BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Akuntansi Manajemen Akuntansi dapat dipandang dari dua tipe akuntansi yang ada yaitu akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen. Sebagai salah satu tipe informasi akuntansi manajemen merupakan tipe informasi kuantitatif yang menggunakan uang sebagai ukuran yang digunakan untuk membantu manajemen dalam mengelola kegiatan bisnis perusahaan.
2.1.1. Pengertian Akuntansi Manajemen Definisi akuntansi manajemen dikemukakan oleh Abdul Halim (2001:3) sebagai berikut : “suatu kegiatan (proses) yang menghasilkan informasi keuangan bagi manajemen untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam melaksanakan fungsi manajemen”. Sedangkan menurut Mulyadi (2001:2) dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa menjelaskan definisi akuntansi manajemen sebagai berikut : “suatu sistem pengelolaan informasi keuangan yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan bagi kepentingan pemakai intern organisasi”. Dengan demikian akuntansi manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu metode
yang
memungkinkan
informasi
keuangan
dihasilkan
sebagai
alat
pertimbangan manajemen dalam mengambil keputusan di perusahaannya.
2.1.2. Informasi Akuntansi Manajemen Definisi mengenai informasi akuntansi manajemen telah diterangkan oleh Hansen dan Mowen (2004:4) yaitu :
“sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu manajemen”. Dengan demikian informasi akuntansi manajemen diperlukan manajemen untuk melaksanakan dua fungsi manajemen yaitu perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan. Informasi akuntansi manajemen ini dihasilkan oleh sistem pengolahan informasi keuangan yang disebut akuntansi manajemen. Informasi akuntansi manajemen dibutuhkan oleh manajemen berbagai jenjang organisasi untuk menyusun rencana aktivitas perusahaan di masa yang akan datang. Kegiatan perencanaan meliputi pengambilan keputusan pemilihan alternatif tindakan dari berbagai alternatif yang mungkin akan dilaksanakan di masa yang akan datang. Pengambilan keputusan itu sendiri pada dasarnya meliputi kegiatan perumusan masalah, penentuan berbagai alternatif tindakan untuk memecahkan masalah tersebut dan analisis konsekuensi setiap alternatif tindakan tersebut. Sehingga dapat dilakukan pemilihan alternatif terbaik yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang. Informasi akuntansi manajemen sangat bermanfaat bagi manajemen terutama pada tahap analisis konsekuensi setiap alternatif tindakan yang mungkin dalam proses pengambilan keputuan tersebut.
2.1.3. Tipe Informasi Akuntansi Manajemen Ada tiga tipe informasi akuntansi manajemen yang dikemukakan oleh Mulyadi dalam bukunya yaitu : 1. Informasi akuntansi penuh (Full accounting information) 2. Informasi akuntansi diferensial (Differential accounting information) 3. Informasi information)
akuntansi
pertanggungjawaban
(Resposbility
accounting
2.1.3.1. Informasi Akuntansi Penuh (Full Accounting Information) Menurut Mulyadi (2001:48) dalam bukunya Akuntansi Manajemen menyatakan bahwa : “Informasi akuntansi penuh adalah seluruh aktiva, seluruh pendapatan yang diperoleh, dan atau seluruh sumber yang dikorbankan suatu objek informasi”. Informasi akuntansi penuh dibentuk oleh unsur aktiva, pendapatan dan biaya. Informasi akuntansi penuh dapat berupa informasi masa lalu dan informasi yang akan datang. Informasi akuntansi penuh juga berperan untuk mengukur sumber daya yang dialokasikan kepada alternatif yang dipilih dan memantau konsumsi sumber daya yang digunakan dalam pelaksanaan alternatif yang diputuskan untuk dijalankan. Manfaat informasi akuntansi penuh bagi manajemen suatu perusahaan antara lain : 1. Pelaporan keuangan 2. Analisis kemampuan menghasilkan laba 3. Besarnya biaya yang telah dikorbankan 4. Penentuan harga jual dalam cost type contact 5. Penentuan harga jual normal 6. Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah 7. Penyusunan program
2.1.3.2. Informasi Akuntansi Diferensial (Differential Accouting Infomation) Menurut Mulyadi (2001:17) dalam bukunya Akuntansi Manajemen menyatakan bahwa : “Informasi akuntansi diferensial merupakan taksiran perbedaan aktiva, pendapatan, dan atau biaya dalam atematis tindakan tertentu dibandingkan dengan alternatif tindakan lainnya”. Informasi akuntansi diferensial dibentuk oleh dua unsur yaitu informasi masa yang akan datang dan berbeda diantara alternatif yang dihadapi oleh pengambil
keputusan yang biasanya terdiri dari aktiva, pendapatan dan atau biaya. Informasi ini diperlukan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai pemilihan alternatif tindakan yang terbaik diantara alternatif yang tersedia dimana informasi ini mampu mengurangi sebagian ketidakpastian yang dihadapi oleh pengambil keputusan dalam pemilihan alternatif. Manfaat informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan : 1. Membeli atau membuat sendiri 2. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk 3. Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha suatu bagian perusahaan 4. Menerima atau menolak pesanan khusus
