8
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Museum pada umumnya dikenal masyarakat sebagai sebuah gedung atau bangunan yang menyimpan koleksi benda-benda warisan budaya yang dianggap patut disimpan dan diabadikan. Museum merupakan suatu jenis bangunan pameran yang digolongkan sebagai lembaga tetap yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dan bertugas untuk mengumpulkan, menyimpan, merawat, memelihara, meneliti serta memperagakan suatu obyek yang bersangkut paut dengan hasil karya manusia untuk tujuan pendidikan, penelitian dan hiburan. 2.1.1 Pengertian Museum Museum adalah satu jenis bangunan pameran. Berdasarkan sifat peragaannya, museum digolongkan sebagai bangunan pameran tetap. Pengertian museum merupakan suatu lembaga tetap yang memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bertugas untuk mengumpulkan, menyimpan, merawat, memelihara, meneliti, dan memperagakan suatu obyek yang bersangkut paut dengan hasil karya manusia untuk tujuan pendidikan, penelitian dan hiburan. Museum tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya,terbuka untuk umum. Moh. Amir Sutaarga. (1997). Pedoman Penyelenggaraan Dan Pengelolaan Museum. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek pembinaan Permuseuman.
2.1.2 Jenis-Jenis museum Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan melalui beberapa jenis klasifikasi, yakni sebagai berikut : a. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu terdapat 2 jenis: - Museum Umum, yang mempunyai koleksi penunjang cabangcabang ilmu pengetahuan alam, teknologi dan ilmu pengetahuan sosial. Museum khusus, yang mempunyai koleksi penunjang satu cabang ilmu saja, misalnya museum ilmu hayat, dan museum ilmu.
9 - teknologi, museum antropologi, museum ethnografi, museum seni rupa. Moh. Amir Sutaarga. (1997). Pedoman Penyelenggaraan Dan Pengelolaan Museum. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek pembinaan Permuseuman.
b. Jenis museum berdasarkan kedudukannya, terdapat tiga jenis : - Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional - Museum Propinsi, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum berada. - Museum Lokal, museum yag koleksinya terdiri dari kumpulan
benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada. Mohammda Zakaria (2013). Jenis museum.blog arsitektural. di akses tgl 25 februari 2013 dari http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com/2011/08/museum-diindonesia.html
2.1.3 Tata Pameran Museum Pameran dan penyajian informasi merupakan cara yang paling visible bagi museum untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Suatu pameran yang terencana dengan baik patut menjamin keselamatan dan keterawatan lingkungan baik keselamatan dan keterawatan koleksi maupun pengunjungnya. Pameran merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan sekelompok masyarakat guna menyampaikan informasi, ide, dan emosi yang berkaitan dengan bukti materi kebudayaan manusia dan lingkungannya melalui bantuan metode visual dan dimensi. Di dalam menyajikan
10 informasi koleksi tersebut, kebijakan pada setiap museum akan mengacu pada jenis museum dan koleksi yang dihimpunnya. Kebijakan yang dimaksud pada umumnya tertuang pada visi dan misi museum (museum mission statement). Dalam perkembangannya, museum bergerak maju dengan memperluas cakupan kebijakan penyelenggaraan pameran. Di samping menguraikan pameran tetap dan temporer, informasi yang akurat, dan menjaga keterawatan koleksi, museum juga mulai mengantisipasi berbagai tanggapan atas kebutuhan pengunjung dan masyarakat melalui kajian yang intensif, rancangan desain pameran, dan beragam strategi komunikasi. Yunus Arbi, Kresno Yulianto, dkk. Konsep Penyajian Museum, Bagian 4 Museumku, Di akses tanggal 11 maret 2013. http://museumku.wordpress.com/2012/02/05/konsep-penyajianmuseum-bagian4/
a. Jenis pameran Jenis pameran di museum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pameran tetap dan pameran khusus/temporer - Pameran tetap Adalah pameran yang diadakan dalam jangka 5 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi museum. Idealnya, koleksi pameran yang disajikan adalah 25 sampai dengan 40 persen dari koleksi yang dimiliki museum, dan dilakukan penggantian koleksi yang dipamerkan dalam jangka waktu tertentu. Pameran tetap bertujuan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap bukti-bukti material manusia dan lingkungannya.
- Pameran Khusus/temporer Adalah pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam waktu relatif singkat. Pameran khusus bertujuan untuk memberikan dimensi tambahan informasi pameran tetap kepada masyarakat dengan tema khusus, dalam rangka meningkatkan apresiasi masyarakat. Basrul akram. (1986). Buku pintar bidang permuseumanan. Jakarta: proyek pengembangan permuseuman
11 b. Metode pameran Metode dan teknik penyajian koleksi di museum terdiri dari : - Metode pendekatan intelektual, adalah museum yang mengungkapkan informasi tentang guna, arti dan fungsi benda koleksi museum. - Metode pendekatan romantik (evokatif), adalah cara penyajian bendabenda koleksi museum yang mengungkapkan suasanan tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan. - Metode pendekatan estetik, adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan nilai artistik yang ada pada benda koleksi museum. - Metode pendekatan simbolik, adalah cara penyajian benda-benda koleksi museum dengan menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai media interpretasi pengunjung. - Metode pendekatan kontemplatif, adalah cara penyajian koleksi di museum untuk membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang dipamerkan. - Metode pendekatan interaktif, cara penyajian koleksi di museum dimana pengunjung dapat berinteraksi langsung dengankoleksi yang dipamerkan. Penyajian interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.
