BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Signal ( Signalling Theory) Menurut Jama’an (2008) Signalling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesarbesarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan
7
8
opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan.
B. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untunk kepentingannya sendiri, tetapi juga harus memberikan manfaat bagi para stakeholder (Ghozali dan Chariri : 2007). Hal ini dikarenakan kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan yang diberikan oleh para stakeholdernya. Stakeholder perusahaan tidak hanya terdiri dari shareholder (investor dan kreditur) tetapi juga pelanggan, pemasok, pegawai, pemerintah, badan regulator, masyarakat, termasuk lingkungan hidup sebagai bagian dari kehidupan sosial. Teori stakeholder juga merupakan gambaran bahwa tanggung jawab sosial perusahaan seyogyanya melampaui tindakan memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (stockholder). Kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan sebenarnya tidak terbatas pada kepentingan pemegang saham tetapi juga untuk stakeholder., yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan atau klaim terhadap perusahaan (Untung :2008). Seperti halnya pemegang saham yang mempunyai hak terhadap tindakantindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, stakeholder juga mempunyai hak terhadap perusahaan. Timbulnya stakeholder theory ini lebih didasari oleh suatu keadaan (hukum)
yang
mengutamakan
pemegang
saham
dan
sebaliknya,
9
menomorduakan
kepentingan
pemasok,
pelanggan,
karyawan,
dan
masyarakat sekelilingnya. Dua aspek penting dikemukakan stakeholder theory adalah hal (right) dan akibat (effect). Aspek utama, hak pada dasarnya menghendaki : 1. Bahwa perusahaan dan para manajernya tidak boleh melanggar hak dan menentukan masa depan pihak lain (stakeholder). 2. Agar manajemen perusahaan harus bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukan. Teori ini dengan jelas menampilkan corak baru dalam mempersepsikan perusahaan dalam bentuk yang lebih sosial dan humanis, serta memberikan kesadaran etis tentang tanggung jawab sosial.
C. Teori Kontinjensi Pendekatan teori kontijensi mengidentifikasi bentuk-bentuk optimal pengendalian organisasi dibawah kondisi operasi yang berbeda dan ada mencoba untuk menjelaskan bagaimana prosedur operasi pengendalian organisasi tersebut. Pendekatan akuntansi pada akuntansi manajemen didasarkan pada premis bahwa tidak ada sistem akuntansi secara universal selalu tepat untuk dapat diterapkan pada setiap organisasi, tetapi hal ini tergantung pada faktor kondisi atau situasi yang ada dalam organisasi. Menurut Otley (1980) para peneliti telah menerapkan pendekatan kontinjensi guna menganalisis dan mendesain sistem kontrol, khususnya dibidang sistem akuntansi manajemen. Beberapa peneliti dalam bidang akuntasi manajemen melakukan pengujian untuk melihat hubungan varaiabel-
10
variabel kontekstual seperti ketidakpastian lingkungan, ketidakpastian tugas, struktur dan kultur organisasional, ketidakpastian strategi dengan desain sistem akuntansi manajemen. Pendekatan kontinjensi menarik minat para peneliti karena mereka ingin mengetahui apakah tingkat keandalan suatu sistem akuntansi manajemen akan selalu berpengaruh sama pada setiap kondisi atau tidak. Berdasarkan teori kontinjensi maka terdapat faktor situasional lain yang mungkin akan saling berinteraksi dalam suatu kondisi tertentu. Diawali dari pendekatan kontijensi
ini
maka
muncul
lagi kemungkinan
bahwa
desentralisasi juga akan menyebabkan perbedaan kebutuhan informasi akuntansi manajemen. Riyanto (1997) menyebutkan dengan desain akuntansi manajemen, pendekatan strategic uncertainly cukup menarik untuk diteliti dalam menguji keandalan sistem akuntansi manajemen berpengaruh tidaknya pada setiap kondisi yang didasarkan pada variabel penentu lainnya saling berinteraksi dengan
kondisi
yang
dihadapi.
Hirst
(1981)
mengatakan
bahwa
perkembangan suatu organisasi dipengaruhi oleh perbedaan fitur lingkungan. Lebih jauh hipotesisnya menyebutkan bahwa kesuksesan suatu organisasi tergantung pada ketidakpastian, faktor internal, umpan balik dengan organisasi lainnya, interaksi eksternal organisasi.
