9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 Pengertian Proyek dan Manajemen Proyek
Menurut Project Management Book of Knowledge (PMBOK) Guide, proyek merupakan serangkaian aktivitas atau tugas yang memiliki tujuan spesifik yang harus dicapai dengan spesifikasi tertentu, memiliki tanggal mulai dan selesai, memiliki keterbatasan biaya, memerlukan sumber daya manusia dan nonmanusia, dan kegiatan multifungsi. Sementara itu, menurut Husen (2010) proyek didefinisikan sebagai gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia, material, peralatan, dan biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan. Suatu proyek juga memiliki pengertian sebagai satu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1999). Project Management Institute (2008) menyatakan bahwa proyek sebagai “a temporary endeavor undertaken to create a unique product, service, or result”. Proyek adalah usaha sementara yang dikerjakan untuk membuat produk dan
layanan yang unik. Sementara itu,
menurut Gray dan Larson (2000) sebuah proyek diartikan sebagai kegiatan yang komplesk, bersifat nonrutin, dan hanya terjadi satu kali yang ruang lingkupnya dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi desain penampilan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proyek merupakan suatu kegiatan atau aktivitas sementara yang dilakukan menggunakan berbagai sumber daya terbatas seperti manusia, material, peralatan, dan modal, jangka waktu terbatas, dan harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan
agar
dihasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan konsumen dan stakeholders. Proyek memiliki beberapa karakteristik khusus, yaitu: (a) pekerjaan 9
10
yang tidak rutin dilibatkan, (b) diperlukan perencanaan, (c) objektif yang spesifik dapat dilihat atau produk yang spesifik dapat dibuat, (d) pekerjaan diselesaikan oleh beberapa orang, (e) pekerjaan diselesaikan dalam beberapa fase, (f) sumber daya yang dapat digunakan dalam proyek dibatasi, dan (g) proyek itu besar dan kompleks. Manajemen proyek menurut Kerzner (2013) adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Sementara menurut PMI (2008) manajemen proyek merupakan aplikasi dari ilmu pengetahuan, skill ,tools, dan teknik untuk aktivitas suatu proyek dengan maksud memenuhi atau melampaui kebutuhan dan harapan dari sebuah proyek. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan hierarki vertikal dan horizontal. Konsep manajemen proyek pada dasarnya didasari oleh beberapa hal, yaitu: (a) menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, (b) kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah digariskan secara spesifik, (c) memakai pendekatan sistem (system approach to management), dan (d) mempunyai hierarki horizontal disamping hierarki vertikal. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen proyek adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian suatu proyek dengan tujuan agar proyek yang dikerjakan dapat diselesaikan dalam waktu yang tepat, biaya yang optimal, dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan sehingga mampu memenuhi atau melampui kebutuhan dan harapan konsumen dan stakeholders. 2.1.2 Sasaran dan Tiga Kendala Proyek
Dalam mencapai sasaran dan tujuan dari proyek yang telah ditentukan terdapat batasan-batasan dalam suatu proyek yaitu Triple Constraint atau tiga kendala yang terdiri dari: a. Biaya/ Anggaran (Cost); b. Waktu/ Jadwal (Time); c. Mutu (Quality). Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan yang baik,
11
sehingga perpaduan antara ketiganya sesuai dengan yang diinginkan, yaitu dengan manajemen proyek (Soeharto, 1999). Di dalam proses mencapai tujuan telah ditentukan batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, dan jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan di atas disebut tiga kendala (triple constraint). Seperti diperlihatkan oleh Gambar 2.1 ini merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Anggaran proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal bertahun-tahun, anggarannya bukan hanya ditentukan untuk total proyek tetapi dipecah bagi komponen-komponennya, atau per periode tertentu (misalnya per kwartal) yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode. Jadwal proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang ditentukan. Mutu produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan.
Gambar 2.1Tiga Kendala (Triple Constraint) Ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan menaikkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada
12
naiknya biaya melebihi anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau jadwal.Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi (Soeharto, 1995).