2.1.3.3.Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban (Responsibility
Acccounting
Information) Horngren dan kawan-kawan (2003:191) mengemukakan definisi mengenai informasi akuntansi pertanggungjawaban adalah : “Responsibility accounting is a system that measure the plans by budgets and action by actual result of each resposibility center”. Menurut Mulyadi (2001:18) dalam bukunya Akuntansi Manajemen menyatakan bahwa : “Informasi aktiva, pendapatan, dan atau biaya yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu”. Jadi informasi akuntansi pertanggungjawaban juga dapat dikatakan sebagai informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja manajer yang bertanggungjawab terhadap tiap pusat pertanggungjawabannya berdasarkan hasil sesungguhnya yang didapatkan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan proses yang penting dalam proses pengendalian manajemen karena informasi tersebut menekankan
hubungan antara informasi keuangan dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap rencana dan pelaksanaannya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan biaya dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan yang menjadi tanggungjawabnya. Menyajikan informasi realisasi pendapatan dan biaya tersebut menurut manajer yang bertanggungjawab. Informasi ini dapat berupa informasi yang historis yang berupa aktiva, pendapatan, biaya masa lalu dan dapat berupa informasi yang akan datang. Manfaat informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan anggaran. Sedangkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa lalu bermanfaat sebagai : 1. Penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban 2. Pemotivasi manajer Dalam sistem informasi akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas informasi akuntansi manajemen terutama biaya dihubungkan dengan aktivitas penambah dan bukan penambah nilai. Informasi akuntansi pertanggungjwaban dapat bermanfaat bagi manajemen untuk : 1. Mengelola aktivitas dengan cara menerapkan usaha manajemen dalam mengurangi dan akhirnya menghilangkan biaya bukan penambah nilai. 2. Memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas.
2.2
Pengertian Biaya Salah satu data yang penting sangat diperlukan oleh perusahaan dalam dalam
beban (expense) dan dalam pengertian biaya (Cost). Menurut Mursyidi (2008:14) mengungkapkan bahwa pengertian biaya dalam arti luas adalah : “Biaya merupakan pengobanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tahun tertentu ”.
Menurut Sunarto (2003:4) pengertian biaya dalam arti luas adalah : “Biaya merupakan harga pokok atau bagian yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan”. Menurut Bastian dan Nurlela (2006:4) dalam buku akuntansi biaya dan aplikasi menyatakan bahwa : “Biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk memiliki tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakai dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukan ke dalam neraca”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam biaya terdapat empat unsur yang didefinisikan sebagai berikut : 1. Pengorbanan sumber ekonomis 2. Diukur dalam satuan uang 3. Telah terjadi kemungkinan akan terjadi 4. Untuk mencapai tujuan tertentu Selama ini banyak pihak mendefinisikan biaya sebagai beban padahal dalam kenyataannya antara biaya (cost) dan beban (expense) memiliki pengertian yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dikemukakan pendapat para ahli mengenai pengertian beban (expense). Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia ( PSAK) mendefinisikan beban sebagai berikut : “Definisi beban mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam aktivitas pelaksanaan perusahaan misalnya beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan setara kas) dan persediaan aktiva tetap”. Sedangkan Carter dan Usry dalam bukunya Cost Accouting yang diterjemahkan oleh Krista (2006:30) menyatakan bahwa :
“Beban adalah aliran terukur dari barang yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba atau sebagai penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat penggunaan jasa ekonomis”. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa antara biaya dan beban mempunyai pengertian yang berbeda. Biaya adalah suatu pengorbanan dan pengeluaran sumber-sumber ekonomis yang dapat diukur dengan nilai uang untuk mencapai tujuan tertentu sedangkan pengertian beban adalah pengorbanan atau pengeluaran dari sumber-sumber ekonomi yang dapat di nilai dengan nilai uang untuk merealisasikan jumlah pendapatan pada satu periode akuntansi. Beban merupakan bagian dari biaya yang sudah habis dan telah menghasilkan pendapatan. Jadi perbedaan yang mendasar antara biaya dan beban terletak pada jangka manfaat.
