1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi – fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Perlu dihayati bahwa manajemen dan organisasi bukanlah tujuan, tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Karena tujuan yang diinginkan adalah pelayanan dan atau laba ( profit ). Walaupun manajemen dan organisasi hanya “ alat dan wadah saja “, tetapi harus diatur sebaik – baiknya. Dengan manajemen dan organisasi yang baik, maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari dan semua potensi yang dimiliki akan lebih bermanfaat. Dengan kata lain, dengan adanya manajemen maka tujuan organisasi diharapkan akan tercapai dengan efektif dan efisien. Menurut Bannet Silalahi ( 2004 : 2) mendefinisikan bahwa : “ Manajemen adalah suatu ilmu karena mengandung prinsip – prinsip, dalil – dalil dan hubungan sebab akibat yang jelas, sesuatu ilmu pada dasarnya berkembang menurut garis lurus atau linear development”.
7
82
2.2
Manajemen Keuangan
2.2.1
Definisi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan berkepentingan dengan bagaimana cara menciptakan
dan
menjaga
nilai
ekonomis
atau
kesejahteraan.
Konsekuensinya, semua pengembalian keputusan harus difokuskan pada penciptaan kesejahteraan. Perusahaan
haruslah
bertujuan
untuk
memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham. Untuk dapat menciptakan kesejahteraan, perusahaan dituntut untuk mampu memanfaatkan sumber daya yang terbatas dan beroperasi pada tingkat produktifitas yang optimal. Dengan tujuan ini, maka tugas seorang manajer keuangan adalah menciptakan kesejahteraan bagi para pemegang saham. Manajemen keuangan bagi suatu perusahaan menjadi bagian yang cukup penting karena memberikan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengetahui manajemen keuangan secara lebih jelas, dibawah ini diberikan beberapa definisi manajemen keuangan yang dikemukakan oleh para ahli : Menurut Darsono ( 2006 : 1 ), definisi manajemen keuangan yaitu : “ Aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah – murahnya dan menggunakannya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk memperoleh laba “.
39
Menurut Drs. R. Agus Sartono, M.B.A ( Manajemen Keuangan, Edisi 4, 2001 : 6 ), manajemen keuangan dapat diartikan sebagai : “ Manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam
berbagai
bentuk
investasi
secara
efektif
maupun
usaha
pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien”. Menurut Farah Margaretha ( 2007 : 2), manajemen keuangan adalah : “ Proses pengembalian keputusan tentang asset, pembiayaan dari asset tersebut, dan pendistribusian dari seluruh cash flow yang potensial yang dihasilkan dari asset tadi “. 2.2.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Meskipun fungsi manajer keuangan untuk setiap organisasi belum tentu sama, namun pada prinsipnya fungsi utama seorang manajer keuangan menurut Agus Sartono ( 2001 : 6 ) menyatakan ada 3 fungsi yang ditangani oleh manajemen keuangan, antara lain : a.
Keputusan Investasi Fungsi utama ini menyangkut tentang keputusan alokasi dana baik yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi. Secara garis besar keputusan investasi dapat dikelompokkan ke dalam investasi jangka pendek, seperti investasi dalam kas, persediaan, piutang, dan surat berharga ( Obligasi ) maupun
10 4
investasi jangka panjang, seperti dalam bentuk gedung, peralatan produk, tanah, kendaraan dan aktiva tetap lainnya.
b.
Keputusan Pembiayaan atau Pendanaan Fungsi kedua ini berfungsi sebagai pengambil keputusan pembelanjaan atau pembiayaan investasi. Keputusan mengenai pembiayaan berhubungan dengan struktur modal. Struktur modal merupakan bauran sumber pendanaan permanen ( jangka panjang ) yang digunakan perusahaan dengan tujuan menciptakan suatu bauran sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan harga saham dan agar tujuan manajemen keuangan untuk memaksimalkan nilai perusahaan tercapai, maka akan tercipta struktur modal atau pendanaan yang optimal.
c. Keputusan Deviden Pada fungsi ketiga dari manajemen keuangan yaitu keputusan deviden yang menyangkut tentang keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan seharusnya dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden kas dan pengembalian kembali saham atau laba tersebut sebaiknya ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembelanjaan investasi di masa yang akan datang.
