BAB II LANDASAN TEORI
A. Bank 1. Pengertian Bank Saat ini bank telah menjadi kebutuhan masyarakat yang mutlak, karena sekarang masyarakat merasa lebih nyaman dan aman
untuk
menyimpan
uangnya
di
bank
ketimbang
menyimpannya dirumah, selain itu juga masyarakat akan memperoleh imbalan berupa bunga jika uangnya di simpan di bank sehingga uang mereka akan bertambah. Pengertian Bank menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK tentang Akuntansi Perbankan (Revisi 2009:31:2) adalah: “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank juga merupakan lembaga keuangan yang berperan sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana di masyarakat dengan pihak-pihak lainnya yang memelukan dana, dan merupakan lembaga yang berfungsi memperlancar arus lalu lintas pembayaran”
5
6
Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2009:14) definisi dari bank adalah: “Bank adalah suatu badan yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan”.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus fund) dengan pihak yang kekurangan dana (deficit fund), dimana tugas utamanya adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Bank juga merupakan lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.
2. Fungsi Bank Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat
luas
(funding)
dan
menyalurkan
pada
masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending) untuk berbagai tujuan atau financial intermediary. Menurut Susilo,dkk (2006:6) fungsi bank dibagi menjadi 3 bagian yaitu sebagai berikut: a. Agent of Trust Dasar
utama
kegiatan
perbankan
adalah
trust
(kepercayaan), baik dalam hal penghimpunan dana
7
maupun
penyaluran
dana.
Masyarakat
akan
mau
menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Pihak bank itu sendiri akan menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. b. Agent of Development Tugasnya sebagai penghimpun dana dan penyaluran dana sangat
diperlukan
untuk
kelancaran
kegiatan
perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan
masyarakat
melakukan
investasi,
distribusi dan konsumsi barang dan jasa, tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomiman masyarakat.
3. Jenis-jenis Bank Jenis-jenis bank menurut Kasmir (2008:20) dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain: a. Dilihat dari Segi Fungsinya 1) Bank Umum Pengertian bank umum sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
8
perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank. 2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya Jenis bank yang ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Adapun kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank bersangkutan. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya adalah sebagai berikut: 1) Bank milik pemerintah Merupakan suatu bank yang akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. 2) Bank milik swasta nasional Seluruh atau sebagian besar saham dari bank jenis ini dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan
oleh
swasta,
begitu
pula
pembagian
keuntungannya untuk keuntungan swata pula. 3) Bank milik asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing.
9
4) Bank milik campuran Saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional yang secara mayoritas kepemlikan sahamnya dipegang oleh warga negara Indonesia. c. Dilihat dari Segi Status 1) Bank devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. 2) Bank non devisa Merupakan
bank
yang
beum
mempunyai
izin
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga 1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional Bank jenis ini menggunakan sistem bunga dalam menentukan harga jual, misalnya untuk produk simpanan. 2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah Daam menentukan harganya, bank jenis ini menggunakan sistem bagi hasil.
10
4. Sumber dana dan penanaman dana bank Menurut Suyatno,dkk (2001:35) secara garis besar sumber dana bagi sebuah bank ada 3, yaitu: a. Dana yang bersumber dari bank sendiri Dana yang bersumber dari bank sendiri adalah dana berbentuk modal disetor yang berasal dari pemegang saham dan cadangan-cadangan serta keuntungan bank yang belum dibagikan kepada pemegang saham. b. Dana yang bersumber dari masyarakat luas Dana yang bersumber dari masyarakat luas umumnya berbentuk simpanan yang secara umum kita sebut sebagai giro, deposito dan tabungan. c. Dana yang bersumber dari lembaga-lembaga keuangan Dana yang bersumber dari lembaga-lembaga keuangan pada umumnya diperoleh bank dalam bentuk pinjaman (kredit).