2.1.4
Tata Cara Penyajian Koleksi 1. Penyajian Koleksi Penyajian koleksi merupakan salah satu cara berkomunikasi antara pengunjung dengan benda-benda koleksi yang dilengkapi dengan teks, gambar, foto, ilustrasi dan pendukung lainnya a. Prinsip-prinsip penyajian koleksi Penataan koleksi di ruang pameran museum harus memiliki : - Sistematika atau alur cerita pameran, sangat diperlukan dalam penyajian koleksi di ruang pameran, karena akan mempermudah komunikasi dan penyampaian informasi koleksi museum kepada masyarakat. - Koleksi yang mendukung alur cerita, yang disajikan di ruang pameran harus dipersiapkan sebelumnya, agar sajian koleksi terlihat hubungan dan keterkaitan yang jelas antar isi materi pameran.
12 b. Penataan koleksi Penataan dalam suatu pameran dapat disajikan secara :
- sifat koleksi, sebagai benda cagar budaya yaitu tidak dapat diperbaharui, terbatas, baik itu dalam bentuk, jumlah dan jenisnya serta mudah rusak atau tidak. - jenis koleksi, apakah terbuat dari bahan organik (kayu, kertas, lukisan, kain, bambu), atau dari bahan anorganik (logam emas, perak,tembaga, perunggu, kuningan, besi keramik, tanah liat dan batu). - Tematik, yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan subtema. - Taksonomik, yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klasifikasi. - Kronologis, yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usianya dari yang tertua hingga sekarang. Penataan Koleksi dapat menggunakan : - Panel, digunakan untuk menggantung atau menempelkan koleksi yang bersifat dua dimensi dan cukup dilihat dari sisi depan. Kadangkadang panel hanya digunakan untuk menempelkan label atau koleksi penunjang lainnya seperti peta, grafik dan lain sebagainya.
(Gambar 2.1 : Berbagai Macam Panil di dalam Museum) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum Hal. 20-21
13
( Gambar 2.2 : Panil dan ukuran yang Harus diperhatikan) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum Hal. 23
(Foto 2.1 : Panil Informasi yang digunakan pada pameran tetap museum Manggala Wanabhakti, panil) Sumber : Documen pribadi Rizki (2013 :13)
(Gambar 2.3 : Panil yang dapat dilepas-lepas bentuknya disesuaikan dengan fungsinya.) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum Hal. 26
14
(Gambar 2.2 : Panil Informasi yang digunakan pada pameran tetap museum Manggala Wanabhakti, panil) Sumber : Documen pribadi Rizki (2013 :14)
( Gambar 2.4 : Kontruksi panil harus kokoh sehingga dapat berdiri dengan tegak lurus 90°) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum Hal. 31
( Gambar 2.5 : 1. Panil yang dibuat dari kayu, kaki dapat dilepas, 2. Gabungan panil & alas kaki) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum Hal. 32
15
( Gambar 2.6 : Kombinasi Panil dengan alas kaki) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum Hal. 32-35
(Gambar 2.3 : Contoh pengaplikasian panil dengan menggunakan alas kaki pada pameran tetap museum nasional) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 15)
- Vitrin, digunakan untuk meletakkan benda-benda koleksi yang umumnya tiga dimensi, dan relatif bernilai tinggi serta mudah dipindahkan. Vitrin mempunyai fungsi sebagai pelindung koleksi baik dari gangguan manusia, maupun dari gangguan lingkungan yang berupa kelembaban udara ruangan, efek negatif cahaya serta perubahan suhu udara ruangan. Menurut Fungsingnya Vitrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1.
Vitrin Tunggal Vitrin yang berfungsi sebagai almari pajang saja
2.
Vitrin Ganda Vitrin yang berfungsi sebagai almari pajang dan tempat penyimpanan benda koleksi.
16
( Gambar 2.7 : 1. Vitrin Tunggal, 2. Vitrin Ganda) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum hal. 37
(Gambar 2.4 : contoh pengaplikasian vitrin tunggal pada pameran tetap museum nasional) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 16)
(Gambar 2.8 : Vitrin dan Ukuran yang harus diperhatikan) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum hal. 39
17
( Gambar 2.9 : Vitrin dinding/Vitrin tepi) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum hal. 40
(Gambar 2.5 : contoh pengaplikasian vitrin Dinding/Tepi pada pameran tetap museum nasional) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 17)
(Gambar 2.10 : Vitrin Tengah ) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum hal. 43
18
(Gambar 2.6 : contoh pengaplikasian vitrin Tengah pada pameran tetap museum nasional) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 18)
(Gambar 2.11 : Vitrin Sudut ) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum hal. 45
- Pedestal atau alas koleksi, meletakkan koleksi berbentuk tiga dimensi. Jika koleksi yang diletakkan bernilai tinggi dan berukuran besar maka perlu mendapat ekstra pengamanan, yaitu diberi jarak yang cukup aman dari jangkauan pengunjung. Alas koleksi yang berukuran kecil diletakkan di vitrin sebagai alat bantu agar benda vitrin dapat disajikan dengan baik. Ukuran tinggi rendahnya harus disesuaikan dengan besar kecilnya koleksi yang diletakkan di atasnya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. (1994). Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran
Di
permuseuman.
Museum.
