BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
SISTEM MANUFAKTUR Sistem manufaktur adalah : penerapan proses fisik dan kimia untuk
mengubah geometri, sifat-sifat, dan atau merubah suatu penampilan atau bentuk suatu material awal dalam pembuatan komponen atau produk termasuk juga aktifitas penggabungan komponen untuk membuat produk rakitan.
Enterprise level
Manufacturing support system
Manufacturing support Quality control system
Factory level Production system
Manufacturing system
fasilities
Material handling technologies
Automation and control technologies
Gambar 2.1 : Bagan Proses Manufaktur
2.1.1.
KOMPONEN POKOK SISTEM MANUFAKTUR
a. Mesin produksi : Berfungsi untuk melaksanakan proses operasi permesinan yang memberikan nilai tambah pada material atau barang setengah jadi hingga terbentuk produk akhir yang bernilai tambah.
1. Manually Operated Mesin bekerja menggunakan tenaga motor yang dikendalikan oleh manusia. Contoh Mesin bubut, gergaji, bor, dll. 4
2. Semi automated Mesin bekerja berdasarkan kendali program. Manusia diperlukan untuk membantu proses loading/unloading setiap siklus kerja. Contoh : Mesin CNC. 3. Fully automated Mesin mampu bekerja mandiri lebih dari satu siklus kerja. Contoh : Mesin Injection Moulding. Mesin ini mampu bekerja mandiri menghasilkan produk dalam jumlah yang banyak. Manusia diperlukan saat terjadi hambatan proses operasi.
b. Sistem material handling : Berfungsi untuk memindahkan material dari satu posisi ke posisi lain dalam perusahaan. 2. Loading and Unloading : Memasukkan benda kerja kedalam mesin produksi dan mengeluarkannya saat selesai proses. 3. Positioning : Menempatkan benda kerja pada posisi siap operasi dan memasang benda kerja pada Workhead mesin. Biasanya ditambahkan sebuah Workholder (pemegang benda kerja). 4. Transporting : Memindahkan benda kerja diantara stasiun kerja dalam sistem banyak stasiun kerja. 5. Temporary Storage : Memberikan jaminan operasi mesin dari kelangkaan benda kerja.
Variable Routing WS1
Work Unit
WS4
WS2
WS3
WS5
WS6
Completed
Fixed routing
WS1
WS2
WS3
WS4
WS5
WS6
Gambar 2.2 : Bagan Proses Routing Material 4
c. Sistem komputer pengendali : Berfungsi untuk mengendalikan fungsi peralatan yang terotomasi atau yang semi terotomasi dan juga untuk mengkoordinasikan dengan kegiatan manajemen. 1. Mengkomunikasikan Instruksi Kerja : Proses pengerjaan atau proses perakitan tertentu untuk benda kerja tertentu perlu dikomunikasikan 2. Mengunduh Part Program : Utamanya pada mesin CNC 3. Pengendali Sistem Material Handling : Agar stasiun kerja bisa sinkron 4. Penjadwalan Produksi 5. Diagnosa Kegagalan 6. Monitoring Keselamatan Kerja 7. Pengendalian Kualitas 8. Pengelolaan Operasi secara keseluruhan
d. Sumber Daya Manusia : Berfungsi sebagai pelaku proses pengendali baik manual maupun yang terotomasi. Berikut fungsi SDM dalam industri : 1. Melaksanakan proses penambahan nilai 2. Sebagai Direct Labor 3. Melaksanakan kerja manual 4. Mengendalikan mesin 5. Melaksanakan Loading and unloading 6. Mengganti dan mempertajam tool 7. Membuat program komputer pengendali 8. Perawatan dan penggantian
4
2.1.2.
KLASIFIKASI SISTEM MANUFAKTUR
Tabel 2.1 : Klasifikasi sistem manufaktur Faktor Tipe Operasi
Jumlah Stasiun Kerja
Alternatif
Operasi Pengerjaan
Operasi Perakitan
Stasiun Tunggal (Type IM, IA)
Stasiun Banyak Variabel routing (Type IIM, IIA) Fixed Routing (Type IIIM, IIIA)
Manual (Type IM, IIM, IIIM)
Semi-automated (Type IIH, IIIH)
Fully automated (Type IIA, IIIA)
Variasi
Identik (Single Model = S)
Komponen/Produk
Bervariasi (Mixed Model = X)
Batch Model = B
Tingkat Otomasi
Sumber: Slide Presentasi Pengantar Sistem Manufaktur, Albertus Daud
2.1.3.
TIPE OPERASI Secara umum ada 2 kategori : Operasi Perakitan dan Operasi Pengerjaan.
a. Operasi Pengerjaan 1. Proses pembahanan 2. Proses pemotongan 3. Proses konstruksi 4. Dll b. Operasi Perakitan 1. Pengeleman 2. Penyekrupan 3. Finishing 4. Dll 4
Komponen dapat digolongkan kedalam kelompok rotasional dan nonrotasional yang akan sangat menentukan jenis operasi proses yang diperlukan.