Bentuk penanaman dana bagi sebuah bank menurut Suyatno, dkk (2001:44) yaitu sebagai berikut: 1) Penanaman dana dalam bentuk piinjaman (kredit) Pinjaman yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihantagihan
yang
dapat
disamakan
dengan
itu
berdasarkan
persetujuan pinjaman-pinjaman antara bank dengan pihak lain dalam hal ini pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya
11
setelah jangka tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan. 2) Penanaman dana dalam bentuk surat-surat berharga Penanaman dalam bentuk surat-surat berharga sesungguhnya merupakan usaha pokok bank. Sebagai cadangan sekunder, bank dapat membeli surat berharga yang dapat dipercaya dan mudah dicairkan. 3) Penyertaan Menyimpang usaha pokok dari sebuah bank. Bank Indonesia dapat memberikan izin bagi bank umum atau bank pembangunan untuk ikut serta dalam penyertaan modal perusahaan. Yang dimaksud dengan penyertaan adalah penanaman dana dalam perusahaan lain sebagai modal. 4) Penanaman dalam harta tetap dan inventaris Kepercayaan masyarakat terhadap bank sebagai lembaga keuangan
tentunya
memerlukan
penampilannya
yang
meyakinkan. Oleh karena itu, bank dalam penampilannya sebagai lembaga keuangan modern, selalu berusaha untuk menampilkan diri dalam bentuk, peralatan dan lain-lain yang tentunya memerlukan dana yang tidak kecil untuk menjalankan usahanya.
12
B. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Ikatan Akuntansi Indonesia (2006,31.2) menjelaskan pengertian bank syariah yaitu: “Bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan / atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah”. Sedangkan menurut Heri Sudarsono (2008:27) adalah “bank syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroprasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah”.
Jadi, definisi dari bank syariah adalah bank umum yang dalam kegiatan operasionalnya menerapkan prinsip-prinsip islam, baik transaksi maupun produk atau jasa yang ditawarkan. Salah satu ciri yang membedakan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah bank syariah tidak mengenal sistem bunga sebagaimana yang dilakukan bank konvensional, tetapi bank syariah memberikan imbalan seperti bagi hasil (profit sharing) sesuai dengan produk atau transaksi yang dilakukan oleh nasabah bank syariah tersebut.
13
2. Tujuan Bank Syariah Menurut Slamet Wiyono (2006:78) tujuan bank syariah adalah: a. Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait, termasuk hak dan kewajiban yang berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan lainnya, sesuai dengan prinsip syariah yang berlandaskan dengan konsep kejujuran, keadilan, kebijakan dan kepatuhan nilai-nilai bisnis alami. b. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai laporan dalam pengambilan keputusan. c. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.
3. Prinsip-prinsip syariah Menurut mengenai
Malayu
(2000:40)
prinsip-prinsip
bank
menjelaskan syariah
dalam
pengertian kegiatan
operasinya sebagai berikut: “Prinsip syariah adalah aturan-aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan usaha atau kegiatan lain yang dinyatakan sesuai dengan syariah”. Sedangkan menurut Arifin (2002:12) mengenai prinsipprinsip syariah yang mendasari bank syariah adalah sebagai berikut:
14
a. Melarang kegiatan riba Riba dalam hukum islam hukumnya haram. Salah satu dasar hukumnya surat Ar-Rum ayat 39 yang artinya: “Dan suatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusi, maka riba itu tidak menambah di sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipat gandakan pahalanya”. b. Menghalalkan transaksi jual beli Prinsip ini dijelaskan dalam QS.Annisa (4) : 29 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan perdagangan yang dilakukan dengan cara suka sama suka diantara kalian. Dan janganlah membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
c. Berbuatlah adil tanpa pandang bulu Dengan dasar QS.An-Nahl (16) : 90 yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan memberi kepada kamu kerabat. Dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat pelajaran”. d. Kebersamaan dan tolong menolong Prinsip ini didasarkan pada QS.Al-Maidah (5) : 2 yang artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.
15
e. Saling mendorong untuk meningkatkan prestasi Prinsip ini didasarkan dalam QS.Al-Qashash (28) : 77 yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat. Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimna Allah telah berbuat baik kepadamu, janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
f. Membayar zakat Prinsip ini didasarkan dalam QS.Az-Zariyat (51) : 19 yang artinya: “Dan dalam harta mereka ada hak untuk orang yang meminta dan orang miskin yang tak mau memintanya”.
