BAB II LANDASAN TEORI
A. Kas 1. Pengertian Kas Menurut Achmad dan Sulastiningsih (2009 : 4) adalah sebagai berikut: Kas merupakan elemen aktiva lancar yang paling likuid dan paling mudah diselewengkan karena kas tidak mempunyai bukti kepemilikan dan sangat mudah untuk dipindah tangankan. Menurut Warren, Reeve dan Fess terjemahan Aria Farahmita (2005:365) “kas merupakan aktiva yang paling likuid atau lancar sehingga dicantumkan pertama kali pada bagian aktiva lancar di neraca.”
Menurut Martoto dan Harjito (2002 : 116) “ kas merupakan salah satu dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah digunakan dalam satu transaksi.” Transaksi tersebut misalnya untuk pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar deviden dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan. Menurut Harapan (2004 : 258) pengertian kas adalah sebagai berikut: Kas adalah uang dan surat berharga lainya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut, (1) Setiap saat dapat ditukarkan menjadi kas
6
7
(2) Tanggal jatuh temponya sangat dekat (3) Kecil resiko nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia mengemukakan (2009:02:2.2) definisi kas yaitu: Terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. 2. Fungsi Manajemen Kas Ada tiga motif untuk menahan kas, yaitu: a. Motif transaksi yaitu kebutuhan akun kas untuk pembayaran yang ditimbulkan oleh pengeluaran sehari-hari dari perusahaan. b. Motif berjaga-jaga adalah untuk berjaga-jaga terhadap pengeluaran yang tidak terduga c. Motif spekulasi bermaksud untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan-perubahan yang diharapkan dari harga surat-surat berharga (marketable securitis). 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Kas Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan kas bisa melalui penerimaan dan pengeluaran kas. Menurut Riyanto (2001:289), perubahan yang efeknya menambah dan mengurangi kas dan dikatakan sebagai sumbersumber penerimaan dan pengeluaran kas adalah sebagai berikut: a. Berkurangnya dan bertambahnya aktiva lancar selain kas Berkurangnya aktiva lancar selain kas berarti bertambahnya dana atau kas, hal ini karena terjadi karena terjualnya barang tersebut, dan hasil penjualan tersebut merupakan sumber dana atau kas bagi
8
b.
c.
d.
e.
perusahaan itu. Bertambahnya aktiva lancar dapat terjadi karena pembelian dan pembelian barang membutuhkan dana. Berkurang dan bertambahnya aktiva tetap berkurangnya aktiva tetap berarti bahwa sebagian dari aktiva tetap itu dijual dan hasil penjualanya merupakan sumber dana dan menambah kas perusahaan. Bertambahnya aktiva tetap dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap dengan menggunakan kas. Penggunaan kas tersebut mengurangi jumlah perusahaan. Bertambah dan berkurangnya setiap jenis hutang Bertambahnya hutang baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang berati adanya tambahan kas yang diterima oleh perusahaan. Berkurangnya hutang, baik hutang lancar maupun hutang jangka dapat terjadi karena perusahaan dapat melunasi atau mengangsur hutangnya dengan menggunakan kas sehingga mengurangi jumlah kas. Bertambahnya modal Bertambahnya modal dapat menambah kas misalnya disebabkan karena adanya emisi saham baru, dan hasil penjualan saham baru. Berkurangnya modal dengan menggunakan kas dapat terjadi karena perusahaan mengambil kembali atau mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan sehingga jumlah kas berkurang. Adanya keuntungan dan kerugian dari operasi perusahaan Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan dari operasinya berarti terjadi penambahan kas bagi perusahaan yang bersangkutan sehingga penerimaan kas pun bertambah. Timbulnya kerugian selama periode tertentu dapat menyebabkan ketersediaan kas berkurang karena perusahaan memerlukan kas untuk menutup kerugian. Dengan kata lain, pengeluaran kas bertambah sehingga ketersediaan kas semakin berkurang.
4. Perputaran Kas Menurut Riyanto (2001:95) “perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata”. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan.
9
Menurut Wild, Subramanyan dan Haley (2005:42), perputaran kas dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus : Penjualan bersih Perputaran kas = Rata-rata kas dan Setara kas Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat digunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan.