2.1.4.
TIPE STASIUN KERJA
a. Tipe I : Stasiun Tunggal, n = 1 bisa jadi manual, semi automated atau fully automated. b. Tipe II : Stasiun Banyak dengan rute berubah-ubah, n > 1; proses layout. c. Type III : Stasiun Banyak dengan rute tetap, n > 1 ; produk layout.
2.1.5.
TINGKAT OTOMASI Manning level (M) identik dengan tingkat otomasi sistem manufaktur.
Otomasi
Manual
0
M
≥1
Gambar 2.3 : Tingkat Otomasi Produksi a. Manning level (M) identik dengan tingkat otomasi sistem manufaktur b. M = 1 ; 1 pekerja 1 stasiun kerja c. M = 0,25 ; 1 pekerja 4 stasiun kerja d. M = 2 ; 2 pekerja 1 stasiun kerja
4
2.1.6. Work flow
SISTEM MANUFAKTUR M
in
out
out
in
Work flow
A
Tipe 1 A
Tipe I M
Work in
M
M
M
Work out
Work in
M
Tipe II M Work in
A
A
A
A
Work out
Tipe II A
M
M
M
Work out
M
Tipe III M
Work in
Work out A
A
A
A
Tipe III A
Work in
M
Work out
M A
A
Tipe III H Tipe II H Work in
A
M
A
M
Work out
4
Gambar 2.4 : Sistem Manufaktur dalam Produksi
2.1.7.
VARIASI KOMPONEN / PRODUK
a. Sebuah sistem manufaktur bisa jadi mampu mengerjakan: 1. Beda jenis atau warna 2. Beda komponen 3. Beda ukuran 4. Beda geometri komponen mesin b. Single Model disimbolkan S, tidak punya variasi produk, tidak diperlukan flexibilitas sistem manufaktur. c. Batch Model disimbolkan B, model sama dalam satu batch, beda dalam lain batch, diperlukan fleksibilitas yang cukup. d. Mixed Model disimbolkan X, Produk sangat bervariasi, diperlukan fleksibilitas yang tinggi.
2.1.8.
FLEKSIBILITAS SISTEM MANUFAKTUR Memungkinkan Sistem Manufaktur Mixed Model mengerjakan variasi
komponen / produk tanpa penghentian. Kemampuan yang harus dimiliki : a. Identifikasi perbedaan variasi produk b. Penggantian instruksi kerja c. Penggantian set-up peralatan
3.2.
KONSEP PRODUKTIVITAS Produktivitas berasal dari kata “produktiv” artinya sesuatu yang
mengandung potensi untuk digali, sehingga produktivitas dapatlah dikatakan sesuatu proses kegitan yang terstruktur guna menggali potensi yang ada dalam sebuah komoditi/objek. Filosofi produktivitas sebenarnya dapat mengandung arti keinginan dan usaha dari setiap manusia (individu atau kelompok) untuk selalu meningkatkan mutu kehidupannya dan penghidupannya.
4
Secara
umum
produktivitas
diartikan
atau
dirumuskan
sebagai
perbandingan antara keluaran (output) dengan pemasukan (input), sedangkan menurut Ambar Teguh Sulistiani dan Rosidah (2003:126) mengemukakan bahwa produktivitas adalah “Menyangkut masalah hasil akhir, yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh didalam proses produksi, dalam hal ini adalah efisiensi dan efektivitas”. Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan (2003:126) produktivitas adalah : “Perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik
ini
hanya
dimungkinkan
oleh
adanya
peningkatan
efesiensi
(waktu,bahan,tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut :
Output yang dihasilkan Produktivitas = Input yang digunakan
3.2.1.
UNSUR-UNSUR YANG TERDAPAT DALAM PRODUKTIVITAS Dari beberapa pendapat mengenai produktivitas memiliki dua dimensi,
yaitu : a. Efektivitas yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan berkualitas, kuantitas, dan waktu. b. Efesiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan input direncanakan dengan input sebenarnya. Apabila ternyata input yang sebenarnya digunakan semakin besar penghematannya, maka tingkat efesiensi semakin tinggi.
Apabila kedua tersebut dikaitkan satu dengan yang lainnya, maka terjadinya peningkatan efektivitas tidak akan selalu menjamin meningkatnya efesiensi.
4
Produktivitas
Efektivitas pelaksanaan tugas mencapai tujuan
=
Efisiensi penggunaan sumber-sumber masukan ke proses
3.2.2.
