BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Secara sederhana sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang saling terorganisasi, saling berinteraksi, dan saling bergantung sama lain. Murdick dan Ross (1993), dalam Hanif Al Fatta, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan Bersaing Perusahaan & Organisasi Modern, hal.3, (2007), mendefinisikan sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainnya untuk suatu tujuan bersama1. Untuk memahami dan mengembangkan suatu sistem, maka perlu membedakan unsur-unsur dari sistem yang membentuknya. Berikut adalah karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan sistem lainnya: 1. Batasan (boundary): penggambaran dari suatu elemen atau unsur mana yang termasuk didalam sistem dan mana yang diluar sistem. 2. Lingkungan (environtment): Segala sesuatu diluar sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi, kendali, dan input terhadap suatu sistem. 3. Masukan (input): Sumber daya (data, bahan baku, peralatan, energi) dari lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem.
1
Hanif Al Fatta, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan Bersaing Perusahaan & Organisasi Modern, hal.3, 2007
11
12
4. Keluaran (output): Sumber daya atau produk (informasi, laporan, dokumen, tampilan layer komputer, barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan sistem oleh kegiatan dalam suatu sistem. 5. Komponen (component): Kegiatan-kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang mentransformasikan input menjadi bentuk setengah jadi (output). Komponen ini bisa merupakan subsistem dari sebuah sistem. 6. Penghubung (interface): Tempat dimana komponen atau sistem dan lingkungannya bertemu atau berinteraksi. Penyimpanan (storage): Area yang dikuasai dan digunakan untuk penyimpanan sementara dan tetap dari informasi, energi, bahan baku, dan sebagainya. Penyimpanan merupakan suatu media penyangga diantara komponen tersebut bekerja berbeda dari data yang sama2.
2.2 Informasi Informasi didapat dari sebuah data. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya3. 1. Siklus Informasi Data merupakan bentuk yang masih mentah, sehingga perlu diolah lebih lanjut. Data diolah melalui suatu model untuk dihasilkan informasi, data dapat berupa simbol-simbol, huruf, angka-angka, sinyal dan sebagainya. 2 3
Ibid p.6 Jogiyanto, Akt. Analisis dan Design, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005, hlm.8
13
Siklus informasi menggambarkan pengolahan data menjadi informasi dan pemakai informasi untuk mengambil keputusan, sehingga akhir dari tindakan hasil pengambilan keputusan tersebut dihasilkan data kembali. Siklus informasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Proses Modul
Output
Input Data Dasar Data Data Ditangkap
Penerima
Hasil Tindakan
Keputusan Tindakan
Gambar 2.1 Siklus Informasi
2. Kualitas Informasi Kualitas informasi (quality of information) sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga hal sebagai berikut: a. Akurat berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak biasa atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. b. Tepat pada waktunya berarti informasi yang datang pada pengguna tidak boleh terlambat karena informasi yang telah usang tidak akan mempunyai nilai lagi. c. Relevan berarti informasi tersebut mempunyai arti untuk penggunanya.
14
3. Nilai Informasi Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkannya. Kegunaan informasi adalah untuk mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan.
2.3 Sistem Pendukung Keputusan Salah satu aspek dalam Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah keputusan itu sendiri. Keputusan merupakan suatu pilihan dari berbagai macam alternatif yang diambil berdasarkan kriteria dan alasan yang rasional. Proses pengambilan keputusan sering disebut juga sebagai penyelesaian suatu masalah. Vercellis (2009: 24) menggambarkan proses pengambilan keputusan atau penyelesaian masalah dengan diagram alir berikut ini.
Criteria Environment Alternatives
Decision
Problem
Gambar 2.2 Diagram Alir Proses Pengambilan Keputusan (Vercellis,2009:24)
Berdasarkan diagram tersebut dapat dijelaskan bahwa suatu keputusan diambil berdasarkan alternatif yang ada dengan berpatokan pada kriteria yang telah ditentukan.
15
Jenis - jenis keputusan menurut HERBERT A. SIMON : a.
Keputusan Terprogram, bersifat berulang dan rutin, sedemikian sehingga suatu prosedur pasti telah dibuat untuk menanganinya.
b.
Keputusan Tak Terprogram, bersifat baru, tidak terstruktur dan jarang konsekuen. Tidak ada metode yang pasti untuk menangani masalah ini.
Tahap - tahap pengambilan keputusan menurut HERBERT A. SIMON : a.
Kegiatan Intelijen, mengamati lingkungan mencari kondisi-kondisi yang perlu diperbaiki.
b.
Kegiatan Merancang, menemukan, mengembangkan dan menganalisis berbagai alternatif tindakan yang mungkin.
c.
Kegiatan Memilih, memilih satu rangkaian tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia.
d.
Kegiatan Menelaah, menilai pilihan-pilihan yang lalu.
Decision Support System merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data4. Sistem itu digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. Adapun Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan aplikasi interaktif berbasis komputer yang
4
Kusrini, M.Kom., “Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan”, Penerbit Andi, 2002, hal. 15-16
16
mengkombinasikan data dan model matematis untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam menangani suatu masalah. Vercellis (2009: 36) menyebutkan bahwa ada tiga aspek utama dalam SPK yaitu data, model matematis dan antarmuka pengguna antara lain: a. Aspek pertama yaitu data. Data yang digunakan dalam SPK adalah data yang diambil dari data warehouse pada organisasi tersebut. Terkadang data yang dipakai berupa data mart, yakni data dari data warehouse yang telah dikategorikan berdasarkan kebutuhan organisasi. Hal tersebut secara tidak langsung menegaskan bahwa data warehouse merupakan fondasi dalam SPK.
Gambar 2.3 Struktur Utama SPK (Vercellis, 2009: 36)
b. Aspek kedua yaitu model matematis, merupakan bagian untuk menganalisis data yang berada di data warehouse. Model matematis ini dapat berupa analisis statistika yang biasa digunakan dalam mengolah data. Model matematis ini berfungsi untuk merubah data menjadi informasi dan knowledge yang berguna untuk pengambilan keputusan.
17
c. Aspek ketiga adalah antarmuka pengguna (user interface). Aspek ini merupakan aspek yang secara langsung dilihat dan berinteraksi dengan end user atau dalam hal ini pemegang keputusan. Data yang ditampilkan harus memberikan informasi yang valid, reliable, dan dapat mendukung untuk pengambilan keputusan. Agar dapat memudahkan dalam pengambilan keputusan, data yang ditampilkan biasanya menggunakan berbagai jenis grafik, animasi, atau peta yang berguna untuk melengkapi data yang ada. Konsep sistem pendukung keputusan, antara lain : a.
Masalah Terstruktur, merupakan suatu masalah yang memiliki struktur masalah pada 3 tahap pertama, yaitu intelijen, rancangan dan pilihan.
b.
Masalah Tak Terstruktur, merupakan masalah yang sama sekali tidak memiliki struktur pada 3 tahap Simon diatas.
c.
Masalah Semi-Terstruktur, merupakan masalah yang memiliki struktur hanya pada satu atau dua tahap Simon.
Dari pengertian sistem pendukung keputusan maka dapat ditentukan karakteristik antara lain : a.
Mendukung proses pengambilan keputusan, menitik beratkan pada management by perception.
b.
Adanya interface manusia atau mesin dimana manusia (user) tetap memegang kontrol proses pengambilan keputusan.
18
c.
Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah terstruktur, semi terstruktur dan tak struktur.
d.
Memiliki kapasitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan.
e.
Memiliki subsistem - subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan item.
f.
Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi seluruh tingkatan manajemen.
Suatu Sistem Pendukung Keputusan (SPK) memiliki tiga subsistem utama yang menentukan kemampuan teknis sistem pendukung keputusan, antara lain: 2.3.1
Subsistem Manajemen Basis Data Subsistem data merupakan bagian yang menyediakan data – data yang
dibutuhkan oleh Database Management Subsystem (DBMS). DBMS sendiri merupakan susbsistem data yang terorganisasi dalam suatu basis data. Data – data yang merupakan dalam suatu Sistem Pendukung Keputusan dapat berasal dari luar lingkungan. Keputusan pada manajemen level atas seringkali harus memanfaatkan data dan informasi yang bersumber dari luar perusahaan. Kemampuan subsistem data yang diperlukan dalam suatu Sistem Pendukung Keputusan, antara lain : 1. Mampu mengkombinasikan sumber – sumber data yang relevan melalui proses ekstraksi data. 2. Mampu menambah dan menghapus secara cepat dan mudah.