B. Piutang 1. Pengertian Piutang Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada langganan-langganannya pada waktu melakukan penjualan.Selain itu juga dapat diartikan bahwa istilah piutang (receivable) “meliputi semua klaimdalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi-organisasi lainnya.” (Niswenger terjemahan Alfonsus Sirat 2005:392). Menurut Warren, Reev,dan Fees (2005:392) piutang didefinisikan sebagai berikut “piutang mengikuti semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan dan organisasi lainnya”. Berdasarkan definisi-definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa piutang adalah hak penagihan kepada pihak lain atas uang, barang atau
10
jasa yang timbul karena adanya penjualan barang dan jasa secara kredit dalam kurun waktu satu tahun atau dalam siklus normal perusahaan. Prosedur yang lancar dan cara pengamanan yang wajar terhadap piutang bukan saja keberhasilan perusahaan, tetapi juga memelihara hubungan yang baik dan memuaskan dengan pelanggan. 2. Klasifikasi Piutang Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, (2009:09:9.2) piutang dapat diklasifikasikan menjadi:` a. Piutang Usaha Merupakan piutang akibat penjualan hasil bidang usaha utama perusahaan. b. Piutang Lain-lain Adalah piutang yag tidak berasal dari hasil bidang usaha utama perusahaan, seperti : piutang bunga, piutang dividen, uang muka pegawai, uang muka perusahaan cabang/anak. a.
Sifat dan Karakteristik Piutang Usaha 1) Piutang usaha sebagai sumber kas Pada kesempatan ini, perusahaan mungkin saja tidak menghadapi kesulitan keuangan, tetapi ingin mempercepat proses penagihan piutang atau memindahkan resiko kredit dan usaha penagihan kepada pihak lain. Dalam hal ini, piutang atas pelanggan dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan (penyedia dana). Menurut Smith dan Skousen terjemahan Alfounsus Sirait (2005:296) Piutang usaha merupakan bagian siklus operasinormal perusahaan.Kas digunakan untuk membeli persediaan yang pada gilirannya sering dijual secara
11
kredit.Piutang kemudian ditagih, yang kemudian menghasilkan kas untuk memulai siklus selanjutnya.Kadangkala perusahaan membutuhkan kas dalam waktu dekat dan tidak dapat menunggu selesainya siklus normal. Piutang usaha dapat di ubah menjadi sebagai berikut : a) Penggadaian piutang usaha Merupakan
suatu
perjanjian
pinjaman
untuk
menggadaikan piutang sebagai jaminan atas pinjaman. Pinjaman tersebut dapat dibuktikan dengan wesel tertulis yang menyatakan
penggadaian
seluruh
piutang
usaha
atau
penggadaian piutang tertentu. Pinjaman seringkali diperoleh dari
bank
atau
lembaga
peminjaman
lainnya
dengan
menjaminkan atau menggadaikan piutang usaha sebagai jaminan. Dalam penggadaian seluruh piutang, semua piutang usaha berlaku sebagai agunan atas wesel tersebut. Akan tetapi harus dibuat pengungkapan pada neraca, dalam komentar dalam tanda kurung atas jumlah serta sifat yang digadaikan untuk menjamin kewajiban kepada pemberi pinjaman, peminjam hendaknya mentranfer saldo perkiraan tersebut ke suatu
perkiraan
pengendali
buku
besar
khusus
dan
mengidentifikasikan secara jelas serta memperhitungkan
12
masing-masing piutang yang digadaikan dalam buku besar pembantu. b) Pemfaktoran atau penjualan piutang usaha tanpa tanggung rentang Merupakan penjualan piutang tanpa tanggung jawab atas pelunasannya dikemudian hari kepada pembeli atau pihak ketiga, jika piutang usaha dijual tanpa tanggung-rentang (Without recourse), maka pembeli menanggung resiko ketertagihan piutang dan setiap kerugian kredit. Transfer piutang usaha dalam transaksi tanggung renteng serupa dengan penjualan piutang usaha secara . Pemfaktoran merupakan bagian dari hubungan kerja berlanjut dimana lembaga keuangan menjalankan fungsi kredit disamping fungsi penagihan. Unit perusahaan akan dibebaskan dari semua aktivitas ini dan penjualan barang akan langsung menghasilkan kas untuk dapat langsung digunakan perusahaan. Oleh karena faktor menyerap kerugian dari piutang yang tak tertagih dan sering kali memikul tanggung jawab kredit dari penagihan,
