7
BAB II LANDASAN TEORI Untuk menunjang dan membantu dalam melakukan pengolahan dan analisa data data, penelitian ini menggunakan landasan teori yang diambil dari buku-buku penunjang serta jurnal yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 2.1
Diagram Keputusan Bila diperhatikan maka situasi keputusan yang bagaimanapun kompleksnya pada
dasarnya merupakan suatu kumpulan alternatif di mana terdapat kumpulan keadaan tak pasti yang melingkupi setiap alternatif tersebut. Untuk memudahkan penggambaran situasi keputusan tersebut secara sistematik dan komperhensif maka perlu digunakan suatu diagram yang pada dasarnya merupakan rangkaian kronologis tentang keadaan apa yang mungkin terjadi untuk tiap alternatif keputusan. Diagram ini disebut diagram keputusan. 2.1.1
Notasi Diagram Keputusan
Diagram keputusan ini pada dasarnya merupakan suatu diagram pokok yang sudah dikenal dan sering digunakan dalam statistik. Hanya saja dalam diagram keputusan ini perlu dibedakan antara saat di mana kita mengambil keputusan, yaitu saat di mana kita memilih salah satu di antara altarnatif-alternatif yang tersedia; dan saat kemunculan kejadian tak pasti yang akan menentukan hasil dari alternatif-alternatif tersebut. Dalam hal ini, saat mengambil keputusan adalah saat di mana kita sepenuhnya memiliki kendali dalam bertindak; sedangkan saat kejadian yang tak
8
pasti adalah saat di mana sesuatu di luar diri kitalah yang menentukan apa yang akan terjadi, dengan kata lain, situasi di mana kendali berada di luar kemampuan kita. Notasi yang digunakan :
2.1.2
Penggambaran Diagram Keputusan
Diagram keputusan ada yang relatif mudah untuk dibuat. Akan tetapi untuk persoalan yang lebih kompleks, penggambaran diagram keputusan akan lebih sulit juga. Tahapan penggambaran diagram keputusan : 1. Kumpulan altermatif awal Seorang pengusaha merasa bahwa dia menghadapi tiga alternatif. Pertama, menyelenggarakan proyek pengembangan; Kedua menghentikan produksi; dan ketiga, meneruskan penjualan sebagaimana adanya. Alternatif awal ini disebut sebagai alternatif tindakan.
Gambar 2.1
Alternatif Tindakan
9
Jadi, alternatif tindakan adalah kumpulan alternatif yang pertama, yang harus dipilih oleh pengambil keputusan. Pada bagian lebih lanjut, alternatif-alternatif ini mungkin diikuti oleh alternatif-alternatif lainnya. Tetapi pada dasarnyahasil utama dari analisa keputusan ini adalah merekomendasikan alternatif pertama mana yang sebaiknya dipilih. Karena itulah maka kumpulan alternatif awal ini disebut alternatif tindakan. 2. Kejadian Tak Pasti yang Melingkupi Alternatif Awal a) Alternatif mengadakan Proyek Pengembangan Pada alternatif ini, hasilnya mungkin positif, yaitu kejadian di mana berhasil ditemukan formulasi produk baru yang labih baik; atau negatif, yaitu tidak berhasil ditemukan formulasi yang lebih baik. b) Alternatif meneruskan penjualan produk lama Bila penjualan diteruskan sebagaimana adanya, hal yang mungkin terjadi adalah tingkat penjualan tetap rendah; atau mungkin saja tingkat penjualan akan tinggi. c) Alternatif menghentikan produksi Dalam hal ini, tak ada kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif ini. penjualan sebanyak nol adalah kepastian dari alternatif ini. Gambarnya dinyatakan pada gambar 2.2
10
Gambar 2.2
Alternatif Tindakan dan Kejadian
3. Alternatif Lanjutan Berkenaan dengan proyek pengembangan : Bila hasil dari proyek pengembangan ini positif, maka si pengusaha mempunyai dua pilihan yaitu memasarkan produk baru atau tidak. Sedangkan bila hasilnya negatif, maka dia juga akan mempunyai dua pilihan, yaitu tetap memasarkan produk lama atau menghentikan produksi sama sekali. 4. Kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif lanjutan
Bila produk baru dipasarkan, maka hasil penjualan yang akan dapat diperoleh mungkin tinggi atau rendah.
