perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka Pemeliharaan bangunan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjaga, memperbaharui, dan juga memperbaiki semua fasilitas yang ada sebagai bagian dari suatu bangunan, baik fasilitas layanan maupun lingkungan sekitar bangunan agar tetap berada pada kondisi sesuai standar yang berlaku dan mempertahankan kegunaan serta nilai dari bangunan tersebut.
Yuliantini, P (2011) melakukan penelitian prioritas pemeliharaan bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Oku menyatakan bahwa untuk dapat memberikan pelayanan keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya, bangunan gedung harus tetap dijaga dalam kondisi baik. Pemeliharaan bangunan gedung yang baik sangat diperlukan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi agar bangunan gedung tetap dalam kondisi baik sebagaimana mestinya dan untuk meningkatkan kondisi bangunan gedung dari kondisi rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat menjadi kondisi baik serta laik fungsi.
Aziz, A (2013) mengadakan penelitian prioritas pemeliharaan bangunan gedung kelurahan dengan studi kasus Gedung Kelurahan Kabupaten Surakarta menyatakan bahwa pengamatan pemeliharaan (maintenance) perlu diadakan setiap tahunnya sehingga dapat menjadi acuan yang baik dalam mengambil keputusan. Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan selanjutnya pengolahan data penilaian tingkat kepentingan antar kriteria bobot komponen menggunakan alat bantu software Expert Choice v.11. Hasil pembobotan komponen arsitektur (0,2897), struktur (0,5371), dan utilitas (0,1732). Indeks kondisi bangunan (IKB) merupakan dasar dalam penentuan prioritas dalam penelitian ini. Dari 51 gedung kelurahan di Kabupaten Surakarta commit to user didapatkan 3 Gedung Kelurahan memiliki kerusakan sedang. Kerusakan paling 5
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
banyak pada komponen langit-langit, sub komponen penutup atap, elemen pintu, elemen jendela, dan elemen instalasi air hujan.
Penelitian yang dilakukan oleh Lateef (2010) dengan studi kasus di kampus Universitas Malaysia dengan menggunakan metode studi kasus sehingga mendapatkan data primer untuk menganalisis sistem pemeliharaan yang berlangsung pada gedung yang ditinjau. Penelitian tersebut menerangkan bahwa pemeliharaan bangunan didefinisikan sebagai proses yang wajib dan melakukan kegiatan yang berguna untuk memelihara, menjaga, mempertinggi dan merawat struktur bangunan yang ditinjau dan
servis setelah selesai, yang disesuaikan
dengan standar yang berlaku yang memungkinkan untuk bangunan dan menjalankan servis bangunan tanpa menggangu secara drastis dasar–dasar yang utama dan kegunaan bangunan tersebut.
Usman, K (2009) melakukan penelitian tentang pemeliharan gedung dengan studi kasus Universitas Lampung menyatakan bahwa skala prioritas dapat membantu untuk menanggulangi keterbatasan dana perbaikan sesuai dengan prioritas tingkat kerusakan komponen yang akan diperbaiki. Prosentase kerusakan yang didapatkan pada penelitian ini adalah keruskan sedang terbesar untuk bidang arsitekur sebesar 55,26% yaitu pada komponen jendela dan kusen, bidang utilitas sebesar 22,22% yaitu pada komponen saklar dan tidak ada kerusakan komponen struktur. Pemeliharaan setiap komponen gedung perlu dilakukan inspeksi secara periodik dan disertakan laporan tentang kondisi bangunan yang rusak dengan demikian dapat dipantau secara keseluruhan dan berkesinambungan. Pemeliharaan komponen bangunan gedung perlu dilakukan disaat keadaan yang mendesak apabila dana belum tersedia maka perbaikan dapat ditunda.
Engkus Kusnadi (2011), mengadakan penelitian tentang Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Sekolah Negeri di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Metode yang digunakan dalam penentuan prioritas pemeliharaan menggunakan metode AHP. Metode penilaian kondisi bangunan dilakukan dengan menghitung indeks kondisi bangunan yang merupakan dua atau lebih nilai commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kondisi bangunan kondisi komponen bangunan dikalikan dengan bobotnya (Composite Condition Index). Komponen bangunan meliputi komponen struktur (struktur atap, struktur atas, dan struktur bawah), komponen arsitektur (penutup atap, plafon, dinding, pintu dan jendela, dan lantai dan keramik), dan komponen utulitas (instalasi listrik, air bersih, dan air kotor). Hasil analisa yang didapat menunjukan 5 sekolah yang memiliki tingkat kerusakan paling besar, yakni SDN Kadongdong, SDN Kelapa II, SDN Pasir Bolang, SDN Kadeper, SDN Pete.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan penilaian kuesioner dari studi kasus pada Puskesmas yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Data-data dapat diperoleh dengan melihat data-data pemeliharaan yang ada. Kondisi kerusakan yang akan diamati akan disampaikan dengan bentuk prosentase yakni merupakan hasil perkiraan perbandingan antara kerusakan yang ada dengan perkiraan luas yang ditinjau. Penelitian ini menggunakan kriteria-kriteria yang ditinjau dari struktural, arsitektural. dan tanpa diadakan tes uji fisik di laboratorium.setelah itu hasil akan diterapkan pada program dengan menggunakan software Expert Choice v.11, dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dengan mudah, jelas dan dapat mengoptimasi pemilihan keputusan pemeliharaan atau perbaikan pada kerusakan dengan meninjau besarnya prioritas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
2.2. Dasar Teori 2.2.1. Puskesmas Bangunan pelayanan kesehatan pada Undang-undang No. 28 tahun 2002 pasal 5 tergolong pada bangunan gedung fungsi sosial dan budaya. Puskesmas merupakan bangunan negara yang digunakan untuk kepentingan masyarakat umum. kegiatan yang berlangsung pada bangunan puskesmas digunakan oleh masyarakat umum dengan perlakuan oleh tenaga ahli yang mana kegiatan pada bangunan puskesmas adalah khusus pada kepentingan kesehatan.