19
3. Mampu menangani data personal dan non ofisial, sehingga user dapat bereksperimen dengan berbagai alternatif keputusan. 4. Mampu mengolah data yang bervariasi dengan fungsi manajemen data yang luas. 2.3.2
Subsistem Manajemen Model Subsistem model dalam Sistem Pendukung Keputusan memungkinkan
pengambil keputusan menganalisa secara utuh dengan mengembangkan dan membandingkan alternative solusi. Integrasi model – model dalam Sistem Informasi Manajemen yang berdasarkan integrasi data – data dari lapangan menjadi suatu Sistem Pendukung Keputusan. Kemampuan subsistem model dalam Sistem Pendukung Keputusan antara lain: a.
Mampu menciptakan model – model baru dengan cepat dan mudah.
b.
Mampu mengkatalogkan dan mengelola model untuk mendukung semua tingkat pemakai.
c.
Mampu menghubungkan model – model dengan basis data melalui hubungan yang sesuai.
d.
Mampu mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang analog dengan database manajemen.
2.3.3
Subsistem Dialog Subsistem dialog merupakan bagian dari Sistem Pendukung Keputusan
yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan representasi dan mekanisme control selama proses analisa dalam Sistem Pendukung Keputusan ditentukan
20
dari kemampuan berinteraksi anatara sistem yang terpasang dengan user. Pemakai terminal dan sistem perangkat lunak merupakan komponen – komponen yang terlibat dalam susbsistem dialog yang mewujudkan komunikasi anatara user dengan sistem tersebut. Komponen dialog menampilkan keluaran sistem bagi pemakai dan menerima masukkan dari pemakai ke dalam Sistem Pendukung Keputusan. Adapun subsistem dialog dibagi menjadi tiga, antara lain : a.
Bahasa Aksi (The Action Language) Merupakan tindakan – tindakan yang dilakukan user dalam usaha untuk membangun komunikasi dengan sistem. Tindakan yang dilakukan oleh user untuk menjalankan dan mengontrol sistem tersebut tergantung rancangan sistem yang ada.
b.
Bahasa Tampilan (The Display or Presentation Langauage) Merupakan keluaran yang dihasilakn oleh suatu Sistem Pendukung Keputusan dalam bentuk tampilan – tampilan akan memudahkan user untuk mengetahui keluaran sistem terhadap masukan – masukan yang telah dilakukan.
c.
Bahasa Pengetahuan (Knowledge Base Language) Meliputi pengetahuan yang harus dimiliki user tentang keputusan dan tentang prosedur pemakaian Sistem Pendukung Keputusan agar sistem dapat digunakan secara efektif. Pemahaman user terhadap permasalahan yang dihadapi dilakukan diluar sistem, sebelum user menggunakan sistem untuk mengambil keputusan.
21
Expert Support System (ESS) merupakan aplikasi komputer yang ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan atau pemechan persoalan dalam bidang yang spesifik. Expert Support System (ESS) mempunyai kemampuan untuk menjelaskan jalur penalaran yang diikuti pencapaian pemecahan tertentu, penjelasan mengenai bagaimana pemecahan dicapai akan lebih berguna dari pada pemecahan itu sendiri. Perbedaan ESS dan DSS adalah kemampuan ESS untuk menjelaskan alur penalarannya dalam mencapai suatu poemecahan tertentu. Intelligent Support System (ISS) merupakan sistem yang dirancang untuk membantu managemen perusahaan didalam menjalankan organisasinya dengan cara sistem berpikir seperti halnya manusia dimana sistem dapat menganalisa suatu masalah melalui proses belajar secara terus menerus dan dijadikan menjadi pengalaman untuk mengatasi persoalan-persoalan sistem yang lainnya.
2.4 Bank Secara sederhana Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
22
2.4.1
Jenis-jenis Bank Adapun jenis perbankan saat ini jika ditinjau dari berbagai segi antara lain: 1. Dilihat dari segi fungsinya Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari ; a. Bank Umum b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan d. Bank Pasar e. Bank Desa f. Lumbung Desa g. Bank Pegawai h. Dan bank lainnya Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang Ri Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari : a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bentuk Bank Pembangunan dan dan Bank Tabungan yang semula berdiri sendiri dengan keluarnya undang-undang di atas berubah fungsi menjadi Bank Umum. Sedangkan Bank Desa, Bank Pasar,
23
Lumbung Desa dan Bank Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut: a. Bank Umum Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang). Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank). b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarn. Artinya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.
24
2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya adalah : a. Bank Milik Pemerintah Merupakan bank yang akte pendirian maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. b. Bank Milik Swasta Nasional Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Kemudian akta pendiriannya didirikan oleh swasta, begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. c. Bank Milik Koperasi Merupakan bank yang pemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi d. Bank Milik Asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya pun jelas dimiliki olek pihak asing (luar negeri).
25
e. Bank Milik Campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia. 3. Dilihat dari segi Status Jenis bank dilihat dari segi status adalah sebagai berikut : a. Bank Devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar
negeri,
traveller
cheque,
pembukaan
dan
pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. b. Bank Non Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa, transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara. 2.4.2
Jenis – Jenis kantor Bank Jenis-jenis kantor bank yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Kantor Pusat Merupakan kantor dimana semuia kegiatan perencanaan sampai dengan pengawasan terdapat di kantor ini. Setiap bank memiliki satu kontor pusat dan kantor pusat tidak melakukan kegiatan operasional
26
sebagaimana kantor bank lainnya akan tetapi mengendalikan jalannya kebijaksanaan kantor pusat terhadap cabang-cabangnya. Dapat diartikan pula bahwa kegiatan kantor pusat hanya melayani cabangcabangnya saja dan tidak melayani jasa bank kepada masyarakat umum. 2. Kantor Cabang Penuh Merupakan salah satu kantor cabang yang memberikan jasa bank paling lengkap. Dengan kata lain semua kegiatan perbankan ada di kantor cabang penuh dan biasanya kantor cabang penuh membawahi kantor cabang pembantu. 3. Kantor Cabang Pembantu Merupakan kantor cabang yang berada di bawah kantor cabang penuh dan kegiatan jasa bank yang dilayani hanya sebagian dari kegiatan cabang penuh. Perubahan status dari cabang pembantu ke cabang penuh dimungkinkan apabila memang cabang tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai cabang penuh dari kantor pusat. 4. Kantor Kas Merupakan kantor bank yang paling kecil di mana kegiatannya hanya meliputi teller/kasir saja. Dengan kata lain kantor kas hanya melakukan sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan berada di bawah cabang pembantu atau cabang penuh.
27
2.5 Kredit Bank Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga5. 2.5.1
Unsur- unsur Kredit Unsur-unsur kredit yang terkandung dalan pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan. Maka dari itu sebelum adanya pencairan kredit harus dilakukan penelitian dan penyelidikan terlebih dahulu secara mendalam tentang kondisi calon debitur. 2. Kesepakatan Kesepakatan ini dituangkan kedalam suatu perjanjian kredit dimana masing-masing pihak menandatangin hak dan kewajibannya masing-
5
Hanif Al Fatta, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan Bersaing Perusahaan & Organisasi Modern, hal 102, 2007
28
masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum adanya pencairan kredit. 3. Jangka waktu Setiap pemberian kredit pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian yang telah disepakati. 4. Resiko Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit. 5. Balas Jasa Bagi bank, balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan saat pemberian suatu kredit. Balas jasa ini berbentuk bunga bank, provisi atau biaya administrasi kredit.
2.5.2
Tujuan dan Fungsi Kredit 1. Tujuan Kredit : a. Mencari keuntungan Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
29
b. Membantu usaha nasabah Dengan
dana
tersebut,
maka
pihak
debitur
akan
dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan. c. Membantu pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor, terutama sektor riil.