maka
beban
yang
berhubungan
dengan
pemfaktoran umumnya lebih besar daripada beban bunga atas pinjaman dalam penggadaian penjaminan piutang. Apabila piutang usaha dijual secara tuntas, yakni tanpa tanggung
13
rentang lebih lanjut maka kas di debit, piutang usaha dan saldo penyisihan yang bersangkutan ditutup, serta suatu perkiraan beban didebit untuk beban pemfaktoran. Jika sebagian dari harga beli ditahan oleh factor, berarti piutang tersebut masih menunggu penyelesaian akhir. c) Transfer piutang usaha dengan tanpa pertanggung jawab atas pelunasannya Merupakan campuran dari kedua bentuk pembiayaan melalui piutang tersebut diatas. Transfer dengan tanggung renteng bermakna bahwa penerima transfer (bank atau lembaga keuangan)memberi uang kas untuk piutang yang diterima, tetapi mempunyai hak untuk menagihnya dari pelaku transfer jika debitur (pelanggan transferor) tidak melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo. 2) Karakteristik piutang Adapun karakteristik dari piutang usaha adalah sebagai berikut:Klasifikasi “aktiva lancar” seperti yang diterima secara luas, mencakup semua piutang yang didefinisikan dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun atau dalam dua siklus operasional normal yang minimal lebih panjang. Piutang non dagang mengikuti seluruh piutang lainnya.
14
Piutang yang timbul bukan dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan tidak termasuk dalam kelompok piutang dagang tetapi dikelompokkan sendiri dengan judul piutang bukan dagang (bukan usaha). Menurut Niswonger terjemahan Alfonsus Sirait (2005:324) transaksi yang paling umum yang menciptakan adalah penjualan barang dagang dan jasa secara kredit.Piutang diatas dengan mendebet akun piutang usaha. Piutang usaha (account receivable) normalnya diperkirakan akan ditagih dalam periode waktu yang relative pendek,seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. b. Jenis jenis Piutang Tagihan biasa timbul dari berbagai macam sumber, tetapi jumlah yang terbesar biasanya timbul dari penjualan barang atau jasa. Tagihan-tagihan yang dimiliki perusahaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut piutang. 2. Tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang wesel. 1) Piutang usaha Piutang usaha harus dapat menghasilkan penerimaan kas jika sudah dibayar pada saat jatuh tempo. Pengertian dari piutang usaha itu sendiri menurut Jay M. Smith terjemahan Alfonsus Sirait (2000:364) adalah sebagai berikut:
15
Piutang dagang (piutang usaha) menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang ditimbulkan perusahaan. Dalam kegiatan normal, biasanya piutang usaha akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar. Banyak perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Piutang timbul dari penjualan semacam itu biasanya diklasifikasikan sebagai piutang usaha atau wesel tagih. Piutang ini biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan. 2) Wesel tagih Semua klaim yang didukung oleh promes (janji tertulis untuk membayar semua uang) memiliki beberapa keunggulan dibandingkan klaim berbentuk piutang usaha. Promes (wesel) ditandatangani oleh debitur untuk mengakui piutang usaha dan setuju untuk membayarnya sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Sebab itu promes atau wesel merupakan klaim yang lebih kuat dimata pegadaian. Menurut Smith dan Skousen terjemahan Alfounsus Sirait (2005:301), surat promes atau wesel merupakan “janji tertulis tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu tertentu”. Dalam hal ini, jumlah yang terhutang harus dibayarkan atas permintaan seseorang atau perusahaan,dokumen itu juga
16
harus di tanda tangani oleh orang atau pihak perusahaan yang membuat janji tersebut. Sementara pihak yang membuat janji disebut
pembuat
(maker).