Kenyamanan pengguna puskesmas merupakan penentu keberhasilan bangunan puskesmas. Peran puskesmas sebagai pelaksana teknis pelayanan kesehatan diharuskan dapat memiliki kemampuan memanajemen dana maupun bangunn untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Manajemen dapat bermanfaat dalam penentuan prioritas daerah dan dapat menentukan kesesuaian RAPBD yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Puskesmas dengan kualitas yang baik akan mendapatkan apresiasi masyarakat dalam penggunaan bangunan puskesmas. Kualitas dalam hal kondisi struktur, arsitektur, dan utilitas harus dijaga dan dipelihara. Fungsi puskesmas akan berjalan yaitu dapat membangun kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas dengan baik jika bangunan puskesmas dapat memberikan pelayanan yang berkualitas.
2.2.2. Bangunan Gedung 2.2.2.1. Pengertian Bangunan Gedung Bangunan gedung adalah merupakan hasil dari pekerjaan konstruksi yang bersatu dengan tempat kedudukannya yang seluruh atau sebagian berada diatas dan/atau dibawah tanah dan/atau air yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan oleh manusia untuk kepentingan hunian, keagamaan, sosial, usaha, budaya maupun kegiatan khusus. (Permen PU No. 24/PRT/M/2008) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung yang digunakan untuk keperluan dinas yang merupakan bangunan milik negara seperti : gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, rumah dinas, dan gudang, dimana pembiayaan penyelengaraan pembangunan maupun keperluan gedung negara ditanggung oleh negara yang asalnya dari APBDN atau penghasilan lainnya yang sah. (Permen PU No. 45/PRT/M/2007)
2.2.2.2. Klasifikasi Bangunan Gedung
Bangunan negara Bangunan gedung negara berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 tahun 2005 dan Permen PU No. 45/PRT/M/2007 diklasifikasikan berdasarkan tingkat kompleksitas menjadi 3 macam yakni bangunan sederhana, bangunan tidak sederhana, dan bangunan khusus.
Bangunan sederhana merupakan bangunan gedung negara yang karakteristiknya sederhana dan mempunyai kompleksitas juga teknologi yang digunakan yang sederhana. Masa Penjaminan kegagalan bangunan negara dengan klasifikasi bangunan negara adalah selama 10 tahun. Antara lain yang termasuk dalam klasifikasi bangunan sederhana adalah : a. Gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya atau bangunan gedung kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2 b. Bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tingkat bertingkat c. Gedung pelayanan kesehatan; puskesmas d. Gedung pendidikan tingkat desa dan atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai.
Bangunan tidak sederhana merupakan klasifikasi bangunan yang memiliki karakteristik dan kompleksitas dan/atau teknologi yang digunakan bangunannya yang tidak sederhana. Gedung pendidikan yang memiliki lebih dari 2 lantai merupakan salah satu contoh bangunan tidak sederhana. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bangunan khusus merupakan klasifikasi bangunan gedung yang memiliki penggunaan dan persyaratan khusus dalam perencanaan dan pelaksanaannya membutuhkan penyelesian atau teknologi khusus. Stasiun kereta api merupakan salah satu contoh dalam klasifikasi bangunan khusus yang mana bangunan stasiun kereta api memerlukan teknologi yang khusus.
2.2.2.3. Persyaratan Bangunan Gedung
Sukmajati, 2008 menyampaikan bahwa dalam arsitektur bangunan gedung yang baik harus memiliki kekokohan (fimness) yang merupakan kebutuhan paling dasar bangunan untuk menunjang aktivitas pada bangunan gedung yang digunakan. Kekokohan merupakan kemampuan bangunan itu sendiri untuk menjaga kondisi fisik guna bertahan di tempat bangunan itu di bangun sebagai objek fisik. Struktur merupakan bagian bangunan yang memenuhi kekokohan tersebut. Struktur merupakan bagian dari bangunan yang menahan beban–beban yang menimpanya. Bangunan dianggap sebagai kulit luar pelindung dan pembagi ruang yang berupa dinding, lantai dan atap bangunan. Jenis pembebanan mengenai bangunan; permukaan luar yang melindungi dari iklim misalkan hujan, salju, dan angin; lantai yang dikenai beban gravitasi serta efeknya, dan juga harus memikul bebannya sendiri. Beban-beban tersebut akan mengakibatkan keruntuhan bangunan jika bangunan tidak dapat menahan beban-beban yang menimpanya. Fungsi struktur dapat disampaikan merupakan bagian banguan yang memiliki kekakuan dan kekuatan struktur untuk mencegah keruntuhan bangunan. Struktur bangunan juga berfungsi menyalurkan beban-beban dari luar maupun dari beban bangunan itu sendiri. Beban-beban tersebut ditahan oleh struktur-struktur yang ditimpai beban selanjutnya disalurkan ke struktur bagian bawah hingga ke bawah tanah, sehingga keruntuhan tidak dialami oleh bangunan.