Bila produk lama tetap dipasarkan, maka tingkat penjualan mungkin tinggi atau rendah.
11
Penuangan semuanya ini akan menghasilkan diagram keputusan yang lengkap, seperti terlihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3
Diagram Keputusan Lengkap
Dengan lengkapnya diagram keputusan, maka masalah keputusan yang dihadapi kini dapat lebih jelas terlihat sebagai suatu rangkaian ketergantungan antara alternatif dan hasil yang mungkin didapat. Tanpa diagram ini, hubungan antara alternatif-alternatif dan hasil yang mungkin didapatkan dari alternatif itu mungkin akan tetap samar dalam pikiran kita, sehingga analisa atau diskusi tentang masalah ini menjadi kurang jelas. Karena itu maka penggambaran diagram keputusan, yang merupakan langkah awal dalam analisa keputusan merupakan suatu tahapan yang penting.
12
2.1.3
Penuntun dan Aturan Pembuatan Diagram Keputusan
Dalam pembuatan diagram keputusan terdapat beberapa penuntun dan aturan yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk pembentukan diagram keputusan. Penuntun dan aturan tersebut adalah : 1. Tentukan alternatif keputusan awal atau alternatif tindakan. Dalam tahap ini sebaiknya diperhatikan seluruh kemungkinan yang ada. Walau demikian, alternatif yang jelas tampak tidak menguntungkan bila dibandingkan dengan alternatif lain, sebaiknya tidak perlu digambarkan.Akan tetapi bila muncul keraguan maka sebaiknya kita masukkan alternatif tersebut untuk dianalisa. Salah satu dari alternatif tindakan yang terkumpul bisa jadi berupa tidak memilih antara alternatif yang ada, dan ini biasanya dapat diartikan sebagai menunggu. Dengan menunggu, maka beberapa kesempatan yang ada saat ini akan hilang, tetapi mungkin alternatif lain akan terbuka di waktu yang akan datang. 2. Tentukan tanggal evaluasi. Kita juga perlu menentukan tanggal evaluasi, yaitu saat di mana hasil alternatif tersebut dievaluasi. Tanggal evaluasi ini harus sama untuk semua alternatif. Meskipun dalam beberapa kasus, akibat dari suatu keputusan akan berlangsung terus di waktu yang akan datang, adalah tidak mungkin untuk memasukkan seluruh kejadian yang mungkin terjadi dan juga seluruh
13
keputusan yang akan diambil, tanpa ada batasnya. Jadi persoalan keputusan harus dibatasi dengan menentukan tanggal evaluasi sedemikian hingga di dalamnya tercakup faktor-faktor ketidakpastian dan keputusan-keputusan yang akan datang, yang akan mempengaruhi hasil dari alternatif keputusan awal. 3. Tentukan kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif awal. Untuk tiap alternatif kita harus memperhatikan setiap kejadian yang bisa terjadi, yang secara langsung mempengaruhi hasil dari alternatif tersebut. 4. Tentukan keputusan atau alternatif lanjutan. Dengan memperhatikan kejadian atau hasil yang mungkin muncul, kita mungkin memikirkan untuk melakukan suatu tindakan lanjutan; Hal ini dicerminkan dengan menggambarkan alternatif keputusan yang dapat diambil pada waktu yang akan datang. 5. Tentukan kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif lanjutan. Tahap 4 dan 5 ini perlu dilakukan secara berurutan. Setelah sampai pada tahap 5 ini kita perlu mengetahui kejadian apa yang mungkin terjadi yang melingkupi alternatif lanjutan ini. Dan mungkin kita akan mempunyai alternatif keputusan lagi dalam menghadapi suatu keadaan tertentu. Dalam hal ini maka kita kembali ke tahap 4, dan seterusnya. 6. Kumpulan alternatif dan kejadian pada tiap simpul harus bersifat ‘mutually exclusive’.