Jakarta:
proyek
pembinaan
19
(Gambar 2.12 : Pedestal/Alas kaki yang disesuaikan dengan benda koleksi yang berada di atasnya) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum hal. 47
(Gambar 2.13 : Pedestal/Alas kaki yang berbentuk bulat, dibuat dengan rangka kayu, dilapisi dengan triplek) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum hal. 47
(Gambar 2.14 : Beberapa bentuk alas koleksi. Bentuk alas koleksi disesuaikan dengan fungsi dan ukuran benda koleksi) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum hal. 54
20
(Gambar 2.7 : contoh pengaplikasian Pedestal /Alas koleksi dalam pameran tetap museum nasional) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 20)
(Gambar 2.8 : contoh pengaplikasian Pedestal /Alas koleksi dalam pameran tetap museum Polri) Sumber : Document pribadi Rizki (2013 : 20)
c. Panil-panil Informasi Panil-panil informasi atau label secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : - Teks dinding (introductory label) yang memuat informasi awal/ pengenalan mengenai pameran yang diselenggarakan, tema dan subtema pameran, kelompok koleksi. - Label individu yang berisi nama dan keterangan singkat mengenai koleksi yang dipamerkan. Informasi yang disampaikan berisi keterangan yang bersifat deskriptif, dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan alur cerita.
21
(Gambar 2.15 : tata letak panil dan sudut pandang) Sumber : http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com/2011/08/tata-cara-penyajian-koleksi.html
Mohammad zakaria (2013). Tata cara penyajian koleksi. Blog arsitektural. Di akses 25 februari 2013 dari http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com/2011/08/tata-carapenyajian-koleksi.html 2.1.5 Fungsi dan Tujuan Museum a. Fungsi Museum Museum mempunyai fungsi yang positif bagi masyarakat Indonesia, terutama mengenai pengetahuan sejarah. Adapun dilihat dari fungsinya museum bisa dibagi menjadi beberapa bagian. 1. Tempat Menyimpan Warisan Budaya Leluhur Museum merupakan salah satu tempat yang tepat untuk menyimpan sekaligus mengamankan warisan budaya yang ada di Indonesia. Warisan budaya semisal keris, baju adat kerajaan masa lalu, dll. Dengan adanya warisan budaya leluhur, maka museum pun harus menjadi bahan yang representatif buat para pengunjungnya. 2. Pusat Dokumentasi dan Penelitian Ilmiah Masa lalu tidak akan bisa kita selami tanpa adanya dokumentasi yang didapat pada zamannya. Adanya naskah-naskah kuno menjadi salah satu dokumentasi yang bisa dijadikan penelitian untuk diaplikasikan pada zaman sekarang. 3. Pusat Penyaluran ilmu untuk umum Tidak saja kalangan peneliti yang harus mengetahui semua kebudayaan masa lalu, tetapi hasil penelitian tersebut di sebarkan
22 kepada masyarakat. Salah satu fungsi museum adalah sebagai alat untuk penyebaran ilmu tersebut. 4. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa Di museum kita akan bisa melihat warisan budaya masa lampau dari berbagai kawasan, khususnya di Indonesia. Bila kita datang ke museum nasional, maka warisan dari tiap daerah hampir semuanya ada di tempat tersebut. 5. Visualisasi Budaya dan Warisan Masa Lalu Ini fungsi yang paling penting dari museum. Kita tidak akan bisa kembali ke tahun di mana warisan dan budaya itu terbentuk. Museum sebagai salah satu alat untuk mnggambarkan masa-masa tersebut. 6. Cermin untuk Masa Datang Kita bisa melihat bagaimana adanya peradaban sekarang. Bentuk yang ada sekarang sebenarnya terbentuk dari masa lalu. Karena bisa dikatakan sejarah adalah sebagai salah satu cermin untuk kehidupan yang akan datang. 7. Menambah Keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa Museum juga akan menjadikan kita merasa kagum akan kekayaan budaya masa lampau. Bagaimana kebudyaan tersebut merupakan sebuah daya cipta Tuhan Yang Maha Esa. 8. Obyek wisata Museum juga dapat berfungsi sebagai objek wisata yang edukatif. b. Tujuan Museum Tujuan museum dilihat dari sudut pandang nasional adalah demi terwujudnya dan terbinanya nila-nilai budaya nasional untuk memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan serta memperkuat jiwa kesatuan nasional. Tujuan museum juga sebagai sarana pendidikan dan rekreasi, masyarakat disadarkan akan tingginya nilai yang dikandung dalam koleksi museum dan memberi mereka kesempatan untuk memperluas wawasan. (Rizki, 2013: 23)
23 2.1.6 Klasifikasi Jenis Kegiatan Kegiatan pelayanan museum kepada pengunjung museum meliputi kegiatan pameran tetap dan temporer, bimbingan dan pemanduan keliling museum, ceramah, bimbingan karya tulis, pemutaran film dan slide, kegiatan dalam museum secara garis besar meliputi: a. Pengumpulan koleksi, kegiatan ini antara lain jual beli koleksi, peminjaman koleksi, pembuatan film dokumenter, dan kegiatan lainya. b. Penyimpanan dan pengelolaan koleksi, kegiatan ini antara lain penampungan,
penyimpanan,
penelitian,
dan
penggandaan
(reproduksi). c. Preservasi, kegiatan ini antara lain meliputi : - Reproduksi, sebagai cadangan koleksi untuk menyelamatkan koleksi aslinya. - Penyimpanan, untuk menyelamatkan koleksi asli dari faktor merugikan. - Registrasi, pemberian dan penyusunan keterangan menyangkut benda koleksi. d. Observasi,
penyeleksian
koleksi
untuk
disesuaikan
dengan
persyaratan koleksi museum. e. Apresiasi, kegiatan ini antara lain meliputi : - Pendidikan,
menunjang
fungsi
museum
sebagai
sarana
pendidikan bagi masyarakat yang sifatnya non formal. - Rekreatif, museum sebagai obyek rekreasi yang menyajikan acara yang menghibur. f. Komunikasi, kegiatan ini antara lain meliputi : - Pameran, ruang pamer merupakan sarana komunikasi antara masyarakat / pengunjung dengan materi koleksi, yang dibantu denganguide. - Pertemuan,
antara
penunjang kegiatan. -
Administrasi.