Suatu bangunan dapat dinilai berhasil dari kemampuan bangunan tersebut untuk tetap bertahan dengan kondisi yang diharapkan yang dipengaruhi oleh beberapa peryaratan antara lain :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
11 digilib.uns.ac.id
Persyaratan fungsional Persyaratan yang terkait dengan fungsi bangunan. Setiap bangunan memiliki persyaratan fungsional umum dan khusus yang perlu dipenuhi. Persyaratan umum misalkan bangunan harus dapat melindungi pemakai dari kondisi lingkungan luar. Sedangkan persyaratan khusus bangunan harus dapat memenuhi kebutuhan tergantung pada jenis dan fungsi bangunan.
2.
Persyaratan performance Setiap bangunaan memiliki persyaratan performance yang sangat spesifik mencakup banyak aspek mulai dari performance fisik luar bangunan, hingga pada elemen-elemen Mechanical & Electrical (ME). Tindakan pemeliharaan sangat dibutuhkan bangunan yang ditentukan oleh tuntutan performance yang terkait dengan fungsi bangunan.
3.
Persyaratan menurut Undang-undang Persyaratan Undang-undang merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh bangunan, karena menyangkut legalitas. Persyaratan ini antara lain : persyaratan ketinggian maksimum bangunan, dan lain-lain.
4.
Persyaratan menurut pengguna Persyaratan menurut pengguna berkaitan dengan kenyaman pengguna saat beraktivitas di bangunan tersebut. Kenyamanan pengguna biasanya menjadi ukuran keberhasilan suatu bangunan.
Persyaratan teknis bangunan gedung negara yang dijelaskan di Permen PU No. 45/PRT/M/2007 adalah Bangunan gedung negara persyaratan teknis harus berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku serta memiliki dokumen yang jelas dan lengkap pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
1.
Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan Persyaratan tata bangunan dan lingkungan pada bangunan negara untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dalam pembangunan bangunan gedung commit to user negara. Peruntukan lokasi pada bangunan gedung harus memenuhi aturan-
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
aturan yang bersangkutan. Arsitektur bangunan gedung harus sesuai dengan kegunaan bangunan juga menerapkan nilai sosial dan budaya yang berlaku dilingkungan lokasi bangunan. Bangunan juga memiliki arsitektur yang mudah pada masa pemeliharaan bangunan. Memiliki sarana dan prasana umum dengan penyediaan fasilitas umum dan memenuhi persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja disertai asuransi yang sesuai dengan perundang-undangan. Atap berfungsi penahan panas, debu dan air hujan. Atap ditempatkan di ketinggian yang sesuai dengan kebutuhan dimana udara dapat bersirkulasi dengan baik dengan ketinggian tersebut. Pintu berfungsi keperluan jalan masuk dan berlangsungnya kegiatan pada bangunan. Pintu dan jendela berfungsi juga sebagai lubang udara dimana udara dapat berganti dan sebagai jalan sinar matahari serta sirkulasi. Letak luban angin sebaiknya adalah searah dengan tiupan angin. Dinding pada bangunan harus dapat berfungsi sebagai penahan beban angin, debu, serta dilengkapi dengan sarana kesehatan ventilasi sebagai pengatur sirkulasi udara. Dinding kamar mandi dan tempat cuci arus kedap air sehingga tidak mengakibatkan air tembus ketempat lain. Penutup lantai pada bangunan diupayakan menggunakan bahan yang sesuai dengan fungsi dan mutu. 2.
Persyaratan Bahan Bangunan Bahan bangunan yang digunakan untuk bangunan gedung harus memenuhi standar teknis yang berlaku yakni Stantar Nasional Indonesia (SNI) dan disesuaikan dengn sumberdaya juga kondisi wilayah setempat. Bahan lapis dinding misalnya, bahan pelapis dinding bukan merupakan bahan yang berbahaya saat digunakan maupun saat bahan pelapis dinding mengalami pengelupasan.
3.
Persyaratan Struktur Bangunan Struktur bangunan gedung harus memenuhi keselamatan (safety) dan kelayanan (serviceability) serta sesuai dengan peraturan-peraturan yang
to user dipersyaratkan seperti SNIcommit yang dapat dibuktikan dengan analisis struktur.
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
Struktur-struktur bangunan harus dapat menjamin kinerja bangunan sesuai dengan fungsi bangunan tersebut dan dapat menyalurkan beban-beban yang menimpa bangunan dengan disesuaikan kondisi yang ada. Struktur bangunan dilakukan pengujian dan analisis struktur yang membantu menyatakan bahwa struktur bangunan telah memenuhi persyaratan yang ada dan aman saat bangunan gedung digunakan sesuai fungsi. Persyaratan Utilitas Bangunan
4.
Setiap bangunan gedung negara diharuskan memiliki utilitas bangunan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Agar persyaratan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung seperti yang disyaratkan pada Permen PU No. 24/PRT/M/2008 salah satunya kenyamanan dapat tercapai dengan baik maka bangunan gedung harus mempunyai spesifikasi teknis utilitas yang baik antara lain dalam hal:
Sarana air bersih, bangunan harus memiliki sarana penyalur air bersih guna memenuhi kebutuhan air bersih dalam kegiatan yang ada di bangunan tersebut.