11
D. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Bagi para analis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Pada tahap pertama seorang analis tidak akan mampu melakukan pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainya dilakukan ia pun tidak akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahaan. Oleh karena itu yang paling penting adalah media laporan keuangan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi bagi analis dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode dan arus dana perusahaan dalam periode tertentu.“Dalam Praktiknya laporan keuangan tidak di buat secara serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun dengan aturan atau standar berlaku”(Kasmir, 2010, 6). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 1), menyatakan bahwa: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana). Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”. Laporan keuangan menurut Sofyan (2004 , 105), menyatakan bahwa: “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: Neraca atau Laporan Laba/ Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Posisi Keuangan”.
12
Laporan keuangan menurut Kieso (2008 : 2), menyatakan bahwa: “Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak- pihak di luar perusahaan yang menampilkan sejarah perusahaan yang kuantifikasi dalam nilai moneter yang disajikan dalam bentuk neraca, laporan labarugi, laporan arus kas, laporan ekuitas pemilik, serta catatan atas laporan keuangan”. Laporan keuangan menurut Irham (2011 : 2), menyatakan bahwa: “Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang dilaporkan dalam neraca, perhitungan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan dimana neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal perusahaan. Laporan laba rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Laporan arus kas menunjukan aktivitas kas pada perusahaan. Catatan atas laporan keuangan yang juga merupakan menjelaskan akun-akun pada laporan keuangan. 2. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan yang berguna dalam pengambilan keputusan.
13
Menurut PSAK 2009 No. 1 paragraf 12, menyatakan bahwa: “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Menurut Irham (2011 : 5), menyatakan bahwa: “Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter”. Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. 3. Komponen Laporan Keuangan Menurut PSAK No. 1 Paragraf 8 (Revisi 2009) Laporan Keuangan lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini : a. laporan posisi keuangan pada akhir periode; b. laporan laba rugi komprehensif selama periode; c. laporan perubahan ekuitas selama periode; d. laporan arus kas selama periode; e. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan f. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Adapun penjelasan tentang laporan - laporan keuangan tersebut sebagai berikut : 1) Laporan Posisi Keuangan Adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban dan modal pada waktu tertentu.
14
2) Laporan Laba Rugi Komprehensif Adalah laporan laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai pendapatan dan biaya - biaya usaha. 3) Laporan Perubahan Ekuitas Adalah laporan keuangan yang menjelaskan perubahan modal, laba ditahan, agio atau disagio. 4) Laporan Arus Kas Adalah komponen laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas dan saldo akhir kas pada periode tertentu. 5) Catatan atas Laporan Keuangan Catatan yang berisiringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya. 6) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif Adalah laporan yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos - pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos – pos dalam laporan keuangannya.
4. Pengguna Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar akuntansi
Keuangan
(PSAK)
Revisi
2010,
pihak-
pihak
yang
memanfaatkan laporan keuangan adalah : a. Investor Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. b. Karyawan Karyawan dan kelompok- kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa , manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
15
c. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. e. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. f. Pemerintah Pemerintah ini berkepentingan dalam aktifitas perusahaan, mereka menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. g. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktifitasnya.
E. Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan suatu produk dari emiten tergantung dari daur hidup produk. Jika pertumbuhan penjualan per tahun meningkat, investor akan percaya terhadap emiten, bahwa emiten akan memberikan keuntungan di masa depan. Kondisi tersebut terjadi jika informasi yang diperoleh investor sempurna.
16
Menurut Amstrong (2005 : 327) pertumbuhan penjualan dapat diartikan sebagai : “Perubahan penjualan per tahun. Pertumbuhan penjualan suatu produk sangat tergantung dari daur hidup produk”. Menurut Houston dan Brigham (2006 : 39) pertumbuhan penjualan adalah : “Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil”. Adapun rumus pertumbuhan penjualan adalah sebagai berikut :
Pertumbuhan Penjualan =
Penjualan − Penjualan Penjualan
x 100%
(Weston dan Copeland 2008 : 240) Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan perusahaan yang
mempunyai tingkat pertumbuhan yang stabil dapat lebih aman memperoleh pinjaman utang jangka panjang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi. Selain itu perubahan hasil atau atau besarnya penjualan menurut Munawir (2004 :217) dapat disebabkan karena : a. Perubahan harga jual per satuan produk Perubahan penjualan baik itu penurunan atau kenaikan yang disebabkan oleh faktor harga jual tidak dapat digunakan sebagai pengukur kegiatan bagian penjualan, karena hal ini disebabkan oleh faktor ekstern perusahaan, perubahan harga jual ditentukan oleh keadaan pasar yang sulit dikendalikan oleh perusahaan, lain dengan perubahankuantitas produk yang dijual.