2. Fungsi Kredit : a. Untuk meningkatkan daya guna uang Maksudnya jika uang hanya disimpan saja di rumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnyha sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
30
c. Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna dan bermanfaat. d. Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. e. Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan adanya kredit yang diberikan akan nenambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga dapat meningkatkan devisa negara. f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Bagi si penerima kredit tebtu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apa lagi si debitur yang memang modalnya pas-pasan. Dengan memperoleh kredit debitur bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya. g. Untuk menimgkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang disalurkan makan akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu
31
membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat memperoleh pendapatan seperti gaji karyawan yang bekerja di pabrik dan membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa laninnya bagi masyarakat yan tinggal di sekitar lokasi pabrik. h. Untuk meningkatkan hubungan internasional Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.
2.5.3
Jenis – Jenis Kredit 1. Dilihat dari segi kegunaan a. Kredit Investasi Kredit Investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi, Contoh : kredit untuk membangun pabrik atau untuk pembelian mesinmesin. b. Kredit Modal Kerja Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh : kredit untuk pembelian bahan baku yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan
32
2. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Contoh : kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang. b. Kredit Konsumtif/Serba Guna Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Contoh : Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), Kredit Pemilikan Mobil (KPM), Kredit Multi Guna (KMG). c. Kredit Perdagangan Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Contoh : kredit ekspor dan impor. 3. Dilihat dari segi Jangka waktu a. Kredit Jangka pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kredit kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
33
b. Kredit Jangka Menengah Jangka waktu kredtitannya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. c. Kredit Jangka Panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun, biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan. 4. Dilihat dari Segi jaminan a. Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau kredit tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan si calon debitur. b. Kredit tanpa jaminan Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek ujsaha, karakter, serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan dengan nama bank atau pihak lain.
34
5. Dilihat dari segi sektor usaha a. Kredit pertanian Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka waktu atau jangka panjang. b. Kredit peternakan Merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka waktu pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka waktu pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang ternak kambing atau ternak sapi. c. Kredit industri Merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah atau indistri besar. d. Kredit Pertambangan Merupakan kredit yang diberikan usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayainnya biasanya dalam jangka waktu panjang seperti pertambangan emas, minyak atau timah. e. Kredit pendidikan Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.
35
f. Kredit profesi Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti dokter, dosen atau pengacara. g. Kredit perumahan Merupakan kredit yang membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang. h. Dan sektor-sektor lainnya. 6. Jaminan kredit a. Jaminan benda berwujud, yaitu jaminan dengan barang-barang seperti : 1) Tanah 2) Bangunan 3) Kendaraan bermotor 4) Mesin-mesin/peralatan 5) Barang dagangan 6) Tanaman/kebun/sawah 7) Dan lainnya. b. Jamian benda tidak berwujud, yaitu benda-benda yang dapat dijaminkan, seperti : 1) Sertifikat saham 2) Sertifikat obligasi 3) Sertifikat Deposito
36
4) Rekening Tabungan yang diblokir 5) Rekening giro yang diblokir 6) Promes 7) Wesel 8) Dan lainnya. c. Jaminan orang (Personal Guarantee), yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang yang menyatakan kesanggupan untuk menanggung segala resiko apabila kredit tersebut macet. Dengan kata lain orang yang memberikan jaminan itulah yang akan menggantikan kredit yang tidak mampu dibayar oleh nasabah. 7. Penilaian Kredit/Analisa kredit Penilaian kredit atau disebut juga analisa kredit, dilakukan oleh suatu tim ataus bagian dalan organisasi perkreditan terhadap permohonan kredit yang diajukan dengan tujuan untuk menilai kondisi calon debitur. Analisa kredit ini dimaksudkan agar pemberian kredit tersebut mencapai sasaran yaitu dapat lebih terarah, memberikan hasil serta aman. Dengan analisa tersebut diharapkan dapat memperkecil resiko default yang disebabkan ketidakmampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya sesuai yang disepakati sebagaimana tertuang dalam perjanjian kredit. Oleh karena itum analisa kredit yang kurang
37
akurat pada gilirannya akan menyebabkan terjadinya kredit bermasalah dan selanjutnya akan mempengaruhi kualitas bank yang bersangkutan6.
8. Resiko Kredit Walaupuan penyusunan perencanaan kredit telah melalui analisis 5C dan 7P, namun hendaknya tetap memperhitungkn resiko yang mungkin timbul yakni gagalnya pemngembalian sebagian kredit yang diberikan dan menjadi kredit bermasalah sehingga mempengaruhi pendapatan bank. Hal tersebut biasa terjadi dalam bisnis perbankan dimana hampir mustahil bahwa semua kredit yang disalurkan akan 100% berjalan lancar sehingga sedikit atau sedikit atau banyak bank akan menghadapi kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL). NPL disebabkan oleh adanya resiko kredit antara lain : a. Resiko Usaha Berbagai jenis usaha, masing-masing mempunyai resiko yang berbeda-beda.
Secara
umum
jenis
usaha
yang
tingkat
keuntungannya tinggi, biasanya mengandung resiko yang tinggi pula (high return high risk). Sebaliknya jenis usaha yang tingkat keuntungannya rendah, maka resikonya pun rendah (low return low risk). b. Resiko geografis dari suatu jenis usaha erat kaitannya dengan bencana alam, misalnya perkebunan, peternakan, pabrik/industri 6
Rachmat Firdaus H., Drs., M.Si., dan Ariyanti Maya, SE., MM., “Manajemen Perkreditan Bank Umum”, Penerbit Alfabeta, 2003, hal. 184
38
yang berlokasi berdekatan
sangat beresiko terkena bencana
(semburan lahar panas dari gunung berapi atau tergenang luapan air karena banjir). Demikian juga jenis usaha yang berada di lingkungan baik karena bising, atau adanya limbah beracun dan lain sebagainya, bisa saja usahanya diprotes penduduk sehingga harus ditutup. Termasuk dalam resiko geografis adalah apabila lokasi usaha berada di tempat tertentu yang seringkali terganggu oleh kerumunan masa yang berunjuk rasa sehingga langganan menjadi tidak nyaman akibat kemacetan lalu lintas, susah memakir kendaraan dan lain sebagainya. c. Resiko Keramaian/keamanan/tawuran/perkelahian Jelas sekali bahwa situasi keramaian yang tidak kondusif akan sangat mengganggu jalannya perusahaan. Situasi keamanan yang buruk dapat dipercontohkan dengan adanya tawuran/perkelahian, peperangan atau pembunuhan, jelas akan berdampak negatif pada lancarnya usaha pada gilirannya akan mengganggu kelancaran pengembalian kredit. d. Resiko politi/kebijakan pemerintah Banyak terjadi kegagalan kredit yang disebabkan oleh gagalnya usaha
debitur
sebagai
akibat
dari
tidak
konsistennya
kebijakan/ketentuan-ketentuan pemerintah serta tidak adanya kestabilan politik. e. Resiko ketidakpastian (uncertain)
39
Masa yang akan datang adalah masa yang tidak pasti. Salah satu unsur kredit adalah adanya tenggang waktu antara
pemberian
kredit dengan waktu pembayaran kembali sehingga resiko ketidakpastian setiap kredit selalu melekat (inherent). f. Resiko Inflasi Secara umum inflasi dapat didefinisikan bahwa naiknya harga barang-barang dan jasa pada umumnya sebagai akibat dari jumlah uang (permintaan) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang-barang atau jasa yang tersedia (jumlah penawaran). Sebagai akibat dari inflasi adalah turunnya nilai uang. Walaupun kredit bank berjalan lancar dimana utang pokok dan bunga telah dibayar, namun dengan berjalannya waktu, nilai uang tetap turun karena inflasi, maka daya beli uang tersebut menjadi lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya yaitu pada saat kredit diberikan. Apalagi kalau kreditnya tidak berjalan lancar (bermasalah). g. Resiko persaingan Bank harus benar-benar selektif dalam memberikan kreditnya yaitu hanya memberikan kepada calon-calon debitur/pengusaha sejenis. Kalau tidak, maka kredit tidak bakal kembali akibat perusahaan debitur menurun volume usahanya dan menderita rugi akibat langganan-langganan
pindah
ke
perusahaan
pesainga-
pesaingannya. Pesaingan saat ini sudah sangat ketat hampir di setiap bidang usaha baik di lingkup nasional, maupun regional dan
40
internasional. Lebih-lebih lagi dipacu dengan terwujudnya globalisasi dan blok-blok perdagangan seperti Asean Free Trade Area (AFTA), Asia Pacific Economic Community (AFEC) dan World Trade Organization (WTO). 2.5.4
Prinsip – Prinsip Pemberian Kredit Sebelum suatu fasilitas kredit yang diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Biasanya kriteria penilaian umum dan harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P7. Penilaian dengan Analisis 5 C adalah sebagai berikut : 1.