Sarana pembuangan air kotor dan pembuangan limbah, bangunan harus memiliki sarana pembuangan air kotor dan pembungan limbah, sehingga air kotor tidak mencemari udara atau menjadi pencemar bagi air tanah dan air bersih dengan demikian kegiatan bangunan tidak terhambat.
Sarana pembuangan sampah, agar sampah dapat dimanajemen dengan baik maka bangunan gedung harus menyediakan tempat sampah.
Saluran air hujan, air hujan harus disalurkan kearah yang tepat agar air hujan tidak membebani secara berlebih di atap serta air hujan dapat disalurkan ke bawah tanah sehingga dapat mengisi air tanah.
Instalasi listrik, kebutuhan akan listrik juga merupakan kebutuhan pokok misalkan untuk penerangan gedung sehingga bangunan gedung harus menyediakan instalasi listrik yang tepat.
Penerangan dan pencahayaan, bangunan gedung yang baik harus memiliki penerangan dan pencahayaan yang cukup guna menjalankan aktivitas yang dijalankan di bangunan gedung. Pencahayaan dapat diperoleh dari commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sinar matahari dengan desain atau penataan jendela maupun atap, jika tidak dapat dijangkau dengan pencahayaan sinar matahari maka dapat dibantu dengan penerangan yang bersumber dari listrik.
Pengkondisian udara, pengkondisian udara yang baik dapat diperoleh dari ventilasi atau pintu juga jendela, penghawaan juga dapat dibantu dengan AC.
Persyaratan Keandalan sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 yaitu : 1. Persyaratan Keselamatan Persyaratan
Keselamatan
bangunan
gedung
merupakan
persyaratan
kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatannya, mencegah kebakaran dan menanggulangi petir. Bangunan memliki kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan sampai dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk mendukung beban muatan yang timbul akibat perilaku alam. Selain itu, bangunan juga harus memiliki proteksi terhadap bahaya kebakaran dan menanggulangi petir. 2. Persyaratan Kesehatan Bangunan gedung harus memenuhi peryaratan kesehatan. Bangunan harus memiliki sistem penghawaan bukaan yang merupakan kecukupan udara untuk bersirkulasi dan berganti dengan udara yang baru. Pencahayaan harus tersedia oleh bangunan gedung dengan pencahayaan alami ataupun buatan. Persyaratan sanitasi guna memenuhi kebutuhan air bersih, pemisahan air buangan, kotoran, sampah serta penyaluran air hujan yang harus dipenuhi oleh bangunan dan pemasangan sistem sanitasi dapat dioperasikan dan dipelihara dengan mudah juga tidak menggangu lingkungan. Pemilihan bahan bangunan untuk gedung juga diperhatikan agar aman bagi kesehatan pengguna bangunan dimana bahan bangunan tidak menimbulkan efek negatif bagi pengguna maupun lingkungan.
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Persyaratan Kenyamanan Kenyamanan bangunan harus diperhatikan dari sisi ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan. Ruang harus member tingkat kenyamanan bergerak saat pengguna menjalankan aktivitas di bangunan gedung. Kondisi udara dalam ruangan memiliki tingkat kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban ruangan untuk terselenggaranya fungsi bangunan. Kenyamanan pandangan harrus diperhatikan mengingat hak pribadi orang dalam melaksanakan kegiatan pada ruangan dalam bangunan. Kenyamanan tingkat getaran dan kebisingan merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari keadaan kegiatan yang terselengara dalam bangunan maupun lingkungan tidak menggangu fungsi bangunan dan kegiatan yang ada di bangunan maupun lingkungan. 4. Persyaratan Kemudahan Bangunan harus menyediakan akses yang mudah dalam mencapai kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung. 2.2.3. Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung 2.2.3.1. Umur Bangunan Gedung Umur bangunan gedung yang disampaikan Permen PU No. 45/PRT/M/2007 merupakan jangka waktu bangunan dapat tetap memenuhi fungsi dan keandalan bangunan, sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Bangunan gedung akan mengalami penyutusan yang merupakan nilai degradasi bangunan yang dihitung secara besar setiap tahunnya selama jangka waktu umur bangunan. Bangunan gedung negara akan mengalami penyusutan 2% per tahun dengan minimum nilai sisa (salvage value) sebesar 20%. Bangunan gedung negara yang dibangun dengan konstruksi semi permanen akan mengalami penyusutan sebesar 4% sedangkan untuk bangunan darurat sebesar 10% per tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
Umur layanan merujuk pada Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 tahun 2005 pasal 5 ayat 3 yang menjelaskan tentang klasifikasi bangunan permanen, semi-permanen, sementara. Bangunan permanen merupakan bangunan gedung yang karena fungsinya direncanakan memiliki umur layanan lebih dari 20 (dua puluh) tahun. Bangunan semi-permanen memiliki umur layanan di atas 5 (lima) tahun sampai dengan 10 (sepuluh) tahun. Bangunan sementara atau darurat memiliki umur layanan kurang dari 5 (lima) tahun.
2.2.3.2. Kerusakan Bangunan Gedung Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya komponen bangunan yang disebabkan oleh penyusutan atau umur bangunan yang mulai berkurang, juga akibat perilaku manusia yang menggunakan bangunan tersebut atau perilaku alam seperti beban yang berlebih.