C. Bagi Hasil (Syirkah) 1. Pengertian Bagi Hasil Dalam sistem ekonomi islam, bunga dapat dinyatakan sebagai riba yang “haram” hukumnya menurut syariah islamiyah sebagai gantinya, sistem ekonomi islam menggantinya dengan pranata bagi hasil yang dihalalkan oleh syariah islamiyah berdsarkan Al-Qur‟an dan hadist.
16
Adapun bagi hasil menurut Abdurrahman (2001:192) mendefinisikan bahwa: “Bagi hasil adalah jumlah pendapatan yang diterima nasabah berdasarkan pemberian laba yang dihasilkan oleh bank, bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan, jika tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian ditanggung oleh kedua belah pihak, yaitu bank dan nasabah”. Sedangkan menurut Djaslim Saladin dan Abdus Salam (2000:74) pengertian bagi hasil yaitu: “Bagi hasil adalah perjanjian pembagian keuntungan dan atau kerugian dengan besar pembagian tertentu dari sejumlah dana antara pihak pemilik dana dengan pihak yang menggunkan dana” Dari kedua pengertian bagi hasil diatas dapat disimpulkan bahwa bagi hasil adalah pembagian keuntungan atau kerugian dengan besar pembagian tertentu dari sejumlah dana antara penyedia dana dengan pengelola dana bagi hasil tergantung pada proyek yang sedang dijalankan, jika tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian ditanggung oleh kedua belah pihak, yaitu bank dan nasabah. Menurut
Slamet
dan
Taufan
(2012:51)
mekanisme
perhitungan bagi hasil yang diterapkan didalam perbankan syariah dapat didasarka pada dua cara profit sharing (bagi laba) dan revenue sharing (bagi pendapatan), yakni sebagai berikut :
17
a. Profit sharing (bagi laba) Perhitungan bagi hasil menurut profit sharing adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. b. Revenue sharing (bagi pendapatan) Perhitungan bagi hasil menurut revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada revenue (pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut.
2. Konsep Bagi Hasil Konsep bagi hasil berbeda sama sekali dengan konsep bunga yang diterapkan pada bank konvensional. Menurut IBI (2003:265) dalam bank syariah, konsep bagi hasil, sebagai berikut: a. Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan bank yang bertindak sebagai pengelola dana. b. Pengelola atau bank syariah mengelola dana tersebut diatas dalam sistem pool of fund, selanjutnya bank akan menginvestasikan dana tersebut kedalam proyek/usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah.
18
c. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja sama, nominal, nisbah, dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut.
3. Prinsip-prinsip operasional bank syariah Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan usahanya, bank syariah menggunakan beberapa prinsip operasional tersebut, menurut Syafi‟i (2001:83) adalah sebagai berikut: a. Prinsip bagi hasil (profit sharing) Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dengan tiga akad utama, yaitu: 1) Al-Musyarakah Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal atau expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Aplikasi dalam dunia perbankan biasanya digunakan dalam pembiayaan proyek dan model ventura. 2) Al-Mudharabah Al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak lain menjadi
19
pengelola. Aplikasi dalam perbankan pada produkproduk pembiayaan dan pendanaan. 3) Al-Muzara’ah Al-Muzara’ah
adalah
kerja
sama
pengelolaan
pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (presentase) dari hasil panen. b. Prinsip jual beli (Ba‟i) 1) Ba’i Al-Murabahah Ba’i Al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Aplikasi dalam perbankan diterapkan pada produk pembiayaan untuk pengembalian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri seperti melalui Letter of Credit (L/C). 2) Ba’i As-Salam Ba’i As-salam adalah pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayarannya dilakukan dimuka. Aplikasi dalam perbankan biasanya dipergunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek yaitu 2-6 bulan. 3) Ba’i Al-Istishna “Ba’i Al-Istishna adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli”.
20
c. Prinsip jasa (fee) Dalam menjalankan operasionalnya, perbankan syariah juga menerapkan prinsip jasa (fee) yang terdiri dari: 1) Al-Wadi‟ah Al-Wadi‟ah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Aplikasi perbankan mengacu pada pengertian yad adh-dhamanah, bank sebagai penerima simpana dapat memanfaatkan Al-Wadi‟ah untuk tujuan: Current Account (giro) dan Saving Account (tabungan berjangka) 2) Al-Ijarah Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayara upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan
kepemilikan
(ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri. Aplikasi dalam dunia perbankan seperti halnya dengan leasing. 3) Al-Hawalah Al-Hawalah adalah pengalihan piutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang menanggungnya. Salah satu dari aplikasi dunia perbankan Al-Hawalah digunakan dalam hal Factoring atau anjak piutang.