17
b. Perubahan kuantitas atau volume produk yang dijual atau yang dihasilkan. Perubahan penjualan yang disebabkan oleh adanya perubahan kuantitas atau volume barang yang dijual mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan bagian penjualan. Kenaikan penjualan karena ada kenaikan volume yang dijual berarti bagian penjualan bekerja lebih aktif. F. Return On Equity (ROE) Rasio Return On Equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Dibeberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset turn over atau perputaran total asset. Menurut Slamet Riyadi (2010:155) adalah sebagai berikut : “ Rasio Profitabilitas adalah perbandingan laba setelah pajak dengan modal inti. Return On Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara Laba (setelah pajak) dengan Modal (modal inti) bank”. Menurut Iswi Hariani (2010:54) adalah sebagai berikut : Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak .Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata- rata total ekuitas adalah rata- rata modal inti yang dimiliki bank, perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
ROE =
Laba Bersih x 100% Total Ekuitas
18
G. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri. Rumusnya dinyatakan sebagai berikut :
=
Total utang Total ekuitas
Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio – DER) merupakan “rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri” (Tjiptono dan Hendy, 2008:200). Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dengan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Debt to Equity Ratio merupakan “rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas” (Kasmir, 2008:157). Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan atau untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rasio financial leverage juga dikenal dengan dengan sebutan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan
“perbandingan hutang dari
modal serta merupakan rasio yang yang penting karena berkaitan dengan masalah trading on equity, yang dapat memberikan pengaruh positif maupun
19
negative terhadap rentabilitas modal sendiri dari perusahaan tersebut” (Arief dan Edy, 2008:64). Jika perusahaan memiliki leverage 2,24 kali, artinya para kreditur menempatkan dana sebesar RP. 2,24 setiap Rp 1 modal sendiri. Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan. Utang merupakan komponen penting perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Penurunan kinerja sering terja dikarena perusahaan memiliki utang yang cukup besar dan kesulitan dalam memenuhi kewajibannya tersebut. H. Dividend Payout Ratio 1. Pengertian Dividen Payout Ratio Definisi Dividend Payout Ratio (rasio pembayaran dividen) menurut james C. Van Hornedan John M. Wachowicz, JR (2007:270) adalah sebagai berikut : “menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham” . Definisi Dividend Payout Ratio menurut Martono dan Harjito (2005) adalah sebagai berikut: “Deviden Payout Ratio (DPR) Adalah suatu keputusan untuk menentukan
seberapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan yang akan di investasikan kembali atau di tahan dalam perusahaaan”. Dividend Payout Ratio ( DPR ) dapat di ukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang
20
saham umum. Perusahaan yang mempunyai resiko tinggi cenderung untuk membayar dividen payout ratio lebih kecil supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang di peroleh turun. Untuk perusahaan yang beresiko tinggi profitabilitas untuk mengalami laba yang menurun. Rumusnya: =
Dividen tunai per lembar x 100 % Laba bersih per lembar
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Dermawan Sjahrial (2010:305) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu: a. Posisi likuiditas perusahaan Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan. b. Kebutuhan dana untuk membayar utang Apabila sebagian besar laba digunakan untuk mrmbayar utang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil. c. Rencana perluasan usaha Makin besar perluasan usaha perusahan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen. d. Pengawasan terhadap perusahaan Kebijakan pembiayaan: untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber intern antara lain: laba. Pertimbangannya apabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari
21
kelompok pemegang saham dominan karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.
I.