JENIS-JENIS PRODUKTIVITAS Bila dikelompokkan akan dijumpai tiga tipe dasar produktivitas. Tiga tipe
dasar ini merupakan model pengukuran produktivitas yang paling sederhana berdasarkan pendekatan rasio output/input, yaitu : a. Produktivitas Parsial Perbandingan
dari
keluaran
terhadap
salah
satu
faktor
masukan. Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja (perbandingan dari keluaran dan masukan tenaga kerja)merupakan salah satu ukuran produktivitas parsial. Pada pengukuran produktivitas parsial, produktivitas unit proses secara spesifik dapat diukur. b. Produktivitas Faktor-total Perbandingan dari keluaran dengan jumlah tenaga kerja dan modal. Keluaran bersih adalah keluaran total dikurangi jumlah barang dan jasa yang dibeli. B e r d a s a r k a n f a k t o r d i a t a s j e n i s i n p u t y a n g d i g u n a k a n d a l a m p e n g u k u r a n produktivitas factor total hanya tenaga kerja dan modal. c. Produktivitas Total Perbandingan dari kelua ran dengan jumlah keseluruhan faktor faktor
masukan, pengukuran
mencerminkan
pengaruh
total
bersama
produktivitas
faktor
seluru hmasukan
dalam
menghasilkan keluaran.
3.3.
ANALISIS METODE KERJA Menurut Barry render, Jay Heizer (2001: 241) Tanggapan operator atas sebuah mesin, baik itu melalui alat, pedal,
pengungkit, atau tombol, harus dievaluasi. Apakah operator mempunyai kekuatan, 4
daya refleks, persepsi, dan kapasitas mental untuk memberikan pengendalian yang diperlukan. Demikian pula, umpan balik pada operator diberikan dengan suara, apa yang dilihat, dan apa yang dirasakan. Pemilihan umpan balik pada operator jangan dilakukan sembarangan. Penempatan yang tepat untuk operasi dapat dilakukan, disesuaikan dengan berbagai kondisi. Analisis metode kerja memfokuskan pada bagaimana suatu tugas dilaksanakan. Dalam mengendalikan mesin maupun dalam membuat atau merakit komponen, cara suatu tugas dilaksanakan bisa menghasilkan kinerja, keamanan dan mutu hasil kerja yang berbeda. Dengan menggunakan pengetahuan ergonomi dan analisis atas metode kerja, insinyur metode kerja bertanggung jawab dalam memastikan standar mutu dan kuantitas yang dicapai secara efisien dan aman. Analisis metode kerja dan teknik-teknik yang berkaitan sangat berguna dilingkungan kantor dan pabrik. Teknik-teknik metode kerja digunakan untuk menganalisis : a. Perpindahan manusia atau bahan baku. Analisisnya dengan menggunakan diagram arus dan diagram proses dengan detail yang bermacam-macam. b. Kegiatan manusia dan mesin serta awak mesin. Analisis ini menggunakan diagram kegiatan (juga dikenal sebagai diagram manusia-mesin dan diagram awak mesin atau disebut Man Machine Chart). c. Gerakan tubuh (utamanya lengan dan tangan). Analisis ini menggunakan diagram gerakan-mikro.
3.4.
PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran waktu kerja merupakan langkah awal dalam membuat jadwal
produksi. Sebelum pengukuran kerja dilakukan maka perlu untuk diketahui pengertian dan cara melakukan pengukuran kerja seperti yang dijelaskan dibawah ini. Pengukuran waktu kerja (time study/ time measurement) merupakan suatu studi tentang pengukuran waktu. Pengukuran ini berguna untuk menentukan
4
waktu baku (Standart Time) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dimana waktu baku sendiri sangat diperlukan untuk: a. Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja) b. Estimasi biaya-biaya untuk upah pekerja c. Penjadwalan produksi dan penganggaran d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi pekerja yang
berprestasi. e. Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
Standar tenaga kerja yang tepat mewakili lamanya waktu yang dibutuhkan oleh rata-rata karyawan untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dalam kondisi kerja yang normal. Standar kerja bisa dilakukan dengan 4 cara : d. Pengalaman masa lalu e. Studi waktu f. Standar waktu yang telah ditetapkan sebelum pekerjaan dilakukan g. Penetapan sampel kerja
3.4.1.
STUDI WAKTU (TIME STUDY / TIME MEASUREMENT)
a. Pengukuran waktu kerja secara langsung Merupakan pengukuran waktu kerja yang dilaksanakan secara langsung yaitu di tempat dimana pekerjaan yang diukur dijalankan. Yang termasuk di dalamnya adalah: 1. Pengukuran kerja dengan metode jam henti (stop watch time study) 2. Sampel pekerjaan (work sampling)
b. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung Merupakan pengukuran waktu kerja yang dilaksanakan secara tidak langsung yaitu bahwa si pengamat tidak harus berada di tempat pekerjaan yang diukur. Perhitungan waktu kerja dilakukan dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemenelemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan. 4
PERBANDINGAN
3.4.2.