21
4) Ar-Rahn Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dalam dunia perbanka Rahn dapat dipakai dalam dua hal, pertama sebagai prinsip artinya sebagai akad tambahan
terhadap
pembiayaan
produk
murabahah,
lain
kedua
seperti sebagai
dalam produk
tersendiri untuk keperluan nasabah yang sifatnya jasa dan konsumtif seperti pendidikan, kesehatan dan sebagainya. 5) Al-Kafalah Al-Kafalah adalah pemberian garansi kepada nasabah yang akan mendapatkan pembiayaan (pelaksanaan suatu usaha atau proyek) dari pihak lain. Bank mendapatkan
fee
dari
kesepakatan bersama.
nasabah Aplikasi
sesuai dalam
dengan
perbankan
biasanya digunakan untuk membuat garansi atas suatu proyek (Performance Bonds), partisipasi dalam tender (Tender Bonds) atau pembayaran lebih dulu (Advance Payment Bonds). 6) Al-Wakalah Al-Wakalah berarti penyerahan pendelegasian atau pemberian mandat, dalam ha ini wakalah adalah
22
pelimpahan kekuasaan seorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan. Aplikasi dalam perbankan
wakalah
biasanya
diterapkan
untuk
pembuatan Letter of Credit atas pembelian barang di Luar Negeri (L/C impor) dan untuk melakukan transfer dana dari nasabah kepada alamat lain. 7) Al-Qard Al-Qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih
atau
diminta
dengan
kata
lain
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam aplikasi perbankan akad qard biasanya diterapkan sebagai berikut: a) Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditas yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek. b) Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat. c) Sebagai produk untuk menyeimbangkan usaha yang sangat kecil untuk membantu sektor sosial.
4. Faktor yang mempengaruhi pendapatan bagi hasil Pendapatan bagi hasil yang diperoleh bank syariah dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung sehingga menyebabkan
23
pendapatan bagi hasil tersebut besar atau kecil, hal ini diungkapkan oleh Muhammad (2005:110) sebagai berikut: a. Faktor langsung Diantara
faktor-faktor
langsung
yang
mempengaruhi
perhitungan bagi hasil adalah investmen rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil. 1) Investment rate merupakan persentase aktiva dana yang diinvestasi dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80% hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuidasi. 2) Jumlah
dana
yang
tersedia
untuk
diinvestasikan
merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan dana tersbut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode: a) Rata-rata saldo minimum b) Rata-rata total saldo harian 3) Nisbah angka perbandingan atau porsi pembagian pendapatan antara shahibul maal dengan mudharib. b. Faktor tidak langsung 1) Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya pendapatan yang dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya.
24
2) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktiva yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
5. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil Perbedaan antara imbalan yang berdasarkan bunga dengan yang berdasarkan bagi hasil dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbedaan Imbalan Berdasarkan Bunga dan Bagi hasil Bunga Bagi Hasil Penentuan bunga dibuat pada waktu Penentuan besarnya rasio bagi akad tanpa berpedoman pada untung hasil dibuat pada waktu akad dan rugi dengan berpedoman pada kemungkinan untung atau rugi Besarnya persentase berdasarkan Besarnya rasio bagi hasil pada jumlah uang (modal) yang berdasarkan pada jumlah diberikan keuntungan yang diperoleh Pembayaran bunga tetap seperti Bagi hasil tergantung pada dijanjikan tanpa pertimbangan keuntunggan proyek yang apakah proyek yang dijalankan dijalankan sekiranya itu tidak nasabah untung atau rugi mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditangung bersama oleh dua belah pihak Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian laba meningkat sekalipun jumlah meniingkat sesuai dengan keuntungan berlipat atau keadaan peningkatan jumlah pendapatan ekonomi sedang booming Eksistensi bunga diragukan (kalau Tidak ada yang meragukan tidak dikecam) oleh semua agama keabsahan keuntungan bagi termasuk islam hasil. Sumber : Muhammad Syafi‟i Antonio & Karneen Permataatmadja (2000:52)
D. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Pengertian Mudharabah menurut Slamet dan Taufan (2012:185) adalah sebagai berikut:
25
“Akad kerja sama usaha anatara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka, jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.”