Character Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial. Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang “kemauan” nasabah untuk membayar. Berikut ini cara penilaian “Character” :
7
Kasmir, SE., MM., Op. Cit., p. 117
41
a.
Baik: watak baik, sifat baik, latar belakang pekerjaan jelas, cara/gaya hidup tergolong tingkat menengah ke atas, keadaan keluarga baik dan harmonis.
b. Sedang: watak baik, sifat baik, latar belakang pekerjaan jelas, cara/gaya hidup tergolong tingkat menengah ke bawah, keadaan keluarga sederhana. c.
Cukup: watak tidak baik, sifat tidak baik, latar belakang pekerjaan kurang jelas, cara/gaya hidup tergolong tingkat menengah ke bawah, keadaan keluarga sederhana.
2. Capacity Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat “kemampuannya”, dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Capacity sering juga disebut dengan nama Capability. Berikut ini cara penilaian “Capacity”: a. < 1 x angsuran : kemampuan membayar angsuran nasabah adalah dibawah 1 (satu) kali angsuran. b. 1 - 2 x angsuran : kemampuan membayar angsuran nasabah adalah berkisar antara 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) kali angsuran.
42
c. > 2 x angsuran : kemampuan membayar angsuran nasabah adalah di atas 2 (dua) kali angsuran.
3. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperi dari segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya. Analisis capital juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman. Berikut ini cara penilaian “Capital” : a. Laba : jika laporan keuangan nasabah menunjukkan laba. b. Rugi : jika laporan keuangan nasabah menunjukkan rugi.
4. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil. Berikut ini cara penilaian “Condition” :
43
a. 30% – 40% : resiko tingkat keamanan atas jaminan antara 30% s/d 40% b. 41% – 55% : resiko tingkat keamanan atas jaminan antara 41% s/d 55% c. >55%
: resiko tingkat keamanan atas jaminan di atas 55%
5. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Berikut ini cara penilaian “Collateral” : a. Rumah (jika jaminan berupa rumah) : 1) Hak Milik: jika jaminan dalam status hak milik 2) HGB: jika jaminan dalam status hak guna bangunan 3) Hak Pakai: jika jaminan dalam status hak pakai 4) < Rp.250 juta: jika harga rumah jaminan senilai dibawah Rp.250 juta 5) Rp.250jt – Rp.1M: jika harga rumah jaminan seharga Rp.250 juta sampai dengan Rp.1 Milyar 6) Perum
Menengah:
jika
jaminan
termasuk
perumahan
menengah 7) Perum Mewah: jika jaminan termasuk perumahan menengah
44
8) Lainnya: jika jaminan termasuk perumahan menengah ke bawah 9) Ditempati sendiri: jika jaminan ditempati sendiri 10) Disewakan: jika jaminan disewakan 11) Kosong: jika jaminan dalam keadaan kosong atau tidak ditempati b. Deposito (jika jaminan berupa deposito pada Bank Panin): 1) <1 x plafon : jika jumlah deposito yang dijaminkan adalah dibawah 1 (satu) kali plafon pinjaman yang diajukan 2) >1 x plafon : jika jumlah deposito yang dijaminkan adalah di atas 1 (satu) kali plafon pinjaman yang diajukan
Penilaian dengan Analisis 7 P adalah sebagai berikut : 1. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya. Berikut cara penilaian “Personality” : a. Wiraswasta <25 tahun : jika nasabah merupakan seorang wirausaha berumur dibawah 25 (dua puluh lima) tahun.
45
b. Wiraswasta 26 – 45 tahun : jika nasabah merupakan seorang wirausaha berumur antara 26 (dua puluh enam) tahun sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun. c. Wiraswasta > 45 tahun : jika nasabah merupakan seorang wirausaha berumur di atas 45 (empat puluh lima) tahun. 2. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Nasabah yang digolongkan ke dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. Poin Party ini disamakan dengan Personality yang telah dijelaskan di atas dimana mempunyai arti yang sama menyangkut kepribadian nasabah. 3. Purpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan lainlain. Berikut cara penilaian “Purpose” : a. Modal kerja: jika pinjaman ditujukan untuk modal kerja. b. Investasi: jika pinjaman ditujukan untuk investasi. c. Konsumtif: jika pinjaman ditujukan untuk dikonsumsi atau kebutuhan yang bersifat serbaguna.
46
4. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. Berikut cara penilaian “Prospect”: a. < 5 thn : jika lamanya usaha nasabah berjalan di bawah 5 (lima) tahun. b. 5 – 10 thn : jika lamanya usaha nasabah berjalan antara 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) tahun. c. > 10 thn : jika lamanya usaha nasabah berjalan lebih dari 10 (sepuluh) tahun. 5. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya. Poin Payment ini disamakan dengan Capacity yang telah dijelaskan di atas dimana mempunyai arti yang sama yaitu menunjukkan kemampuan nasabah dalam membayar kredit.
47
6. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya. Berikut cara penilaian “Profitability” : a. < 2 x angsuran : jika laba bersih dari usaha nasabah sebesar dibawah 2 (dua) kali angsuran pinjaman. b. 2 – 3 x angsuran : jika laba bersih dari usaha nasabah sebesar 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) kali angsuran pinjaman. c. > 3 x angsuran : jika laba bersih dari usaha nasabah sebesar diatas 3 (tiga) kali angsuran pinjaman. 7. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. Berikut cara penilaian “Protection” : b. Tidak ada : jika nasabah tidak memiliki harta kekayaan lain selain yang dijaminkan saat ini kepada bank. c. > 1 x plafon : jika nasabah memiliki harta kekayaan lain (diluar dari yang dijaminkan saat ini kepada bank) senilai diatas 1 (satu) kali plafon pinjaman yang diajukan.
48
2.6 Metode Profile Matching Metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan ini adalah Metode Profile Matching. Metode ini memerlukan penentuan parameter kompetensi yang dibutuhkan oleh suatu syarat penerimaan kredit pada Bank OCBC NISP, selanjutnya parameter ini harus dipenuhi oleh para calon debitur. Secara garis besar, profile matching ini bekerja dengan membandingkan antara kompetensi individu dengan kompetensi syarat kepemilikan kredit sehingga dapat diketahui perbedaan kopetensinya (disebut juga Gap). Semakin kecil gap yang dihasilkan, maka bobot nilainya semakin besar yang berarti calon debitur memiliki peluang besar untuk mendapatkan kredit tersebut. Langkah awal metode profile matching ini adalah menghitung nilai gap untuk masing-masing kriteria. Dalam hal ini, proses perhitungan nilai gap dilakukan dengan menentukan selisih antara profil calon debitur dengan profil syarat kepemilikan kredit tersebut.