pengelola
dengan
masyarakat
sebagai
24 2.1.7
Klasifikasi fasilitas Pembagian fasilitas pada aktivitas yang ada dalam bangunan museum, dapat dibagi menjadi 6, yaitu : a. Fasilitas umum Menampung segala aktivitas umum dalam museum sebelum memasuki fasilitas yang lainnya. b. Fasilitas pameran Menampung aktivitas utama berupa kegiatan pameran baik pameran tetap, temporer maupun terbuka. Merupakan bagian yang terbesar. c. Fasilitas administrasi Menampung kegiatan petugas administrasi mengelola ketenagaan,
keuangan, surat-menyurat, kerumahtanggaan, pengamanan, dan registrasi koleksi. d. Fasilitas pendidikan Menampung kegiatan pendidikan, pelayanan terhadap umum, yang mana dibedakan dengan fasilitas pameran e. Fasilitas penelitian dan perawatan koleksi - Menampung kegiatan penelitian baik di lapangan maupun dalam museum sendiri - Menampung kegiatan perawatan dan penelitian keadaan koleksi - Menampung kegiatan perbaikan koleksi yang rusak, pembuatan tiruan yang sah dan mempersiapkan koleksi untuk pameran. f. Fasilitas servis Menampung kegiatan perbaikan, pemeliharaan, kebersihan, pengawasan, keamanan, dan utilitas.
Mohammad zakaria (2013).penggunaan dan kegiatan dalam museum. Blog arsitektualr. diakses 25 februari 2013 dari http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com/2011/08/pengguna-dankegiatan-dalam-museum.html
2.1.8 Persyaratan Umum Persyaratan Berdirinya Museum 1. Lokasi yang Strategis
25 a. Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya, tetapi untuk
masyarakat
umum,
pelajar,
mahasiswa,
ilmuwan,
wisatawan dan masyarakat umum lainnya. b. Lokasi harus sehat Lokasi yang tidak terletak di daerah industri yang banyak pengotoran udara, bukan daerah yang berawan atau tanah pasi, elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antara lain : kelembaban udara setidaknya harus terkontrol mencapai netral, yaitu 55-65%. 2. Persyaratan Bangunan a. Persyaratan umum yang mengatur bentuk ruang museum yang bisa dijabarkan sebagai berikut : • Bangunan dikelompokan dan dipisahkan sesuai : - Fungsi dan aktivitasnya - Ketenangan dan keramaian - Keamanan • Pintu masuk (main entrance) utama diperuntukan bagi pengunjung. • Pintu masuk khusus (service utama) untuk bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan khusus. • Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk perpustakaan dan ruang rapat. • Area privat terdiri dari : - Laboratorium Konservasi - Studio Preparasi - Storage - office • Area publik/umum terdiri dari : - Bangunan utama, meliputi pameran tetap, pameran temporer dan peragaan.
26 - Auditorium, keamanan, gift shop, cafetaria, ticket box, penitipan barang, lobby/ruang istirahat, dan tempat parkir. b. Persyaratan Khusus • Bangunan utama, yang mewadahi kegiatan pameran tetap dan temporer harus dapat : - Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan. - Mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam. - Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya tarik sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh pengunjung museum. - Memiliki sistem keamanan yang, baik dari segi konstruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda secara alami ataupun karena pencurian. • Bangunan auditorium, harus dapat : - Memiliki bahan akustik yang baik, agar tidak membuat kebisingan bagi area lain. - Memiliki sirkulasi jalan yang baik bagi pengunjung. - Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi dan ceramah • Bangunan Khusus, harus : - Terletak pada tempat yang kering. - Mempunyai pintu masuk yang khusus. - Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan, kebakaran, dan pencurian). • Bangunan Administrasi, harus : - Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum maupun terhadap bangunan lainnya. 3. Persyaratan Ruang Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama dari museum. Beberapa persyaratan teknis ruang pamer sebagai berikut: a. Pencahayaan dan Penghawaan - Pencahayaan dan pengawaan merupakan aspek teknis utama yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Untuk museum dengan koleksi
27 utama kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu 21°C-26°C. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux dengan meminimalisir radiasi ultra violet. Beberapa ketentuan dan contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai berikut
(Gambar 2.16 : Penggunaan Cahaya Alami pada museum) Sumber : Buku kecil Tetapi Indah
- Penggunaan cahaya Buatan Penggunaan cahaya buatan perlu dipertimbangkan juga, biasanyakita menggunakan cahaya buatan ini tanpa adanya kontrol. Intensitas cahaya yang tidak terbatas akan merusak koleksi, karena si objek akan menjadi kekeringan. Akibatnya bisa menyebabkan pecah atau retak bagi benda koleksi, khususnya bahan organik. Lampu yang digunakan dalam ruang pameran sebaiknya adalah lampu TL dan lampu pijar yang ditempatkan di dalam vitrin. Sedangkan lampu yang digunakan di luar vitrin hendaknya hanya diarahkan kepada benda koleksi yang disajikan. Lampu TL yang digunakan harus ditutupi/dibatasi oleh tutup VV. Lampu-lampu TL yang digunakan untuk menyinari benda yang peka cahaya seperti lukisan, kain-kain serta cetakan berwarna lainnya sebaiknya berjarak ± 40cm. Lampu pijar biasanya dapat memantulkan cahaya yang gemerlap jika
28 menyinari benda-benda yang berkilat sangat baik digunakan pada vitrin yang memamerkan batu-batu permata,perhiasan,dll. Untuk menyajikan patung-patung batu yang besar atau patung perunggu, peralatan dari besi atau mesin-mesin, selain menggunakan lampu TL sebaiknya menggunakan lampu spotlight dari sudut-sudut tertentu. Direktorat Pembuatan
permuseuman
(1993/1994).