PENGUKURAN
WAKTU
SECARA
LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG a. Cara langsung 1. Digunakan dalam Mass Produksi atau pekerjaan berulang-ulang 2. Estimasi tenaga kerja yang efisien dan praktis karena hanya mencatat waktu kerja dengan bantuan jam henti 3. Hasilnya akurat meskipun relatif lebih lama dari cara langsung 4. Harus pergi langsung ke stasiun kerja 5. Data waktu gerakan sesuai dengan kondisi fisik etnis operator b. Cara tidak langsung 1. Digunakan dalam Pre – design Produk 2. Estimasi harga jual dalam quotation 3. Tidak perlu pergi ke stasiun kerja langsung aktu relatif singkat ( imulasi software)
4.
5. Menggunakan Data waktu gerakan berupa tabel tetapi belum ada gerakan menyeluruh dan terperinci 6. Dibutuhkan ketelitian yang akurat dari pengamat karena akan mempengaruhi perhitungannya termasukke akuratan melihat tabel gerakan dan kondisi kerja sebenarnya.
3.4.3.
STOP WATCH TIME STUDY Diperkenalkan pertama kali oleh Frederick Winslow Taylor yang
melakukan pengukuran waktu kerja terhadap karyawan untuk mengetahui output standart yang bisa dihasilkan oleh karyawannya. Stop watch time study termasuk dalam kategori metode pengukuran kerja secara langsung yang baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran dengan metode ini maka akan diperoleh waktu baku/ waktu standar untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan. Waktu baku ini
4
dapat digunakan sebagai standart penyelesaian pekerjaan bagi pekerja yang melaksanakan pekerjaan sejenis. Pada pengukuran waktu kerja dengan stop watch time study berlaku asumsi-asumsi dasar sebagai berikut: a. Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu sebelum mengaplikasikan waktu baku ini untuk pekerjaan yang serupa. b. Operator harus memahami benar prosedur dan metode pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja. Operator-operator yang akan dibebani dengan waktu baku, diasumsikan memiliki tingkat ketrampilan dan kemampuan yang sama dan disesuaikan untuk pekerjaan tersebut. Untuk ini persyaratan mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisis waktu kerjanya benar-benar memiliki tingkat kemampuan yang rata-rata. c. Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak jauh berbeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan. d. Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk seluruh periode kerja yang ada.
Aktivitas pengukuran kerja dengan stop watch umumnya diaplikasikan pada industri manufakturing yang memiliki karakteristik kerja yang berulangulang, terspesifikasi jelas, dan menghasilkan output yang relatif sama. Namun aktivitas pengukuran dengan stop watch ini juga bisa diaplikasikan untuk pekerjaan non manufakturing seperti aktivitas perkantoran maupun jasa layanan dengan syarat dipenuhinya beberapa kriteria seperti:
a. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform. b. Isi / macam pekerjaan harus homogen. c. Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung.
4
d. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya.
3.4.4.
LANGKAH – LANGKAH PENGUKURAN KERJA
TETAPKAN PROSES yang akan diukur dan beritahu Leader / Operator TUJUAN pengukuran
Agar bekerja dengan wajar sesuai standart
Bagi proses kerja ke dalam ELEMEN KERJA, amati catat waktu yang dibutuhkan operator
Handycam,stopwatch,lembar kombinasi proses, alat tulis,kalkulator
PENGUJIAN DATA Kecukupan dan keseragaman
Lembar pengujian data Membantu keyakinan Pengamatan (tergantung dari jenis penelitian)
Dari hasil pengamatan tetapkan RATING PERFORMANCE operator Agar diperoleh waktu normal
Lihat tabel penyesuaian (ada beberapa cara)
Tetapkan ALLOWANCE /kelonggaran proses untuk memberikan toleransi untuk faktor kelelahan, pergerakan, /sifat manusiawi
Hitung average cycle time dari pengamatan elemen Kerja dan Hitung STANDARD TIME/WAKTU BAKU
Gunakan Rumus WN = C/T x P WS = WN : (1-allowance)
Gambar 2.5 : Bagan Langkah-langkah Pengukuran Kerja Keterangan : WN
: Waktu normal
C/T
: Cicle time ( waktu siklus )
Alowance : Faktor-faktor kelonggaran WB
: Waktu baku
P
: Performance rating ( peringkat kinerja )
4
3.4.5.
MENENTUKAN
PERFORMANCE
RATING
DENGAN
WESTING HOUSE
Tabel 2.2 : Westing House Table
Sumber : Materi Training PT. AST Indonesia
P = 1 (+)/(-)skill (+)/(-)effort (+)/(-)condition (+)/(-) consistensy
(2.2)
P>1 P=1 P<1
Penilaian berdasarkan 4 faktor: a. SKILL (Ketrampilan) : kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. b. EFFORT (Usaha) : kesungguhan yang ditunjukkan operator ketika bekerja.
4
c. CONDITION (Kondisi kerja) : kondisi lingkungan fisik lingkungan (pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan) d. CONSISTENCY (Konsistensi): kenyataan bahwasetiap hasil pengukuran waktu menunjukkan hasil yang berbeda-beda.
3.4.6.