115
2.3 Laporan Keuangan 2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Hasil akhir pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan prestasi manajemen pada suatu periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan kita dapat melihat bagaimana prestasi manajemen perusahaan tersebut dalam periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa mencerminkan prestasi yang sebenarnya. Namun yang terpenting bagi manajemen adalah laopran keuangan sebagai alat untuk mempertanggung jawabkan kepada pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan. Pertanggung jawaban kepada pimpinan
itu
dituangakan
dalam
bentuk
laporan
keuangna
yang
penyajiannya secara wajar yaitu mengenai posisi keuangan dan hasil usaha dalam suatu periode sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang dilaksanakan secara konsisten. Fraser dan Ailen Orminston ( 2004 :1-2 ) menyebutkan bahwa : “ Laporan keuangan membentuk dasar untuk memahami posisi keuangan suatu perusahaan dan menilai kinerja yang telah lampau dan prospek kinerja keuangan di masa yang akan datang”. Ia pun menerangkan bahwa : “ Laporan keuangan memiliki kemampuan untuk menyajikan secara gamblang kesehatan keuangan suatu perusahaan guna memberikan keputusan bisnis informatif”.
6 12
Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya laporan keuangan terdiri dari Neraca dan Laporan Laba Rugi, namun kenyataannya sering juga dipakai beberapa laporan tambahan lain utnuk menunjang laporan keuangan tadi dan memberikan penjelasan yang lebih lanjut seperti Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas, dan lain – lain.
2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan Laporan Keuangan menurut buku Analisis Kritis atas Laporan Keuangan karya Sofyan Harahap, disimpulkan sebagai berikut : 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto ( aktiva dikurangi kewajiban ) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai. 4. Untuk memberikan informasi yang penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu
perusahaan, seperti
informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan para pemakai, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
7 13
2.3.3 Pemakai Laporan Keuangan Beberapa pihak yang membutuhkan laporan keuangan suatu perusahaan ( Sofyan Harahap, 2008 : 7 ), antara lain : Manajer atau Pimpinan Perusahaan Laporan keuangan akan sangat berguna terutama untuk membantu pelaksanaan perencanaan dan pengawasan jalannya perusahaan yang dipimpinannya pada periode yang lalu, sehingga manajer dapat mengetahui
keberhasilan
pekerjannya,
memperbaiki
sistem
pengawasannya dan lain – lain.
Pemilik Perusahaan Berkepentingan terhadap keamanan modal yang dikelola manajemen, dan digunakan untuk memutuskan apakah perlu ada pembagian deviden atau tidak. Bila ada seberapa besar deviden payout rationya, serta untuk menilai kinerja manajer.
Kreditor Berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk mengevaluasi kredit yang
diberikan.
Para
kreditur
jangka
pendek
lebih
banyak
memperhatikan ( sebelum memutuskan untuk menambah, memberi atau menolak permintaan kredit ) struktur modal kerja dari segi likuiditas perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan kreditur jangka panjang
14 8
berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa yang akan datang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, jaminan investasinya dan kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka panjang keuangan tersebut. Dari hasil analisis yang akan dilakukan, mereka dapat menentukan keputusan dan langkah – langkah yang harus ditempuh.
Pemerintah Laporan keuangan penting untuk pemerintah karena dengan laporan keuangan tersebut dapat ditentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan dan untuk kepentingan pemerintah dalam merumuskan kebijakan.
Pihak – pihak lain Pihak lain yang juga memerlukan laporan keuanagn perusahaan antara lain adalah para pengajar dalam ilmu Ekonomi, Asosiasi perusahaan sejenis, Pemasok, Pelanggan dan lain – lain.
