BAB II
LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan
Setiap badan usaha diwajibkan untuk membuat laporan keuangan dari hasil kegiatan usahanya selama periode tertentu. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang dapat dikatakan lengkap adalah jika meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas,dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan dibuat untuk membantu para pemilik, manajer, kreditor dan pihak berkepentingan lainnya untuk mengambil keputusan-keputusan bisnis. Pembaca laporan keuangan harus mengetahui arti dari angka yang terdapat di dalam laporan keuangan dan bagaimana menganalisis data dalam cara yang logis dan sistematik. Perusahaan dari waktu ke waktu berkembang semakin kompleks dan persoalan yang timbulpun semakin rumit, dikarenakan semakin banyak dan beraneka ragam transaksi yang terjadi secara langsung mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan. Pemimpin perusahaan diharuskan dapat mengantispasi keadaan yang mungkin akan terjadi di
masa yang akan datang, dan akuntansi dapat menjadi pemberi informasi yang diperlukan oleh perusahaan. Adapun pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2004:2) adalah: Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data aktivitas perusahaan tersebut. Dan pengertian laporan keuangan menurut Rahardjo (2002:1) adalah: Laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pihak-pihak yang punya kepentingan (stakeholders) di luar perusahaan; pemilik perusahaan, pemerintah, kreditor, dan pihak lainnya. Sedangkan pengertian menurut sofyan (2007:5) adalah: Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usahan perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu ada pun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: neraca atau laporan keuangan atau hasil usaha, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan. Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang disusun oleh manajemen atau akuntan
pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Dan pencatatan transaksi keuangan harus berdasarkan standar akuntansi keuangan yang erat hubungannya dengan fungsi akuntansi itu sendiri.
2. Tujuan Laporan keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan ekonomi. Para pemakai laporan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Menurut PSAK No. 1 tahun 2009 tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: Memberikan
informasi
mengenai
posisi
keuangan,
kinerja
keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Adapun tujuan laporan keuangan menurut Sofyan (2008:120) adalah sebagai berikut: a. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan. b. Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
c. Memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam memperkirakan potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d. Memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. e. Mengungkapkan
sejauh
mungkin
informasi
lain
yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan. Adapun tujuan kualitatif laporan keuangan menurut PSAK yang diungkapkan dalam buku Sofyan (2008:126) adalah sebagai berikut: a. Relevan, Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya. bila informasi tidak relevan bagi pengambil keputusan, informasi tersebut tidak akan ada gunanya, walaupun kualitas lainnya terpenuhi. b. Dapat di mengerti, Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam bentuk dan istilah yang disesuaikan
dengan
batas
pengertian
pemakai
(adanya
pengertian/pengetahuan mengenai aktivitas-aktivitas ekonomi perusahaan, proses akuntansi keuangan, serta istilah-istilah teknis yang digunakan dalam laporan keuangan). c. Daya Uji, Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan dan pendapat yang subjektif. hal ini berhubungan
dengan keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita objektif semata. Untuk meningkatkan manfaatnya, informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama. d. Netral, Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu, dalam arti tidak boleh menyajikan informasi untuk kepentingan pihak tertentu dan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang sama. e. Tepat waktu, Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan
keputusan-keputusan
ekonomi
dan
untuk
menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut. f. Daya Banding, Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan lainnya pada periode yang sama. g. Lengkap, Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif diatas; dapat juga diartikan pemenuhan
standar pengungkapan yang memadai dalam pelaporan keuangan. sehingga tidak akan menyesatkan pembacanya. untuk itu maka harus terdapat klasifikasi, susunan, serta istilah yang layak dalam laporan keuangan. fakta atau informasi tambahan
yang
dapat
mempengaruhi
perilaku
dalam
pengambilan keputusan, harus diungkapkan dengan jelas.
B. Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan output dari proses akuntansi yang digunakan oleh berbagai pihak, mulai dari pihak internal maupun eksternal perusahaan. Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk melakukan perencanaan keuangan perusahaan. Analisa laporan keuangan merupakan evaluasi dan interpretasi yang sistematis atas kinerja masa lalu, keadaan perusahaan sekarang dan kemungkinan pencapaian hasil pada masa yang akan datang. Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang. Serta menganalisa dimana elemen-elemen
dari laporan keuangan tersebut mempunyai hubungan signifikan, sehingga dapat diperoleh banyak gambaran mengenai posisi atau keadaan finansial suatu perusahaan, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Menurut Hanafi (2007:5) pengertian analisis laporan keuangan adalah untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi atau prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa yang akan datang.
2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2008:68) tujuan analisa laporan keuangan adalah: a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimilki.
d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
3. Jenis-jenis Analisis Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:44) ada beberapa jenis analisis laporan keuangan yaitu sebagai berikut: a) Analisis Internal yaitu analisi yang dilakukan oleh mereka yang bisa mendapatkan
informasi
dengan
lengkap
dan
terperinci
mengenai perusahaan. Analisis demikian terutama dilakukan oleh manajemen dalam mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan. b) Analisis Eksternal Merupakan analisa yang dilakukan oleh mereka yang tidak bisa mendapatkan informasi atau data yang terperinci mengenai suatu perusahaan. Analisis demikian dilakan oleh bank, para kreditur, pemegang saham, calon pemegang saham, dan lainlain seperti hal mengukur tingkat likuiditas dan profitabilitas.
Biasanya laporan keuangan atau data yang dipakai untuk menganalisa dibatasi oleh perusahaan tersebut. c) Analisis Vertikal Merupaakan analisis yang dilakukan hanya dalam satu periode laporan keuangan saja. Analisis hanya dilakukan antara pos-pos yang terdapat dalam satu periode laporan keuangan tersebut. Analisis ini tidak dapat mengetahui perkembangan perusahaan dari periode ke periode. d) Analisis Horizontal Merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Analisis dapat memperlihatkan perkembangan perusahaan dari periode ke periode.
4. Teknik Analisa Laporan Keuangan Munawir (2005:44) menyebutkan teknik analisa yang biasanya digunkan dalam analisa laporan keuangan adalah sebagai berikut: a) Analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan: 1) Data absolute atau jumlah-jumlah dalam rupiah 2) Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah 3) Kenaikan atau penurunan dalam persentase
4) Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio 5) Persentase dari total Analisa dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut. b) Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. c) Laporan dengan persentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalnnya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. d) Analisa sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. e) Analisa sumber dan penggunaan kas, adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas
atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan kas selama periode tertentu. f) Analisa rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. g) Analisa perubahan laba kotor, adalah suatu analisa untuk mengetahui
sebab-sebab
perubahan
laba
kotor
suatu
perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. h) Analisa Break-Event, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break event ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
C. Rasio Keuangan Analisis keuangan yang umum digunakan untuk mengatahui kekuatan dan kelemahan yang di alami perusahaan di bidang keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio keuangan dilakukan dengan menganalisa hubungan antara berbagai pos dalam laporan keuangan, sebagai dasar intepretasi posisi keuangan dan hasil operasional perusahaan.
1. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah data yang dapat memberikan gambaran kepada penganalisa yang diperbandingkan, dimana rasio tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan solvabilitas, efektivitas, dan rentabilitas usaha. Menurut Hanafi (2007:76) rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung-gabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan laba rugi dan neraca. 2. Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan
Menurut Munawir (2005:104) umumnya analisis rasio keuangan suatu perusahaan digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu: a) Rasio Likuiditas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial yang berjangka pendek tepat pada waktunya. b) Rasio Solvabilitas, yang menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. c) Rasio Aktivitas, yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan. d) Rasio Profitabilitas, rasio yang dapat mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan
memperoleh
laba
baik
dalam
hubungannya dengan penjualan, asset maupun laba bagi modal sendiri.
Klasifikasi dari masing-masing tipe rasio tersebut adalah sebagai berikut: a) Rasio Likuiditas Menganalisa kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek, baik kewajiban kepada pihak eksternal maupun internal perusahaan. Menurut Sofyan (2007:301) rasio likuiditas adalah sebagai berikut: 1) Current Ratio (Rasio Lancar) Mengukur kemampuan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancarnya. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Aktiva Lancar (Current Asset) Current Ratio = Utang Lancar (Current Liabilities)
2) Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Aktiva Lancar - Persediaan Quick ratio = Hutang lancar
3) Cash Ratio (Rasio Kas) Rasio ini untuk menentukan tinggi rendahnya likuiditas perusahaan untuk membayar hutangnya. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Kas Cash Ratio = Hutang Lancar
4) Cash Turn Over (Rasio Perputaran Kas) Rasio ini untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Penjualan Bersih Cash Turn Over = Modal Kerja Bersih
b) Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaayai dengan hutang. Menurut Sofyan (2007:303) rasio solvabilitas adalah sebagai berikut:
1) Debt to Total Asset Rasio ini mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiba. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Total Hutang Debt to Total Asset = Total Aktiva
2) Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan setiap rupiah modal sendiri perusahaan tersebut yang dijadikan untuk jaminan hutang. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Total Hutang Debt to Equity Ratio = Total Ekuitas
3) Long Term Debt to Equity Ratio Rasio ini mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Hutang Jangka Panjang LTDtER = Total Ekuitas
4) Debt to Operating Cash Flow Menunjukkan hubungan antara hutang jangka pendek dan jangka panjang pada aliran kas operasi perusahaan. Aliran kas operasi yang dimasud adalah laba stelah pajak dan penyusutan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Total Hutang Debt to Operating Cash Flow = Aliran Kas Operasi 5) Stockholders Equity Ratio Rumusnya adalah sebagai berikut:
Equity Stockholders Equity Ratio = Total Aktiva
c) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang mengukur kecepatan dari berbagai macam akun yang dapat dibubah menjadi penjualan atau kas dan mengukur keefektifan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Menurut Sofyan (2007:308) rasio aktivitas adalah sebagai berikut:
1) Inventory Turnover (Perputaran Persediaan) Mengukur aktivitas atau likuiditas dari inventory suatu perusahaan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
HPP Inventory Turnover = Persediaan
2) Receivable Turn Over (Perputaran Piutang) Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa lama penaagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Rumusnya adalah sebagai berikut: Penjualan Kredit Receivable Turn Over = Piutang
3) Fixed Asset Turn Over Rasio ini untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Penjualan Fixed Asset Turn Over =
Total Aktiva Tetap
4) Total Asset Turnover Menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk meingkatkan penjualan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Penjualan Total Asset Turnover = Total Aktiva
5) Working Capital Turn Over (Perputaran modal Kerja) Rasio ini untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Penjualan Bersih Working Capital Turn Over = Modal Kerja
d) Rasio profitabilitas Rasio
profitabilitas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang,
dan
sebagainya.
Menurut
Sofyan
(2007:304)
rasio
profitabilitas adalah sebagai berikut: 1) Net Profit Margin Ratio Merupakan suatu ukuran persentase dari setiap rupiah penjualan yang menghasilkan laba bersih. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Laba setelah Pajak Net Profit Margin = Penjualan Bersih
2) Return on Common Stockholders Equityt Ratio ( rasio imbalan ekuitas pemegang saham biasa) Untuk memperlihatkan seberapa banyak rupiah yang diperoleh dari laba bersih untuk setiap rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Return on Common
Laba Bersih
Stockholders Equityt Ratio = Ekuitas pemegang saham rata-rata
3) Return on Asset Ratio (rasio imbalan aktiva)
Merupakan suatu ukuran keseluruhan profitabilitas perusahaan. Rasio ini membandingkan imbalan untuk para pemegang saham dan kreditur dengan jumlah aset. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Laba Bersih Imbalan Aktiva = Total Aktiva
4) Earning Per Share Ratio (rasio laba per lembar saham biasa yang beredar) Mengukur profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham biasa. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Laba Bersih – Dividen Saham Preferen EPS = Jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar
5) Earning Ratio (rasio harga/laba) Rasio ini lazim dipakai untuk mengukur harga pasar stiap lembar saham biasa dengan laba per lembar saham. Rumusnya adalah sebagai berikut: Harga Pasar Sekarang Per Lembar Saham
Earning Ratio = Laba Per Lembar Saham
6) Dividend Yield Ratio (rasio hasil dividen) Memperlihatkan hubungan antara dividen kini dengan harga pasar saham. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Dividen Per Lembar Saham Hasil Dividen = Harga Pasar Per Lembar Saham
7) Dividend Payout Ratio (rasio pembayaran dividen) Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menganut kebijakan dividen konservatif ataukah liberal, dan apakah perusahaan menahan dan untuk pendanaan internal pertumbuhan perusahaan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Dividen Dividend Payout Ratio = Laba Bersih
8) Rate of Return on Invesment ratio
Merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Laba
Bersih
Sebelum
Pajak Rate of Return on Invesment ratio = Aktiva Total Rata-rata
9) Net Rate of Return on Invesment Ratio Rasio
yang
menunjukkan
kemampuan
dari
modal
yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Net Rate of
Laba Bersih Sesudah Pajak
Return on Invesment Ratio = Aktiva Total Rata-rata
10) Rasio Laba Operasi Bersih terhadap Total Aktiva Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan. Dengan rasio ini pihak manajemen dapat mengetahui hasil pengembalian operasi
atas sumber daya yang digunakan oleh sebuah segmen. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Laba Operasi Laba Operasi Bersih terhadap Total Aktiva = Total Aktiva
11) Rasio Laba Operasi Bersih terhadap penjualan Merupakan rasio yang sering digunakan oleh para praktisi sebagai penentu nilai kunci yang mempengaruhi penilaian atas sebuah perusahaan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Laba Operasi Bersih Laba Operasi bersih terhadap Penjualan = Penjualan
12) Operating ratio Rasio menunjukkan berapa besar jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam produksi. Rumusnya adalah sebagai berikut: CGS + Adm.Exp + Selling.Exp + General.Exp
Operating Ratio = Net Sales
D. Laba 1. Pengertian Laba
Setiap tujuan akhir dari perusahaan adalah memperoleh laba dan tingkat laba yang berhasil diraih sering dijadikan ukuran keberhasilannya, oleh karena itu laba selayaknya diperhatikan dengan baik karena berkaitan dengan kelangsungan hidup (going concern) perusahaan.
Beberapa pengertian laba lainnya menurut Sofyan (2007:305) adalah: a. Laba Kotor (Laba Bruto) adalah jumlah penjualan dikurangi harga pokok penjualan. b. Laba Operasi (Operating Income) adalah laba bruto dikurangi biaya-biaya operasional. c. Laba bersih sebelum pajak penghasilan dan pos luar biasa adalah laba oprasional ditambah atau dikurangi pendapatan atau beban lain-lain. d. Laba bersih (Net Income) adalah laba bersih setelah pos luar biasa dikurangi pajak pengahasilan.
2. Kegunaan Laba
Laba dalam
hal yang mendasar dan penting dari laporan
keuangan dan memiliki banyak kegunaan dalam berbagai macam konteks, menurut Sofyan (2007:264) antara lain sebagai berikut: a. Laba sebagai dasar untuk perpajakan dan retribusi kekayaan diantara individu-individu. b. Laba dipandang sebagai suatu panduan bagi kebijakan dividend dan retensi perusahaan. c. Laba
sebagai
panduan
umum investasi
dan
pengambilan
keputusan. d. Laba dianggap sebagai suatu sarana prediktif yang membantu dan meramalkan laba dan peristiwa-peristiwa ekonomi di masa depan.
3. Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan laba adalah perumbuhan laba dihitung dari selish laba tahun t dengan laba tahun t-1 dibagi laba tahun t-1. Perhitungan tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kenaikan atau penurunan laba dari suatu periode ke periode lain.
Lt – (Lt-1) Pertumbuhan Laba = Lt-1
Keterangan: Lt = Laba tahun yang berjalan Lt-1 = Laba tahun sebelumnya
E. Kerangka Teori 1. Pengaruh ROA Terhadap Pertumbuhan Laba Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki
perusahaan.
Return
on
assets
(ROA)
yang
positif
menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan.
2. Pengaruh NPM Terhadap Pertumbuhan Laba Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan
kemampuan
manajemen
dalam
mengendalikan
perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak. 3. Pengaruh DER Terhadap Pertumbuhan Laba Debt to equity ratio adalah rasio hutang terhadap ekuitas perusahaan. Rasio ini menunjukan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang,
semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung dengan pihak luar. Selain itu besarnnya beban hutang yang ditanggung perusahaan dapat mengurangi jumlah laba yang diterima perusahaan. 4. Pengaruh CR Terhadap Pertumbuhan Laba Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membiayai hutang lancarnya dengan aktiva lancar. Sebagai contoh hubungan dari rasio ini terhadap pertumbuhan laba adalah apabila penjualan naik sementara kebijakan piutang tetap, piutang akan naik dan memperbaiki rasio lancar. Sehingga rasio ini mempengaruhi pertumbuhan laba dari sisi aktiva.
F. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian tentang rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba dilakukan oleh Juliana dan Sulardi (2003) yang meneliti tentang manfaat rasio keungan dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan manufaktur periode 1998-2000 dengan menggunakan 10 rasio keuangan yaitu CR, GPM, OPM, NPM, DER, ITO, TATO, ROI, ROE,
dan Leverage Ratio. Hasil penelitiannya menunjukkan hanya GPM dan OPM yang berpengarug terhadap pertumbuhan laba. Trias Omega Yunani (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan makanan dan minuman 2007-2010. Hasil penelitiannya adalah CR, TATO, DER, dan OPM berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba. Tuty Rinawaty (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur pada tahun 2008-2009. Hasil penelitiannya adalah CSR, NPM, LOTA, dan OGR berpengaruh secara signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Yuliana (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh CR, DAR, dan ROI terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar selama 2007-2009. Hasil penelitian ini adalah CR dan DAR tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, sedangkan ROI berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Yugo Fharhemus (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada perusahaan LQ45 periode 2008-2010. Hasil penelitian ini adalah CR, DAR, TATO, NPM, dan ROA berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
G. Kerangka Pemikiran
ROA (X1)
NPM (X2)
DER (X3) CR (X4)
Gambar 2.1 Diagram Kerangka pemikiran
Pertumbuhan Laba (Y)