MENENTUKAN ALLOWANCE FACTOR Dalam
sebuah
siklus
kegiatan,
faktor-faktor
lain
yang
akan
menyebabkan terhentinya pekerjaan merupakan hal yang sangat manusawi. Ini yang dinamakan alowance factor atau biasa disebut faktor kelonggaran waktu terhadap sebuah siklus kegiatan. Waktu khusus diluar kegiatan meliputi, personal needs, istirahat, melepas lelah, dan alasan lain diluar kontrol. a. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan personal Yang termasuk kebutuhan pribadi disini meliputi, minum, ke kamar kecil, bercakap-cakap masalah pekerjaan dan yang lainnya. Kelonggaran waktu untuk keperluan pribadi ini bisa ditetapkan sekitar 47%. b. Kelonggaran waktu untuk melepas lelah Kelelahan bisa meliputi kelelahan fisik maupun mental akibat pekerjaan yang dihadapi. Lama waktu periode istirahat dan frekuensi pengadaannya akan tergantung pada jenis pekerjaannya. c. Kelonggaran waktu karena keterlambatan Keterlambatan bisa diakibatkan oleh 2 faktor yaitu, keterlambatan yang dapat dihindari (avoidable delay) dan keterlambatan yang tidak dapat dihindari (unavoidable delay). Keterlambatan ini biasanya terjadi karena faktor dari mesin, operator, sistem kerja, dll. Untuk PT. Denka Panel Industri sendiri telah menetapkan alowance factor sebesar 10% pada setiap pekerjaan yang ada.
3.5.
ANALISA KELAYAKAN INVESTASI 4
Beberapa metoda yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan investasi, yaitu :Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Profitabilitas Indeks (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan Average Rate of Return (ARR). Dasar perhitungan metode Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Profitabilitas Indeks (PI), Internal Rate of Return (IRR) adalah aliran kas (cash flow), sedangkan dasar perhitungan dalam metode Average Rate of Return (ARR) adalah keuntungan neto sesudah pajak yang dilaporkan dalam buku (reported accounting income).
3.5.1.
METODE PAYBACK PERIOD (PP) Payback Period merupakan metode yang digunakan untuk menghitung
lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas masuk (proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Apabila proceeds setiap tahunnya jumlahnya sama, maka Payback Period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi (outlays) dengan proceeds tahunan. Rumus yang digunakan untuk menghitung Payback Period adalah sebagai berikut: Payback Period (PP) =
Investasi kas bersih
Aliran kas masuk bersih tahunan
Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan Payback Period adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika Payback Period lebih pendek dibandingkan periode payback maximum.Sebaliknya, jika Payback Period (PP) suatu investasi lebih panjang daripada periode payback maximum, maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternative investasi maka untuk menentukan alternative terbaik dilakukan pemilihan investasi yang mempunyai Payback Period yang paling pendek. Metode Payback Period (PP) sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat pengambalian investasi mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: 4
Tabel 2.3 : Kelebihan dan Kekurangan Payback Period Kelebihan
Kekurangan
1
Mudah
dihitung,
tidak
1
Tidak mampu memberikan
.
memerlukan data yang
.
informasi tentang tingkat
banyak
profitabilitas investasi
2
Berdasarkan pada cash
2
Tidak
.
basis, bukan actual basis
.
nilai waktu uang
3
Cukup
untuk
3
Sulit membuat kesimpulan
.
mengukur nilai investasi
.
jika terdapat dua peluang
yang
akurat
memperhitungkan
diperbandingkan
investasi atau lebih yang
untuk beberapa kasus dan
memiliki umur ekonomis
bagi pembuat keputusan
yang tidak sama
4
Dapat digunakan untuk
4
Tidak
.
melihat hasil-hasil yang
.
pengembalian
dapat
diperbandingkan
dan
setelah
mengabaikan
memperhitungkan
melewati
investasi waktu
Payback Period
alternatif-alternatif investasi
yang
buruk
(tidak menguntungkan) 5
Menekankan
.
alternatif-alternatif
pada
investasi yang memiliki periode
pengembalian
lebih cepat
Dengan melihat kelebihan dan kekurangan pada metode Payback Period, maka metode tersebut cocok digunakan jika dalam kondisi:
4
a. Kecepatan informasi atau estimasi nilai pengembalian investasi sangat penting b. Ketepatan penghitungan tidak begitu penting c. Risiko dimasa yang akan datang diperkirakan cukup tinggi.
3.5.2.