Sedangkan
menurut
Syafi‟i
(2001:95)
pengertian
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lain menjadi pengelola.
2. Jenis-jenis Mudharabah Menurut Slamet dan Taufan (2012:185) Mudharabah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. Mudharabah Muthlaqah adalah akad mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasi. b. Mudharabah Muqayyadah adalah akad mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai tempat, cara, dan objek investasi. Sedangkan menurut Syafi‟i (2001:97) bahwa pembiayaan mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Transaksi Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
26
b. Transaksi Mudharabah Muqayyadah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib, dimana mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu dan tempat usaha.
3. Aplikasi dalam Perbankan Mudharabah
biasanya
diterapkan
pada
produk-produk
pembiayaan dan pendanaan. Menurut Syafi‟i (2001:97) sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada: a. Tabungan Berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban dan sebagainya. b. Deposito spesial (special investment) dimana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu.
4. Rukun Mudharabah Menurut Rizal (2009:124) Rukun dari akad Mudharabah yang harus dipenuhi dalam transaksi antara lain sebagai berikut: a. Transactor, yaitu shahibul maal (pemilik modal), Mudharib (Pengelola modal) adalah pihak yang pandai berbisnis tetapi tidak memiliki modal. b. Objek Akad, yaitu modal (maal), dan usaha c. Shighat, yaitu ijab dan qabul.
27
5. Manfaat Mudharabah Menurut Syafi‟i (2001:97) Manfaat Mudharabah adalah sebagai berikut: a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. b. Bank tidak berkewajiban mmembayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap. Tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatka nasabah. d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prident) mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan, karena keuntungan yang konkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah, ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berappun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
28
E. Musyarakah 1. Pengertian Musyarakah Menurut
Syafi‟i
(2001:90)
mendefinisikan
pengertian
Musyarakah yaitu “Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua piha atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan”
2. Jenis Musyarakah Pelaksanaan akad musyarakah tidaklah bersifat tunggal. Menurut Syafi‟i (2001:92), akad jenis ini memiliki lima jenis, yaitu: a. Syirkah al-„Inan Syirkah al-„Inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpasipasi dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam
keuntungan
dan
kerugian
sebagaimana
yang
disepakati diantara mereka. Akan tetapi, porsi masingmasing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.
Mayoritas
ulama
membolehkan
jenis
Al-
Musyarakah ini.
b. Syirkah Mufawadhah Syirkah mufawadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu
29
pori dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat utama dari jenis al-musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak. c. Syirkah A‟maal Al-musyarakah ini adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.
d. Syirkah Wujuh Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan tiap mitra. Jenis Al-Musyarakah
ini
tidak
memerlukan
modal
karena
pembelian secara kredit berdasarkan jaminan tersebut. Karenanya, kontrak inipun lazim disebut sebagai musyarakah piutang.
30
e. Syirkah Al-Mudharabah Adapun penjelasan tentang syirkah menurut Afifuddin (2009:16), yaitu: “Secara syar‟i, Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antar dua pihak, shahibul maal (pemilik harta/pemodal) menyediakan seluruh modal dan pihak kedua sebagai pengelola (mudharib). Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Demikian juga dengan kerugian, ditanggung pula oleh kedua pihak dimana shahibul maal berkurang modalnya sedangkan pengelola tidak mendapatkan apapun dari usaha tersebut.”
3. Rukun Musyarakah Menurut Sunarto (2003:54) Dari segi hukumnya melakukan kerja sama dengan menggunakan sistem musyarakah adalah suatu hal yang dibenarkan dalam islam. Keabsahannya juga bergantung pada syarat-syarat dan rukun yang telah ditetapkan. Adapun rukun musyarakah yang disepakati jumhur ulama adalah sebagai berikut: a. Shigat (lafal) ijab dan qabul b. Pelaku akad, yaitu para mitra usaha c. Objek akad, yaitu modal (maal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh).