14
‘Mutually exclusive’ di sini berarti bahwa pada tiap simpulhanya ada satu kejadian yang bisa terjadi. Sifat ini perlu diperhatikan karena bila tidak hatihati maka kita dapat membuat kekeliruan yang akan menyesatkan analisa. 7. Kumpulan alternatif dan kejadian pada tiap simpul harus bersifat ‘collecivelly exhaustive’. Ini berarti bahwa paling sedikit salah satu harus terjadi. Yang berarti bahwa di sini tidak dijinkan situasi di mana nantinya tidak ada satu pun alternatif yang terpilih. 8. Gambarkan kejadian-kejadian dan keputusan-keputusan secara kronologis. Yaitu dengan menggunakan tanggal di mana pengambil keputusan mengetahui hasilnya atau harus mengambil keputusan. Pengurutan secara kronologis ini pada umumnya diperlukan untuk membuat diagram yang secara logika benar. Perhatian utana di sini adalah letak kejadian tak pasti yang memberikan informasi untuk pembuatan keputusan yang akan datang. Dan kejadian tak pasti harus diletakkan pada tempat yang menggambarkan waktu di mana hasil ketidakpastian diketahui oleh pengambil keputusan.
9. Dua atau lebih simpul kejadian yang tidak dipisahkan oleh simpul keputusan dapat ditukar urutannya.
15
Hal ini tidak mempengaruhi validitas diagram. Demikian pula dua atau lebih simpul keputusan yang tidak dipisahkan oleh simpul kejadian, dapat pula ditukar urutannya, atau digabungkan dalam satu titik. Pada permulaannya, aturan dan penuntun untuk penggambaran diagram keputusan ini mungkin terasa sulit atau rumit. Pada dasarnya aturan ini diperlukan untuk memastikan bahwa model yang dibuat telah lengkap dan benar. Dan begitu kita telah memahaminya, maka kita akan mengikuti atuan tersebut dengan sendirinya. Dengan penggambaran diagram keputusan kita sebenarnya membuat suatu model yang merupakan pendekatan yang baik untuk persoalan keputusan yang kita hadapi. Dalam pembuatan model ini kita harus mempertimbangkan hal-hal mana yang akan dimasukkan dan hal-hal mana yang tidak. Sehingga sering dikatakan bahwa pembuatan model adalah suatu seni, bukan hanya ilmu. Dan aturan-aturan yang dibuat, bermanfaat hanya sebagai alat untuk menghindari kesalahan-kesalahan logis. 2.1.4
Penetapan Nilai
Tiap jalur dalam diagram keputusan, yaitu tiap rangkaian alternatif dan hasil, akan menghasilkan suatu nilai yang tersendiri bagi pengambil keputusan. Dengan demikian, maka untuk menentukan pilihan di antara alternatif-alternatif yang ada, kita pertama-tama harus menentukan berapakah nilai dari suatu hasil yang diperoleh, dan ini dituliskan di ujung akhir tiap cabang pada diagram keputusan. Pada dasarnya kita boleh menggunakan ukuran apa saja untuk menyatakan nilai ini, tetapi yang umum digunakan adalah ukuran moneter, dalam satuan rupiah, dollar, dan sebagainya.
16
2.1.5
Penentapan Nilai Kemungkinan
Setelah dapat menetapkan semua nilai hasil yang mungkin didapat, untuk melakukan analisa pemilihan kita masih memerlukan data lain, yaitu besarnya kemungkinan kemunculan dari kejadian tak pasti. Kemunculan kejadian tak pasti berada di luar pengandalian pengambil keputusan. Namun demikian, biasanya pengambil keputusan dapat menetapkan berapa besarnya kemungkinan suatu kejadian akan terjadi, dengan menggunakan beberapa cara tertentu. Nilai kemungkinan inilah yang dikenal sebagai nilai kemungkinan subyektif. 2.1.6
Pengungkapan Nilai Kemungkinan Subyektif
Dalam usaha untuk menggunakan nilai kemungkinan subyektif ini, maka timbul persoalan praktis, yaitu bagaimana caranya kita dapat memperoleh nilai kemungkinan ini. Dengan perkataan lain, bagaimana kita dapat menterjemahkan gagasan yang ada dalam pikiran kita ke dalam bentuk kuantitatif nilai kemungkinan. Persoalan ini timbul karena meskipun pada dasarnya kita mempunyai gambaran tentang kemungkinan suatu hal terjadi, kita tidak terbiasa gambaran ini ke dalam bentuk kemungkinan secara kuantitatif.