Kerusakan bangunan digolongkan menjadi tiga tingkat kerusakan yaitu : a. Kerusakan ringan Kerusakan ringan adalah kerusakan yang terjadi terutama pada komponen non-struktural. Kerusakan ringan yang terjadi pada komponen struktur tidak mengurangi fungsi layan (kekuatan, kekakuan, dan daktilitas) struktur secara keseluruhan. Kerusakan ringan tidak menyebabkan fungsi utama pada setiap komponen bangunan gedung terganggu atau mengurangi fungsi komponen sehingga masih dapat berfungsi selayaknya. Kerusakan yang masih dikategorikan kerusakan ringan antara lain sebagai berikut:
Pengelupasan cat yang tidak menimbulkan gangguan fungsi dan tidak menimbulkan bahaya bagi pengguna
Langit-langit misalkan plafon mengalami kerusakan kecil
Retak halus (lebar retakan 0,075 cm hingga 0,6 cm) pada balok, kolom, dinding
Pada komponen utilitas misalkan intalasi listrik, padamnya salah satu lampu di ruangan. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kerusakan sedang Kerusakan sedang merupakan kerusakan pada komponen-komponen struktural maupun non-struktural. Kemampuan struktur berkurang atau sedikit terganggu, namun masih layak fungsi walaupun bangunan gedung mengalami kerusakan. Kerusakan sedang adalah kerusakan atau tidak berfungsinya komponen yang menimbulkan gangguan atau mengurangi fungsi dari komponen yang rusak seperti kenyamanan dan estetika. Bangunan gedung akan mengalami kerusakan sedang jika kekuatan struktur mengalami penurunan, namun jika dilakukan perbaikan maka bangunan akan kembali berfungi normal. Kerusakan sedang antara lain :
Sebagian atap mengalami kerusakan sehingga menyebabkan kebocoran
Balok, kolom, dinding mengalami retakan yang lebih besar dari 0,6 cm
Kaca pada jendela dan pintu pecah sehingga mengganggu estetika
c. Kerusakan berat Kerusakan berat adalah kerusakan yang mengakibatkan tidak berfungsinya sebagian besar komponen bangunan, namun jika dilakukan perbaikan bangunan akan dapat berfungsi kembali. Kerusakan berat antara lain :
Tidak berfungsinya kira-kira 50% dari elemen utama
Dinding pemikul terbelah atau runtuh
Balok mengalami lendutan
2.2.3.3. Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan
Perawatan bangunan adalah kegiatan memperbaiki kerusakan yang terjadi pada bangunan agar bangunan dapat berfungsi kembali dengan normal. Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan konstruksi.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemeliharaan bangunan adalah usaha mempertahankan kondisi bangunan agar tetap memenuhi persyaratan layak fungsi atau dalam usaha meningkatkan wujud bangunan, serta menjaga terhadap pengaruh yang merusak Pemeliharaan bangunan juga merupakan upaya untuk menghindari kerusakan komponen/elemen bangunan akibat keusangan/kelusuhan sebelum umurnya berakhir.
Pemeliharaan pada bangunan bertujuan sebagai penggabungan dari tindakantindakan teknis dan administratif, yang dimaksudkan untuk mempertahankan, dan memulihkan fungsi bangunan sebagai mana yang telah direncanakan. Seiring dengan waktu aktivitas pemeliharaan mengikuti perkembangan, tidak hanya berperan sebatas tindakan darurat untuk mengatasi kerusakan yang terjadi. Penerapan sistem proses dan prosedur yang dimanajemen dengan benar dan konsisten akan menjadikan
pemeliharaan dapat memilinalkan kerugian yang
terjadi, operasional perusahaan menjadi lebih stabil, hasil produksi dapat dimaksimalkan dan secara konsisten dapat menghasilkan output produk dengan kualitas yang tinggi. (R. Keith, 2008) Pemeliharaan dimaksudkan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjaga fasilitas yang ada dalam kondisi yang sesuai dengan kondisi saat awal dan terus bekerja sesuai dengan kapasitas prosuksinya. (Lawrence M, 1976) Manajemen pemeliharaan secara umum didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, organisasi, dan kepegawaian, implementasi program dan metode kontrol kegiatan pemeliharaan. (Deni J, 2009) Menurut Terry W (2005) kegiatan pemeliharaan secara umum bertujuan : Memaksimalkan produksi pada biaya yang rendah dan menghasilkan kualitas yang tinggi dengan standar keselamatan yang optimum Mengidentifikasi dan mengimplementasikan pengurangan biaya Memberikan laporan yang sebenar-benarnya tentang pemeliharaan Mengumpulkan informasi yang penting tetang biaya pemeliharaan Mengoptimalkan sumberdaya pemeliharaan commit to user Mengoptimalkan usia peralatan (komponen bangunan)
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
Pekerjaan pemeliharaan berdasarkan Permen PU No. 24 tahun 2008 meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan bangunan gedung, dan kegiatan sejenis lainnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung.
2.2.4. Proses Pengambilan Keputusan 2.2.4.1.
Penentuan Nilai Kondisi Bangunan
Penentuan kondisi bangunan pada suatu waktu dilakukan dengan menetapkan nilai indeks kondisi bangunan yang merupakan penggabungan dua atau lebih nilai kondisi komponen yang dikalikan bobot komponen masing-masing. Menurut Hudson dalam Abdul Aziz (2013) Indeks Kondisi Gabungan (Composite Condition Index) yang dirumuskan dalam persamaan 2.1 :
(2.1) ∑
(2.2)
Dimana, CI
= Indeks Kondisi Gabungan
W
= Bobot Komponen
C
= Nilai kondisi Komponen
i
= Komponen ke-n
n
= Banyaknya Komponen
Nilai Indeks Kondisi menerangkan tingkat kondisi bangunan yang memiliki skala antara 0 (nol) sampai dengan 100 (seratus). Indeks kondisi bernilai nol berarti bangunan sudah tidak dapat berfungsi kembali dan seratus untuk bangunan yang kondisi bangunan tersebut masih dalam kondisi yang baik sekali.
Menurut Hudson dalam Abdul Aziz (2013), perhitungan indeks kondisi bangunan commit to user adalah sebagai berikut:
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap 1 : Indeks kondisi sub elemen (IKSE) Nilai IKSE dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.3 : ∑∑ Dengan :
(2.3)
= nilai pengurang
Tj
= jumlah jenis kerusakan untuk kelompok sub elemen
Sj
= jumlah tingkat kerusakan untuk jenis kerusakan
Dj
= jumlah kuantitas kerusakan suntuk semua sub elemen
F(t,d) = faktor koreksi untuk kerusakan berganda yang berbeda
Nilai seratus merupakan nilai maksimum dalam perhitungan IKSE sesuai dengan rumus diatas. Nilai pengurang besarnya adalah antara 0 (nol) sampai dengan seratus (100) , besaran tersebut tergantung pada jenis kerusakan (Tj), tingkat kerusakan (Sj), juga kuantitas kerusakan (Dj). Karena setiap kerusakan mempunyai nilai pengurang maksimum seratus, agar total nilai pengurang tidak lebih dari seratus maka sub elemen yang mengalami lebih dari satu jenis kerusakan nilai pengurang dari kombinasi kerusakan harus dikoreksi.
Besarnya nilai faktor koreksi yang terjadi ditetapkan dengan mempertimbangkan prioritas bahaya kerusakan untuk setiap jenis kerusakan. Jumlah faktor koreksi untuk setiap kombinasi kerusakan dalam satu sub elemen adalah satu, seperti diperlihatkan pada tabel 2.1
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.1 Faktor koreksi untuk kombinasi kerusakan yang lebih dari satu Nomor
Jumlah Kombinasi Kerusakan
1
2
Prioritas Bahaya Kerusakan I II
I 3 II 2 III Sumber : Uzarski, 1997 (dalam Abdul Aziz,2013)
Faktor Koreksi F (t,d) 0,8-0,7-0,6 0,2-0,3-0,4 0,5-0,6 0,3-0,4 0,1-0,2
Maksimum jumlah perkalian antara nilai pengurang dengan faktor koreksi adalah seratus untuk semua jenis kerusakan pada satu sub elemen. Nilai IKSE yang dihasilkan akan berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 100 (seratus). Nilai pengurang sama dengan nol(0) ketika sub elemen masih dalam kondisi baik (tanpa kerusakan) sehingga nilai IKSE yang diperoleh adalah sama dengan seratus (100). Sebagai dasar dalam penanganan bangunan, nilai indeks kondisi gabungan dapat digunakan seperti yang diperlihatkan dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Skala indeks kondisi bangunan Zone
Indeks Kondisi
Kriteria Kondisi
85-100
Baik sekali
70-84
Baik
55-69
Sedang
40-54
Cukup
1
2
23-39
Buruk
10-24
Sangat buruk
3
Uraian kondisi Tidak terlihat kerusakan, beberapa kekurangan mungkin ada namun sangat sedikit atau belum terlihat. Hanya terjadi deteriorasi atau kerusakan kecil Mulai terjadi deteriorasi atau kerusakan namun tidak mempengaruhi fungsi struktur bangunan secara keseluruhan Terjadi deteriorasi atau kerusakan tetapi bangunan masih dapat berfungsi namun tingkat kenyamanan tidak terpenuhi dengan baik Terjadi kerusakan yang cukup kritis sehingga fungsi bangunan terganggu Kerusakan parah dan bangunan commit to user hampir tidak dapat berfungsi
Tindakan Penanganan
Tindakan segera masih belum diperlukan
Perlu dibuat analisis ekonomi alternatif perbaikan untuk menetapkan tindakan yang sesuai/tepat dalam menangani masalah tersebut Evaluasi secara detail diperlukan untuk menentukan tindakan repair, rehabilitasi dan rekonstruksi, selain
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
0-9
Runtuh
Komponen utama bangunan terjadi keruntuhan, bangunan tidak dapat berfungsi lagi
diperlukan evaluasi untuk keamanan
Sumber : Mckay, 1999 (dalam Abdul Aziz, 2013)
Tahap 2: Indeks Kondisi Elemen (IKE) (2.4) Dimana : IKE =Indeks Kondisi Elemen IKSE =Indeks Kondisi Sub Elemen BSE =Bobot Fungsional Sub Elemen r
= Banyaknya sub elemen
Tahap 3 : Indeks Kondisi Sub Komponen (IKSK) (2.5) Dimana : IKSK =Indeks Kondisi Sub Komponen IKE =Indeks Kondisi Elemen BE
=Bobot Fungsional Elemen
s
=Banyaknya elemen
Tahap 4: Indeks Kondisi Komponen (IKK) (2.6) Dimana : IKK =Indeks Kondisi Komponen IKSK =Indeks Kondisi Sub Komponen BSK =Bobot Fungsional Sub Komponen t
=Banyaknya sub Komponen
Tahap 5 : Indeks Kondisi Bangunan (IKB) (2.7) Dimana : IKB =Indeks Kondisi Bangunan IKK =Indeks Kondisi Komponen commit to user BK =Bobot Fungsional Komponen
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
v
=Banyaknya Komponen
Perhitungan tersebut dengan mengalikan indeks kondisi komponen yang didapat dari rata-rata nilai data pembobotan komponen yang dikalikan dengan bobot fungsional komponen bangunan tersebut. Nilai indeks kondisi keseluruhan bangunan akan menurun/terkurangi apabila terjadi kerusakan pada satu komponen yang akan memberikan penurunan nilai pada komponen tersebut yang akhirnya akan mengurangi. Nilai indeks kondisi bangunan mempunyai skala 0(nol) hingga 100(seratus) yang menggambarkan tingkat kondisi bangunan. Setiap jenis kerusakan memiliki besaran nilai pengurang yang berbeda tergantung presentase kerusakan yaitu volume kerusakan bangunan dibandingkan dengan volume eksisting bangunan. Volume kerusakan dibagi dalam empat tingkat interval intensitas yaitu: a. Kerusakan ringan (>0% - 15%),