Price Earning Ratio (PER) Menurut Irham (2011 : 138), menyatakan bahwa : “Dengan begitu Price Earning Ratio (rasio harga terhadap laba) adalah perbandingan antara Market Price Pershare (harga pasar per lembar saham) dengan Earning Pershare (laba per saham dasar)”. Untuk menghitung Price Earning Ratio dapat menggunakan rumus :
PER =
Untuk
mengetahui
HargaPasarSaham ℎ
Earning
Per
Share
itu
sendiri,
kita
memperolehnya dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Price Earning Ratio (PER) yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan dimasa yang akan datang cukup tinggi. Hubungan sederhana antara laba per lembar saham sekarang atau yang diharapkan dan harga pasar saham sekarang sering digunakan untuk menunjukkan bagaimana pasar bursa menilai prestasi laba dan prospek perusahaan. Kelipatan harga sangat umum digunakan sebagai “pedoman praktis” pasar dalam menilai perusahaan, dan sebenarnya merupakan suatu pendekatan menyeluruh yang sederhana dari penilaian pasar
22
sekarang atas resiko pasar dan individu dibandingkan prestasi laba yang lalu dan yang akan dicapai. Hal ini diamati oleh berbagai pelayanan investor dihubungkan dengan rata-rata pasar total dan juga rata-rata kelipatan harga laba untuk kelompok industri terpilih, agar mampu menilai prestasi relatif suatu perusahaan tertentu. PER digunakan oleh berbagai pihak atau investor untuk membeli saham. Investor akan membeli suatu saham perusahaan dengan PER yang kecil karena PER yang kecil menggambarkan laba bersih per saham yang cukup tinggi dan harga yang rendah. Keputusan yang diambil untuk membeli saham dengan PER ini, yaitu pertama kali membandingkan dengan PER saham sejenis atau industrinya, bukan dilihat dari PER sahamnya. Banyak pihak menyatakan bahwa PER saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat rendah bila dibandingkan dengan bursa saham luar negeri. Kecilnya PER di Bursa Efek Indonesia (BEI) disebabkan banyak analisis menghitung PER dengan beberapa saham sehingga kelihatan kecil. Jika dilihat PER perusahaan lain yang saat ini diestimasi tinggi, PER bursa kita bisa disebut sedikit mendekati tinggi. Oleh karena itu, investor lebih baik menggunakan PER perusahaan sejenis dalam memutuskan membeli saham karena merupakan pedoman yang lebih tepat. Dengan demikian berkembang dengan semakin terintegeritasnya pasar
modal,
maka analisis terhadap faktor yang
mempengaruhi PER mempunyai arti penting bagi investor sebelum mengambil keputusan investasi. Dari informasi ini, diperoleh analisis rasional sebagai evaluasi terhadap prospek antara suatu perusahaan dan perusahaan
23
lainnya dengan menggunakan standar yang sama. Perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang paling menarik akan memperoleh capital harga yang wajar, yaitu harga yang mencerminkan investasi yang potensial. J.
Variabel Independen yang mempengaruhi PER 1. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Price Earning Ratio Handayani (2012), Penjualan mencerminkan prospek perusahaan dan profitabilitas perusahaan di masa yang akan datang. Apabila penjualan positif diharapkan profitabilitas perusahaan meningkat dan prospek perusahaan semakin baik. Dengan demikian semakin laba yang diperoleh perusahaan akan mendorong kenaikan harga saham karena pada dasarnya harga saham dipengaruhi harga saham dipengaruhi profitabilitas di masa yang akan datang dan resiko yang ditanggung oleh pemodal. Adanya kenaikan harga saham menyebabkan kenaikan PER. Mardiana (2005), berpendapat bahwa resiko pertumbuhan penjualan merupakan kemampuan perusahaan mempertahankan posisinya ditengah perekonomian secara keseluruhan dan disektor industrinya. Pengukuran pertumbuhan tingkat penjualan masa depan merupakan ukuran sampai sejauh mana laba persaham suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi kecenderungan penggunaan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar. Dengan ini resiko perusahaan juga semakin besar dan mempengaruhi keputusan investor untuk membeli saham karena
24
memiliki kewajiban terlalu besar. Jadi variabel ini diprediksikan mempunyai pengaruh positif atau negatif terhadap PER. 2. Pengaruh Return On Equity terhadap Price Earning Ratio Menurut
Lukman Syamsudin (2007)
Return On Equity (ROE)
menunjukkan besarnya laba bersih yang dihasilkan untuk setiap ekuitas. Adanya pertumbuhan ROE diharapkan terjadi kenaikan laba per lembar saham (EPS) yang lebih besar dimana hal tersebut dapat mempengaruhi PER. 3. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio Menurut Mulia Perwira (2004) Leverage juga dapat dijadikan salah satu variabel yang mempengaruhi PER sebab rasio yang digunakan dalam leverage adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar utangnya dengan ekuitas pemegang saham. Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio. Dari rasio ini pemodal dapat melihat apakah perusahaan dalam mampu atau tidak dalam membayar utang, sehingga semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio, semakin rendah PER perusahaan, karena resiko perusahaan itu akan semakin besar karena perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar beban tetap atas hutang. Namun semakin tinggi rasio ini dapat memberikan pertumbuhan perusahaan yang baik yang dapat juga meningkatkan PER. Semakin tinggi hutang yang dimiliki perusahaan kesempatan berinvestasi untuk ekspansi perusahaan semakin besar sehingga pertumbuhan perusahaan akan meningkat. Investor yang
25
mengamati bahwa perusahaan tersebut memiliki ekspansi perusahaan yang besar aka tertarik untuk berinvestasi dengan harapan ekspansi tersebut dapat memberikan return yang tinggi. Sehingga rasio leverage dapat mempengaruhi secara positif atau negatif terhadap PER. 4. Pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio Menurut Daru Lestariningsih (2007) Dividen Payout Ratio mempunyai pengaruh positif terhadap PER karena besarnya Dividen Payout Ratio menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham, dimana besarnya dividen ini secara positif dapat mempengaruhi harga suatu saham terutama pada pasar modal yang didominasi oleh investor yang berorientasi pada pendapatan dividen. Dengan demikian apabila faktorfaktor lain yang mempengaruhi PER konstan, semakin tinggi Dividend Payout Ratio, maka semakin tinggi PER.
26
K. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Sales Growth X1 Return on Equity X2
Price Earning Ratio (Y)
Debt To Equity Ratio
X3 Dividend Payout Ratio X4
ε
SG (X1), ROE (X2), DER (X3), DPR (X4)
Keterangan : Pengaruh secara individual / Parsial Uji t Pengaruh secara bersama-sama / Simultan Uji F ε
Variabel pengganggu (error) / epsilon (variabel lainnya yang tidak diteliti
27
L. Penelitian Terdahulu Penelitian
yang dilakukan oleh Triandini
(2012)
bertujuan
mengetahui pengaruh current ratio, quick ratio dan debt to equity ratio terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Populasinya adalah consumer goods industry yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2010 dengan kriteria pengambilan sampel meggunakan purposive sampling. Berdasarkan uji simultan dengan f-test menunjukkan bahwa Current Ratio, Quick Ratio dan Debt to Equity Ratio secara bersamasama tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan uji parsial dengan t-test dapat diambil kesimpulan bahwa Current Ratio, Quick Ratio tidak berpengaruh sedangkan Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap dependent. Penelitian Rosaningrum (2006) penelitian ini membahas faktorfaktor yang mempengaruhi penilaian suatu saham dengan pendekatan PER. Faktor- faktor yang mempengaruhinya antara lain Return On Equity (ROE) dan Earning Growth (EG). Dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari ROE dan EG terhadap PER.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Return On Equity dan Earning Growth secara bersama- sama atau simultan berpengaruh secara signifikan terhadap PER. Sedangkan secara parsial Return On Equity berpengaruh terhadap Price Earning Ratio dibandingkan dengan Earning Growth.
28
Penelitian Rosalinda (2009)
bertujuan mengetahui pengaruh
dividend payout ratio terhadap price earning ratio. Penelitian ini dilakukan pada 13 (tiga belas) perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan rentang waktu dibatasi dari tahun 2003 – 2005. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa DPR mempunyai pengaruh signifikan terhadap PER, dimana perubahan nilai persentase DPR akan diikuti oleh perubahan nilai persentase PER. Penelitian Handayani (2012) bertujuan mengetahui pengaruh return on equity, debt to equity ratio, return on invesment dan penjualan terhadap price earning ratio. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa penjualan berpengaruh signifikan terhadap price earning ratio. Sedangkan variabel ROE, DER dan ROI secara signifikan terhadap price earning ratio. Hasil uji secara bersama-sama bahwa semua variabel bebas secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen. Penelitian Ratih (2010) untuk menganalisis faktor- faktor yang mmempengaruhi Price Earning Ratio pada perusahaan manufaktur periode 2003-2007. Hasil yang diperoleh adalah bahwa variabel PBV, ROE, dan SIZE tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap Price Earning Ratio. Sedangkan variabel Growth, DPR, dan Leverage tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio. Dan hasil dari pengujian bersama- sama bahwa semua variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio.