2.2 Penjadwalan Proyek 2.2.1 Pengertian Penjadwalan Proyek
Menurut Husen (2011) penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan, dan material serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk penyelesaian proyek. Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antarkegiatan dibuat lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapainya hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada. Pendapat lain menyatakan bahwa penjadwalan proyek dapat didefinisikan sebagai waktu yang tersedia kepada pelaksanaan masing-masing bagian dalam rangka penyelesaian suatu proyek sedemikian rupa sehingga tercapai hasil yang optimal, dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada. Karena kompleksnya pemasalahan dalam suatu proyek, maka pengelola proyek selalu ingin meningkatkan kualitas perencanaan proyek. Perencanaan (Time Scheduling) proyek didasarkan pada durasi (waktu) normal setiap kegiatan atau pekerjaan. Husen (2011) menyatakan bahwa secara umum penjadwalan mempunyai manfaat-manfaat sebagai berikut: 1.
Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan atau kegiatan mengenai batasbatas waktu untuk mulai dan akhir masing-masing tugas
2.
Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis dan realistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya dan waktu
3.
Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan
4.
Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang ditetapkan
13
5.
Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan
6.
Merupakan sarana penting dalam pengendalian proyek Teknik penjadwalan dibuat untuk mencapai efektifitas dan efisiensi yang
tinggi dari sumber daya yang akan digunakan selama masa pelaksanaan proyek konstruksi. Instrumen yang digunakan untuk perencanaan produktivitas dan biaya antara lain: tenaga kerja, material dan peralatan. Sumber daya tersebut harus direncanakan seefisien mungkin, agar diperoleh biaya pelaksanan yang minimum tetapi kulitas tetap terjaga. Manfaat dari perencanaan antara lain; mengorganisir kegiatan-kegiatan yang terkait dalam proyek, menentukan pembagian tugas, waktu dan pelaksanaan tugas, memperkirakan jumlah sumber daya yang dibutuhkan, mengalokasikan tanggung jawab pelaksanaan proyek, mempermudah dalam pengendalian kemajuan proyek, dan mengantisipasi kondisi yang tidak diharapkan dalam perubahan rencana yang mungkin terjadi selama proyek berlangsung. Kompleksitas penjadwalan proyek sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1.
Sasaran dan tujuan proyek;
2.
Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master schedule;
3.
Dana yang diperlukan dan dana yang tersedia;
4.
Waktu yang diperlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan waktu yang hilang dan hari-hari libur;
5.
Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan di antaranya;
6.
Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk mempercepat proyek;
7.
Sumber daya yang diperlukan dan sumber daya yang tersedia;
8.
Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas. Penjadwalan memiliki dua fungsi umum, yaitu: fungsi pengorganisasian dan
fungsi pengendalian. Dalam melaksanakan proyek, ada tiga faktor yang akan menjadi tolok ukur keberhasilan proyek tersebut, yaitu mutu, biaya, dan waktu. Selama ini pengalaman menunjukkan bahwa pemborosan biaya saat pelaksanaan lebih disebabkan oleh ketidaktepatan dalam pengambilan keputusan pada tahap penjadwalan. Oleh karena itu merencanakan waktu/jadwal pelaksanaan sangat penting dalam suatu proyek konstruksi (Soeharto, 1999).
14
Menurut Budiono (2006), kriteria untuk menghasilkan jadwal proyek yang implementable (diterapkan dengan baik): 1.
Secara teknis dapat dipertanggungjawabkan;
2.
Berdasarkan perkiraan yang akurat;
3.
Sesuai dengan sumber daya yang tersedia;
4.
Koordinasi dengan pelaksanaan proyek lainnya;
5.
Fleksibel terhadap perubahan-perubahan;
6.
Cukup mendetail untuk dipakai sebagai alat pengukur hasil yang dicapai dan alat pengendali kemajuan proyek;
7.
Dapat menonjolkan pekerjaan yang kritis;
8.
Kondisi lingkungan kerja;
9.
Kondisi organisasi proyek.
2.2.2 Teknik-Teknik Penjadwalan
1. Bar Chart Bar Chart diperkenalkan oleh Hendry I. Gantt dan Frederick W. Taylor pada awal 1900. Bar Chart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal. Kolom arah horizontal menunjukkan skala waktu. Saat mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang. Proses penyusunan Bar Chart dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembangunan.
2.
Urutan pekerjaan, dari daftar item kegiatan itu disusun urutan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan dilaksanakan lebih dahulu dan item kegiatan yang akan dilaksanakan kemudian, tanpa mengesampingkan kemungkinan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan secara bersamaan.
3.
Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai dengan seluruh kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap item kegiatan.
15
Bar Chart memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan sistem penjadwalan lainnya. Kelebihan-kelebihan Bar Chart sangat membantu perencanaan jadwal pada tahap pendahuluan suatu proyek konstruksi dan perekayasaan, yang sering terjadi perubahan. Keuntungan dan manfaat Bar Chart antara lain: 1.
Bentuk grafiknya dan mudah dimengerti oleh semua tingkat manajemen, sehingga dapat diterima dan digunakan dalam pelaksanaan secara luas.
2.
Merupakan alat perencanaan dan penjadwalan yang baik, hanya memerlukan sedikit penyempurnaan (revisi) dan pembaharuan dibanding sistem-sistem yang canggih. Sedangkan keterbatasan dan kelemahan Bar Chart antara lain :
1.
Hubungan antara masing-masing aktivitas tidak bisa dilihat dengan jelas.
2.
Diagram batang tidak memadai untuk dipakai dalam pekerjaan pengawasan, karena aktivitas-aktivitas yang menentukan kecepatan waktu tidak terlihat dengan jelas.
3.
Alternatif untuk memperbaiki jadwal pelaksanaan kegiatan lainnya tidak dapat dibaca pada diagram batang.
4.
Apabila terdapat satu atau beberapa aktivitas mengalami keterlambatan, maka gambaran keseluruhan sulit untuk diketahui secara tepat sejauh mana hal tersebut akan mempengaruhi jadwal keseluruhan proyek
2. Kurva S atau Hanumm Curve Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek. Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek. Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan koreksi dalam proses pengendalian jadwal. Tetapi informasi tersebut tidak detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih lanjut dapat menggunakan metode lain yang dikombinasikan, misal dengan metode bagan
16
balok yang dapat digeser-geser dan Network Planning dengan memperbarui sumber daya maupun waktu pada masing-masing kegiatan. Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing-masing kegiatan pada suatu periode di antara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil. Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat berupa perhitungan persentase bedasarkan biaya per item pekerjaan/ kegiatan dibagi nilai anggaran, karena satuan biaya dapat dijadikan bentuk persentase sehingga lebih mudah menghitungnya. Sebagai contoh untuk membuat kurva SRencana dengan kombinasi barchart, dibuatkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) di bawah ini: Tabel 2.1 Contoh RAB
A
Galian Tanah
m3
36.60
Rp40.000,00
Rp1.464.000,00
Bobot (%) 1.46%
B
Pondasi Batu Kali
m3
25.00
Rp150.000,00
Rp3.750.000,00
3.75%
C
Sloof Beton
m3
2.70
Rp2.500.000,00
Rp6.750.000,00
6.75%
D
Kolom dan balok beton
m3
4.30
Rp2.500.000,00
Rp10.750.000,00
10.75%
E
Ring balok
m3
2.30
Rp2.500.000,00
Rp5.750.000,00
5.75%
F
Dinding bata
m2
215.00
Rp85.000,00
Rp18.275.000,00
18.28%
G
Pintu dan jendela
m2
16.97
Rp575.000,00
Rp9.757.750,00
9.76%
H
Keramik
m2
125.02
Rp55.000,00
Rp6.876.100,00
6.88%
I
Cat
m2
416.49
Rp35.000,00
Rp14.577.150,00
14.58%
J
Atap
m2
176.40
Rp125.000,00
Rp22.050.000,00
22.05%
Jumlah
Rp100.000.000,00
100.00
Keuntungan Kontraktor 10%
Rp10.000.000,00
Jumlah
Rp110.000.000,00
Pajak PPn 10%
Rp11.000.000,00
Total Biaya
Rp121.000.000,00
No
Uraian Pekerjaan
Unit
Volume
Harga Satuan
Jumlah
17
a. Menghitung Bobot Pekerjaan Untuk monitoring proyek dengan menggunakan kurva S, diperlukan satu unit satuan pekerjaan yang seragam agar dapat dihitung secara mudah karena unit masing-masing pekerjaan berbeda-beda seperti: m3, m2 atau m1, maka semua satuan tersebut disatukan dalam bobot % dengan satuan seragam dalam bentuk biaya, sehingga: % =
Jumlah biaya setiap pekerjaan x 100% Nilai Proyek
Dari contoh di atas dapat dihitung, Bobot pekerjaan Galian Tanah
= Rp.1.464.000/Rp.100.000.000 x 100% = 1.46% Bobot pekerjaan Pondasi Batu Kali = Rp.3.750.000/Rp. 100.000.000 x 100% = 3.75% Selanjutnya dihitung bobot pekerjaan lainnya sloof, kolom dan seterusnya, hasilnya seperti pada tabel 3.1. b. Penggunaan Barchart dikombinasikan dengan kurva S Rencana 1) Pada barchart dengan durasi serta urutan kegiatan yang telah ditentukan, maka bobot perminggunya adalah sebagai berikut, Bobot pekerjaan Galian 1.46% dibagi 3 minggu masing-masing sebesar 0.49%. Bobot pekerjaan Pondasi 3.75% dibagi 3 minggu masing-masing sebesar 1.25%, dan seterusnya. 2) Setiap minggu semua bobot tiap-tiap pekerjaan pada bar chart dijumlahkan ke bawah sehingga didapat bobot rencana perminggu, dari minggu pertama hingga minggu ke-12. Minggu ke-3 = 0.49 + 1.25 = 1.74% Minggu ke-4 = 1.25 + 2.25 = 3.50% Minggu ke-5 = 1.25 + 2.25 + 2.69 + 1.72 = 7.91%, dst. 3) Kemudian dihitung pula bobot rencana kumulatif tiap minggunya dengan menjumlahkan bobot minggu ke-0 dengan minggu pertama, lalu bobot minggu pertama dan kedua dan seterusnya, sehingga didapatlah bobot rencana kumulatif pada minggu berikutnya.
18
Bobot (minggu 0 + minggu 1) = 0 + 0.49
= 0.49%
Bobot (minggu 1 + minggu 2) = 0.49 + 0.49 = 0.98% Bobot (minggu 2 + minggu 3) = 0.98 + 1.74 = 2.72% Tabel 2.2 Kurva S Rencana dengan Kombinasi Bar chart No
Uraian Pekerjaan
A B C D E F G H I J
Galian Tanah Pondasi Batu Kali Sloof Beton Kolom dan balok beton Ring balok Dinding bata Pintu dan jendela Keramik Cat Atap Total
Bobot (%)
1 2 3 4 5 0,49 0,49 0,49 1,25 1,25 1,25 2,25 2,25 2,69
Minggu 6 7
8 9 1,46 3,75 2,25 6,75 2,69 2,69 2,69 10,75 2,88 5,75 4,57 4,57 4,57 4,57 18,28 3,25 3,25 3,25 9,76 1,72 1,72 1,72 1,72 6,88 3,65 3,65 14,58 22,05 1001 2 3 4 5 6 7 8 9 Rencana 0,49 0,49 1,74 3,50 7,91 11,23 12,23 15,88 14,34 Renc.Kum 0,5 1,0 2,7 6,2 14,1 25,3 37,6 53,5 67,8 Aktual Akt.Kum
10
12 Bobot Kumulatif 100 90 80 70 60 50 40 30 20 7,35 10
11
2,88
3,65 7,35
3,65 7,35
10
11
13,87 11,00 7,35 81,7 92,7 100,0
12
4) Untuk membuat kurva S Rencana dilakukan plotting bobot rencana kumulatif pada sb-y, sedangkan sb-x menunjukkan durasi untuk semua pekerjaan Pada minggu pertama bobot rencana kumulatifnya adalah 0.49% Minggu ke-2 bobot rencana kumulatifnya adalah 0.98% Minggu ke-3 bobot rencana kumulatifnya adalah 2.72% Minggu ke-4 bobot rencana kumulatifnya adalah 6.22% Hingga minggu ke-12 bobot rencana kumulatifnya adalah 100% Bobot-bobot tersebut di plot, kemudian tarik garis yang menghubungkan masing-masing titik bobot tersebut sehingga membentuk kurva S seperti tabel di atas. Bentuk kurva S seperti itu menggambarkan bahwa minggu-minggu pertama volume pekerjaan belum banyak, kemudian pada pertengahan durasi proyek meningkat tajam dan diakhir proyek volumenya mengecil kembali. Kondisi ini adalah kondisi ideal proyek di mana perencanaan kebutuhan tenaga kerja, peralatan dan material disesuaikan dengan rencana waktu yang digambarkan kurva S tersebut sehingga proyek dapat selesai pada akhir minggu ke-12. (sumber: Husen, 2010)
19
3. Critical Path Method (CPM) CPM dikembangkan pada tahun 1957 oleh J.E. Kelly dari Remington Rand dan M.R. Walker dari DuPont Untuk membantu pembangunan dan pemeliharaan pabrik kimia di DuPont (Prasetya dan Lukiastuti, 2009). Solusi CPM yang diadopsi oleh Kelly pada dasarnya berasal dari “Linear Programming” dan menggunakan notasi “I-J” untuk menggambarkan hubungan antarkegiatan (Weaver, 2006). Sekarang ini penjadwalan dengan menggunakan CPM sudah jarang dijumpai, dan pada umumnya hanya ditemukan di paper-paper akademik yang mana perhitungannya dilakukan secara manual (Weaver, 2006). CPM disebut juga analisis jalur kritis, merupakan analisis jaringan proyek yang digunakan untuk memperkirakan total durasi (umur) proyek. Jalur kritis proyek adalah sekumpulan aktivitas yang menentukan waktu paling cepat selesainya proyek. Jalur ini merupakan jalur terpanjang pada diagram jaringan dan memiliki slack atau float minimal. Slack atau float adalah sejumlah waktu tunda aktivitas (waktu kelonggaran), tanpa menunda atau mengganggu selesainya proyek secara keseluruhan. CPM terdiri atas anak panah dan lingkaran/segiempat. Anak panah menggambarkan kegiatan atau aktivitas, sedangkan lingkaran atau segiempat menggambarkan kejadian (event). Kejadian (event) di awal anak panah disebut “I”, sedangkan kejadian (event) di akhir anak panah disebut “J” (Ervianto, 2005). Setiap activity on arrow merupakan satu kesatuan dari seluruh kegiatan sehingga kejadian (event) “J” kegiatan sebelumnya juga merupakan kejadian (event) “I” kegiatan berikutnya, seperti yang disajikan pada Gambar berikut.
Gambar 2.2 Event dan Aktivitas CPM Di mana: i.j = X = EET = LET = D =
Nomor peristiwa Nama Kegiatan Earliest Event Time (Saat Paling Awal Kegiatan) Latest Event Time (Saat Paling Lambat Kegiatan) Durasi kegiatan
20
ES EF LS LF
= = = =
Earliest Start Time (Saat Paling Cepat untuk mulai kegiatan) Earliest Finish Time (Saat Paling Cepat untuk akhir Kegiatan) Latest Start Time (Saat Paling lambat untuk mulai kegiatan) Latest Finish Time (Saat Paling lambat untuk akhir Kegiatan)
Metode CPM mempunyai karakteristik sebagai berikut (Husen, 2011): 1.
Diagram
network dibuat
dengan
menggunakan
anak panah untuk
menggambarkan kegiatan dan node-nya menggambarkan peristiwanya/event. Node pada permulaan anak panah ditentukan sebagai I-Node, sedangkan pada akhir anak panah ditentukan sebagai J-Node. 2.
Menggunakan perhitungan maju untuk memperoleh waktu mulai paling awal (EETj) pada J-Node dan waktu mulai paling awal (EETj) pada J-Node dari seluruh kegiatan dengan mengambil nilai maksimumnya. Disini berlaku pengertian bahwa waktu paling awal peristiwa terjadi adalah = 0. Adapun perhitungannya adalah : EETj = EETi + durasi X
3.
Menggunakan perhitungan mundur untuk memperoleh waktu selesai paling lambat (LETi) pada I-Node dan waktu selesai paling lambat (LETj) pada JNode dari seluruh kegiatan dengan mengambil nilai minimumnya. Adapun perhitungannya adalah : LETi = LETj - durasi X
4.
Di antara dua peristiwa tidak boleh ada dua kegiatan, sehingga untuk menghindarinya digunakanlah kegiatan semu atau dummy yang tidak mempunyai durasi.
5.
Menggunakan CPM (Critical Path Method) atau metode lintasan kritis, dimana pendekatan yang dilakukan deterministik hanya menggunakan satu jenis durasi pada kegiatannya. Lintasan kritis adalah lintasan dengan kumpulan kegiatan yang mempunyai durasi terpanjang yang dapat diketahui bila kegiatannya mempunyai Total Float (TF) = 0
6.
Float : batas toleransi keterlambatan suatu kegiatan yang dapat dimanfaatkan untuk optimasi waktu dan alokasi sumber daya. Ada tiga macam jenis Float, yaitu (Husen, 2008): a.
TF (Total Float)
Waktu tenggang maksimum di mana suatu kegiatan boleh terlambat tanpa menunda waktu penyelesaian proyek.
Berguna untuk menentukan lintasan kritis di mana, di mana TF = 0
21
b.
TFij = LETj – EETi – Durasiij
FF (Free Float)
Waktu tenggang maksimum di mana suatu kegiatan tidak boleh terlambat tanpa menunda penyelesaian suatu kegiatan bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling awal peristiwa awalnya.
Berguna
untuk
alokasi
sumber
daya
dan
waktu
dengan
memindahkan ke kegiatan lain. c.
FFij = EETj – EETi – Durasiij
IF (Independent Float)
Waktu tenggang maksimum di mana suatu kegiatan boleh terlambat tanpa menunda penyelesaian suatu kegiatan bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling lambat peristiwanya.
IFij = EETj – LETi– Durasiij
4. Project Evaluation and Review Technique (PERT) Merupakan metode analisis jaringan untuk memperkirakan umur proyek dengan memperhitungkan faktor ketidakpastian waktu masing-masing aktivitas. PERT memperkirakan umur proyek berdasarkan perkiraan waktu probabilistik dengan memertimbangkan tiga jenis waktu yaitu waktu optimis (optimistic time), waktu normal (most likely time) dan waktu pesimis (pessimistic time). Waktu optimis (To) adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas jika tidak terjadi kesalahan pada pelaksanaan aktivitas (segala sesuatunya berjalan lancar tanpa gangguan). Waktu normal (Tm) adalah waktu yang dibutuhkan bila aktivitas berjalan normal (waktu tengah). Waktu pesimis (Tp) adalah waktu yang dibutuhkan bila terjadi kesalahan pada pelaksanaan aktivitas yang bersangkutan. Berdasarkan ketiga jenis waktu tersebut, maka waktu estimasi aktivitas diperoleh dengan rumus: =
+ 4
6
+
Sebagai contoh, manajer proyek memperkirakan pekerjaan analisis sistem akan dapat diselesaikan dalam waktu 8 hari kerja. Akan tetapi berdasarkan pengalaman pada proyek sejenis, pekerjaan analisis sistem memerlukan waktu hanya 10 hari pada kondisi normal dan membutuhkan waktu 24 hari pada kondisi tidak normal. Maka waktu (durasi) pekerjaan analisis sistem dapat ditentukan:
22
=
+ 4
6
+
=
8 + 4 10 + 24 = 12 6
Merencanakan waktu proyek berdasarkan analisis PERT secara praktek memang tidak mudah. Akurasi penyusunan waktu aktivitas sangat bergantung pada pengalaman dan ketajaman manajer proyek dalam merumuskan komponenkomponen waktu aktivitas PERT.