31
F. Perbedaan Musyarakah dengan Mudharabah Mengutip dari Yusuf (2010: 477), perbedaan pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Perbedaan al musyarakah dengan al mudharabah NO
Perbedaan
Musyarakah
Mudharabah
1.
Modal
Untuk pembiayaan musyarakah, baik pengelola dana dan pemilik dana samasama dapat berkontribusi dalam menyediakan modal.
Pada pembiayaan mudharabah, pihak bank sebagai pemilik dana yang hanya dapat berkontribusi dalam menyediakan dana, sedangkan pihak pengelola dana dalam hal ini dapat menyediakan skill dalam proses bisnisnya.
2.
Pembagian
Pada pembiayaan musyarakah, kerugian harus dibagi antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal.
Pada pembiayaan mudharabah, penyedia dana menanggung semua kerugian, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan
Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra dapat melaksanakan kerja lebih banyak dari yang
Dalam pembiayaan mudharabah, kegiatan usaha adalah hak ekslusif pengelola dana, tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan, penyedia dana juga tidak boleh mempersempit tindakan
Kerugian
3.
Kegiatan usaha
32
lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya
pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
Sumber : Yusuf dkk (2010, 477) Secara umum, aplikasi perbankan dari al musyarakah dapat digambarkan dalam skema berikut ini: Gambar 2.1 Skema Al Musyarakah
Bank Syariah Parsial Pembiayaan
Nasabah Parsial: Asset Value
PROYEK USAHA
KEUNTUNGAN
Bagi hasil keuntungan sesuai porsi kontribusi modal (nisbah)
Sumber : Antonio Syafi‟I (2011: 94)
33
Sedangkan
untuk
skema
pembiayaan
mudharabah
dapat
digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.2 Skema Al Mudharabah
PERJANJIAN BAGI HASIL
Nasabah (Mudharib)
Keahlian Keterampilan
Modal 100%
Bank (Shahibul Maal)
PROYEK/USAHA Nisbah X%
Nisbah Y% PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
Pengambilan Modal Pokok MODAL
Sumber : Antonio Syafi‟I (2011: 98)
34
G. Penelitian Terdahulu
No 1
2
3
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Nama Pemilik Judul Hasil Penelitian Yesi Oktriani Pengaruh Berdsarkan hasil Pembiayaan penelitian dan Musyarakah, pembahasan dapat Mudharabah dan disimpulkan pembiayaan Murabahah musyarakah secara Terhadap parsial tidak berpengaruh Profitabilitas signifikan terhadap (PT. Bank profitabilitas, Muamalat Pembiayaan mudharabah Indonesia,Tbk) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, pembiayaan murabahah secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas, dan pembiayaan musyarakah, mudharabah dan murabahah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Dwi Hartono Analisis Variabel pembiayaan (2012) Pengaruh Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah secara Mudharabah dan bersama-sama Musyarakah mempunyai hubungan Terhadap positif dan berpengaruh Pendapatan Bagi signifikan terhadap Hasil pendapatan bagi hasil Mudharabah Mudharabah. Pada PT.Bank Syariah Mandiri Variabel pembiayaan Periode 2009- Mudharabah mempunyai 2011 hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan bagi hasil Mudharabah Anisa Jayanti (2012)
Analisis Dari hasil F hitung Perbandingan profitabilitas < 0,05 Sistem Bagi maka Ho ditolak, atau
35
Hasil Deposito Mudharabah Pada PT.Bank Mega Syariah, Tbk Dengan Sistem Bunga Deposito Pada PT.Bank Mega,Tbk
kedua varians yaitu antara bagi hasil deposito Mudharabah dengan bunga deposito benar-benar berbeda. Dari hasil T hitung profitabilitas < 0,05 maka Ho ditolak atau kedua rata-rata (mean) pendapatan bagi hasil deposito mudharabah pada Bank Mega Syariah dan pendapatan bunga deposito pada Bank Mega berbeda.
H. Kerangka Pemikiran Berikut ini merupakan kerangka pemikiran penelitian yang menggunakan pembiayaan mudharabah dan musyarakah sebagai perbandingan dalam sistem bagi hasil.
Tabel 2.4 Kerangka Pemikiran
Pembiayaan Mudaharabah Sistem Bagi Hasil
Pembiayaan Musyarakah