untuk mengkodekan
17
2.1.6.1
Persyaratan Teknis
Beberapa persyaratan teknis perlu dibenahi agar bilangan yang menyatakan kemungkinan dua kejadian A dan B dalam suatu ruang hasil W dapat dinyatakan sebagai nilai kemungkinan. Persyaratan tersebut adalah : 1. P(A) ≥ 0 ; P(B) ≥ 0 2. Bila A ∩ B = 0 maka P(A U B) = P(A) + P(B) 3. P(W) = 1 Sehingga apabila bilangan yang kita tentukan secara subyektif berkenaan dengan kejadian yang ada dalam ruang hasil dapat memenuhi ketiga persyaratan tersebut di atas, maka bilangan tersebut dapat dinyatakan sebagai nilai kemungkinan. Sebagai contoh, dalam menaksir keberhasilan suatu produk baru, seorang manajer pemasaran memberikan pernyataan sebagai berikut : P (sukses besar) = 0,2 P (cukup sukses) = 0,5 P (gagal)
= 0,3
P (tidak gagal)
= 0,7
Apakah angka-angka ini dapat dinyatakan sebagai nilai kemungkinan ? Kita lihat bahwa kondisi atau persyaratan pertama telah terpenuhi karena semua nilai tersebut tak ada yang negatif. Selanjutnya, apabila ruang hasilnya, W = [sukses besar, cukup besar, gagal], maka kondisi ke-3 akan terpenuhi juga. Akhirnya, untuk mengecek kondisi 2.
18
P (sukses besar U cukup sukses) = P (tidak gagal) = P (sukses besar) + P (cukup sukses) = 0,7 Sehingga dapat terlihat pula bahwa kondisi 2 terpenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan manajer pemasaran tersebut dapat dinyatakan sebagai nilai kemungkinan. Pada prakteknya, proses pengungkapan nilai kemungkinan subyektif dirancang sedemikian rupa sehingga ketiga kondisi tersebut terpenuhi. Dengan demikian maka penyimpangan yang mungkin terjadi sejak dini sudah dapat dideteksi dan diperbaiki. 2.1.7
Nilai Ekspektasi
Hasil yang dicerminkan dalam suatu distribusi kemungkinan dapat dinyatakan dalam harga rata-rata atau nilai ekspektasinya, kemudian kita memilih berdasarkan nilai ekspektasi yang tertinggi. 2.1.8
Analisa Bertahap
Persoalan keputusan yang terdiri dari beberapa tahapan keputusan merupakan persoalan yang lebih kompleks..Dalam hal ini pilihan terhadap alternatif awal sukar dilaksanakan secara langsung. Karena itu, untuk memecahkan persoalan semacam ini perlu dilakukan analisa secara bertahap. Analisa ini dimulai dari ujung akhir diagram keputusan, dan bergerak mundur tahap demi tahap, menuju ke keputusan awal. Tiap tahap keputusan diperhatikan secara terpisah, dan karena kita mulai dari ujung akhir, maka tidak ada keputusan lanjutan yang harus diperhatikan.
19
Pada tiap tahap, alternatif yang telah tidak terpilih tidak akan diperhatikan lagi, krena kita mengetahui bahwa alternatif-alternatif ini tidak akan dipilih lagi dengan berjalannya pentahapan. Proses ini kita lakukan sepanjang perjalanan menuju ke keputusan awal, dan langkah terakhir adalah memilih di antara alternatif-alternatif awal. Dalam analisa ini, pemilihan alternatif pada tiap tahap dapat dapat dilakukan dengan cara pilihan langsung, menggunakan nilai ekspektasi, menggunakan ekspektasi utility, atau dengan menggunakan nilai ekuivalen tetap. Langkah-langkah dalam analisa bertahap : 1. Mulai dari ujung kanan diagram keputusan dan bergerak mundur sepanjang cabang tersebut hingga mencapai suatu simpul keputusan. 2. Pada simpul keputusan ini, lakukan pemilihan di antara alternatif-alternatif yang ada. 3. Hapuskan simpul keputusan ini dengan mencoret seluruh alternatif selain alternatif yang terpilih. 4. Teruskan bergerak mundur hingga mencapai simpul keputusan awal, dan lakukan pemilihan di antara alternatif awal.
20
2.1.9
Keuntungan Pendekatan Diagram (pohon) Keputusan
Pendekatan pohon keputusan paling tidak mengandung lima keuntungan yang berbeda : 1. Menata rapi proses keputusan, sehingga membantu kita mengambil keputusan secara tertib, dengan model bertahap. 2. Pengambilan keputusan dapat merangkum semua kemungkinan hasil yang diinginkan dan yang tak diinginkan. 3. Menghubungkan proses pengambilan keputusan dengan proses lainnya secara cepat, lengkap dengan seluruh asumsi tentang masa depan. 4. Memungkinkan suatu kelompok membicarakan berbagai alternatif dengan fokus pada tiap rincian keuangan, probabilita, dan asumsi-asumsi dasarnya. 5. Dapat digunakan dengan komputer, sehingga variasi asumsi dapat disimulasikan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan asumsi terhadap hasil akhir. 2.1.10
Contoh Pengambilan Keputusan Berdasarkan Teori Pohon Keputusan
Analisis keputusan dengan menggunakan pohon keputusan pernah dilakukan oleh Nurhasanah untuk analisa perluasan pabrik konveksi ABC seperti dilaporkan dalam Jurnal Inasea Vol.4 No.1, April 2003. Nurhasanah menggunakan teknik untuk menguji alternatif keputusan apakah perlu dilakukan perluasan pabrik atau tidak dalam dua tahun ke depan. Hasil analisis menunjukkan dengan diagram pohon keputusan diperoleh kemungkinan menganalisis secara komperhensif dengan mempertimbangkan berbagai aspek secara simultan antara lain permintaan yang
21
berfluktuasi dan tingkat keuntungan yang berbeda. Kesimpulan dari penerapan teknik tersebut terbukti dapat menuntun manajemen mengambil keputusan yang tepat yaitu dengan tidak melakukan ekspansi. Teknik serupa juga telah berhasil diterapkan di CV. Mandiri Sakti Tangerang untuk menetapkan pilihan alternatif yang ada untuk produknya, dimana alternatifalternatif tersebut adalah pasarkan produk baru, pasarkan produk lama atau hentikan produksi. Hasil analisis diagram keputusan menunjukkan bahwa alternatif terbaik adalah memasarkan produk baru yaitu semir ban.
2.2
Pengertian Analisa Kelayakan Sebelum memutuskan untuk menanamkan modal pada suatu proyek perluasan
usaha, hendaknya perusahaan harus memiliki perancanaan yang matang disertai analisis-analisis yang memadai guna mendukung usulan perluasan usaha tersebut. Perencanaan yang disusun harus dapat menggambarkan bahwa usulan tersebut dapat dikerjakan dan secara finansial atau ekonomis menguntungkan. Biasanya bagi perusahaan, perencanaan tersebut dinamakan dengan analisa kelayakan. Menurut Suad Hasnan dan Suwarsono (1994, hal 4) yang dimaksud dengan analisa kelayakan adalah : “ Penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil ” Pengertian keberhasilan ini dapat ditafsirkan berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang lebih luas. Artian
22
yang terbatas terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis dari suatu investasi. Sedangkan pihak pemerintah atau lembaga non profit, pengertian keberhasilan bisa dalam arti yang relatif. Mungkin dipertimbangkan berbagai faktor, seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di tempat tersebut, dan sebagainya. Bisa juga dikaitkan dengan penghematan devisa ataupun penambahan yang diperlukan oleh pemerintah.
Menurut Ali Basyah Siregar (1991, hal 4) merumuskan : “ Analisa kelayakan pabrik merupakan usaha untuk menjamin agar pengeluaran modal, yang ketersediannya bersifat terbatas itu, betul-betul mencapai tujuan seperti yang diharapkan, baik dari segi manfaat ekonomi, finansial, maupun sosial “ Kesimpulannya bahwa jika suatu perusahaan akan melaksanakan suatu perluasan usaha, hendaknya perusahaan tersebut melaksanakan studi kelayakan terlebih dahulu sehingga dapat diketahui apakah rencana tersebut akan menghasilkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan.
23
2.2.1
Maksud dan Tujuan Studi Kelayakan
Maksud dan tujuan dari studi kelayakan adalah untuk melakukan analisa perhitungan, evaluasi dan forecasting (peramalan) terhadap aspek-aspek terkait, agar pilihan yang akan diputuskan tepat dan berhasil dalam melakukan sesuatu investasi modal pada rencana usaha ynag akan dilaksanakan. Sebab apabila perhitungan dan analisa yang dilakukan ini salah, berarti usaha investasi yang direncanakan tidak akan berhasil. Ini berarti penghamburan terhadap sumber atau faktor produksi yang terbatas dan langka. Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (1997, hal 7) mengatakan bahwa tujuan studi kelayakan adalah : “ Untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan “ Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan (decision) untuk melakukan investasi pada suatu proyek, perlu dilakukan persiapan-persiapan yang matang, serta melakukan perhitungan-perhitungan percobaan, kemudian mengevaluasinya untuk menentukan hasil dari berbagai alternatif yang nantinya akan bisa dipilih keputusan mana yang terbaik. 2.2.2
Tahap dalam Melakukan Studi Kelayakan
Dalam studi kelayakan ini, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah sejauh mana aspek-aspek ysng memprngaruhi proyek akan diteliti. Kemudian untuk masingmasing aspek tersebut perlu dianalisa, sehingga kita bisa mendapat gambaran kelayakan dari masing-masing aspek. Identifikasi kesempatan usaha merupakan fase
24
pertama dalam melakukan studi kelayakan. Umumnya tahap-tahap untuk melakukan proyek investasi adalah sebagai berikut : 1.
Tahap Identifikasi
Pada tahap ini ditentukan tujuan daripada rencana investasi yang dapat berupa : o Memperbesar kapasitas produksi yang ada. o Diversifikasi produksi. o Membangun atau memproduksi barang atau jasa yang sama sekali baru. Dimana ketiga faktor di atas merupakan identifikasi terhadap kesempatan usaha yang akan dikembangkan sesuai dengan pengamatan yang dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut. Pada tahap ini, identifikasi kesempatan usaha dapat dipelajari dengan menggunakan berbagai cara, yaitu : o Mempelajari impor, yang menunjukkan masih ada (sebagian) pasar yang belum bisa dipenuhi dengan produk dalam negeri. o Menyelidiki material lokal, yaitu menyangkut jumlah material yang melimpah, harga material yang murah, kualitas yang baik dari material tersebut, yang menunjukkan kemungkinan untuk dieksploitasi lebih lanjut. o Mempelajari keterampilan tenaga kerja, khususnya untuk beberapa jenis indistri tertentu, seperti : industri kerajinan tangan. Dan tenaga kerja seperti ini mungkin bisa dipakai untuk membuat produk yang sejenis tetapi tidak sama.
25
o Melakukan studi industri, sebagai penentu kesempatan yang bisa ditemukan untuk industri yang sedang berkembang. o Menerapkan kemajuan teknologi, yang terus berubah dari waktu ke waktu yang memungkinkan investor untuk memanfaatkan sebelum pihak lain menggunakannya. o Mempelajari hubungan antar industri, dengan mengaitkan pertumbuhan suatu industri yang dapat menciptakan kesempatan bagi industri lainnya, dan dengan menganalisa bagaimana inptu dan output industri tersebut berkaitan. o Menilai rencana pembangunan, baik oleh pemerintah maupun swasta, yang akan menciptakan kebutuhan akan produk baranmg dan jasa yang sebelumnya belum dibuat. o Melakukan pengamatan di tempat lain, sebagai evaluasi perbandingan terhadap pembangunan industri manufaktur atau jasa yang mungkin bisa diterapkan untuk daerah kita. Cara-cara tersebut di atas bisa dipergunakan secara serentak, ataupun secara satu persatu, sehingga kita bisa mendapatkan suatu daftar panjang dari berbagai produk atau jasa yang mungkin bisa dibuat dan ditawarkan kepada pasar.
26
2.
Perumusan
Merupakan tahap untuk menterjemahkan kesempatan investasi ke dalam suatu rencana proyek yang konkret, dengan faktor-faktor yang penting dijelaskan secara garis besar. 3.
Penilaian
Melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik, keuangan, dan perekonomian. 4.
Pemilihan
Melakukan pemilihan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai. 5.
Implementasi
Menyelesaikan proyek tersenut dengan tetap berpegang pada anggaran.
2.2.3
Tahap Analisa Studi Kelayakan
Analisa studi kelayakan suatu proyek sangat diperlukan untuk memperbaiki penilaian investasi. Tentu saja studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya ini jumlahnya relatif kecil apabila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi yang jumlahnya besar. Dalam studi kelayakan proyek agar bisa berhasil, harus memperhatikan beberapa aspek yang dapat menunjang proyek atau rencana pengembangan usaha tersebut, yaitu : aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan organisasi, serta yang terakhir yaitu aspek finansial atau keuangan.
27
Penulis akan melakukan analisa kelayakan dari sisi finansial, maka untuk tinjauan pustaka penulis membatasi landasan teori hanya untuk aspek finansial saja. 2.2.4
Aspek Finansial (keuangan)
Evaluasi aspek finansial akan menghitung perkiraan jumlah dana atau modal yang diperlukan untuk invetasi, baik itu pengadaan harta tetap proyek, maupun kebutuhan modal kerja awal. Dari segi keuangan, rencana proyek ataupun pengembangan usaha akan dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Artinya, taksiran penghasilan, biaya, dan rugi atau laba, serta net cash flow dalam berbagai tingkat operasi, termasuk cash flow perusahaan berada dalam kondisi yang dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (1994, hal 19) menyebutkan salah satu aspek keuangan adalah : Faktor manfaat dan biaya dalam artian finansial seperti : rate of return on investment, net present value, external rate of return, profitability index, dan payback period perlu diestimasi untuk mengetahui seberapa besar resiko yang akan dihadapi dalam pembangunan proyek, serta proyeksi keuangan untuk menghitung profitabilitas finansial proyek atau rencana pengembangan usaha tersebut. Biaya yang merupakan pengorbanan-pengorbanan mutlak harus diadakan agar dapat diperoleh suatu hasil yang diinginkan. Untuk menghasilkan suatu produk (barang dan jasa) tentu ada bahan, tenaga kerja dan jenis-jenis pengorbanan itu harus bisa diatur dengan nilai uang. Macam-macam biaya tersebut adalah :
28
1. Biaya tetap Biaya yang secara totalitas konstan, tidak memandang perubahan tingkat aktifitas atau besar kecilnya volume hasil produksi, misalnya : •
Harga mesin
•
Gedung atau bangunan
•
Penyusutan atau depresiasi nilai mesin
•
Biaya tenaga kerja tak langsung
2. Biaya variabel Biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan frekuensi atau tinggi rendahnya tingkat produksi, misalnya : •
Biaya bahan baku
•
Biaya bahan pembantu
•
Biaya tenaga kerja langsung
•
Biaya maintenance atau perawatan
•
Biaya pemakaian bahan bakar, listrik, telepon, air,dll
•
Biaya pajak dan perlengkapan operasional produksi lainnya
•
Biaya penjualan
Dalam aspek keuangan dan finansial ini akan dibahas tentang landasan teori dan rumus-rumus baku yang nanti akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan dan evaluasi untuk pemecahan permasalahan.
29
2.2.5
Kriteria Seleksi
Dalam rangka mengadakan penilaian usulan proyek (investasi) dan pengambilan keputusan, hendaknya diperhatikan adanya variasi sifat dan jenis proyek yang memerlukan pendekatan berbeda-beda yang pada garis besarnya dapt digolongkan sebagai berikut. 1. Sifat hubungan antar proyek •
Proyek yang berdiri sendiri (tunggal)
Dianggap sebagai proyek tunggal karena keberadaanya tidak tergantung (independent) oleh adanya proyek lain, dalam arti masing-masing mempunyai kesempatan yang sama. Bila ingin mendapatkan alternatif yang terbaik, proyek-proyek macam ini hendaknya dikaji dalam waktu yang bersamaan. •
Proyek yang saling meniadakan
Bila yang sedang dianalisis lebih dari satu atau multiproyek, interelasi diantaranya perlu diidentifikasi lebih jauh, karena ada yang bersifat saling meniadakan atau disebut juga mutually exclusive project, dalam arti memilih yang satu harus mengesampingkan yang lain. Misalnya, memilih antara membangun gedung olahraga atau supermarket di areal tanah yang sama.
30
2. Jenis proyek dilihat dari tersedianya dana •
Dana tidak terbatas
Di sini asumsi yang digunakan adalah bahwa perusahaan memiliki dana yang tidak terbatas. Dalam hal ini maka penilaian tidak banyak mengalami kesulitan, usulan yang menjanjikan keuntungan yang terbaik akan diterima. •
Dana terbatas
Karena dananya terbatas maka perusahaan perlu mengatur penggunaan modal yang tersedia (capital rationing), dalam arti pendekatan yang digunakan harus dapat memilih usulan proyek-proyek yang saling bersaing. 3. Ukuran proyek Ini berkaitan dengan menentukan ranking proyek-proyek dengan ukuran yang relatif jauh berbeda. 4. Umur proyek Dibedakan antara proyek dengan umur relatif pendek dengan proyek yang berumur panjang.
31
2.2.6
Seleksi dan Ranking
Proses pengambilan keputusan proyek acapkali menghadapi persoalan seleksi atau ranking. Seleksi di sini diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan menerima
atau
menolak
usulan
proyek.
Sedangkan
rangking
berusaha
mengidentifikasi urutan usulan proyek (investasi) berdasarkan derajat “menarik”nya usulan tersebut dilihat dari segi finansial atau ekonomi. Ranking amat diperlikan bila menghadapi keterbatasan dana atau proyek yang bersifat saling meniadakan. Kriteria seleksi proyek yang mandiri Kriteria seleksi yang telah lazim dipraktekkan pada proyek jenis ini adalah sebagai berikut : 1. Yang tidak memperhiyungkan nilai waktu dari uang. a. Periode pengembalian (pay-back period). b. Pengembalian investasi (return on investment-ROI). 2. Yang memperhitungkan nilai waktu dari uang. a. Perhitungan nilai neto (net present value-NPV). b. Internal rate of return-IRR. c. Indeks profitabilitas. d. Benefit-cost ratio. e. Annual capital charge.
32
Internal Rate of Return (IRR) Internal rate of return adalah tingkat bunga dimana seluruh pengeluaran net cash flow setelah dikonversikan menjadi nilai saat ini (present value) sama jumlahnya dengan ongkos investasi. Dengan nilai internal rate of return akan didapatkan informasi tentang baik atau tidaknya perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan. Perencanaan yang dilakukan disebut baik atau layak jika ternyata nilai IRR (%) >MARR (%). Benefit-cost Ratio Untuk mengkaji kelayakan proyek sering digunakan pila kriteria yang disebut benefit-cost ratio-BCR. Penggunaannya amat dikenal dalam mengevaluasi proyekproyek untuk kepentingan umum atau sektor publik. Dalam hal ini penekanannya ditujukan kepada manfaat (benefit) bagi kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial perusahaan. Meskipun demikian bukan berarti perusahaan swasta mengabaikan kriteria ini. 2.2.7
Contoh Penerapan Analisa Kelayakan
Teknik Analisa kelayakan telah banyak digunakan, sebagai contoh adalah Penelitian Fatihin Niam yang berjudul “Analisa kelayakan penggantian mesin produksi sistem mesinning dengan full otomatis untuk memenuhi permintaan konsumen pada perusahaan kaca UD. SYUKURIA”. Dari pertimbangan kriteria perhitungan Net present value, Internal rate of return, dan payback period maka mesin bevel baru yang memiliki teknologi lebih modern
33
yaitu menggunakan sistem full otomatis layak untuk dijadikan alternatif pengganti mesin bevel lama yang masih menggunakan sistem mesinning.