5. Precedence Diagram Method (PDM) Precedence Diagram Method (PDM) merupakan metode jaringan kerja yang termasuk dalam klasifikasi AON (Activity on Node). Dalam metode ini, kegiatan dituliskan di dalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panahnya sebagai penunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian dummy yang merupakan tanda penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, di dalam PDM tidak diperlukan PDM pada dasarnya menitik-beratkan pada persoalan keseimbangan antara biaya dan waktu penyelesaian proyek. PDM menekankan pada hubungan antara pemakaian sejumlah tenaga kerja atau sumber-sumber daya untuk mempersingkat waktu pelaksanaan suatu proyek dan kenaikan biaya sebagai akibat penambahan sumber-sumber daya tersebut. Dalam PDM, jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan berbagai tahapan dari proyek konstuksi dianggap diketahui dengan pasti. Selain itu, hubungan antara jumlah sumber-sumber daya yang dipergunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek juga dianggap diketahui. Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Precedence Diagram Method (PDM) merupakan jenis perencanaan jaringan kerja (network planning) yang menggunakan pendekatan aktivitas pada node (Activity on Node) yang dihubungkan dengan anak panah (Arrow) pada setiap pola hubungan antaraktivitas yang terdapat pada proyek, di mana fokus atau tujuan utamanya adalah memperhatikan keseimbangan antara optimalisasi sumber daya untuk memperpendek durasi aktivitas terhadap peningkatan biaya, sebagai akibat usaha memperpendek durasi aktivitas tersebut. Asumsi yang digunakan adalah kepastian tentang durasi aktivitas serta hubungan atau ketergantungan aktivitasnya
23
diketahui dengan pasti, sehingga umur proyek dapat diasumsikan dengan pasti juga. Seperti halnya metode jaringan kerja yang lain, dalam PDM juga terdapat bagian vital, yaitu analisis jalur kritis (critical path analysis). Jalur kritis adalah rangkaian aktivitas yang tidak memiliki keleluasan dalam start time dan finish time. Dengan kata lain, aktivitas kritis adalah aktivitas yang tidak memiliki float time. Setiap aktivitas kritis harus dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Adanya perubahan waktu pelaksanaan dari aktivitas kritis, percepatan atau perlambatan akan mengakibatkan perubahan durasi proyek secara keseluruhan. Pada dasarnya perhitungan PDM sama dengan CPM, yaitu menggunakan perhitungan ke muka (forward pass) untuk menentukan Earliest Start (ES) dan Earliest Finish (EF). Dan menggunakan perhitungan ke belakang (backward pass) untuk menentukan Latest Finish (LF) dan Latest Start (LS) berdasarkan hubungan logis/ketergantungan yang ada antarkegiatan. Pada Precedence Diagram Method digambarkan adanya empat jenis hubungan antaraktivitas, yaitu start to start, start to finish, finish to start dan finish to finish. Digambarkan oleh sebuah lambang segi empat karena letak kegiatan ada pada bagian node. a. Perhitungan Maju (1) Hubungan Kegiatan Finish to Finish (FF)
Gambar 2.3 Konstrain Finish To Finish Perhitungan Maju EFj = EFi + FFij ESj = EFj – Dj (2) Hubungan Kegiatan Finish to Start (FS)
24
Gambar 2.4 Konstrain Finish To Start Perhitungan Maju
ESj = EFi + FSij EFj = ESj + Dj (3) Hubungan Kegiatan Start to Start (SS)
Gambar 2.5 Konstrain Start to Start Perhitungan Maju ESj = ESi + SSij EFj = ESj + Dj (4) Hubungan Kegiatan Startto Finish (SF)
Gambar 2. 6 Konstrain Start to Finish Perhitungan Maju EFj = ESi + SFij ESj = EFj – Dj b. Perhitungan Mundur (1) Hubungan Kegiatan Finish to Finish (FF)
25
Gambar 2. 7 Konstrain Finish to Finish Perhitungan Mundur LFi = LFj – FFij LSi = LFi – Di (2) Hubungan Kegiatan Finish to Start (FS)
Gambar 2.8 Konstrain Finish to Start Perhitungan Mundur LFi = LSj– FSij LSi = LFi – Di (3) Hubungan Kegiatan Start to Start (SS)
Gambar 2.9 KonstrainStart to Start Perhitungan Mundur
LSi = LSj - SSij LFi = LSi + Di (4) Hubungan Kegiatan Startto Finish (SF)
26
Gambar 2.10 KonstrainStart to Finish Perhitungan Mundur
LSi = LFj – SFij LFi = LSi + Di Pada perhitungan PDM ini, jika perhitungan ke muka ada lebih satu kegiatan predecessor yang hubungan ketergantungan (konstrain) berlainan (FF,FS,SS,SF) maka ES dan EF diambil yang maksimum. Namun, untuk perhitungan ke belakang jika ada lebih kegiatan successor yang hubungan ketergantungan (konstrain) berlainan, maka LS dan EF diambil yang minimum. c. Float Float merupakan waktu tenggang maksimum dari suatu aktivitas dengan hubungan keterkaitan berikut: (1) Total Float Total Float (TF) merupakan float pada kegiatan dengan formulasi: TF = LF – LS – Durasi (2) Relation Float Relation Float (RF) merupakan float pada hubungan keterkaitan:
Lead FS (lead finish to start), yakni mulainya suatu kegiatan bergantung kepada selesainya kegiatan pendahulunya dengan waktu mendahului lead. Maka untuk nilai RF pada kasus tersebut akan berlaku formulasi: RF (FSij) = LSj– EFi– lead
Lead FF (lead finish to finish), yakni selesainya suatu kegiatan bergantung kepada selesainya kegiatan pendahulunya dengan waktu mendahului lead. Maka untuk nilai RF pada kasus tersebut akan berlaku formulasi: RF (FFij) = LFj– EFi– lead
27
Lag SS (lag start to start), yakni mulainya suatu kegiatan bergantung kepada mulainya kegiatan pendahulunya dengan waktu tunggu lag. Maka untuk nilai RF pada kasus tersebut akan berlaku formulasi: RF (SSij) = LSj– ESi– lag
Lag SF (lag start to finish), yakni mulainya suatu kegiatan bergantung kepada selesainya kegiatan pendahulunya dengan waktu tunggu lag. Maka untuk nilai RF pada kasus tersebut akan berlaku formulasi: RF (SFij) = LFj– ESi– lag
(3) Lag Lag yakni jumlah waktu tunggu dari suatu periode kegiatan terhadap kegiatan sebelumnya telah dimulai. (4) Lead Lead yakni jumlah waktu yang mendahului dari kegiatan sesudah kegiatan sebelumnya belum selesai. (5) Dagling Dagling merupakan suatu keadaan, di mana terdapat beberapa kegiatan yang tidak memiliki pendahulu (predecessor) atau kegiatan yang mengikuti (successor). Agar hubungan tetap terikat digunakannya dummy node sebagai kegiatan semu baik pada start, maupun pada finish.