2.3
Penggolongan Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2005:45) dalam bukunya Manajemen Biaya
menggolongkan biaya sebagai berikut : A. Penggolongan biaya menurut fungsi Dalam penggolongan biaya menurut fungsi ini dapat dikelompokan menjadi biaya produksi dan biaya non produksi. 1. Biaya Produksi Biaya produksi adalah biaya yang berhubungan dengan produksi barang atau penyedia jasa yang terdiri dari : a) Biaya Bahan Baku Langsung Biaya bahan baku yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang dihasilkan. Biaya dari bahan-bahan ini dapat secara langsung dikenakan pada penggunaan untuk produk fisik yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang dikonsumsi oleh tiap produk. b) Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan yang dihasilkan. Karyawan yang mengubah bahan mentah menjadi produk atau yang menyediakan jasa pelayanan pada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. c) Biaya Overhead Biaya overhead adalah semua biaya produksi selain dari bahan baku langsung atau tenaga kerja langsung dikumpulkan menjadi satu kategori disebut overhead. Pada perusahaan produksi overhead juga dikenal sebagai beban pabrik atau overhead produksi. 2. Biaya Non Produksi Terdapat dua kategori biaya non produksi yaitu : a) Biaya Penjualan Biaya-biaya yang diperlukan untuk memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa disebut biaya penjualan. Biaya-biaya tersebut sering mengacu pada biaya mendapatkan pesanan dan memenuhi pesanan. b) Biaya Administrasi Semua biaya yang berhubungan dengan administrasi umum organisasi yang tidak dapat diestimasi secara tepat baik untuk pemasaran ataupun produksi adalah biaya administrasi.
B. Penggolongan biaya menurut perilaku Biaya menurut perilaku dapat menjadi informasi yang sangat berguna. Informasi dapat membantu dalam penganggaran menunjang usaha perbaikan berkelanjutan, pengambilan keputusan taktis dan perhitungan harga pokok produk. Penggolongan biaya menurut perilaku dapat dijelaskan sebagai biaya tetap, biaya variabel dan biaya campuran. 1. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang secara keseluruhan konstan dalam rentang yang relevan seiring dengan tingkat pendorong kegiatan beragam.
2. Biaya variabel Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya secara jumlah bevariasi berbanding langsung terhadap perubahan pada pendorong kegiatan. 3. Biaya campuran Biaya campuran adalah biaya yang memiliki komponen biaya tetap dan biaya variabel.
2.4
Harga Pokok Produksi Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya produksi
dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan non produksi seperti kegiatan pemasaran, kegiatan administrasi dan umum. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produksi. Biaya non produksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total harga pokok.
2.4.1
Pengertian Harga Pokok Produksi Secara umum pengertian harga pokok produksi adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa yang siap digunakan. Definisi harga pokok produksi menurut Mulyadi (2009:5) yaitu : “Harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk” Sedangkan menurut Mursyidi (2008:19) pengertian harga pokok produksi adalah sebagai berikut : “Harga pokok produksi adalah pembebanan unsur biaya produksi terhadap produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan yang diukur dari nilai mata uang untuk
menghasilkan produk hingga siap utuk digunakan dari pengolahan atau proses produksi perusahaan. Informasi mengenai harga pokok produksi sangat diperlukan oleh perusahaan sebagai salah satu pedoman untuk penentuan harga jual normalnya dan pengambilan keputusan oleh perusahaan tersebut. Untuk memperoleh perhitungan harga pokok dapat dilakukan berdasarkan sistem kalkulasi harga pokok sebenarnya yang tujuannya adalah membebankan harga pokok yang dihasilkan sesuai dengan biaya yang sesungguhnya terjadi.