Dan
dengan
demikian
yang
mengeluarkan wesel disebut penarik wesel (drawer). Dan dengan demikian pihak yang akan menerima pembayaran disebut penerima wesel (paye). Promes harus ditandatangani oleh penariknya, ditandatangani
wesel oleh
yang pihak
merupakan yang
perintah
mengeluarkan
pembayar perintah
(penariknya). Ada beberapa karakteria yang mempengaruhi pencatatan dan pelapornya dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut: a) Tanggal jatuh tempo(due date/maturity date) Tanggal suatu proses atau wesel yang harus dibayarkan periode waktu diantara tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo wesel atau promes jangka pendek dinyatakan dalam hari atau bulan. Jika dinyatakan dalam hari, maka tanggal jatuh temponya dinyatakan dalam jumlah hari setelah tanggal penerbitan, maka tanggal jatuh temponya ditentukan dengan menghitung beberapa bulan ke muka dari tanggal penerbitan. Contoh : promes berjangka waktu 3 bulan tertanggal 5 mei maka akan jatuh tempo pada tanggal 5 agustus.
17
b) Bunga Promes yang berjangka waktu lebih dari satu tahun umumnya menetapkan bunga yang harus dibayarkan secara satu setengah tahun, kuartal, atau jangka waktu lain yang telah ditetapkan. Jika jangka waktu promes kurang dari satu tahun, bunga umumnya dibayar pada saat jatuh tempo. c) Nilai jatuh tempo Nilai jatuh tempo pada suatu promes adalah jumlah pokok (nilai nominal) ditambah bunga. Jumlah yang harus dibayar pada tanggal jatuh tempo dinamakan dengan nilai jatuh tempo (maturity value). 3) Piutang lain-lain Pada dasarnya piutang lain-lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan. Piutang lain-lain biasanya disajikaan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Dan bila penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi.
18
3. Pengakuan Piutang Usaha Piutang usaha tidak boleh diakui untuk barang dagang yang telah dikirimkan apabila ada perjanjian bahwa pihak pengirim tetap memegang hak atas barang itu sampai ada tanda terima resmi, ataupun untuk barang yang dikirimkan atas dasar konsinyasi dimana pengiriman barang tetap memegang hak atas barang tersebut sampai pada barangnya terjual oleh konsinye (consignee), atau tidak dicatat sebagai piutang sampai saat dimana barang-barang tadi sudah dijual. Menurut Smith dan Skousen terjemahan Alfounsus Sirait (2005:288) Pengakuan piutang usaha berkaitan dengan pengakuan pendapatan. Karena pendapatan pada umumnya, dicatat ketika proses menghasilkan laba telah selesai dan kas realisasi atau dapat terealisasi, maka piutang yang berasal dari penjualan barang umumnya diakui pada waktu hak milik atas barang beralih ke pembelian. Piutang yang timbul dari penjualan angsuran, akan dipisahkan menjadi aktiva lancar, tergantung pada waktu jangka angsuran tersebut, apabila lebih dari satu tahun maka tidak dilaporkan pada kelompok aktiva lancar, tetapi masuk dalam kelompok aktiva lainya. 4. Penilaian dan Pelaporan Piutang Usaha Piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa harus dilaporkan menurut nilai bersih yang dapat direalisasikan atau nilai tunainya. Ini menunjukkan bahwa piutang harus dicatat bersih dari setiap potongan yang diharapkan akan diambil dari cadangan dan retur penjualan yang diharapkan.
19
Tujuannya adalah untuk mencapai jumlah tagihan yang diharapkan dari debitur dan kumpulan dalam bentuk kas.“piutang jangka pendek dinilai dan dilaporkan pada saat realisasi bersih yang akan diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas.” (Donald E. Kieso terjemahan Emil Salim 2000:387). Konsep penilaian demikian menunjukkan bahwa aktiva harus dinilai sebesar manfaat yang akan diterima di masa mendatang. Walaupun piutang telah dinilai sebesar jumlah bersihnya (setelah dikurangi penyisihan piutang tak tertagih) namun biasanya kedua piutang tersebut dapat disajikan. Masalah utama dalam pencatatan piutang yang tak tertagih adalah penetapan waktu untuk mencatat kerugian. Dua prosedur umum digunakan dalam pencatatan piutang tak tertagih meliputi : a. Metode Penyisihan (Allowance Method) Merupakan suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar. Estimasi ini dicatat sebagai beban dan pengurangan tidak langsung
terhadap
piutang
usaha
(melalui
kenaikan
akun
penyisihan
untuk
penyisihan).Dalam periode dimana penjualan itu dicatat. Kebanyakan
perusahaan
menggunakan
metode
mengestimasi besarnya penyisihan piutang tak tertagih.