METODE NET PRESENT VALUE (NPV) Metode Net Present Value (NPV) digunakan untuk mengurangi
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode Payback Period. Metode Net Present Value merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Oleh karena itu, untuk melakukan perhitungan kelayakan investasi dengan metode NPV diperlukan data aliran kas keluar awal (initial cash outflow), aliran kas masuk bersih dimasa yang akan datang (future net cash inflows), dan rate of return minimum yang diinginkan. Jika hasil perhitungan NPV positif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan rate of return minimum yang diinginkan. Sebaliknya jika NPV negatif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan rate of return minimum yang diinginkan, maka investasi harus ditolak. Rumus untuk menghitung Net Present Value adalah: n
Net Present Value (NPV) = å t=0
At (1+ k) t
Apabila setiap tahun investasi menghasilkan proceeds yang sama besarnya, maka Net Present Value (NPV) dapat dihitung dengan menggunakan bantuan tabel Present Value (PV) annuity. Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode Net Present Value (NPV) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak, jika
Net
Present
Value
(NPV)
lebih
besar
dari
nol
atau
bernilai
positif.Sebaliknya, jika Net Present Value (NPV) suatu investasi lebih kecil dari nol atau bernilai negatif maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.Apabila 4
terdapat beberapa alternatif investasi maka untuk alternatif investasi yang terbaik dipilih dengan cara menentukan alternatifinvestasi yang mempunyai Net Present Value (NPV)yang paling besar. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan metode Net Present Value (NPV):
Tabel 2.4: Kelebihan dan Kekurangan Net Present Value Kelebihan
Kekurangan
1
Memperhitungkan tingkat
1
Sulitnya menentukan rate
.
bunga yang sebenarnya
.
minimum
yang
diinginkan 2
Mudah diterapkan karena
2
Tidak menunjukkan rate
.
tidak
.
of return sebenarnya
3
Adanya
.
semua aliran kas masuk
menggunakan
pendekatan
trial
and
error 3
Mudah
.
dengan dengan
menyesuaikan risiko,
yaitu
menggunakan
tingkat
bunga
yang
berbeda
untuk
tahun-
bersih
asumsi
segera
diinvestasikan
bahwa
dapat kembali
pada rate yang dipilih
tahun berikutnya 4
Metode
.
sesederhana
ini
tidak metode
Average Rate of Return (ARR) maupun metode Payback Period (PP)
3.5.3.
METODE PROFITABILITAS INDEX (PI) Metode Profitabilitas Indeks (PI) atau sering disebut dengan Desirabilty
Index (DI) merupakan metode yang menghitung perbandingan antara nilai 4
sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (proceeds) dengan nilai sekarang investasi (outlays). Rumus yang digunakan untuk menghitung Profitabilitas Indeks (PI) adalah sebagai berikut: Profitability Index (PI) =
Proceeds Outlays
Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke tahun, maka seperti halnya dalam metode Net Present Value (NPV) untuk menghitung dengan Profitabilitas Indeks (PI), harus menghitung Present Value dari Proceeds setiap tahunnya terlebih dahulu untuk dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah Present Value dari keseluruhan Proceeds yang diharapkan dari investasi. Kriteria
kelayakan
penerimaan
investasi
menggunakan
metode
Profitabilitas Indeks (PI) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika Profitabilitas Indeks (PI) lebih besar dari satu.Sebaliknya, jika Profitabilitas Indeks (PI) suatu investasi lebih kecil dari satu maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka alternatif investasi terbaik ditentukan dengan cara memilih alternatif investasi yang mempunyai Profitabilitas Indeks (PI) yang paling besar. Karena Profitabilitas Indeks (PI) merupakan bentuk lain dari pendekatan Net Present Value (NPV) maka kelebihan dan kekurangan metode ini relative sama dengan kelebihan dan kekurangan metode Net Present Value (NPV), seperti pada tabel berikut ini. Tabel 2.5 : Kelebihan dan Kekurangan Profitability Index Kelebihan
Kekurangan
1
Memperhitungkan tingkat
1
Sulit
.
bunga yang sebenarnya
.
minimum
menentukan
rate yang
diinginkan 2
Mudah diterapkan karena
2
Tidak menunjukkan rate
.
tidak
.
of return sebenarnya
menggunakan 4
pendekatan
trial
and
error 3
Mudah
.
dengan dengan
menyesuaikan risiko,
yaitu
3
Adanya
.
semua aliran kas masuk
menggunakan
tingkat
bunga
yang
berbeda
untuk
tahun-
asumsi
bersih
bahwa
segera
diinvestasikan
dapat kembali
pada rate yang dipilih
tahun berikutnya 4
Metode
ini
.
sesederhana
tidak metode
Average Rate of Return (ARR) maupun metode Payback Period (PP) 5
Pada
.
analisis
umumnya
hasil
metode
Net
Present Value (NPV) dan Profitability Index (PI) selalu konsisten. Dengan kata
lain,
jika
NPV
menyimpulkan
layak
maka
akan
PI
juga
menyimpulkan
layak.
Demikian
juga
sebaliknya. Namun, untuk menghitung
PI,
NPV
harus dihitung terlebih dahulu sehingga jika NPV telah
dihitung
perhitungan bermanfaat.
4
PI
maka kurang
3.5.4.