29
Penelitian Christin (2011) untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Debt Ratio, dan Dividend Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2009. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa Current Ratio, Debt Ratio, dan Dividend Payout Ratio secara parsial dan bersama- sama tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio. Penelitian ini akan menguji lebih lanjut lagi pengaruh variabelvariabel bebas terhadap PER yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya memiliki perbedaan variabel independen Dividend Payout Ratio (DPR) yang diteliti oleh Handayani (2012) sedangkan memiliki kesamaan variabel independen yaitu Penjualan, ROE dan DER.
30
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan Tahun
Dinda Sartika Triandini (2012)
Dyah Rosaningrum (2006)
Judul
Pengaruh Current ratio, Quick ratio dan Debt to Equity Ratio terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Pengaruh Return On Equity dan Earning Growth terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan Efek Tahun 2001 – 2004.
Variabel
Hasil Penelitian
Variable a. Uji simultan dengan independent: f-test menunjukkan bahwa current ratio, 1.CR quick ratio dan debt 2.QR to equity ratio secara 3.DER bersama- sama tidak berpengaruh Variable signifikan. dependent: b. Uji parsial dengan ttest dapat diambil 1.PER kesimpulan bahwa current ratio, quick ratio tidak berpengaruh sedangkan Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap dependen. Variable a. Secara simultan independent: hasil penelitian ini menunjukkan bahwa l.ROE Return On Equity 2.EG dan Earning Growth berpengaruh secara Variable signifikan terhadap dependent : PER. b. Secara parsial Return 1 .PER On Equity berpengaruh terhadap Price Earning Ratio dibandingkan dengan Earning Growth.
31
Yuniasih Rosalinda (2009)
Nur Fitri Handayani (2012)
Pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio pada Saham Industri Manufaktur yag Terdaftar di BEJ Periode 2003 – 2005.
Variable independent:
Pengaruh Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Return On Invesment dan Penjualan terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel Independent: a. Secara simultan ROE, DER, ROI, 1. ROE dan Penjualan 2. DER berpengaruh positif 3. ROI dan signifikan 4. Penjualan terhadap PER. b. Secara parsial penjualan Variabel berpengaruh positif Dependent: dan signifikan terhadap PER 1. PER sedangkan variabel ROE, DER dan ROI tidak berpengaruh signifikan terhadap PER.
DPR Variabel dependent: PER
a. Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel bebas terhadap variable terikat (Return saham perusahaan makanan dan minuman) tidak terdapat pengaruh yang signifikan. b. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada perusahaan manufaktur.
32
Meyrna Puspita Ratih (2010)
Faktor- faktor yang Variabel mempengaruhi Independent Price Earning : Ratio pada perusahaan 1. PBV manufaktur 2. Growth periode 2003-2007 3. Leverage 4. ROE 5. Size 6. DPR
Variabel Dependent: 1. PER
Christin.S (2011)
Pengaruh Current Ratio, Debt Ratio, dan Dividend Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2009
Variabel Independent : 1. CR 2. DR 3. DPR Variabel Dependent : 1. PER
a. Hasil uji secara parsial variabel PBV, ROE, dan SIZE tidak mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap PER. Sedangkan Variabel Growth, DPR, dan Leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PER. b.Secara simultan seluruh variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel PER. a. Hasil uji secara parsial dengan T-test ketiga variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. b. Secara simultan dengan uji F-test ketiga variabel secara bersamasama tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
33
Aulia Nur Rizki (2013)
Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Return On Equity, Debt to Equity Ratio dan Dividend Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan industri dasar dan kimia, aneka industri dan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel Indipenden : 1. SG 2. ROE 3. DER 4. DPR Variabel dependen : PER
a. Hasil uji secara parsial dengan menggunakan uji t bahwa variabel pertumbuhan penjualan , ROE dan DPR secara signifikan berpengaruh terhadap PER sedangkan variabel DER tidak berpengaruh signifikan terhadap PER. b. Hasil uji secara bersama-sama dengan menggunakan uji f bahwa semua variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
34
Tabel 2.2 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu No
Nama Peneliti dan Tahun
Variabel
1
Triandini
Pertumbuhan Penjualan Return On Equity Dividend Payout Ratio
(2012) 2
Rosaningrum (2006)
3
Ratih
Pertumbuhan Penjualan Debt to Equity Ratio Dividend Payout Ratio Pertumbuhan Penjualan
(2010) 4
Christin (2011)
5
Rosalinda (2009)
6
Handayani (2012)
Pertumbuhan Penjualan Return On equity Debt to Equity Ratio Pertumbuhan Penjualan Return On Equity Debt to Equity Ratio Dividend Payout Ratio