Gap = Profil Debitur – Profil Standar Penerima Kredit
Langkah kedua adalah pembobotan. Langkah ini dilakukan dengan mengganti nilai gap yang telah diperoleh dengan bobot nilai yang telah ditetapkan oleh pengambil keputusan. Langkah ketiga adalah perhitungan dan pengelompokan care factor (faktor utama) dan secondary factor (faktor pendukung). Core faktor merupakan aspek
49
yang paling dibutuhkan oleh debitur yang ingin memiliki kredit. Sedangkan secondary faktor merupakan faktor pendukung dari core factor Sebelum dilakukan perhitungan, manajer terlebih dahulu menentukan faktor mana yang termasuk kedalam core factor dan faktor mana yang termasuk dalam secondary factor. Rumus perhitungan core factor adalah sebagai berikut: ∑
NCF = NC ∑IC Keterangan : NCF
: Nilai rata-rata core factor
NC
: Jumlah total nilai core factor
IC
: Jumlah item core factor
Sedangkan rumus perhitungan secondary factor adalah sebagai berikut: NSF = ∑ NS ∑IS Keterangan : NCF
: Nilai rata-rata secondary factor
NC
: Jumlah total nilai secondary factor
IC
: Jumlah item secondary factor
Langkah keempat metode profile matching ini adalah perhitungan nilai total tiap-tiap aspek. Rumus untuk pehitungan nilai total ini adalah sebagai berikut: N = (x)%NCF+(x)%NSF
50
Keterangan: NCF
: nilai rata-rata core factor
NSF
: nilai rata-rata secondary factor
N
: nilai total dari aspek
(x)%
: nilai persen untuk masing-masing kelas faktor
Langkah terakhir dari profile matching adalah penentuan nilai akhir atau rangking dari setiap calon debitur untuk mendapatkan kredit. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: Ranking = ∑(x)%Ni Keterangan: Ni
: nilai setiap aspek penilaian
(x)%
: nilai persen ranking
Sebagai pembuktian dari rumus diatas maka berikut penulis paparkan contoh kasus pendukung keputusan kenaikan jabatan karyawan menggunakan metode Profile Matching. Contoh Kasus kenaikan jabatan perusahaan menggunakan Profile Matching. Variabel-variabel dan cara perhitungan yang dipergunakan dalam pemetaan tersebut yang terdiri dari aspek-aspek, antara lain sebagai berikut : a. Kapasitas Intelektual, yang menggambarkan kecerdasan, kepandaian, ataupun kemampuan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi, mempunyai aspek antara lain : 1. Common Sense
51
2. Verbalisasi Ide 3. Sistematika Berpikir 4. Penalaran dan Solusi Real 5. Konsentrasi 6. Logika Praktis 7. Fleksibilitas Berpikir 8. Imajinasi Kreatif 9. Antisipasi 10. Potensi Kecerdasan (IQ)
b. Sikap Kerja, yang menggambarkan kecenderungan bertingkah laku dalam bekerja, dan hasil kerja yang merupakan fungsi dari motivasi dan kemampuan, memiliki aspek sebagai berikut : 1. Energi Psikis 2. Ketelitian dan Tanggungjawab 3. Kehatihatian 4. Pengendalian Perasaan 5. Dorongan Berprestasi 6. Vitalitas dan Perencanaan
c. Perilaku, dengan aspek antara lain: 1. Dominance 2. Influence
52
3. Steadiness 4. Compliance
2.6.1 Proses Proses Perhitungan Pemetaan Gap Kompetensi Yang dimaksud dengan gap disini adalah beda antara profil jabatan dengan profil karyawan atau dapat ditunjukkan pada rumus di bawah ini. Gap = Profil Karyawan – Profil Jabatan Sedangkan untuk pengumpulan gap-gap yang terjadi itu sendiri pada tiap aspeknya mempunyai perhitungan yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan untuk tiap aspeknya, dimana meliputi: 1. Kapasitas Intelektual Pada aspek ini, setelah dilakukan proses perhitungan gap antara profil karyawan dan profil jabatan untuk masing-masing aspeknya dimana dalam aspek. Kapasitas Intelektual ini berjumlah 10 sub-aspek, kemudian gap-gap tersebut dikumpulkan menjadi 2 tabel yang terdiri dari: field „(-)‟, untuk menempatkan jumlah dari nilai gap yang bernilai negatif, sedangkan field „(+)‟, untuk jumlah dari nilai gap yang bernilai positif. Sebagai contoh, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Perhitungan Gap untuk Aspek Kapasitas Intelektual Kriteria Intelektual no Karyawan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2 4 3 3 2 2 4 3 2 3 1 K001 3 4 3 3 2 3 4 2 4 4 GAP 2 K002 4 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 K003 3 5 4 3 4 4 3 5 4 3 4 K004 Profil Jabatan 3 3 4 4 3 4 4 5 3 4 (-) (+)
53
1 2 3 4
2.
K001 K002 K003 K004
-1 0 1 0
1 1 1 2
-1 -1 -1 0
-1 -1 -1 -1
-1 -1 1 1
-2 -1 -1 0
0 0 -2 -1
-2 -3 -2 0
-1 1 0 1
-1 0 -2 -1
-10 -7 -9 -3
1 2 3 4
Sikap Kerja Cara perhitungan untuk field gap-nya pun sama dengan perhitungan
pada aspek sikap kerja. Contoh perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Perhitungan Gap untuk Aspek Sikap Kerja Kriteria Sikap Kerja No Karyawan 1 2 3 4 5 6 1 K001 3 4 3 1 3 1 GAP 2 K002 4 5 5 1 4 1 3 K003 4 2 2 4 5 2 4 K004 1 5 5 5 5 2 Profil Jabatan 3 4 2 3 3 5 (-) (+) 1 K001 0 0 1 -2 0 -4 -6 1 2 K002 1 1 3 -2 1 -4 -6 6 3 K003 1 -2 0 1 2 -3 -5 4 4 K004 -2 1 3 2 2 -3 -5 8
3.
Perilaku Cara perhitungan untuk field gap-nya pun sama dengan perhitungan
pada aspek sikap kerja. Contoh perhitungan dapat dilihat pada table berikut: Tabel 2.3 Perhitungan Gap untuk Aspek Prilaku Kriteria Aspek Prilaku no Karyawan 1 2 3 4 1 K001 4 4 4 4 GAP 2 K002 4 3 4 4 3 K003 4 5 5 2 4 K004 3 3 4 5 Profil Jabatan 3 3 4 5 (-) (+) 1 K001 1 1 0 -1 -1 2
54
2 K002 3 K003 4 K004
1 1 0
0 2 0
0 1 0
-1 -3 0
-1 -3
1 4
2.6.2 Pembobotan Setelah didapatkan tiap gap dari masing-masing karyawan maka tiap-tiap profil diberi bobot nilai dengan patokan tabel bobot nilai gap. Seperti bisa dilihat pada table berikut: Tabel 2.4 Bobot Nilai Pembobotan Nilai Selisih Bobot Nilai 0 5 1 4,5 -1 4 2 3,5 -2 3 3 2,5 -3 2 4 1,5 -4 1
Keterangan Tidak ada Gap (kompetensi sesuai yang dibutuhkan) Kompetensi Individu kelebihan 1 tingkat / level Kompetensi Individu kekurangan 1 tingkat / level Kompetensi Individu kelebihan 2 tingkat / level Kompetensi Individu kekurangan 2 tingkat / level Kompetensi Individu kelebihan 3 tingkat / level Kompetensi Individu kekurangan 3 tingkat / level Kompetensi Individu kelebihan 4 tingkat / level Kompetensi Individu kekurangan 4 tingkat / level
Sehingga tiap karyawan akan memiliki tabel bobot seperti contoh-contoh tabel yang ada dibawah ini.