METODE INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) Metode Internal Rate of Return (IRR) pada dasarnya merupakan metode
untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek.Maka pada prinsipnya metode ini digunakan untuk menghitung besarnya rate of return yang sebenarnya. Pada dasarnya internal rate of return harus dicari dengan cara trial and error. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut: n
é A t
ù ú=0 1 û
åê (1+r) t=0
ë
Keterangan : R
= Tingkat bunga yang akan menjadikan PV dan proceeds sama dengan P.V, dari capital outlays
At
= Cashflow untuk periode t
N
= Periode terakhir dimana cash flow diharapkan
Jika initial cash flow terjadi pada waktu 0 maka persamaannya dapat dinyatakan sebagai berikut:
A0 =
A1 A2 An + + ......... + 2 (1+ r) (1+ r) (1+ r) n
Selanjutnya, dengan mengadakan interpolasi dari 2 tingkat bunga yang dipilih secara coba-coba r-nya dapat dihitung seperti cara tersebut di atas. Dengan rumus IRR seperti tersebut di atas maka langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghitung nilai IRR adalah sebagai berikut: Menghitung present value dari proceeds suatu investasi dengan menggunakan tingkat bunga yang dipilih secara apriori. Membandingkan hasil perhitungan present value dari proceeds dengan jumlah present value dari investasi (outlays). Jika present value dari proceeds lebih tinggi dibandingkan jumlah present value dari investasi (outlays) maka 4
tingkat bunga yang lebih tinggi harus digunakan. Sebaliknya, jika present value dari proceeds lebih kecil dari present value dari investasi outlays-nya maka tingkat bunga yang lebih rendah harus digunakan. Ulangi langkah ketiga hingga menemukan tingkat bunga yang dapat menjadikan present value dari proceeds sama besarnya dengan present value dari outlays-nya. Pada tingkat bunga yang dapat menjadikan present value dari proceeds sama besarnya dengan present value dari outlay-nya, Net Present Value (NPV) dari usul investasi tersebut adalah Rp 0 (nol) atau mendekati nol. Besarnya tingkat bunga tersebut menggambarkan besarnya IRR dari usul investasi tersebut. Ada dua permasalahan dalam menghitung IRR, yaitu aliran kas masuk sama untuk setiap periode dan aliran kas masuk yang tidak sama untuk setiap periode. Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode IRR adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat keuntungan yang dikehendaki.Sebaliknya, jika IRR suatu investasi lebih kecil dari tingkat keuntungan yang dikehendaki maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka pilih alternatif investasi terbaik dengan memilih alternatif investasi yang mempunyai IRR yang paling besar. Metode IRR sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat pengembalian investasi mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
4
Tabel 2.6 : Kelebihan dan Kekurangan Internal Rate of Return Kelebihan
Kekurangan
1
Menghindari
pemilihan
1
Lebih rumit, terutama jika
.
rate of return minimum
.
aliran kas bersih tidak
yang diinginkan
sama untuk setiap periode
2
Memperoleh
.
return yang sebenarnya
3
Berdasarkan
.
rate
of
rate
of
2
Harus
menggunakan
.
analisis sensitivitas
preferensi
return
yang
sebenarnya bukan sekedar selisih Net Present Value (NPV) 4
Tidak
memiliki
.
untuk
menginvestasikan
kembali
seperti
beban
yang
digambarkan pada metode Net Present Value (NPV)
3.5.5.
METODE AVARAGE RATE OF RETURN (ARR) Metode Average Rate of Return (ARR) merupakan metode yang
digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi. Tingkat keuntungan yang digunakan dalam metode ini adalah laba setelah pajak dibandingkan dengan total atau rata-rata investasi. Metode ini tidak mendasarkan pada proceeds atau cash flow, melainkan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku (report accounting income) sehingga metode ini sering disebut dengan Accounting Rate of Return. Rumus yang digunakan untuk menghitung ARR adalah sebagai berikut: Average Rate of Return (ARR) atas dasar initial investment ARR = Laba setelah Pajak x 100% Investasi awal 4
Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode ARR adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika ARR lebih besar dari minimum accounting rate of return yang dikehendaki. Sebaliknya, jika ARR lebih kecil dari minimum accounting rate of return yang dikehendaki maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Apabila terdapat beberapa alternatif investasi, maka alternatif investasi terbaik dipilih dengan cara menentukan alternatif investasi yang mempunyai ARR yang paling besar. Metode
ARR
sebagai
alat
analisis
untuk
menentukan
tingkat
pengembalian investasi mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Tabel 2.7 : Kelebihan dan Kekurangan Average Rate of Return Kelebihan
Kekurangan
1
Kesederhanaannya
.
mudah mengerti
2
Metode
.
perhitungannya
ini
menggunakan
dan
dalam
1
Tidak
.
time value of money
2
Menitikberatkan
.
masalah accounting dan
data
kurang
memperhatikan
pada
memperhatikan
accounting yang sudah
cash flow dari investasi
tersedia sehingga tidak
yang bersangkutan.
memerlukan perhitungan tambahan 3
Merupakan
.
jangka
pendekatan
pendek
dengan
menggunakan angka ratarata yang menyesatkan 4
Kurang
.
panjangnya jangka waktu investasi
4
memperhatikan
METODE BENEFIT COST RATIO (BCR)
3.5.6.