2.3.4 Unsur – Unsur Laporan Keuangan Neraca Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Dalam neraca akan terlihat kekayaan perusahaan berupa aktiva lancar dan aktiva tetap, dan sumber kekayaan tersebut
9 15
berasal dari hutang ( jangka pendek dan hutang jangka panjang ) dan modal sendiri. Aktiva menggambarkan sumber – sumber yang dimiliki perusahaan, sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana sumber dana itu dibiayai.
Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan hasil kegiatan perusahaan pada suatu periode tertentu. Pada laporan laba rugi akan tampak penghasilan, biaya dan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama jangka waktu tertentu.
Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah salah satu dari laporan keuangan dasar. Laporan Arus Kas melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dari suatu perusahaan dari satu periode.
Gambar 2.1 Komponen Dasar Neraca TOTAL AKTIVA
KEWAJIBAN DAN EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Aktiva Lancar :
Hutang Lancar :
Kas
Hutang usaha
Surat – surat berharga
Hutang lain – lain
Piutang Usaha
Beban yang harus dibayar
16 10
Persediaan
Wesel jangka pendek
Beban dibayar dimuka Total Aktiva Lancar
Total Hutang Lancar
+
+
Aktiva Tetap :
Hutang Jangka Panjang :
Mesin dan Peralatan
Wesel jangka panjang
Bangunan
Hipotek
Tanah Total Aktiva Tetap
Total Hutang Jangka Panjang
+
+
Aktiva Lain :
Ekuitas Pemegang Saham :
Investasi
Saham preferen
Hak Paten
Saham biasa Nilai pari Agio saham
Total Aktiva
=
Total Pasiva
Sumber : Arthur J. Keown, “ Manajemen Keuangan : Prinsip – Prinsip dan Aplikasi “, PT. INDEX kelompok Gramedia, 2004
17 11
Gambar 2.2 Ilustrasi Laporan Laba Rugi
Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Bruto Biaya operasi Biaya Penjualan Biaya Umum dan Adm Depresiasi Laba Operasi ( EBIT ) Biaya Bunga Laba Bersih Sebelum Pajak ( EBT ) Pajak Perusahaan Laba Bersih Setelah Pajak ( EAT )
Sumber : Bringham & Houston. “ Fundamental of Financial Management; Dasar – Dasar Manajemen Keuangan “, Salemba Empat, 2004
12 18
2.3.5 Keterbatasan Laporan Keuangan Yang menjadi keterbatasan laporan keuangan ( Sofyan Harahap, 2008 : 201 ) adalah : a. Laporan keuangan dapat bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai laporan mengenai keadaan saat ini, karenanya akuntansi tidak hanya satu – satunya informasi dalam proses pengembalian keputusan ekonomi. b. Laporan keuangan menggambarkan nilai harga pokok atau nilai pertukaran pada saat terjadinya transaksi, bukan harga saat ini. c. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Informasi disajikan untuk dapat digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak pemakai yang sebenarnya mempunyai perbedaan kepentingan. d. Proses penyusuna laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan dalam memilih alternatif dari berbagai pilihan yang ada yang sama – sama dibenarkan tetapi menimbulkan perbedaan angka laba maupun aset. e. Akuntansi tidak mencakup informasi yang tidak material. f. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian yang ada.
19 13
g. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah – istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. h. Akuntansi didominasi informasi kuantitatif. i. Perubahan dalam tenaga beli uang jelas ada, akan tetapi hal ini tidak tergambar dalam laporan keuangan.
2.4 Rasio Keuangan Rasio Likuiditas Modal kerja memegang peranan penting dalam manajemen perusahaan, khususnya mengenai likuiditas perusahaan. Likuiditas perusahaan akan memberikan gambaran mengenai baik buruknya keadaan perusahaan sehingga menjadi hal yang penting untuk diketahui oleh pihak ketiga dalam menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban – kewajiban jangka pendek perusahaannya.
Rasio Profitabilitas Profitabilitas adalah rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk
menghasilkan
sejumlah
profit
atas
usahanya.
Profitabilitas ini dapat digunakan juga untuk menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan untuk memberikan deviden secara teratur kepada para pemegang saham.
20 14
Rasio Solvabilitas Perusahaan memiliki tingkat solvabilitas yang baik yaitu bila perusahaan tersebut mampu memenuhi seluruh kewajiban finansialnya. Atau dengan kata lain untuk mengetahui sampai sejauh mana perusahaan dapat melunasi seluruh kewajibannya.
Rasio Aktivitas Merupakan
rasio
yang
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba selama periode tertentu.
2.5 Analisis Laporan Keuangan Setelah elemen – elemen laporan keuangan dihubung – hubungkan akan didaptakan beberapa rasio penting. Namun untuk menilai apakah rasio tersebut baik atau buruk diperlukan suatu perbandingan. Ada dua cara perbandingan untuk menilai rasio – rasio yang telah diperoleh, yaitu : Membandingkan rasio sekarang dengan rasio tahun lalu pada perusahaan yang sama. Misalnya current ratio saat ini dibandingkan dengan current ratio tahun lalu, sehingga bisa diketahui perubahan rasio – rasio dari tahun ke tahun. Membandingkan rasio – rasio suatu perusahaan dengan rasio – rasio kelompok perusahaan yang sejenis. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui posisi perusahaan tersebut dalam industri.
21 15
Dengan mengadakan perbandingan tersebut, bila rasio perusahaan dibawah industri, manajemen dapat dengan segera mengevaluasi faktor – faktor apa saja yang menjadi penyebabnya, sehingga bisa segera diambil kebijaksanaan untuk mengantisipasinya.
2.6 Rasio Keuangan dalam Analisis Diskriminasi Altman Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan, yaitu untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, dan untuk menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk dalam suatu waktu. Adnan M & Taufik M, jurnal ekonomi dan auditing ( 2005,p189 – 190 ). Adapun variabel – variabel atau rasio – rasio keuangan yang digunakan dalam analisis diskriminan model Altman adalah : 1.
X 1 = Net Working Capital to Total Asset Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar
16 22
yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya.
2.
X 2 = Retained Earnings to Total Asset Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk deviden kepada para pemegang saham. Laba ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva, bukan aktiva per ekuitas pemegang saham. Pada perusahaan,laba ditahan terjadi karena pemegang saham mengizinkan perusahaan tersebut untuk mengivestasikan kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai deviden. Dengan demikian, laba ditahan yang dilaporkan dalam neraca bukan kas dan ‘ tidak tersedia’ untuk pembayaran deviden atau yang lainnya.
3. X 3 = Earnings Before Interest and Tax to Total Asset Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak.
23 17
4. X4 = Market Value of Equity to Book Value Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban – kewajiban dari nilai pasar modal sendiri ( saham biasa ). Nilai pasar modal sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Sedangkan nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang.
5. X5 = Sales to Total Asset Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini
mencerminkan
efisiensi
manajemen
dalam
menggunakan
keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba.
2.7 Model Analisis Z-score Untuk
menganalisis
kebangkrutan,
suatu
perusahaan
dapat
menggunakan rasio – rasio keuangan seperti rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Namun rasio ini memiliki kelemahan yaitu tidak mempunyai kategori kebangkrutan sehingga kondisi perusahaan akan sulit dianalisis. Untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan, Edward I Altman di New York University pada pertengahan tahun1960 menggunakan analisis
24 18
diskriminan dengan menyusun suatu model. Dalam studinya, setelah menyeleksi
22 rasio keuangan, Altman menemukan 5 rasio yang dapat
dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut adalah sebagai berikut :
Z-Score = 0,012 X1 + 0,014 X2 + 0,033 X3 + 0,006 X4 + 0,999 X5
X1 = Modal kerja / Total Aktiva ( dalam % ) X2 = Laba ditahan / Total Aktiva ( dalam % ) X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total Aktiva ( dalam % ) X4 = Nilai pasar modal sendiri / Nilai buku hutang (dalam % ) X5 = Penjualan / Total Aktiva ( kali )
Kondisi ini dapat dilihat dari nilai Z-Score nya, jika : 1. Z < 1,81 , berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan resiko tinggi. 2. Z 1,81 – 2,99 ,maka perusahaan dianggap berada pada daerah abu – abu ( Grey Area ). Jadi pada grey area ini ada kemungkinan perusahaan bangkrut dan ada pula yang tidak. 3. Z > 2,99 , perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga kemungkinan bangkrut sangat kecil.
19 25
2.8 Kebagkrutan Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi akan kontinuitas perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya potensi kebangkrutan, karena kebangkrutan berarti menyangkut biaya – biaya, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Kebangkrutan perusahaan banyak membawa dampak yang begitu berarti bukan hanya untuk perusahaan itu sendiri tapi juga terhadap karyawan, investor, dan pihak – pihak lain yang terlibat dalam kegiatan operasi perusahaan. Masalah kebangkrutan adalah masalah yang sulit untuk didefinisikan secara pasti. Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalani operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Atau kebangkrutan juga sering disebut juga likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan. Faktor – faktor penyebab kebangkrutan dibagi menjadi dua, Darsono dan Ashari (2005 : 102 ) yaitu sebagai berikut : a) Faktor Ekternal Faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.
26 20
Faktor – faktor eksternal yang biasa menyebabkan kebangkrutan meliputi : 1. Sektor Pelanggan Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan serta keinginan dari pelanggan.
2. Sektor Pemasok Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi, sehingga perusahaan tidak dapat berproduksi dengan lancar. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku hanya pada satu pemasok saja sehingga resiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.
3. Sektor Debitor Yang harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak piutang yang diberikan pada debitor dengan jangka waktu
27 21
pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.
4. Sektor Kreditor Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan juga harus membina hubungan baik dengan kreditor.
5. Sektor Pesaing Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu
memperbaiki
diri
sehingga
bisa
bersaing
dengan
perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya
persaingan
menuntut
perusahaan
agar
selalu
memperbaiki produk yang dihasilkan, memberi nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan.
28 22
6. Sektor Perekonomian Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan . Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan negara – negara lain, perkembangan global juga harus diantisipasi oleh perusahaan.
b) Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Faktor – faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan meliputi : 1. Sektor Manajemen Manajemen yang tidak efisien akan menyebabkan kerugian terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban. Ketidakefisienan ini diakibatakan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.
2. Sektor Modal Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang – hutang yang dimilki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bisa menyebabkan kerugian piutang yang terlalu besar juga
29 23
akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan.
3. Sektor Moral Hazard ( Kecurangan Manajemen ) Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan
kebangkrutan.
Kecurangan
ini
akan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan perusahaan. Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup atau memberikan info yang salah pada pemegang saham atau investor.
2.9 Penelitian terdahulu
Beberapa peneliti terdahulu melakukan penelitian menggunakan model Altman Z-Score sebagai alat memprediksi kebangkrutan perusahaan : 1. Haryadi,Sarjono (2005) melakukan penelitian yang berhubungan dengan prediksi kebangkrutan. Penelitian tersebut berjudul :”Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Prediksi Kemungkinan Kebangkrutan Dengan Model Diskriminan Altman Pada Sepuluh Perusahaan”. Peneliti menggunakan populasi sepuluh perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan simple random sampling sebagai teknik pengambilan sampel.
30 24
2. Rosliati,Lita (2010) melakukan penelitian yang berhubungan dengan prediksi kebangkrutan. Penelitian tersebut berjudul :”Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Prediksi Kemungkinan Kebangkrutan Pada Perusahaan
Sektor
Farmasi”.
Dalam
penelitiannya,
peneliti
menggunakan objek penelitian perusahaan-perusahaan sektor farmasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia( BEI ).