdibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. c. Analisa ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakantindakan
yang
dilakukan
oleh
divisi/
bagian,
yaitu
dengan
mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. Arti pentingnya mengukur rate of return pada tingkat bagian adalah untuk dapat membandingkan efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain di dalam perusahaan yang bersangkutan. d. Analisa ROI dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menggunakan “product cost system” yang baik, modal dan biaya dapat dialokasikan kepada berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga dengan demikian akan dapat dihitung profitabilitas dari masing-masing produk. Dengan demikian maka
19
manajemen akan dapat mengetahui produk mana yang mempunyai “profit potential” di dalam longrun. e. ROI selain berguna untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan. Misalnya ROI dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan kalau perusahaan akan mengadakan ekspansi. Misalnya perusahaan dapat menentukan bahwa ROI sebesar 30% sebagai target yang harus dicapai oleh perlengkapan/ mesinmesin baru. Dengan memproyeksikan penjualan dan biaya, perusahaan akan dapat mengestimasikan besarnya ROI yang akan dapat dicapai dengan ekspansi yang akan dijalankan. 2. Kelemahan Return on Investment (ROI) Di samping kelebihan-kelebihan dari analisa ROI, terdapat pula kelemahan-kelemahannya, yaitu: a. Salah satu kelemahan yang prinsipil adalah kesukarannya dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, mengingat bahwa kadang-kadang praktik akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut berbedabeda. Perbedaan metode dalam penilaian berbagai aktiva antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perbandingan tersebut akan dapat memberi gambaran yang salah. b. Kelemahan lain dari tekhnik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya). Suatu mesin atau perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan inflasi nilainya berbeda dengan
20
kalau dibeli pada waktu tidak ada inflasi, dan hal ini akan berpengaruh dalam menghitung investment turnover dan profir margin. c. Dengan menggunakan analisa rate of return on investment saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih dengan kesimpulan yang memuaskan.
C. Economic Value Added (EVA) 1. Pengertian Economic Value Added (EVA) Menurut Rudianto (2005: 340), EVA merupakan suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan dan menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercapai jika perusahaan mampu memenuhi biaya operasi dan biaya modal. Menurut Hanafi (2012: 52) menyatakan bahwa EVA merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah tersebut. Di Indonesia metode EVA dikenal dengan sebutan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (Amin Widjaja Tunggal, 2008). EVA atau nilai tambah ekonomis digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan. Economic Value Added (EVA) diperkenalkan pertama kali oleh Stern Stewerd & Co. Sebuah perusahaan konsultan manajemen yang berkantor pusat di
21
New York, Amerika Serikat. Dasar pengukuran pendekatan EVA, perusahaan akan lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan yaitu manajemen perusahaan berusaha menghasilkan return yang lebih besar dari modalnya.
2. Manfaat Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) digunakan agar manajer dapat lebih fokus pada penciptaan nilai bagi para pemegang saham. Dengan adanya metode ini, diharapkan manajemen dapat membatasi investasi pada proyek-proyek yang kurang menguntungkan. Penggunaan EVA bertujuan untuk memotivasi manajer unit bisnis dalam melakukan investasi secara selektif. Untuk mencapai EVA positif, yang perlu diperbaiki adalah proses bisnis perusahaan agar berjalan lebih efisien. Penilaian kinerja dengan menggunakan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham dengan memilih investasi yang memaksimalkan tingkat pengembalian dan meminimalkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan. Terdapat dua fungsi dari EVA, yaitu sebagai manajemen tools yang digunakan oleh pihak perusahaan sendiri, dan sebagai alat penilai performa perusahaan yang digunakan baik oleh pihak internal maupun eksternal. Bagi pihak internal, digunakan untuk mengukur kinerja dan membantu manajemen perusahaan dalam hal pengembalian keputusan yang tepat untuk kelangsungan
22
hidup perusahaan. Sedangkan untuk pihak eksternal, digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam rangka membantu pihak eksternal untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi di masa yang akan datang.
3. Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA) a. Keunggulan Economic Value Added (EVA) Menurut Anthony dan Govindarajan (2002) keunggulan EVA sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan meliputi: 1. Dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk perbandingan investasi yang sama. 2. Dengan
meningkatnya
EVA
maka
investasi-investasi
akan
menghasilkan laba diatas biaya modal sehingga akan lebih menarik para manajernya untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut. 3. Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aset yang berbeda pula. 4. EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar perusahaan. b. Kelemahan Economic Value Added (EVA) Meskipun Economic Value Added (EVA) memiliki beberapa keunggulan, namun tekhnik ini juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Iramani dan Febrian (2005), EVA mempunyai kelemahan yaitu: 1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result) dan tidak mengukur aktivitasaktivitas penentu, seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.
23
2. EVA
terlalu
bertumpu
pada
keyakinan
bahwa
investor
sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual dan membeli saham tertentu.
D. Saham Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham (Tandelilin, 2007). Wujud saham yaitu selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas itu adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Menurut Zaky (2004: 389), saham merupakan surat-surat berharga atau bukti kepemilikan suatu perusahaan yang mempunyai hak-hak untuk: 1. Berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan, yaitu melalui hak suara dalam rapat pemegang saham. 2. Memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang dibagi oleh perusahaan. 3. Membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar proporsi pemilikan saham masing-masing dapat tidak berubah. 4. Menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan telah dilikuidasi.
Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan. Saham merupakan salah satu sekuritas yang cukup populer diperjualbelikan di pasar modal. Saham dapat dibedakan menjadi saham
24
biasa dan saham preferen. Dibandingkan dengan surat berharga lainnya, saham memiliki risiko yang lebih tinggi. Menurut Hartono (2008: 302) return saham adalah tingkat pengembalian saham atas investasi yang dilakukan oleh investor. Dalam penelitian ini return saham yang digunakan adalah capital gain (loss). Capital gain (loss) merupakan selisih laba/ rugi dari harga investasi sekarang relatif dengan harga perioda yang lalu. Jika harga investasi sekarang lebih tinggi dari harga investasi periode lalu ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), jika harga investasi sekarang lebih rendah dari harga investasi periode lalu maka terjadi kerugian modal (capital loss). Menurut Jogiyanto (2010: 205), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasian (realizes return) yaitu return yang telah tejadi dan return ekspektasian (expected return) yaitu return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.
E. Indeks Kompas100 Pada website
IDX (www.idx.co.id) menyebutkan bahwa
Indeks
Kompas100 merupakan suatu indeks saham dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks Kompas100 secara resmi diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerjasama dengan koran Kompas pada hari Jumat tanggal 10 Agustus 2007. Saham-saham yang terpilih untuk dimasukkan dalam indeks Kompas100 ini selain memiliki likuiditas yang tinggi,
25
serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik. Saham-saham yang termasuk dalam Kompas100 diperkirakan mewakili sekitar 70 - 80% dari total Rp 1.582 triliun nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang tercatat di BEI, maka dengan demikian investor bisa melihat kecenderungan arah pergerakan indeks dengan mengamati pergerakan indeks Kompas100. Akan tetapi, ini bisa saja berlawanan arah dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) maupun indeks lainnya. Tujuan utama BEI dalam penerbitan indeks Kompas100 ini antara lain guna menyebarluasan informasi pasar modal serta menggairahkan masyarakat untuk mengambil manfaat dari keberadaan BEI, baik untuk investasi maupun mencari pendanaan bagi perusahaan dalam mengembangkan perekonomian nasional. Manfaat dari keberadaan indeks ini yakni membuat suatu acuan (benchmark) baru bagi investor untuk melihat ke arah mana pasar bergerak dan kinerja portofolio investasinya, selain itu pula para pelaku industri pasar modal juga akan memiliki acuan baru dalam menciptakan produk-produk inovasi yang berbasis indeks, misal mengacu pada indeks Kompas100. Indeks ini meliputi 100 saham dengan proses penentuan sebagai berikut: 1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan. 2. Saham tersebut masuk dalam perhitungan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan).
26
3. Berdasarkan pertimbangan
faktor
fundamental
perusahaan dan pola
perdagangan di bursa, BEI dapat menetapkan untuk mengeluarkan saham tersebut dalam proses perhitungan indeks harga 100 saham. 4. Masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekuensi transaksi serta kapitalisasi pasar terbesar di Pasar Reguler, selama 12 bulan terakhir. 5. Dari sebanyak 150 saham tersebut, kemudian diperkecil jumlahnya menjadi 60 saham dengan mempertimbangkan nilai transaksi terbesar. 6. Dari sebanyak 90 saham yang tersisa, kemudian dipilih sebanyak 40 saham dengan mempertimbangkan kinerja: hari transaksi dan frekuensi transaksi serta nilai kapitalisasi pasar di pasar reguler, dengan proses sebagai berikut: -
Dari 90 sisanya, akan dipilih 75 saham berdasarkan hari transaksi di pasar reguler.
-
Dari 75 saham tersebut akan dipilih 60 saham berdasarkan frekuensi transaksi di pasar regular.
-
Dari 60 saham tersebut akan dipilih 40 saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar.
7. Daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar saham dari hasil perhitungan butir (5) ditambah dengan daftar saham hasil perhitungan butir (6).
Daftar saham yang masuk dalam Kompas100 akan diperbaharui sekali dalam 6 bulan, atau tepatnya pada bulan Februari dan pada bulan Agustus.
27
F. Penelitian Sebelumnya Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, baik dengan menggunakan variabel yang sama maupun adanya variabel lain. Berikut adalah tabel penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain atas variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya No. Nama Peneliti dan Tahun 1. Kennedy, Ruhul Fitrios, dan Mela Fajarini (2009)
Variabel yang Digunakan ROI, Arus Kas, EVA, dan Rate of Return Saham.
2.
Harjono Sunardi (2010)
ROI, EVA, dan Return Saham.
3.
Getereida Pinangkaan (2012)
ROI, EVA, dan Return Saham.
Hasil Penelitian
Penjelasan
ROI tidak berpengaruh signifikan terhadap Rate of Return Saham, Arus Kas berpengaruh terhadap Rate of Return Saham, EVA berpengaruh terhadap Rate of Return Saham. ROI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham, EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham, ROI-EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham. ROI tidak berpengaruh secara signifikan
Nilai signifikan ROI > 5% sehingga H1 ditolak, Arus Kas < 5% sehingga H2 diterima, EVA < 5% sehingga H3 diterima, dan ROIArus Kas-EVA < 5% sehingga H4 diterima.
Nilai signifikan dan EVA > sehingga Ha1 Ha2 ditolak ROI-EVA > sehingga ditolak.
ROI 5% dan dan 5% Ha3
Nilai signifikan ROI dan EVA > 5% sehingga Ha1 dan
28
4.
Niekie Arwiyati Shidiq (2012)
terhadap Return Saham, EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham, ROI-EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham. Rasio ROI dan EPS Profitabilitas, berpengaruh EPS, dan positif terhadap Harga Saham. Harga Saham, Rasio Profitabilitas (ROE dan ROS) berpengaruh negative tidak signifikan dan ROA berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Harga Saham.
Ha2 ditolak dan ROI-EVA > 5% sehingga Ha3 ditolak.
Nilai signifikan ROI, EPS, dan ROA < 5% sehingga H1, H2, dan H5 diterima, ROE dan ROS > 5% sehingga H3 dan H4 ditolak.
29
G. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan telaah teoritis yang dibuat, maka penelitian ini dapat membangun kerangka pemikiran pada gambar berikut: ROI X1 Return Saham Y EVA X2
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pada penelitian ini yang bertindak sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah Return on Investment (ROI) sebagai variabel X1 dan Economic Value Added (EVA) sebagai X2, sedangkan Return Saham adalah variabel terikat yang disebutkan dalam kerangka berpikir sebagai variabel Y.
2. Hubungan Return on Investment (ROI) dengan Return Saham Penelitian mengenai ada tidaknya pengaruh Return on Investment (ROI) terhadap return saham pernah dilakukan oleh Harjono Sunardi (2010) dimana penelitian yang dilakukan menghasilkan simpulan bahwa (ROI) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu kondisi perekonomian dalam periode 2007 - 2008 terjadi krisis global yang memberikan imbas terhadap pasar modal. Hal ini
30
menyebabkan kepanikan di pasar modal dan menyebabkan jatuhnya harga-harga saham perusahaan. Niekie Arwiyati Shidiq (2012) dimana ROI tidak berpengaruh secara signifikan atas return saham. Hal tersebut bisa disebabkan karena kurangnya variabel penelitian. Dari penelitian-penelitian yang disebutkan di atas sangat menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ROI terhadap return saham dengan menggunakan sampel berupa Laporan Keuangan tahunan perusahaanperusahaan yang terdaftar di BEI. Peningkatan permintaan saham secara langsung akan mempengaruhi pengembalian harga saham di bursa efek, maka dapat dikatakan ROI mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham.
3. Hubungan Economic Value Added (EVA) dengan Return Saham Penelitian yang berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap rate of return saham pernah dilakukan oleh Kennedy, Ruhul Fitrios, dan Mela Fajarini (2009) dimana adanya pengaruh EVA atas return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Variabel EVA berbading lurus dengan rate of return saham. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Geterida Pinangkaan (2012) bahwa EVA berpengaruh terhadap return saham. Nilai EVA mengalami fluktuasi. Dari penelitian-penelitian yang disebutkan di atas sangat menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh EVA terhadap return saham
31
dengan menggunakan sampel berupa Laporan Keuangan tahunan perusahaanperusahaan yang terdaftar di BEI. Kinerja perusahaan yang baik tentu saja para investor akan tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Tentu saja hal tersebut akan berdampak pada pengembalian harga saham pada perusahaan tersebut.
4. Hubungan Return on Investment (ROI) dengan Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham a. Signaling Theory Rasio profitabilitas (ROI) dan EVA merupakan salah satu analisis fundamental yang dapat digunakan oleh investor untuk mengukur kinerja perusahaan. Jika kinerja keuangan baik maka akan direspon oleh investor dan calon investor di pasar modal dengan meningkatnya harga saham dan berlakulah signaling theory. Signaling theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informai mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain. Signaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar.
32
Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. b. Analisis Fundamental Analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, tentang efektivitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya. Dengan analisis tersebut, para analisis mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Salah satu faktor yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Return on Investment (ROI) dan Economic Value Added (EVA). Tujuan analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana harga saham di pasar lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya, demikian juga sebaliknya. Peningkatan
permintaan
saham
secara
langsung
dan
kinerja
perusahaan yang baik tentu saja para investor akan tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Tentu saja hal tersebut akan berdampak pada pengembalian harga saham pada perusahaan tersebut dan akan mempengaruhi pengembalian harga saham di bursa efek, maka dapat dikatakan ROI mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham.
33
H. Model Konseptual Penelitian ini menggunakan konsep metode ROI dan EVA untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan-perusahaan go public yang listed pada Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2010 sampai dengan 2012. Analisis dengan ROI yang merupakan salah satu rasio keuangan, yaitu profitabilitas karena bisa dijadikan informasi bagi para investor untuk mengetahui kondisi perusahaan tersebut. Semakin tinggi nilai ROI menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin baik dan para investor akan memperoleh keuntungan dari dividen yang diterima semakin meningkat. Dengan demikian, meningkatnya dividen yang akan diterima oleh para pemegang saham dapat menjadi daya tarik bagi investor maupun calon investor untuk menanamkan dananya ke perusahaan tersebut. Dengan semakin besarnya daya tarik tersebut, maka semakin banyak investor yang menginginkan saham perusahaan tersebut. Metode EVA memaparkan gagasan penciptaan nilai melalui economic profit yang menambah nilai
perusahaan, hasil
perhitungan EVA
positif menunjukkan
tingkat
pengembalian atas modal yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal, hal ini berarti bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai tambah bagi pemilik perusahaan berupa tambahan kekayaan. Pada penelitian ini ditetapkan model konseptual pada gambar berikut:
34
Laporan Keuangan Perusahaan-perusahaan yang Listed pada BEI
Perhitungan ROI
Perhitungan EVA
Analisis Kinerja dan Nilai Tambah Berdasarkan ROI
Analisis Kinerja dan Nilai Tambah Berdasarkan EVA
Perbandingan ROI dan EVA
Kesimpulan
Gambar 2.2 Model Konseptual