dengan NP = 25 (dua puluh lima)
b. Kerusakan sedang (>15% - 35%),
dengan NP = 50 (lima puluh)
c. Kerusakan berat (>35% - 65%),
dengan NP = 75 (tujuh puluh lima)
d. Kerusakan tidak layak fungsi (>65%),
dengan NP = 100(seratus)
Misalkan, bila tidak ada kerusakan (0%), maka NP = 0 (nol) yang menunjukkan bahwa kondisi bangunan dalam keadaan baik, dengan demikian artinya nilai skala indeks kondisi adalah 100 (seratus).
2.2.4.2.
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai alternatif pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (multi kriteria). Kelebihan Analytical Hierarchy Process (AHP) dari metode yang lain : a) Kesatuan: AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, yang luwes dimana dapat menyelesaikan permasalahan yang tidak terstruktur sekalipun. b) Kompleksitas: dalam memecahkan masalah yang kompleks, AHP commit to user menggabungkan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem.
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Saling ketergantungan: AHP dapat menangani ketergantungan antara elemen satu dengan elemen yang lain yang tidak memaksakaan pemikiran linear. d) Penyusunan hirarki: AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat dan mengelompokan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. e) Pengukuran: AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal dan mewujudkan metode penerapan prioritas. f) Konsistensi:
AHP
melacak
konsistensi
logis
dan
pertimbangan-
pertimbangan yang digunakan dalam menggunakan berbagai prioritas. g) Sintesis: AHP menuntun kesuatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan sistem alternatif. h) Tawar-menawar: AHP mempertimbangkan prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan merekap referensi dari setiap elemen dalam hirarki. i) Penilai dan konsesus: AHP tidak memaksakan konsesus tetapi mensintesakan suatu hasil yang representative dari berbagai penilaian. j) Pengulangan proses: AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan serta pengertian mereka melalui pengulangan.
Gambar 2.1. Gambaran Struktur Hirarki pada Analytical Hierarchy Process (AHP)
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.4.3.
Penyusunan Hirarki
Langkah-langkah dalam metode AHP menurut Suryadi dan Ramdhani, 1998 (dalam Resti, 2013) adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan tujuan yang diinginkan. 2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama, kemudian menyusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang berpengaruh untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. 3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Melakukan
perbandingan
berpasangan sehingga diperoleh judgement
seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini dilakukan sebagai penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. 8. Memeriksa konsistensi hirarki yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati
valid.
Jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data
judgement harus diperbaiki.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel. 2.3. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Skala
Definisi
Keterangan(misalkan)
1
Sama-sama
Elemen
disukai/penting/baik
disukai/penting/baik
Cukup
Elemen 1 cukup disukai/penting/baik
disukai/penting/baik
dibandingkan elemen 2
Lebih
Elemen 1 lebih disukai/penting/baik
disukai/penting/baik
dibandingkan elemen 2
Sangat
Elemen 1 sangat disukai/penting/baik
disukai/penting/baik
dibandingkan elemen 2.
Mutlak
Elemen 1 mutlak disukai/penting/baik
disukai/penting/baik
dibandingkan elemen 2.
Nilai-nilai antara
Ketika ragu-ragu dalam memilih skala,
3
5
7
9
2,4,6,8
1
dan
2
sama-sama
misalkan memilih sangat disukai atau mutlak disukai. Respirokal Jika elemen 1 dibanding Asumsi yang masuk akal elemen 2 adalah skala 3, maka elemen 2 dibanding elemen 1 adalah skala 1/3 Sumber: Saaty, 1988 (dalam Utamiyanti, 2004)
2.2.4.4.
Perhitungan Bobot Elemen
Dalam metode AHP, perhitungan bobot elemen menggunakan perbandingan berpasangan. Langkah-langkah didalam menetapkan nilai perbandingan ini adalah sebagai berikut : a. Menetapkan perbandingan berdasarkan elemen-elemen terhadap suatu elemen level baris atas dengan level kolom kiri dibandingkan berpasangan. Bentuk perbandingan ini menggunakan matriks pairwise comparision. b. Nilai dialog matriks merupakan perbandingan suatu elemen dengan elemen itu sendiri dengan bilangan satu.
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Selalu bandingkan elemen pertama dengan suatu pasangan (elemen di kolom kiri matriks) dengan emelen kedua (elemen di baris puncak) dan menghitung nilai bobot prioritasnya dengan skala penilaian perbandingan berpasangan yang nilainya antara 1 sampai 9. d. Dilakukan perbandingan elemen yang kedua (elemen baris puncak).
Gambar 2.2 Matriks perbandingan preferensi
Matriks An x n merupakan matriks respirokal, dan diamsusikan terdapat n elemen, yaitu w1, w2, ..., wn yang akan dinilai secara perbandungan. Nilai perbandingan secara berpasangan antara (w1, w2) dapat direpresentasikan seperti matriks berikut : (2.10) Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk satu tingkat hierarki yang sama. Sehingga di dapat a11 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A1 dengan A1 sendiri, sedangkan a12 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A1 dengan A2 dan besarnya a21 adalah 1/a12, yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan operasi A2 terhadap elemen A2 terhadap elemen operasi A1.
2.2.4.5.
Pembobotan Kriteria
a. Vektor Prioritas Vektor prioritas menunjukkan bobot relatif diantara hal dibandingkan. Langkah perhitungan adalah sebagai berikut: commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Melakukan perkalian elemen-elemen dalam satu baris dan diakar pangkat n seperti dalam persamaan berikut : √
(2.11)
2. Menghitung vektor prioritas atau vector eigen sebagai bobot elemen (2.12)
∑
Hasil yang didapatkan berupa vector eigen sebagi bobot elemen. 3. Menghitung nilai eigen maksimum (maks),dengan cara mengkalikan respirokal dengan bobot yang didapat, hasil dari penjumlahan operasi matriks adalah nilai eigen maksimum (maks). ∑ Dengan : maks
(2.13) = eigenvalue maksimum
Aij
= nilai matriks perbandingan berpasangan
xi
= vector eigen (bobot)
b. Concstensy Index dan Concistency Ratio Penilaian perbandingan berpasangan sering terjadi ketidakkonsistenan dari pendapat/preferensi yang diberikan oleh pengambil keputusan. Konsistensi dari penilaian berpasangan tersebut dievaluasi dengan menghitung Consistency Ratio (CR). Saaty menetapkan apabila CR ≤ 0,1, maka hasil penilaian tersebut dikatakan konsisten. Jika Nilai Rasio Konsistensi > 0,1 maka penilaian perbandingan harus dilakukan kembali.Formulasi untuk menghitung adalah: CR = CI RI Dimana, CI = Consistency Indeks (Indeks Konsistensi) dan RI = Random Consistency Index. Formula CI adalah: (λmax- n) (n-1)commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan : CI
= Indeks konsistensi
maks = eigen value maksimum = banyaknya elemen yang digunakan
n
Eigen value maksimum didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian matriks perbandingan dengan eigen vector utama (vektor prioritas) dan membaginya dengan jumlah elemen. Nilai CI tidak akan berarti bila tidak terdapat acuan untuk menyatakan apakah CI menunjukkan suatu matriks yang konsisten atau tidak konsisten. Nilai rata-rata Random Index (RI) seperti pada tabel berikut:
Tabel. 2.4 Tabel Nilai Random Indeks (RI) Ukuran 1
2
0
0
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Matriks Nilai 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
RI Sumber: Kadarsyah Suryadi dan M. Ali Ramdhani (dalam Abdul Aziz, 2013)
Nilai eigen suatu matriks tidak akan lebih kecil dari nilai n sehingga, tidak mungkin jika nilai CI negatif.
2.2.5. Expert Choice Expert Choice adalah sebuah perangkat lunak yang mendukung collaborative decision dan system perangkat keras yang memfasilitasi grup pembuatan keputusan yang lebih efisien, analitis, dan yang dapat dibenarkan. Software ini memungkinkan interaksi real-time dari tim manajemen untuk mencapai consensus on decisions.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Aplikasi Area Expert Choice menyediakan : - Struktur untuk seluruh proses pengambilan keputusan - Sebuah tool yang memfasilitasi kerjasama antara beberapa pihak yang berkepentingan - Analisis pengambil keputusan - Meningkatkan komunikasi - Memberi keputusan yang lebih cepat - Dokumentasi proses pengambilan keputusan - Sebuah consensus keputusan - Keputusan akhir yang lebih baik dan dapat dibenarkan Langkah-langkah dalam menggunakan expert choice adalah sebagai berikut : a. Membangun Struktur - Mengaktifkan expert choice - Create new model click direct Ok - New file name isi nama file click Open - Goal Discription isi nama file click Ok - Membuat kriteria dengan click edit click Insert Child of Current Node isi criteria pada 1st (L:1.000) enter untuk selanjutnya sama. Untuk yang terakhir setelah diganti enter. - Membuat sub kriteria dengan blok Kriteria click edit click Insert Child of Current Node isi sub kriteria pada 1st (L:1.000) enter untuk selanjutnya sama. Untuk yang terakhir setelah diganti enter. - Membuat Alternative click edit click Alternative click insert isi…. Ulang sesuai kebutuhan b. Membandingkan berpasangan - Memilih pairwise numberical comparations atau pairwise verbal comparations - Membandingkan alternative pada setiap kriteria dengan menggunakan skala pairwise - Selesai pilih Record Justment click yes …..
to user - Lakukan semua kriteria dancommit sub kriteria