Saranan Pameran
Di
Pedoman
Museum.
Teknis
Jakarta
:
Departemen pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Pembinaan Permuseuman.
(Gambar 2.17 : Lampu TL yang dapat digunakan untuk menerangi benda-benda koleksi yang datar pada dinding/panil) Sumber : Buku Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran Di Museum Hal. 94
Untuk dapat menerangi sebuah permukaan dinding secara merata, sumber cahaya tidak boleh berada lebih dekat daripada seperempat perbandingan jarak dan tinggi tempat sumber cahaya tersebut dipasang, sehingga bagian permukaan dinding yang diterangi (akan) dapat diamati dengan jelas.
29
(Gambar 2.9 : Contoh pemasangan Lampu pada pameran tetap museum Bank Indonesia) Sumber : Document Pribadi Rizki (2013:29)
b. Ergonomi dan Tata Letak Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan mengapresiasi koleksi, maka perletakan peraga atau koleksi turut berperan. Berikut standar standar perletakan koleksi di ruang pamer museum. - Ukuran Vitrin dan Panil Ukuran vitrin dan panil tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Tinggi rendahnya sangat relatif untuk patokan disesuaikan dengan tinggi rata-rata orang Indonesia. Umpama tinggi rata-rata orang Indonesia kira-kira antara 160cm s/d 170cm dan kemampuan gerak anatomi leher manusia kira-kira sekitar 30°, gerak ke atas ke bawah atau kesamping maka tinggi vitrin seluruhnya kira-kira 210cm sudah cukup alas terendah 65-70cm dan tebal 50cm – ukuran dan bentuk vitrin harus memperhitungkan juga ruangan dan bentuk bangunan dimanan vitrine itu akan diletakkan. Proyek pembinaan Permuseuman (1993/1994). Pedoman Tata Pameran Di Museum. Jakarta : Departemen pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.
30
(Gambar 2.18 : Ukuran Peletakan Panel Koleksi) Sumber : Buku Pedoman Tata Pameran Di Museum
- Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer Jalur
sirkulasi
di
dalam
ruang
pamer
harus
dapat
menyampaikan informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada alur cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.
(Gambar 2.19 : sirkulasi Ruang pamer) Sumber : Buku kecil Tetapi Indah
4. Museum yang baik harus memperhatikan syarat-syarat yang dapat memberikan jaminan akan terselenggaranya semua aktivitas museum dengan baik. Dengan syarat sebagai berikut : - Museum harus mempunyai ruangan kerja bagi para konservator. Dibantu oleh perpustakaan dan staff administrasi.
31 - Museum harus mempunyai ruangan-ruangan untuk koleksi penyelidikan (refrence collection) yang disusun menurut sistem dan metode yang khas bagi ilmu yang mencakup koleksi itu. - Museum harus mempunyai ruangan-ruangan untuk pameran tetap (permanent exhibition) yang dapat memberikan kesempatan bagi pameran yang instruktif, fungsionil dan dapat memenuhi syaratsyarat yang diperlukan, sehingga setiap benda dapat ditempatkan menurut arti dan fungsinya, mendapat tempat yang wajar sesuai dengan nilai ilmiah atau sesuai dengan keindahan benda tersebut. - Museum harus mempunyai ruangan-ruangan untuk pameran berkala (temporary exhibition) yang sifatnya lebih khusus, tetapi lebih jelas dan sedapat mungkin diselenggarakan secara konstruktif sehingga terasa manfaatnya bagi masyarakat. - Museum harus dilengkapi dengan laboratorium yang bertugas mencari cara-cara merawat dan memelihara benda koleksi, menghindarkan dari bahaya serangga, bahaya udara lembab dan bahaya kehancuran lainnya. - Museum
harus
mempunyai
studio
dengan
perlengkapan
pemotretan dan pembuatan alat-alat audio visual lainnya, studio untuk membuat reproduksi, benda-benda koleksi atau untuk memperbaiki benda koleksi yang rusak. - Museum harus mempunyai ruangan untuk bagian penerangan dan pendidikan, yang dapat memberikan kesempatan kerja bagi anggota staff ilmiah yang ditugaskan menyusun acara-acara kunjungan, ceramah dan film, ruangan untuk menggambarkan dan pekerjaan tangan lainnya. - Perpustakaan museum harus dilengkapi dengan apa yang disebut alat-alat audio visual yang berupa slide film dan lain-lain. - Museum yang besar koleksinya harus sanggup menyelenggarakan pameran keliling yang memamerkan benda-benda koleksinya ke kota-kota lain, sehingga penikmatan seni dan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Direktorat permuseuman (1999/2000). Kecil Tetapi Indah pedoman pendirian museum. Jakarta : Departemen pendidikan