Tabel 2.5 Perhitungan Nilai Bobot untuk Aspek Kompetensi intelektual Profil Jabatan
1
K001
2
K002
3
K003
4
K004
3
3
4
4
3
4
4
5
3
4
-1 4 0 5 1 4,5 0 5
1 4,5 1 4,5 1 4,5 2 3,5
-1 4 -1 4 -1 4 0 5
-1 4 -1 4 -1 4 -1 4
-1 4 -1 4 1 4,5 1 4,5
-2 3 -1 4 -1 4 0 5
0 5 0 5 -2 3 -1 4
-2 3 -3 2 -2 3 0 5
-1 4 1 4,5 0 5 1 4,5
-1 4 0 5 -2 3 -1 4
Nilai GAP Hasil Bobot Nilai GAP Hasil Bobot Nilai GAP Hasil Bobot Nilai GAP Hasil Bobot
55
Tabel 2.6 Perhitungan Nilai Bobot untuk Aspek Sikap Kerja Profil Jabatan
1
K001
2
K002
3
K003
4
K004
3
4
2
3
3
5
0 5
0 5
1 4,5
-2 3
0 5
-4 1
1
1
3
-2
1
-4
4,5
4,5
2,5
3
4,5
1
1
-2
0
1
2
-3
4,5
3
5
4,5
3,5
2
-2
1
3
2
2
-3
3
4,5
2,5
3,5
3,5
2
Nilai GAP Hasil Bobot Nilai GAP Hasil Bobot Nilai GAP Hasil Bobot Nilai GAP Hasil Bobot
Tabel 2.7 Perhitungan Nilai Bobot untuk Aspek Prilaku Profil Jabatan
2.6.3
1
K001
2
K002
3
K003
4
K004
3
1 4,5 1 4,5 1 4,5 0 5
3
4
5
1 0 -1 4,5 5 4 0 0 -1 5 5 4 2 1 -3 3,5 4,5 2 0 0 0 5 5 5
Nilai GAP Hasil Bobot Nilai GAP Hasil Bobot Nilai GAP Hasil Bobot Nilai GAP Hasil Bobot
Perhitungan Core Factor dan Secondary Factor Perhitungan dan Pengelompokan Core Factor dan Secondary Factor
Setelah menentukan bobot nilai gap untuk ketiga aspek yaitu aspek kapasitas intelektual, sikap kerja dan perilaku dengan cara yang sama. Kemudian tiap aspek dikelompokkan lagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok Core Factor dan Secondary Factor. Untuk perhitungan core factor dapat ditunjukkan pada rumus di bawah ini :
56
NCI =
∑NC ∑ IC
Keterangan : NCI
: Nilai rata-rata core factor intelektual
NC
: Jumlah total nilai core factor intelektual
IC
: Jumlah Item core factor
Sedangkan untuk perhitungan secondary factor dapat ditunjukkan pada rumus di bawah ini :
NSI =
∑NS ∑ IS
Keterangan : NSI
: Nilai rata-rata secondary factor intelektual
NS
: Jumlah total nilai secondary factor intelektual
IS
: Jumlah Item secondary factor
Untuk lebih jelasnya pengelompokkan bobot nilai gap dapat dilihat pada contoh perhitungan aspek kapasitas intelektual sebagai berikut: Aspek kapasitas intelektual yang termasuk Core Factor adalah aspek no 1, 2, 5, 8 ,9. Sedangkan untuk Secondary Factor dari aspek intelektual adalah 3, 4, 6, 7, 10
57
Tabel 2.8 Perhitungan Nilai Core Factor dan Secondary Kemampuan Intelektual Sub Aspek 1 K001
No
2 K002 3 K003 4 K004
4
Core Factor 3,9
Secondary Factor 4
5
4
4,4
3
4,3
3,6
4
4,5
4,4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
4
4,5
4
4
4
3
5
3
4
5
4,5 4 4
4
4 5 2 4,5
4,5 4,5 4 4 4,5 4 3 3 5
5
3,5 5 4 4,5 5 4 5 4,5
Untuk aspek Sikap Kerja yang termasik Core Factor diantaranya 1, 2, 5 dan secondary factor diantaranya 3, 4, 6 Tabel 2.9 Perhitungan Nilai Core Factor dan Secondary Sikap Kerja Sub Aspek 1 K001
No
Core Secondary Factor Factor
1
2
3
4
5
6
5
5
4,5
3
5
1
5
2,83
2 K002
4,5
4,5
2,5
3
4,5
1
4,5
2,17
3 K003
4,5
3
5
4,5
3,5
2
3,67
3,83
4 K004
3
4,5
2,5
3,5
3,5
2
3,67
2,67
Untuk aspek Prilaku yang termasuk Core Factor diantaranya 1 dan 2. Sedangkan secondary factor diantaranya 3 dan 4 Tabel 2.10 Perhitungan Nilai Core Factor dan Secondary Prilaku Sub Aspek 1 K001
No
2 K002 3 K003 4 K004
1
2
4,5
4,5
4,5 4,5 5
5 3,5 5
4
Core Factor
5
4
4,5
4,5
5 4,5 5
4 2 5
4,8
4,5
4
3,25
5
5
3
Secondary Factor
Seperti dapat dilihat pada tabel di atas, terlebih dahulu telah ditentukan terlebih dahulu sub-aspek mana yang menjadi core factor sub-aspek sisanya
58
akan menjadi secondary factor. Kemudian nilai core factor dan secondary factor ini dijumlahkan sesuai rumus. Sehingga didapatkanlah bahwa untuk karyawan berkode K001 memiliki core factor intelektual rata-rata = 3,9 dan secondary factor intelektual rata-rata = 4. Hal yang sama juga dilakukan terhadap aspek sikap kerja dan aspek perilaku.
2.6.4 Perhitungan Nilai Total Tiap Aspek Dari hasil perhitungan dari tiap aspek diatas kemudian dihitung nilai total berdasarkan persentase dari core dan secondary yang diperkirakan berpengaruh terhadap kinerja tiap-tiap profil. Contoh perhitungan dapat dilihat pada rumus di bawah ini : 60 % NCI + 40 % NSI = NI (Nilai Total Aspek Intelektual )
60 % NCSK + 40 % NSSK = NISK(Nilai Total Sikap Kerja )
60 % NCP + 40 % NSP = NP (Nilai Total Aspek Prilaku )
Untuk lebih jelasnya perhitungan nilai total dapat dilihat pada contoh perhitungan aspek kapasitas intelektual sebagai berikut :
Tabel 2.11 Tabel Nilai Total Aspek Kapasitas Intelektual Sub Aspek 1 K001
No
NCI NSI
NI
3,9
4 3,94
2 K002
4
4,4 4,16
3 K003
4,2
3,6 4,02
4 K004
4,5
4,4 4,46
59
Tabel 2.12 Tabel Nilai Total Aspek Sikap Kerja No
Sub Aspek
NCSK NSSK NSK
1 K001
5
2,83
4,13
2 K002
4,5
2,17
3,57
3 K003
3,67
3,83
3,73
4 K004
3,67
2,67
3,27
Tabel 2.13 Tabel Nilai Total Aspek Prilaku No
Sub Aspek
NCP NSP
NP
1 K001
4,50
4,5
2 K002
4,8
3 K003
4
3,25
3,7
4 K004
5
5
5
4,50
4,50 4,68
Hal yang sama juga dilakukan terhadap aspek sikap kerja dan aspek perilaku.
2.6.5 Perhitungan Ranking Hasil akhir dari proses profile matching adalah ranking dari kandidat yang diajukan untuk mengisi suatu jabatan tertentu. Penentuan ranking mengacu pada hasil perhitungan tertentu. Perhitungan tersebut dapat ditunjukkan pada rumus di bawah ini : Ranking = 20 % NI + 30 % NSK + 50 % NP Keterangan : NI
: Nilai Kapasitas Intelektual
NSK : Nilai Sikap Kerja NP : Nilai Perilaku
60
Sesuai dengan rumus untuk perhitungan ranking di atas maka hasil akhir dari karyawan dapat dilihat tabel di bawah ini:
Tabel 2.14 Tabel Nilai Total Profil Karyawan No
Sub Aspek
NI
NSK
NP
Hasil
1 K001
3,94 4,133
4,5
4,28
2 K002
4,16 3,567 4,65
4,24
3 K003
3,96 3,733
3,7
3,77
4 K004
4,46 3,267
5
4,37
Setelah tiap kandidat mendapatkan hasil akhir seperti contoh pada tabel di atas, maka dapat ditentukan peringkat atau ranking dari tiap kandidat berdasarkan pada semakin besar nilai hasil akhir maka semakin besar pula kesempatan untuk menduduki jabatan yang ada, dan begitu pula sebaliknya.
2.7 Tools Analisis dan Pengembangan Sistem Bagan adalah alat berbentuk grafik yang sifatnya umum, yaitu dapat digunakan di semua metodologi yang ada. Pada penyusunan laporan kerja praktek ini penyusun menggunakan alat-alat bantu sebagai berikut:
2.7.1
Bagan Alir Informasi Bagan Alir Informasi merupakan bagan yang menunjukkan arus pekerjaan secara keseluruhan atau urutan dari prosedur-prosedur yang ada didalam sistem.
61
2.7.2
Data Flow Diagram (Diagram Arus Data)
Data Flow Diagram (Diagram Arus Data) merupakan alat yang digunakan untuk menggambarkan arus data di dalam sebuah sistem dengan terstruktur dan jelas. Pada Diagram Arus Data terdapat tingkatan, yaitu a. Diagram Konteks Diagram Konteks adalah diagram yang berada pada level yang paling tinggi yaitu level 0 (nol) yang menggambarkan ruang lingkup sistem yang global. Setiap sistem dibatasi boundary, diagram arus data menggambarkan jaringan masukan dan keluaran dari sistem, level ini hanya ada satu proses dan tidak ada data store. a. Diagram Zero ( Overview Diagram ) Diagram zero adalah diagram yang menggambarkan proses dari Data Flow Diagram atau diagram yang berada pada level 1 yang menggambarkan proses utama dari sistem dan didalamnya terdiri dari hubungan antar sumber, aliran data dan simpanan data. b. Diagram rinci Merupakan diagram yang menggambarkan proses secara lebih rinci lagi dan sudah tidak dapat diuraikan lagi.
2.7.3
Entity Relationship Diagram
Adapun komponen ERD sebagai berikut: a. Entity (Entitas) merupakan objek didalam sistem nyata atau abstrak dimana terdapat data entity ( entitas ) diberi nama dengan kata benda
62
dan secara umum dapat dikelompokan dalam empat jenis nama adalah orang, benda, lokasi kejadian (terdapat unsur waktu didalamnya). b. Relationship (relasi) menunjukkan hubungan diantara sejumlah entitas yang berasal dari himpunan entitas yang berbeda. c. Atribut secara umum sifatnya karakteristik dari tiap entity maupun tiap relationship. Atribut disimbolkan dengan sebuah lingkaran atau elips.
2.7.4
Database Relational
Database Relational menunjukkan hubungan dari file-file database yang digunakan dalam sistem yang dirancang. Penggambaran database relational dilakukan setelah proses normalisasi. Ada tiga kemungkinan tingkat hubungan yang ada untuk menggambarkan relasi atribut dalam suatu file yaitu: a. Relasi satu ke satu (one to one) Suatu kejadian pada entitas yang pertama hanya mempunyai satu hubungan dengan satu kejadian pada entitas yang kedua dan sebaliknya.
Mahasiswa
1
1
Memilih
Gambar 2.4 ERD Relasi satu ke satu b. Relasi satu ke banyak (one to many)
Jurusan
63
Untuk satu kejadian pada entitas yang pertama dapar mempunyai banyak hubungan dengan kejadian pada entitas yang kedua. Sebaliknya satu kejadian pada entitas yang kedua hanya dapat mempunyai satu hubungan dengan satu kejadian pada entitas yang pertama. N
Mahasiswa
1
Ikut
Seminar
Gambar 2.5 ERD Relasi banyak ke satu c. Relasi banyak ke banyak (many to many) Tiap kejadian pada sebuah entitas akan mempunyai banyak hubungan dengan kejadian pada entitas lainnya, baik dilihat dari sisi entitas yang pertama maupun dilihat dari sisi yang kedua.
M
N Konsumen
Membeli
Barang N
Dijual M Supplier
Gambar 2.6 ERD Relasi banyak ke banyak
64
2.8 Perangkat Lunak yang digunakan Dalam pembuatan program ini penyusun menggunakan Sistem Operasi dan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0 dan Microsoft Access sebagai basis datanya. 1.
Sistem Operasi Microsoft Windows XP Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara
user dengan perangkat keras komputer. Sistem operasi digunakan untuk mengeksekusi program user dan memudahkan menyelesaikan permasalahan user. Selain itu dengan adanya sistem operasi membuat sistem komputer nyaman digunakan. Sistem operasi mempunyai tujuan untuk menggunakan perangkat keras komputer secara efisien dan bertugas untuk melakukan kontrol dan koordinasi penggunaan perangkat keras pada berbagai program aplikasi untuk user- user yang berbeda. Microsoft Windows XP merupakan salah satu sistem operasi komputer yang paling banyak digunakan. Mungkin faktor penggunaan yang sangat mudah dan dengan tampilan interface yang cantik. Microsoft Windows XP merupakan generasi perkembangan dari versi-versi windows sebelumnya dengan lebih banyak penambahan fasilitas-fasilitas dan fitur-fitur baru. Penggunaan dari Microsoft Windows XP sendiri tidak jauh beda dengan penggunaan windows versi sebelumnya, akan tetapi hanya ada perbedaan sedikit letak fitur serta penambahan fitur-fitur baru. Dalam Windows XP pengaturan dan koneksi khususnya untuk jaringan lebih gampang dan mudah serta fasilitas untuk pendeteksian peripheral komponen - komponen tambahan
65
yang diikutsertakan dalam komputer sudah semakin lengkap. Sebagai contoh pendeteksian perangkat yang menggunakan Universal Serial Bus ( USB ) lebih gampang tanpa menginstal driver dari perangkat tersebut.
Gambar 2.7 Tampilan Windows XP 2. Borland Delphi 7.0
Adapun beberapa keunggulan Borland Delphi 7.0 yaitu sebagai berikut: a. Borland Delphi 7.0 mempunyai desain yang user friendly terhadap para programmer yang beginner. b. Memiliki kecepatan kompilasi yang cepat. c. Mempunyai komponen yang sangat komplek untuk pembuatan software aplikasi sampai database. d. Mempunyai aplikasi plug in database bawaan. e. Sangat mudah untuk membuat koneksi ke berbagai aplikasi database, misalnya BDE, Access, MySQL, SQL Server, Oracle, dan database lainnya.
66
3. Empat Wilayah Borland Delphi
a.
Main Windows
Main Windows adalah Bagian utama dari Delphi:
Toolbar
Menu Utama Componen Palette Gambar 2.8 Main Windows
1) Menu Utama (Main Menu) Menu utama dipakai untuk membuka atau menyimpan file, memanggil wizard, menampilkan jendela lain, mengubah option dan lain sebagainya. 2) Toolbar Toolbar berbentuk sortcut, sehingga lebih memudahkan pemakai dalam menjalankan aplikasi delphi tersebut, Berisi Sejumlah Icon untuk melakukan suatu operasi dengan cepat, Misalnya tombol Save indentik dengan menu File Save. 3) Component Palette Component Palette adalah toolbar dengan ketingian ganda, yang berisi page control dengan semua komponennya.
67
b.
Form Designer Form designer adalah lembar desain user interface dari aplikasi yang akan dibuat, form ini menjadi tempat diletakkan komponen visual yang dimiliki oleh borland delphi.
Gambar 2.9 Form Designer c.
Object Inspector Object inspector dapat digunakan untuk mengubah properties form atau komponen, object inspector terdiri dari dua tab antara lain :
1. Tab Properties Berfungsi untuk melihat dan merubah properti dari setiap item.
Gambar 2.10 Tab Properties
68
2. Tab Event Tab Event merupakan bagian lain dari objek inspektor, tab ini berisi event-event yang dapat direspon oleh sebuah objek.
Gambar 2.11 Tab Event d. Windows Editor
Merupakan bagian terpenting di lingkungan delphi, windows editor terdiri dari dua bagian, yaitu code editor dan code exploler. Windows editor digunakan untuk menuliskan kode program. Editor ini dilengkapi dengan fasilitas higlight yang berguna untuk memudahkan menemukan kesalahan. Pada bagian kiri kode editor adalah kode exploler dipakai untuk memudahkan navigasi di dalam file unit. Kode exploler berisi struktur pohon yang menampilkan semua type class, properti, method, variabel global yang didefinisikan di dalam unit. Selain itu kode exploler juga menampilkan semua unit yang ada di klausa uses.
69
Gambar 2.12 Windows Editor 4.
Microsoft Access Microsoft Access adalah sebuah program aplikasi basis data komputer
relasional yang ditujukan untuk kalangan rumahan, perusahaan kecil dan perusahaan menengah. Aplikasi ini menggunakan mesin basis data Microsoft Jet Database Engine dan juga menggunakan tampilan grafis yang intuitif sehingga memudahkan pengguna. Beberapa kelebihan dari Microsoft Access adalah sebagai berikut: a.
Aplikasi ini mudah dikembangkan baik untuk kalangan pemula maupun untuk kalangan profesional.
b.
Microsoft Access memungkinkan pengembangan yang relatif cepat karena semua table database, query, form dan report disimpan dalam berkas basis datanya sendiri.
c.
Microsoft Access memiliki kompatibilitas dengan bahasa pemrograman SQL. Microsoft Access adalah suatu program aplikasi basis data komputer
relasional yang digunakan untuk merancang, membuat dan mengolah
70
berbagai jenis data dengan kapasitas yang besar. Database adalah kumpulan tabel-tabel yang saling berelasi. Antar tabel yang satu dengan yang lain saling berelasi, sehingga sering disebut basis data relasional. Relasi antar tabel dihubungkan oleh suatu key, yaitu primary key dan foreign key.
Gambar 2.13 Tampilan Microsoft Access 2007
1.
Komponen Utama (Object)
1.
Table Table adalah objek utama dalam database yang digunakan untuk menyimpan sekumpulan data sejenis dalam sebuah objek. Table terdiri atas : 1) Field Name : atribut dari sebuah table yang menempati bagian kolom. 2) Record : Isi dari field atau atribut yang saling berhubungan yang menempati bagian baris.
71
2.
Query Query adalah bahasa untuk melakukan manipulasi terhadap database. Digunakan untuk menampilkan, mengubah, dan menganalisa sekumpulan data. Query dibedakan menjadi 2, yaitu : a. DDL (Data Definition Language) digunakan untuk membuat atau mendefinisikan obyek-obyek database seperti membuat tabel, relasi antar tabel dan sebagainya. b. DML (Data Manipulation Language) digunakan untuk manipulasi database, seperti: menambah, mengubah atau menghapus data serta mengambil informasi yang diperlukan dari database.
3. Form Form digunakan untuk mengontrol proses masukan data (input), menampilkandata (output), memeriksa dan memperbaharui data. 4. Report Form digunakan untuk menampilkan data yang sudah dirangkum dan mencetak data secara efektif.
2.9 Tinjauan Umum Perusahaan Dalam laporan penelitian ini, penyusun mengangkat masalah yang cukup sering terjadi pada PT. Bank OCBC NISP, Tbk cabang Tanjung Pinang. Penyusun
72
merasa tertarik dari kasus-kasus atau masalah-masalah kecil yang dihadapi oleh Bank OCBC NISP, seperti penggunaan Microsoft Excel yang memiliki keterbatasan dalam pengolahan dan penyimpanan data, dan kesulitan Komite Kredit dalam mengambil keputusan kredit sehingga mengakibatkan keterlambatan proses penentuan penerimaan kredit, walaupun tidak selamanya masalah-masalah di atas terjadi. 1. Latar Belakang Perusahaan Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP) merupakan bank tertua keempat di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito BankBank OCBC NISP kemudian berkembang menjadi bank yang solid dan handal, terutama melayani segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Bank OCBC NISP resmi menjadi bank komersial pada tahun 1967, bank devisa pada tahun 1990 dan menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994. Pada akhir tahun 1990-an, Bank OCBC NISP berhasil melewati krisis keuangan Asia dan jatuhnya sektor perbankan di Indonesia, tanpa dukungan obligasi rekapitalisasi pemerintah. Bank OCBC NISP pada saat itu menjadi salah satu bank di Indonesia yang melanjutkan penyaluran kreditnya segera setelah krisis. Inisiatif ini memungkinkan Bank mencatat pertumbuhan yang tinggi. Reputasi Bank OCBC NISP yang baik di industrinya dan pertumbuhannya yang menjanjikan, telah menarik perhatian International
73
Finance Corporation (IFC), bagian dari Grup Bank Dunia, yang kemudian menjadi pemegang saham pada tahun 2001 - 2010 dan dari OCBC BankSingapura yang kemudian menjadi pemegang saham Bank OCBC NISP dan akhirnya menjadi pemegang saham pengendali melalui serangkaian akuisisi dan penawaran tender sejak tahun 2004. OCBC Bank-Singapura saat ini memiliki saham sebesar 85.06% di Bank OCBC NISP. Dengan dukungan dari OCBC Bank-Singapura, Bank OCBC NISP telah menetapkan program yang agresif untuk memperkuat infrastruktur, termasuk sumber daya manusia, teknologi informasi dan jaringan kantor. Program ini yang kemudian memicu kepindahan kantor pusat ke OCBC NISP Tower di pusat Jakarta, yang memungkinkan Bank OCBC NISP memiliki akses langsung ke pusat bisnis di Indonesia. Bank OCBC NISP saat ini memiliki lebih dari 6.000 karyawan yang memiliki motivasi tinggi untuk melayani nasabah di 408 kantor yang meliputi 88 kota di Indonesia. Profil pemegang saham pengendali: OCBC Bank Singapura merupakan bank lokal tertua di Singapura, dengan jaringan, kantor perwakilan serta perusahaan afiliasi di 15 negara dan teritori termasuk Singapura, Malaysia, Indonesia, Cina, Hong Kong, Brunei, Jepang, Australia, Inggris dan Amerika. Anak perusahaan OCBC Bank, Great Eastern Holding, adalah grup asuransi terbesar di Singapura dan Malaysia dalam hal aset dan pangsa pasar. Sedangkan anak perusahaan yang bergerak di bidang manajemen aset, Lion Global Investors, adalah salah satu perusahaan
74
manajemen investasi swasta terbesar di Asia Tenggara. Informasi selengkapnya dapat diakses di www.ocbc.com.
2. Visi dan Misi Perusahaan VISI Menjadi Bank pilihan dengan standar dunia yang diakui kepeduliannya dan terpercaya.
MISI Bank OCBC NISP berusaha dan bekerja sebagai warga korporat terhormat yang mampu bertumbuh-kembang bersama masyarakat secara berkelanjutan dengan cara : Menyediakan dan mengembangkan pelayanan keuangan yang inovatif, berkualitas dan melebihi harapan masyarakatyang dinamik dengan hasil terbaik. Membina jejaring kerjasama saling menguntungkan
yang
dilandasi
rasa
saling
percayaMenciptakan
lingkungan kerja yang meningkatkan profesionalisme dan mendorong pembaharuan organisasional dengan semangat kekeluargaanMembangun kepercayaan publik melalui perilaku etikal, peduli dan hati-hati (prudent).
3. Struktur Organisasi a. Bagian perkreditan Struktur organisasi pada bagian perkreditan Bank OCBC NISP adalah sebagai berikut :
75
CPA
Business Coordinator
Marketing Officer
RO Consumer
Credit Documentation Officer
Appraiser
Credit Admin Officer
Gambar 2.14 Struktur Organisasi bagian Perkreditan Bank OCBC NISP
4.
Uraian Jabatan Adapun tugas dan wewenang masing-masing bagian adalah sebagai berikut : a. Komite Kredit yang terdiri dari CPA (Credit Process Approval) dan Business Coordinator. CPA (Credit Process Approval) 1. Mempelajari setiap permohonan kredit yang diajukan oleh Marketing Officer 2. Memberikan persetujuan atau penolakan terhadap proposal kredit yang diajukan oleh Marketing Officer sesuai dengan wewenangnya. 3. Menyetujui pemberian kredit secara professional, jujur, objektif, cermat dan seksama.
76
Business Coordinator 1). Bertanggung jawab penuh terhadap segala aktivitas perusahaan. 2). Melakukan pengawasan atas jalannya aktivitas perusahaan. 3). Melakukan koordinasi dengan setiap kepala bagian terkait aktivitas perusahaan. 4) Merencanakan, menyusun, merevisi, mengembangkan, merumuskan, mengusulkan, dan merekomendasikan kepada atasan yaitu Kepala Wilayah (Region Head) mengenai pemikiran-pemikiran strategis pengembangan bank secara keseluruhan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. b. Marketing Officer Melakukan
tugas
merencanakan,
mengkoordinasikan,
melaksanakan aktivitas-aktivitas dalam bidang perkreditan khususnya untuk jenis perkreditan Emerging Business serta melakukan cross selling, melakukan pendekatan dan mencari debitur baru. c. RO Consumer Mempunyai
tugas
merencanakan,
mengkoordinasikan,
melaksanakan aktivitas-aktivitas dalam bidang perkreditan khususnya untuk Kredit Consumer seperti Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Kepemilikan Mobil dan Kredit Multi Guna
77
serta melakukan cross selling, melakukan pendekatan dan mencari debitur baru. d. Credit Documentation Officer / Legal (Hukum) Bertugas
melakukan
pengecekan
keabsahan
dokumen-
dokumen nasabah serta memberi penjelasan kepada debitur tentang aturan-aturan hukum yang berjalan terkait masalah kredit debitur. e. Appraiser Melakukan
pemeriksaan
kelengkapan
dokumen
agunan,
Melakukan pemeriksaan agunan dan kecocokan data di lapangan,
melakukan
“pemotretan”
dan
mengumpulkan
berbagai informasi harga properti setempat, membuat laporan hasil penilaian agunan, mengikuti perkembangan harga properti dan perkembangan suatu daerah serta melakukan monitoring / taksasi ulang. f. Credit Admin Officer 1). Bertugas melakukan BI Checking calon debitur 2) Membantu Marketing Officer dalam pengarsipan dokumendokumen debitur