2.4.2 Unsur-unsur Harga Pokok Produksi Seperti yang dijabarkan di atas bahwa unsur yang dimaksudkan dalam menentukan harga pokok produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai unsur-unsur biaya produksi. 1. Bahan Baku Menurut Mowen (2009) pengertian bahan baku adalah sebagai berikut : “Bahan baku adalah bahan yang dapat ditelusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi”. Sedangkan pengertian bahan baku menurut Kholmi dan Yuningsih (2009:26) adalah sebagai berikut : “Bahan baku merupakan bahan yang sebagian besar membentuk produk setengah jadi (barang jadi) atau menjadi wujud dari suatu produk yang dapat ditelusuri ke produk tersebut” Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa bahan baku merupakan bahan yang membentuk produk setengah jadi atau barang jadi yang dapat ditelusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi. Di dalam memperoleh bahan baku perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya-biaya pembelian, penggudangan dan biaya-biaya perolehan lainnya. Menurut akuntansi yang lazim semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk menempatkan dalam keadaan siap untuk diolah dan merupakan unsur harga pokok bahan baku yang dapat dibeli.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Tidak Langsung Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa yang diberikan oleh perusahaan utuk karyawan perusahaan tersebut. Pengertian biaya tenaga kerja langsung menurut Kholmi dan Yuningsih (2009:32) adalah : “Biaya tenaga kerja langsung adalah kompensasi yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang mengubah (konversi) bahan baku langsung menjadi produk setengah jadi (barang jadi) atau menjadikan jasa kepada pelanggan”. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung menurut Kholmi dan Yuningsih (2009:33) adalah : “Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah kompensasi yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bekerja di pabrik tetapi tidak melakukan pekerjaan pengelolaan secara langsung”. Biaya tenaga kerja dibagi dalam
tiga golongan besar menurut Mulyadi
(2009:319) yaitu : a) Gaji dan Upah b) Premi lembur c) Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja Berikut adalah penjelasan singkat mengenai tiga golongan biaya tenaga kerja tersebut : a) Gaji dan upah Ada berbagai macam cara perhitungan upah karyawan dalam perusahaan. Salah satu cara adalah dengan mengalikan tarif upah dengan jam karyawan. Dengan demikian untuk menentukan upah seorang karyawan perlu dikumpulkan data jumlah jam kerjanya dalam periode waktu tertentu beserta pengurangan potongan-potongan seperti pajak penghasilan dan biaya asuransi tua. b) Premi lembur
Perlakuan terhadap premi lembur tergantung dengan alasan terjadinya lembur tersebut. Premi lembur dapat ditambahkan pada upah tenaga kerja langsung dan dibebankan pada pekerjaan atau departemen tempat terjadinya lembur tersebut. c) Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja •
Setup time Biaya yang dikeluarkan untuk memulai produksi disebut biaya pemula
produksi. Biaya pemula produksi diperlukan pada waktu pabrik atau proses mulai dijalankan atau dibuka kembali atau pada waktu produk baru dikembalikan. •
Waktu menganggur (Idle Time) Dalam mengolah produk seringkali terjadi hambatan-hambatan kerusakan
mesin atau kekurangan pekerjaan. Hal ini menimbulkan waktu menganggur bagi karyawan. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama waktu ini diperlukan sebagai unsur biaya ovehead pabrik.
3. Biaya Overhead Pabrik Pengertian biaya overhead pabrik menurut Mursyidi (2008:55) adalah : “Biaya overhead pabrik merupakan biaya pabrik tidak langsung yang tediri dari biaya selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung” Menurut Mulyadi (2009:193) biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara yaitu : 1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya 2. Penggolongan
biaya
overhead
pabrik
menurut
perilakunya
dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan 3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen.