Benefit cost ratio adalah perbandingan nilai ekuivalen semua manfaat terhadap nilai ekuivalen semua biaya. Perhitungan nilai ekuivalen dapat dilakukan menggunakan salah satu dari analisis nilai sekarang, nilai pada waktu yang datang atau nilai tahunan.
B/C =
3.6.
PWmanfaat FWmanfaat AWmanfaat = = PWbiaya FWbiaya AWbiaya
ANALISA DATA KELAYAKAN INVESTASI Analisa data yang digunakan untuk melakukan analisis pada aspek
keuangan adalah analisis kuantitatif, dengan menggunakan analisis kemampuan pemenuhan kebutuhan permodalan dan analisis kelayakan investasi, seperti Payback Period (PP),Net Present Value (NPV), Profitability Indeks (PI), Internal Rate of Return (IRR), Average Rate of Return (ARR) dan Benefit Cost Ratio (BCR). Kriteria kelayakan kemampuan kebutuhan permodalan adalah dengan membandingkan antara besarnya kebutuhan permodalan dengan kemampuan untuk menyediakan permodalan. Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan kemampuan menyediakan permodalan jika pelaku bisnis mampu menyediakan permodalan yang lebih besar atau sama dengan kebutuhan permodalan. Kriteria penerimaan investasi untuk masing-masing rasio kelayakan investasi adalah sebagai berikut: Payback Period (PP), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Payback Period (PP) lebih cepat dibandingkan dengan payback minimum. Sebaliknya, jika Payback Period (PP) lebih lama dari payback minimum maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. PP<payback minimum, maka ide bisnis dinyatakan layak. PP≥payback minimum, maka ide bisnis dinyatakan tidak layak. 4
Net Present Value (NPV), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Net Present Value (NPV) lebih besar dari 0 (nol) atau bernilai positif. Sebaliknya, jika nilai Net Present Value (NPV) lebih kecil dari 0 (nol) atau bernilai negatif maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. Suatu ide bisnis yang memiliki nilai Net Present Value lebih kecil dari 0 (nol) atau negatif berarti seluruh pendapatan yang diterima dari ide bisnis tersebut belum mampu menutup semua biaya yang dikeluarkan. NPV>0 (nol), maka ide bisnis dinyatakan layak. NPV≤0 (nol), maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.
Profitability Indeks (PI), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Profitability Indeks (PI) lebih besar dari 1 (satu). Sebaliknya, jika Profitability Indeks (PI) lebih kecil dari 1 maka rencana proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. Suatu rencana proyek yang memiliki nilai Profitability Indeks (PI) lebih kecil dari 1 berarti pendapatan tersebut tidak dapat menutup biaya yang harus dikeluarkan. PI>1 (satu), maka ide bisnis dinyatakan layak. PI≤1 (satu), maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.
Internal Rate of Return (IRR), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari tingkat keuntungan yang dikehendaki. Sebaliknya, jika Internal Rate of Return (IRR) lebih kecil dari tingkat keuntungan yang dikehendaki maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. IRR> tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakan layak. IRR≤tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.
Tingkat keuntungan yang dikehendaki dapat digunakan sebagai bunga simpanan tertinggi yang dapat diperoleh.Suatu ide bisnis yang memiliki nilai 4
Internal Rate of Return (IRR) lebih kecil dari tingkat keuntungan yang dikehendaki berarti bahwa pendapatan tersebut dinilai tidak efisien karena masih lebih kecil dibandingkan dengan bunga yang semestinya diperoleh jika biaya tersebut disimpan di bank. Average Rate of Return (ARR), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Average Rate of Return (ARR) lebih besar dari minimum accounting rate of return yang dikehendaki. Sebaliknya, jika Average Rate of Return (ARR) lebih kecil dari tingkat minimum accounting rate of return yang dikehendaki maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. ARR<minimum accounting rate of return yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakan tidak layak. ARR≥minimum accounting rate of return yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakanlayak.
Benefit Cost Ratio (BCR), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai BCR lebih besar dari 1 (satu). Sebaliknya, jika nilai BCR lebih kecil dari 1 (satu) maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan.
Kriteria pengambilan keputusan: a. Alternatif tunggal Jika nilai B/C ≥ 1, makaide bisnis dinyatakan layak. Jika nilai B/C < 1, makaide bisnis dinyatakan tidak layak. b. Beberapa alternatif (incremental) Jika nilai B/C ≥ 1 (alternatif terpilih: biaya yang lebih besar) Jika nilai B/C < 1(alternatif terpilih: biaya yang lebih kecil)
4