32 nasional direktorat jenderal kebudayaan proyek pembinaan permuseuman. 2.1.9 Persyaratan fasilitas a. Ruang pameran tetap dan temporer (khusus) harus : - Dapat memuat benda-benda koleksi sesuai dengan sejarah yang ada - Dapat menuntun pengunjung agar memahami dan mengerti sejarah sesuai alur cerita dan sirkulasi yang baik dalam setiap penyimpanan museum. - Memudahkan pengunjung untuk melihat koleksi baik dari luar atau dalam. - Memiliki daya tarik sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh pengunjung museum dan memiliki karakter serta ciri khas dari museum kopi tersebut. - Memiliki sistem keamanan yang, baik dari segi konstruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda secara alami ataupun karena pencurian. b. Bangunan auditorium, harus dapat : - Memiliki akustik yang baik dan tidak memberikan efek kebisingan oleh ruangan lain. - Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi dan ceramah. - Penempatan Proyektor dan tempat duduk harus memberikan kenyamanan pengunjung saat menonton. - Memiliki sirkulasi yang baik bagi setiap penempatan kursi-kursi agar tidak mengganggu jalannya pengunjung satu sama lainnya. c. Bangunan Khusus (temporer), harus : - Memiliki tempat yang kering, bersih dan tidak lembab. - Mempunyai pintu masuk yang khusus. Agar pengunjung dapat membedakan ruang pamer temporer dengan ruang pamer tetap. - Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan, kebakaran, dan pencurian). - Sirkulasi antar furniture di sesuaikan dengan baik oleh ruang khusus yang telah disediakan.
33 d. Bangunan Administrasi, harus : - Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum maupun terhadap bangunan lainnya. - Memiliki keterangan label sesuai dengan bagiannya, agar memudahkan pengunjung untuk membedakan divisi masingmasing.
2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 Sejarah dan perkembangan kopi a. Berawal dari benua Afrika Tanaman kopi diduga berasal dari benua afrika, tepatnya dari Negara Ethiopia. Pada abad ke-9, seorang pemuda bernama Kaldi tidak sengaja memakan biji mentah yang didapat dari semak belukar. Kaldi merasakan perubahan yang luar biasa setelah memakan biji tersbut, lalu dia menceritakan hal tersebut kepada warga sekitarnya dan menyebar hingga ke berbagai daerah. Biji mentah yang dimakan tersebut merupakan biji kopi (coffee bean) atau sering disingkat dengan “bean”. Selain coffee bean atau bean, penyebutan lainnya coffee, qawah, cafe, buni, mbuni, koffie, akeita, kafe, kava dan kafo. Pada abad ke-10, biji kopi dimasukkan sebagai kelompok makanan oleh beberapa suku di Ethiopia. Umumnya, mereka memasak biji kopi bersama-sama dengan makanan pokok, seperti daging atau ikan. Saat negara-negara Islam berjaya pada abad ke-15, penelitian tentang kopi terus dilakukan. Berdasarkan penelitian, kopi ternyata berpotensi sebagai obat-obatan dan sebagai penahan rasa ngantuk. Setelah itu, para pedagang Islam terus menyebarkan kopi ke daerah timur. Pada abad ke-17, biji kopi dibawa ke India dan ditanam oleh beberapa orang. Selanjutnya, seorang berkebangsaan Belanda tidak sengaja melihat perkebunan kopi di India dan tertarik untuk membudidayakannya. Berawal dari para pedagang dari Venezia, biji kopi mulai menyebar ke seluruh Benua Eropa.
34 Pada tahun 1637, kedai kopi (coffee house) pertaman di benua Eropa berada di Inggris.pada abad ke- 17, di inggris terdapat sebuah kelompok atau jaringan kerja kusus wanita. Kelompok ini membuat satu pernyataan bahwa “wanita juga peminum kopi”. Setelah mengalami stagnasi di Inggris, kedai kopi (coffee house) merambah ke negara-negara Eropa lainnya, seperti italia,jerman, dan perancis. Selanjutnya, kopi menjadi sangat populer di seluruh dunia. b.Masuknya Tanaman kopi ke Indonesia Penyebaran tanaman kopi di Indonesia, khususnya di pulau Jawa terjadi pada tahun 1700-an. Awalnya, seorang berkebangsaan Belanda membawa tanaman kopi jenis arabika ke Botanic Garden di Amsterdam, Belanda. Saat zaman penjajahan Belanda di Indonesia, berbagai percobaan penanaman kopi jenis arabika dilakukan di pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Percobaab pertama dilakukan di daerah Pondok Kopi, Jakarta. Setelah tumbuh dengan baik di sana, tanaman kopi diaplikasikan di Jawa Barat (Bogor,Sukabumi, Banten, dan Priangan Timur) dengan sistem tanam paksa. Setelah menyebar ke Pulau Jawa, tanaman kopi disebar ke beberapa provinsi di Pulau Sumatra dan Sulawesi. Setelah itu, timbul serangan penyakit karat daun (coffee leaf rust) yang ditemukan di Srilangka pada tahun 1869. Penyakit karat daun yang menyerang kopi jenis arabika ini disebabkan
oleh cendawan
Hemileia
vastatrix.
Karena
itu,
pemerintah Belanda mendatangkan jenis kopi baru, yaitu liberika. Namun, setelah ditanam dan dipanen, produktivitas jenis liberika justru
terlalu
rendah.
Selanjutnya,
pemerintah
Belanda
mendatangkan jenis kopi robusta yang berasal dari Kongo, Afrika pada tahun 1900-an. Jenis kopi ini lebih tahan terhadap penyakit karat daun dan memiliki produksi yang lebih baik dibandingkan dengan kopi jenis liberika. Pada tahun 1920-1n, pemerintah mendirikan Balai Penelitian tanaman Kopi di Pulau jawa yang bertugas mengembangkan dan meneliti kopi jenis arabika dan robusta. Seiring dengan waktu dan perkembangan teknologi, kopi
35 jenis robusta dan arabika yang asli telah mengalami penyilangan dan menghasilkan beberapa hibrida atau klon unggul. Ir. Edy Panggabean. (2011). Buku Pintar Kopi. Jakarta : Pt. AgroMedia Pustaka.
2.2.2
Jenis-Jenis Kopi
1. Arabika Awalnya jenis kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah arabika, lalu liberika dan terakhir kopi jenis robusta. Kopi jenis arabika sangat baik ditanam di daerah yang berketinggian 1000-2100 meter di atas permukaan laut(dpl). Beberapa daerah penanaman jenis kopi arabika yang terkenal di Indonesia, yaitu: a. Provinsi Sumatra Utara (Kabupaten Tapanuli Utara, kabupaten Dairi, Kabupaten Tobasa, Kabupaten humbang, Kabupaten Mandaling, dan Kabupaten Karo) b. Provinsi Aceh c. Provinsi Lampung d. Provinsi Sulawesi, Jawa, dan Bali.
2. Robusta Tanaman kopi jenis robusta memiliki adaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan kopi jenis arabika. Kopi robusta dapat tumbuh di ketinggian yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi perkebunan arabika.
3. Liberika Dahulu, kopi liberika pernah dibudidayakan di Indonesia, tetapi sekarang sudah ditinggalkan pleh pekebun atau petani dikarenakan bobot biji kopi keringnya hanya sekitar 10% dari bobot kopi basah. Selain itu rendeman biji kopi liberika yang rendah merupakan salah satu faktor tidak berkembangnya jenis kopi leberika di Indonesia. Rendeman kopi liberika hanya sekitar 10-12%.
36 Ir. Edy Panggabean. (2011). Buku Pintar Kopi. Jakarta : Pt. AgroMedia Pustaka 2.2.3 Syarat dan Lokasi tumbuh tanaman Kopi Tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik apabila faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pemeliharaan tanaman dapat dioptimalkan dengan baik. Berikut ini beberapa syarat pertumbuhan kopi secara umum: 1. Varietas atau klon Unggul Setiap daerah memiliki varietas dan klon yang berbeda-beda. Artinya, suatu klon unggul yang baik di suatu daerah belum tentu hasilnya optimal jika ditanam di daerah lainnya. 2. Tanah Tanah digunakan sebagai media tumbuh tanaman kopi. Salah satu ciri tanah yang baik adalah memiliki lapisan topsoil yang tebal. Ratarata pH tanah 5-7 3. Iklim a. Curah hujan Curah hujan mempengaruhi pembentukan bungan hingga menjadi buah. - Arabika, jumlah curah hujan yang masih bisa ditolerir sekitar 1,000-1,500 mm/tahun. - Robusta Maksimum 2,000 mm/tahun. b. Suhu Selain curah hujan, suhu lingkungan memegang peranan penting untuk pembentukan bunga menjadi buah. - Kopi Arabika suhu rata-rata 16-22°C. - Kopi Robusta suhu rata-rata 20-28°C c. Angin Sebelum mulai menanam kopi, petani perlu memerhatikan kondisi topografi wilayah. - Arabika tumbuh di ketinggian di atas 1,000 meter dpl, biasa kondisi angin yang bertiup cukup kuat. Karena itu, gunakan
37 tanaman pelindung. Tujuannya, untuk menahan angin yang cukup kencang. - Robusta dapat tumbuh di ketinggian yang lebih rendah dari arabika sehingga kondisi angin yang bertiup tidak terlalu kuat dan tidak membutuhkan tanaman pelindung. (Rizki, 2013: 24) 4. Ketinggian tempat a. Arabika Ketinggian tempat untuk perkebunan kopi arabika sekitar 1,0002,100 meter dpl. Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi arabika, asa atau karakter kopi yang dihasilkan menjadi semakin baik dan enak. b. Robusta Ketinggian tempat yang optimal untuk perkebunan kopi robusta sekitas 400-1,200 meter dpl.
2.2.4 Metode pengolahan Buah Kopi Kualitas kopi yang baik hanya dapat diperoleh dari buah yang telah masak dan melalui pengolahan yang tepat. Buah kopi yang baru panen harus segera diolah, dikarenakan buah kopi mudah rusak dan menyebabkan perubahan cita rasa pada seduhan kopi. Pengolahan buah kopi dibedakan menjadi dua, yaitu : 1.Pengolahan Metode Kering Tahapan metode kering relatif pendek dan sederhanan. Karena itu pengolahan biasanya dilakukan jika jumlah panen kopi masih terbatas atau belum tersedianya alat yang memadai. Prosesnya pengolahan metode kering yaitu : a. Pemetikan dan sortasi buah b. Pengeringan buah - Pengeringan tradisional (penjemuran - Pengeringan Mekanis c. Pengupasan kulit buah (pulping) d. Pengeringan biji e. Pengupasan kulit tanduk (hulling) f. Pengupasan kulit ari
38 g. Pengeringan Akhir h. Sortasi biji i. Pengemasan j. Penyimpanan k. Pendistribusian
2.Pengolahan Metode Basah Pengolahan metode basah hanya digunakan untuk buah kopi yang sudah masak penuh atau berwarna merah hingga kehitam-hitaman. Pengolahan dengan cara basah dapat menghasilkan keseragaman dan mutu kopi yang baik. Namun, jika pengolahannya tidak tepat, beresiko merusak cita ras kopi menjadi fermented atau stinky. Prosesnya pengolahan metode basah yaitu : a. Pemetikan buah dan sortasi b. Pengupasan kulit buah (pulping) c. Fermentasi - fermentasi basah - fermentasi kering d. Pengeringan e. Pengupasan kulit Tanduk (hulling) f. Pengemasan dan penyimpanan Pudji Rahardjo. (2012). Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Jakarta : Penebar Swadaya.
2.2.5 Local Content Local content yang diterapkan dalam proyek Museum kopi Indonesia menggunakan kayu, dikarenakan kayu pun termaksut hasil alam Indonesia yang tumbuh di berbagai hutan Indonesia, seperti jati, merbau, bingkirai, kamper, meranti, mahoni, sungkai, sonokeling, dan kayu kelapa. Masing-masing kayu ini dikenal karena kekuatan, keawetan, keunikan serat dan warnanya. Berbagai material kayu ini merupakan pilihan dari berbagai daerah di Indonesia dengan karakter yang berbeda, yaitu :
39 1. Kayu Jati berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur Kayu jati memiliki serat dan tekstur paling indah, karakteristik stabil, kuat dan tahan lama.
(Gambar 2. 20 : kayu jati) Sumber : http://www.sari-jati.com/kayu.html
2. Kayu sungkai, mahoni, sonokeling berasal dari pulau Jawa, - Mahoni teksturnya sukup halus, seratnya indah dan berwarna merah muda sampai merah tua. Ditanam ditepi jalan sebagai tanaman pelindung.
(Gambar 2.21 : kayu Mahoni) Sumber : http://www.sari-jati.com/kayu.html
- Sonokeling memiliki serat kayu yang sangat indah, berwarna ungu bercoret-coret hitam, atau hitam keunguan berbelang coklat kemerahan. Karakteristik kuat dan awet, sebagai material kontruksi bangunan
(Gambar 2.22 : kayu Sonokeling) Sumber : http://www.sari-jati.com/kayu.html
40 - Sungkai tekstur cukup halus, serat indah dan berwarna kuning pucat. Digunakan sebagai elemen dekoratif. Berdiameter tidak terlalu besar.
(Gambar 2.23 : kayu Sungkai) Sumber : http://www.sari-jati.com/kayu.html
3. Kayu bangkirai, kamper dan meranti berasal dari Kalimantan, - Bingkirai jenis kayu yang cukup awet dan kuat, sifat keras disertai tingkat ketegasan yang tinggi sehingga muncul retakretak dipermukaan. Sering digunakan sebagai material kontruksi berat seperti atap kayu. Karakteristik tahap terhadap cuaca.
(Gambar 2.24 : kayu Bangkirai) Sumber : http://www.sari-jati.com/kayu.html
- Kamper jenis kayu yang tahan lama, memiliki serat kayu yang halus dan indah. Dijadikan bahan pembuat pintu, panil dan jendela. Karakteristik tidak setegas bangkirai dan retak rambut jarang ditemui.
(Gambar 2.25 : kayu Kamper) Sumber : http://www.sari-jati.com/kayu.html
41 - Meranti jenis kayu keras, warna merah muda, tua hingga merah muda pucat. Bertekstur tidak terlalu halus, tidak begitu tahan terhadap cuaca.
(Gambar 2.26 : kayu Meranti) Sumber : http://www.sari-jati.com/kayu.html
4. Kayu kelapa berasal dari Sulawesi, Kayu kelapa berwarna coklat gelap, bagian dari pohon kelapa adalah serat/fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek. Tidak terdapat alur serat dan serat mahkota.
(Gambar 2.27 : kayu kelapa sulawesi) Sumber : http://www.sari-jati.com/kayu.html
5. Kayu merbau berasal dari papua Merbau termaksud jenis kayu yang sukup keras dan stabil sebagai alternatif pembanding dengan kayu jati. Karakteristik nya tahan terhadap serangga, memiliki tekstur serat garis terputus-putus. Pohon merbau tumbuh subur di Indonesia.
(Gambar 2.28 : kayu Merbau) Sumber : http://www.sari-jati.com/kayu.html
42 2.2.7 Green Design Dalam perancangan desaininterior museum kopi Indonesia memasukkan
green
design
di
dalamnya
yaitu
dengan
menggunakkan pencahayaan LED yang hemat energi dan bertahan dalam jangka waktu lama sehingga lebih meminimalisasikkan secara penggunaanya, penghawaan yang digunakan selain dari penghawaan
buatan
sebagian
ruangan
yang
mendapatkan
penghawaan alami yang baik dibuat secara terbuka dengan pemasangan jendela agar meminimalisasikan pemakaian AC. Selain itu penggunaan finishing pada material kayu yang dijadikkan juga sebagai local conten menggunakkan finishing PU (Polyurethane) karena merupakkan jenish finishing yang ramah lingkungan.