20
1) Penetapan Penyisihan Piutang Tak Tertagih Dalam menggunakan metode penyisihan, jumlah piutang yang diestimasikan tidak akan tertagih dicatat dengan mendebit beban piutang tak tertagih dan mengkredit penyisihan piutang tak tertagih, maka ayat jurnalnya: Beban piutang tak tertagih
XX
Penyisihan piutang tak tertagih
XX
Beban tersebut akan dilaporkan sebagai beban penjualan atau beban umum dan administrasi serta perkiraan penyisihan akan ditunjukkan sebagai pengurangan atas piutang usaha, sehingga piutang akan dilaporkan pada jumlah bersih yang dapat direalisasi. Saldo beban piutang tak tertagih biasanya dilaporkan dalam laporan laba rugi periode berjalan sebagai beban administrative. 2) Penghapusan piutang tak tertagih Apabila piutang usaha dari pelanggan dapat dipastikan tak tertagih sama sekali, maka piutang tersebut dihapus dengan mendebit perkiraan penyisihan, yang sebelumnya telah dibentuk dan mengkredit piutang usaha. Dengan ayat jurnalnya : Penyisihan piutang tak tertagih Piutang usaha
XX XX
21
Akun penyisihan akan memiliki saldo kredit pada akhir periode jika penghapusan yang dilakukan selam periode tersebut lebih kecil dari saldo awal. Piutang usaha yang telah dihapuskan dan akun penyisihan mungkin saja dapat ditagih kemudian hari.Maka piutang tersebut harus ditimbulkan lagi dengan jurnal yang merupakan kebalikan dari ayat jurnal penghapusan. Sementara kas yang diterima sebagai pembayaran harus dicatat sebagai penerimaan pembayaran piutang dengan ayat jurnal sebagai berikut: Untuk
menimbulkan
kembali
piutang
yang
telah
dihapuskan sebelumnya. Piutang usaha
XX
Penyisihan Piutang tak tertagih
XX
(Untuk mencatat penagihan piutang) Kas
XX Piutang usaha
XX
(untuk mencatat pembayaran piutang usaha) 3) Estimasi piutang tak tertagih Estimasi piutang tak tertagih biasanya didasarkan pada dua (2) bagian, meliputi :
22
a) Estimasi piutang tak tertagih berdasarkan penjualan Piutang usaha diperoleh dari penjualan kredit.Oleh karenanya, jumlah penjualan kredit selama satu periode biasa digunakan untuk mengestimasi jumlah beban piutang tak tertagih.Jumlah estimasi ini ditambahkan kesaldo yang telah ada pada akun penyisihan piutang tak tertagih.Metode estimasi berdasarkan penjualan tersebut menekankan perbandingan antara beban piutang tak tertagih dengan penjualan sepanjang periode terkait.Jadi metode ini memberikan tekanan yang lebih besar pada laporan laba rugi dari pada neraca. b) Estimasi piutang tak tertagih berdasarkan analisis piutang Semakin lama peredaran piutang usaha semakin kecil kemungkinan piutang tersebut akan tertagih. Maka dari itu kita biasa mendasarkan estimasi piutang tak tertagih pada beberapa lama piutang tersebut telah beredar. Dalam hal ini kita dapat menggunakan proses yang dinamakan penentuan umur piutang usaha (eging the receivable). Titik awal dalam penentuan umur piutang adalah tanggal jatuh tempo piutang tersebut.Piutang yang telah jatuh tempo diklasifkasikan menurut beberapa lama piutang tersebut telah jatuh tempo.Prosedur alternative adalah dengan mengembangkan serangkaian estimasi presentase ketidak tertagihan dan
23
menggunakannya
pada
klasifikasi
piutang
yang
berbeda.Estimasi beban piutang tak tertagih berdasarkan estimasi piutang menekankan nilai realisasi bersih sekarang dari piutang. 4) Koreksi terhadap penyisihan piutang tak tertagih Saldo penyisihan piutang tak tertagih dibentuk dan dibukukan melalui pencatatan ayat jurnal penyesuaian pada penutupan setiap akhir periode akuntansi. Jika penyisihan terlalu besar
dari
ketentuan,
saldo
perkiraan
penyisihan
akan
membengkak secara cuma-cuma dan laba akan terlalu kecil, saldo perkiraan penyisihan akan kurang memadai dan laba akan terlalu besar. Jika piutang tak tertagih menurut pengalaman dapat dijadikan patokan untuk memperkirakan antispasi kerugian, prosedur penyisihan dapat cukup memuaskan dan tak perlu dilakukan
penyesuaian.Jika telah
terjadi
kegagalan
untuk
mengestimasi piutang tak tertagih dengan cukup memuaskan jumlah penyisihan yang dihasilkan dengan sendirinya menjadi tidak memadai atau terlalu besar dan diperlukan penyesuaian.