2.5
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur
biaya produksi kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu metode full costing dan metode variabe costing. Perbedaan pokok antara kedua metode tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap dan akan berakibat pada perhitungan harga pokok produk dan penyajian laporan laba rugi.
2.5.1
Metode Full Costing Menurut Mursyidi (2008:29) yang dimaksud dengan full costing adalah “Full
costing
adalah
penentuan
harga
pokok
produk
yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang bersifat variabel (variable cost) maupun yang bersifat tetap (fixed cost)”. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur harga pokok produk menurut metode ini :
2.5.2
Biaya bahan baku
: RP. XXX
Biaya tenaga kerja langsung
: RP. XXX
Biaya overhead pabrik tetap
: RP. XXX
Biaya overhead pabrik variabel
: RP. XXX
Harga pokok produksi
: RP. XXX
Metode Variable Costing Menurut Mursyidi (2008:29) yang dimaksud dengan variable costing adalah “Variable costing adalah penentuan harga pokok produk yang hanya
memasukan unsur-unsur biaya yang bersifat variable (variable cost)”. Biaya produksi bersifat tetap pada varable costing diperlakukan sebagai biaya periodik artinya dibebankan sepenuhnya sebagai biaya periode akuntansi dimana
biaya tersebut terjadi. Dari kesimpulan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur harga pokok produk menurut metode ini meliputi :
2.6
Biaya bahan baku
: RP. XXX
Biaya tenaga kerja langsung
: RP. XXX
Biaya overhead pabrik variabel
: RP. XXX
Harga pokok produksi
: RP. XXX
Metode Penentuan Harga Jual Normal Metode penentuan harga jual normal adalah cara memperhitungkan unsur-
unsur biaya ke dalam harga jual normal. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga jual normal. Menurut Mulyadi (2005:17) terdapat dua pendekatan : full costing dan variabel costing
2.6.1
Full Costing Menurut Mulyadi (2001:80) di bukunya Akuntansi Manajemen full costing
merupakan metode penentuan harga jual normal yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga jual normal yang terdiri dari biaya produksi dan biaya non produksi. Dengan demikian metode ini dapat di formulasikan sebagai berikut : Harga Jual = Biaya Produksi + Mark up Dimana :
Harga jual normal yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari biaya non produksi (biaya administrasi dan biaya pemasaran) ditambah dengan mark up. Dimana mark up terdiri dari biaya non produksi ditambah laba yang diharapkan dibagi biaya produksi (biaya bahan baku, biaya upah langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap) lalu dikalikan dengan seratus persen.
2.6.2
Variable Costing Menurut Mulyadi (2001:82) pada bukunya Akuntansi Manajemen variable
costing merupakan penentuan harga jual normal yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga jual normal. Dengan demikian, metode ini dapat di formulasikan sebagai berikut : Harga Jual = Biaya variable + Mark up Dimana :
Harga jual normal yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari biaya variabel (biaya bahan baku, biaya upah langsung dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan mark up. Dimana mark up terdiri dari biaya tetap (Biaya overhead pabrik tetap, biaya administrasi tetap dan biaya pemasaran tetap) ditambah laba yang diharapkan dibagi biaya variabel lalu dikalikan dengan seratus persen.
2.7
Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2009) menjelaskan bahwa dalam perusahaan yang
produksinya berdasarkan produksi masa informasi harga pokok produksi bermanfaat bagi manajemen untuk : a. Menentukan Harga Jual Produk Perusahaan yang produksinya berdasarkan produksi masa memproses produknya secara konversi. Dengan demikian biaya produksi barang yang satu akan sama dengan biaya produksi barang yang lain.
b. Memantau Realisasi Biaya Produksi Informasi taksiran biaya produksi masa dapat dimanfaatkan sebagai salah satu dasar untuk menetapkan harga jual. c. Menghitung Laba atau Rugi Bruto Periode Tertentu Untuk mengetahui apakah proses produksi masa mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto manajemen memerlukan informasi biaya produksi pada periode sebelumnya untuk memproduksi produk selanjutnya. d. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses Yang Disajikan Dalam Neraca Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap pesanan.