24
5) Diskon Pelanggan seringkali mengutip harga berdasarkan harga atau catalog, harga yang menyediakan diskon harga atau kuantitas.Diskon dagang (trade discount) semacam itu digunakan untuk menghindari perubahan yang sering terjadi dalam catalog.Potongan dengan mengurangi harga jual bersih yang benar-benar dibebankan kepada pelanggan.Harga bersih ini adalah jumlah yang harus dicatat untuk piutang usaha dan pendapatan. Jenis diskon lain adalah potongan tunai atau diskon penjualan (sales discount) diberikan sebagai perangsang agar pembeli melakukan pembelian secepatnya. Diskon semacam ini dinyatakan dalam bentuk istilah seperti 2/10, n/30 (diskon 2% jika dibayarkan dalam waktu 10 hari, jumlah kotor jatuh tempo dalam 30 hari). 6) Retur penjualan dan pengurangan harga Ada kemungkinan sejumlah barang akan dikembalikan (diretur) dan sejumlah pengurangan harga akan diberikan karena factor-faktor seperti barang yang kurang sempurna atau cacat, kerusakan barang selama pengiriman. Jika barang dikembalikan atau diperlukan pengurangan harga, penjualan bersih dan piutang usaha akan berkurang.
25
b. Metode Penghapusan Langsung (Diree Write-Of Method) Tidak ada ayat jurnal yang dibuat sampai suatu akun khusus telah ditetapkan secara pasti sebagai tidak tertagih. Kemudian kerugian tersebut dicatat dengan mengkredit Piutang Usaha dan mendebet Beban Piutang Tak Tertagih. Berdasarkan metode penghapusan langsung, beban piutang tak tertagih tidak dicatat sampai piutang tersebut diputuskan tidak akan tertagih lagi. Jadi, akun penyisihan dan ayat jurnal penyesuaian tidak diperlukan pada akhir periode. 5. Perputaran Piutang Menilai berhasil tidaknya kebijakan penjualan kredit suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara melihat tingkat perputaran piutang. Menurut Warren, Reeve, dan Fees (2005:407) “perputaran piutang adalah usaha untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun”. Perputaran
piutang
menurut
Warren,
Reeve,
dan
Feesdapat
dirumuskan sebagai berikut: Perputaran Piutang = penjualan bersih rata-rata piutang Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa rasio perputaran piutang yang tinggi mencerminkan kualitas piutang yang semakin baik. Tinggi
26
rendahnya perputaran piutang tergantung pada besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Semakin cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin efisien modal yang digunakan. C. Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan menurut Sutrisno (2005:43) adalah sebagai berikut: Persediaan merupakan komponen harta lancar yang memiliki tingkat likuiditas paling rendah dibandingkan kas maupun piutang dagang. Persediaan yang terlalu besar akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan, ada kemungkinan rugi apabila terjadi kerusakan. Turunnya kualitas akan memperkecil keuntungan suatu perusahaan. Sedangkan persediaan yang terlalu kecil juga berdampak menekan keuntungan karena kekurangan material. Menurut Warren, Reeve dan Fees terjemahan Aria Farahmita et.al (2005:440) adalah: Persediaan (inventory) digunakan untuk mengindikasikan (1) barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan (2) bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu. Ikatan Akuntan Indonesia mengemukakan (2009:14:14.2) definisi persediaan yaitu: (a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa (b) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, atau (c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
27
2. Klasifikasi Persediaan Perusahaan industri umumnya mengenal tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang proses dalam produksi, dan persediaan barang jadi. Sedangkan perusahaan perdagangan hanya mengenal satu jenis persediaan yang mempunyai sifat perputaran yang sama dan tidak mengalami proses lebih lanjut yang berakibat pada perubahan
bentuk,
yang
dikenal
sebagai
Merchandise
inventory
(persediaan barang dagang). Persediaan dapat dikasifikasikan sebagai berikut: a. Persediaan barang dagang (merchandise inventory) Barang yang ada digudang (good on hand) dibeli oleh pengecer atau perusahaan perdagangan seperti importir atau eksportir untuk dijual kembali. Biasanya, barang yang diperoleh untyuk dijual kembali secara fisik tidak dirubah oleh perusahaan pembeli; barang-barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya. b. Persediaan manufaktur (manufacturing inventory) Persediaan gabungan dari intentitas manufaktur, yang terdiri dari dua: 1) Persediaan bahan baku Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain
(misalnya,
dengan
menambah)
dan
disimpan
untuk
penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali bagian atau suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan
28
kadang-kadang diklasifikasikan sebagai persediaan komponen suku cadang. 2) Persediaan barang dalam proses Barang-barang yang membutuhkan pemrosesan lebih lanjut sebelum penyelesaian dan penjualan. Barang dalam proses, juga disebut persediaan barang dalam proses, meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, alokasi, overhead pabrik yang terjadi sampai tanggal tersebut. 3) Persediaan barang jadi Barang-barang manufaktur yang telah diselesaikan dan disimpan untuk dijual. Biaya persediaan barang jadi meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung dan alokasi biaya overhead pabrik yang berkaitan dengan manufaktur. 4) Persediaan perlengkapan manufaktur Barang-barang seperti minyak melupas untuk mesin-mesin, dan pembersih dan barang lainnya yang merupakan bagian yang kurang penting dari produk jadi. c. Persediaan rupa-rupa Barang-barang seperti perlengkapan kantor, kebersihan dan pengiriman. Persediaan jenis ini biasanya digunakan segera dan segera dan biasanya dicatat sebagai beban penjualan atau umum (selling or general expenses) ketika dibeli.
29
Menurut Al Haryono Jusup (2011) bahwa persediaan memiliki dua karakteristik penting yakni: 1. Persediaan tersebut merupakan milik perusahaan, dan 2. Persediaan tersebut siap di jual kepada konsumen. Menurut Margaretha (2011) ada beberapa keuntungan memiliki persediaan yang cukup, yaitu: 1. Adanya kesempatan untuk menjual barang. 2. Memungkinkan mendapatkan potongan. 3. Biaya pemesanan dapat dikurangi. 4. Menjamin kelancaran proses produksi. Menurut Lukas Setia Atmaja (2011) manajemen persediaan (inventory management) memfokuskan diri pada dua pertanyaan dasar: 1. Berapa unit persediaan yang harus dipesan pada suatu waktu. 2. Kapan persediaan harus dipesan. Industri manufacture (pabrik) merupakan salah satu industri yang mengandalkan konsep inventory management dalam mempertahankan aktivitasnya secara stabil dan terkendali. Karena itu bagi industri manufacture ketersediaan biaya persediaan harus selalu diperhatikan, apalagi ada kondisikondisi yang bersifat dan perpengaruh pada penyediaan pasokan bahan baku, seperti gagal panen ini salah satunya mampu memberi pengaruh pada bisnis food and beverage, badai lautan ini berpengaruh pada bisnis pengalengan ikan, dan sebagainya.
30
3. Perputaran Persediaan Perputaran persediaan menunjukan berapa kali kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi tingkat perputarannya maka jumlah dana yang tertanam dalam persediaan akan semakin besar. Tingkat perputaran persediaan dalam satu periode tertentu dapat dirumuskan sebagai berikut: Harga pokok penjualan Perputaran persediaan = Rata-rata persediaan Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan.
D. Net Profit Margin 1. Pengertian Net Profit Margin Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Mengenai profit margin ini Joel G. Siegel dan Joe K. Shim (2011:87) mengatakan bahwa: (1)margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Ini menunjukan kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada tingkat penjualan khusus. Dengan memeriksa margin laba dan norma industri sebuah perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya, kita dapat menilai efisiensi operasi dan strategi penetapan harga serta status persaingan perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri tersebut. (2) margin laba kotor sama dengan laba kotor dibagi laba bersih. Margin laba yang tinggi lebih disukai karena menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan hasil yang baik yang melebihi harga pokok penjualan.
31
2. Tujuan dan Manfaat ratio Profitabilitas (net Profit Margin) Seperti rasio-rasio lainnya yang sudah dibahas sebelumnya, rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat tidak hanya bagi pihak pemilik usaha atau manajemen saja tetapi juga bagi pihak luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas (net profit margin) bagi perusahaaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu: a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam bentuk periode tertentu. b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. f. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. Manfaat yang diperoleh, yaitu: a. Mengetahui besaranya tingkat laba yang diperoleh perusahaan satu periode.
32
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Mengetahui perkembangan laba dari tahun ke tahun. d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Adapun rumus rasio net profit margin adalah:
Earning After Tax (EAT) Sales Keterangan :
Earning After Tax (EAT) = laba setelah pajak Laba setelah pajak ini dianggap sebagai laba bersih. Karena itu di
beberapa literatur ditemukan jika earning after tax ditulis dengan net profit margin atau laba bersih. Untuk jelasnya dapat kita lihat pada rumus di bawah ini: Net Profit sales sales
E. Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin Pengelolaan modal kerja akan sangat bermanfaat untuk memprediksi kebutuhan dana yang akan digunakan perusahaan untuk membiayai semua
33
biaya-biaya dikeluarkan oleh perusahaan. Hal ini diharapkan agar perusahaan dalam menjalankan operasinya tetap berjalan dengan lancar selama periode tertentu. Apabila operasinya lancar maka profitabilitas akan meningkat begitupun sebaliknya, apabila operasi perusahaan tidak berjalan lancar maka profitabilitas akan menurun. Kesalahan dalam menentukan besarnya dana yang akan digunakan oleh perusahaan akan terjadi resiko yang akan menghambat perkembangan perusahaan baik itu kesalahan atas kekurangan dana sebelum masa periode habis maupun kesalahan dana atas kelebihan dana. Apabila perusahaan mengalami kekurangan dana sebelum masa periode habis maka akan menghambat kegiatan usaha perusahaan dan akan mempengaruhi laba perusahaan, dan apabila perusahaan mengalami kelebihan dana maka akan banyak dana yang menganggur, sehingga terjadi penggunaan dana yang tidak efisien. Baik kesalahan kekurangan dana maupun kelebihan dana kedua-duanya akan mempengaruhi net profit margin yang merupakan salah satu indikator profitabilitas. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan modal kerja dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan, karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan aktivitasnya sehingga tingkat profitabilitas perusahaan akan terhambat.
34
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Perputaran Kas (X1) Perputaran Piutang
Net Profit Margin
(X2)
(Y)
Perputaran Persediaan (X3)
35
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Tinjauan penelitian terdahulu No 1.
2.
Nama Peneliti / Sampel Andriani (2007) perusahaan Farmasi di Bursa Efek Jakarta
Eka Fitriana (2006) perusahaan manufaktur di BEJ
Variabel Penelitian
Alat Uji
Hasil Penelitian
(independent): perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan (dependent): Net Profit Margin
Analisis regresi Linear Berganda
(independent): perputaran piutang, perputaran persediaan dan likuiditas (Cash Ratio) (dependent): Profitabilitas (profit Margin)
Analisis regresi Linear Berganda
Berdasarkan uji F didapatkan pengaruh yang signifikan antara perputaran kas, perputaran piutang dan persediaan terhadap net profit margin. Berdasarkan uji t hanya perputaran persediaan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap net profit margin. Berdasarkan uji F didapatkan pengaruh yang signifikan antara perputaran piutang, perputaran persediaan dan likuiditas terhadap profit margin. Berdasarkan uji t bahwa hanya Likuiditas (cash ratio) yang cukup memiliki pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas sedangkan perputaran piutang dan perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas.