BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi dan Pengertian Harga Harga
merupakan
satu-satunya
elemen
dalam
pemasaran
yang
menghasilkan pendapatan , sementara elemen lainnya menghasilkan biaya. Menurut PSAK No.23 (2007 : 23.2) menyatakan bahwa “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.” Sedangkan harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk suatu produk. Termasuk didalamnya ketentuan harga, potongan harga, dan syarat pembayaran. Selain itu harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran / marketing mix (4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Harga menjadi salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Dalam perekonomian sekarang ini seseorang yang menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain berupa barang atau jasa maka mereka melakukan pertukaran dengan menggunakan uang sebagai gantinya. Dengan begitu mereka juga akan terlepas dari apa yang disebut dengan harga.
4
5
Jumlah atau nilai uang yang dipakai didalam pertukaran tersebut mencerminkan tingkat harga dari barang-barang atau jasa yang diperjualbelikan. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa definisi harga yang dikemukakan para ahli, antara lain Longenecker, G.Justin.Cs , (2001 : 375) menyatakan bahwa : “Harga adalah spesifikasi tentang apa yang diminta oleh seorang penjual dalam pertukaran untuk memindahkan kepemilikan atas kegunaan barang atau jasa.” Menurut Djaslim Saladin (2003:95) mengemukakan bahwa “harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa atau dapat juga dikatakan penentuan nilai suatu produk dibenak konsumen”. Sedangkan menurut Fandi Tjiptono (2005 : 468) mengartikan bahwa ”Harga adalah determinan utama permintaan berdasarkan hukum permintaan (The law of demand) besar kecilnya harga mempengaruhi kualitas produk yang dibeli oleh konsumen”. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan dari pengertian harga yaitu merupakan suatu pengorbanan dalam bentuk uang yang dikeluarkan serta dipergunakan untuk mendapatkan kepuasan dari suatu barang atau jasa yang ditawarkan. Sedangkan Menurut PSAK No.50 (2007 : 50.13) disebutkan bahwa ”risiko harga adalah risiko fluktuasi nilai instrumen keuangan sebagai akibat perubahan harga pasar , terlepas dari apakah perubahan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor spesifik dari instrumen individual atau penerbitnya atau faktorfaktor yang memengaruhi seluruh instrumen yang diperdagangkan di pasar.” Dengan demikian konsumen akan mengambil keputusan untuk membeli barang yang dibutuhkannya dengan harga yang telah ditetapkannya. Sebenarnya
6
faktor harga bukan satu-satunya keputusan konsumen , bisa juga berdasarkan atas kualitas barang atau kepercayaan terhadap merk dan sebagainya. Walaupun harga merupakan elemen yang penting dalam menjalankan kegiatan masih banyak perusahaan yang kurang baik dalam menangani harga sehingga menimbulkan masalah seperti menurut Philip Kotler (2002 : 341) : 1. Harga terlalu berorientasi pada biaya. 2. Harga tidak cukup sering di revisi seiring dengan kapitalis perusahaan besar. 3. Harga ditetapkan, terpisah dari bauran pemasaran yang lain dari pada merupakan suatu elemen intristik dalam strategi penentuan posisi pasar. 4. Harga tidak cukup bervariasi bagi berbagai produk dan segmen pasar yang berbeda. Dengan banyaknya perusahaan yang berdiri maka fungsi penetapan harga juga berbeda-beda dalam penanganannya. Akan tetapi bisa juga sebagai penetapan jumlah
uang
dibebankan
oleh
konsumen.
Banyak
konsumen
yang
mempergunakan harga sebagai indikator tentang mutu suatu barang atau jasa penulis kutip dari salah satu skripsi oleh Wahyu Aji Utomo (2002 : 17). Adapun sifat-sifat harga diantaranya,yaitu: 1. Harga ganjil dan harga genap. Adalah suatu harga yang dibebankan kepada konsumen oleh penjual dimana seolah-olah konsumen membayar lebih rendah dari harga semestinya dari pihak penjual berangggapan bahwa konsumen lebih menyukai harga ganjil dari pada harga genap. 2. Harga promosi. Harga yang secara khusus ditetapkan untuk mempromosikan penjualan keseluruhan jajaran produknya dan bukan bertujuan menghasilkan untuk jenis produk yang bersangkutan, seperti : a. Penetapan harga pemuka
7
Dengan memasang harga untuk produk ternama dengan tujuan menarik sejumlah konsumen agar mereka membeli produk-produk yang lainnya. b. Penetapan harga peristiwa khusus Sehubungan dengan penjualan musiman dan waktu istimewa agar dapat menarik konsumen lebih banyak. c. Potongan psycologis Sebuah teknis penetapan harga promosi, dimana penjual mencantumkan harga pembuatan yang tinggi kemudian produk yang bersangkutan ditawarkan dengan harga yang sesungguhnya. 3. Harga Prestise 1) Adalah penetapan harga yang ditetapkan dengan jalan menambah suatu prosentase tetap diatas biaya produksi suatu produk, strategi harga macam ini adalah yang paling baik digunakan oleh pedagang eceran. Formula : Harga beli + mark up 2) Cost Plus Pricing Yaitu penjual atau produsen menetapkan harga jual untuk satu unit barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya ditambah dengan suatu jumlah yang menutup laba yang dikehendaki. Formulanya : Harga produk = jumlah biaya + margin 3) Target Return Pricing Yaitu suatu metode penataan harga jual yang ditetapkan suatu perusahaan yang berusaha menetapkan suatu harga yang akan dapat menghasilkan taraf pendapatan yang ditargetkan terhadap keseluruhan biaya dengan volumestandar yang sudah diperkirakan, cara penetapan harga ini diharapkan dapat memberikan tingkat laba tertentu yang dianggap wajar. 4) Variable Cost Pricing Yaitu penetapan harga variable berdasarkan suatu ide bahwa biaya total tidak selalu harus ditutup untuk menjalankan kegiatan bisnis yang menguntungkan. 5) Peak Lead Pricing Yaitu penetapan harga apabila jumlah barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan sangat terbatas, dan permintaan konsumen cenderung berubah-ubah dikemudian hari. a. Strategi penetapan harga dengan orientasi pada permintaan konsumen Dalam hal ini biaya satuan ditetapkan sama, namun harga jual ditetapkan tinggi bila permintaan sangat kuat, dan harga jual ditetapkan rendah bila permintaan lemah. b. Penetapan harga jual yang didasarkan atas pesaing
8
Suatu strategi penetapan harga jual, dimana perusahaan menetapkan harga jual yang sedikit lebih tinggi atau rendah dari para saingannya.
B. Tujuan Strategi Penetapan Harga dan Penentuan Harga jual Strategi pemasaran menurut Wahyu Aji Utomo ( 2002 : 19) merupakan pilihan dari berbagai kemungkinan baik buruknya dibidang pemasaran. Setiap perusahaan mempunyai strategi yang berbeda-beda. Penetapan strategi pemasaran ditentukan bersama dengan penyusunan perencanaan dalam perusahaan, tujuan yang akan dicapai perusahaan dalam setiap periode tertentu. Kadangkala strategi yang sudah ditentukan harus dirubah untuk menghadapi para saingan dipasar yang sama dengan jenis produk yang sama pula, akan tetapi perubahan – perubahan tersebut tidak boleh merubah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menetapkan strategi penetapan harga, yang tidak selalu sama. Menurut Philip Kotler ( 2002 : 367 ) tujuan dalam penetapan strategi penetapan harga antara lain sebagai berikut : 1. Memperoleh laba yang maksimum Salah satu tujuan untuk memperoleh hasil laba jangka pendek yang maksimal. Pencapaian tujuan ini dilakukan dengan menentukan tingkat harga yang memperhatikan total hasil penerimaan penjualan. 2. Mendapatkan share pasar tertentu. Sebuah perusahaan dalam menetapkan tingkat harga tertentu guna mendapatkan atau meningkatkan share pasar, meskipun mengurangi tingkat keuntungan pada masa itu. Strategi ini dilakukan perusahaan karena
9
perusahaan percaya bahwa jika share bertambah besar maka tingkat keuntungan akan meningkat pada masa depan. 3. Mencegah atau mengurangi persaingan. Apabila suatu barang ditetapkan harganya sama dengan produk pesaing, maka tindakan ini akan memperkecil timbulnya persaingan penetapan harga. Dengan demikian persaingan harga tidak lagi terjadi, persaingan mungkin akan terjadi pada pelayanan dan kualitas barang tersebut. 4. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan Setiap pengusaha yang menanamkan investasinya dalam suatu perusahaan yang menghasilkan suatu produk akan mendapatkan kembali dana yang diinvestasikannya setelah produk yang dihasilkan dijual kepada konsumen. Tujuan penentuan harga merupakan salah satu unsur penting yang menetukan pangsa pasar dan profitabilitas perusahaan. Semakin jelas tujuan perusahaan untuk menetapkan harga jual merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan majunya perusahaan. Yang dimaksud dengan harga jual menurut Supriyono (2001 : 314) adalah “jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang akan dijual atau diserahkan”. Menurut Bastian Bustami, dalam bukunya “Akuntansi Biaya Melalui Pendekatan Material (2009 : 133), dalam penentuan harga pokok suatu produk dapat digunakan dua metode yaitu ; metode harga pokok penuh yang disebut juga dengan metode serapan (absorption) dan harga pokok variabel yang disebut juga dengan metode langsung atau marjin kontribusi. Metode harga pokok penuh merupakan suatu metode dalam menentukan harga pokok suatu produk dengan
10
memperhitungkan seluruh biaya, baik biaya yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap. Sedangkan Metode harga pokok variabel merupakan suatu metode dalam perhitungan harga pokok dengan tidak memperhitungkan seluruh unsur biaya produksi, tetapi hanya memperhitungkan unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja, sedangkan biaya produksi tetap dianggap sebagai biaya periode. Ada beberapa tujuan dalam penetapan perhitungan harga pokok yang dilakukan oleh manajemen pada suatu perusahaan menurut Supriyono (2001 : 316), yaitu : 1. Sebagai dasar penentuan harga 2. Menetapkan efisiensi atau tidaknya suatu perusahaan 3. Dalam rangka menentukan kebijakan perusahaan 4. Sebagai pedoman dalam menentukan alat-alat perlengkapan baru 5. Sebagai bahan dalam penyusunan neraca
1. Sebagai dasar penentuan harga Harga penjualan akan ditentukan oleh harga pokok produk, diartikan bahwa seorang produsen tidak akan memproduksi sesuatu barang apabila tidak untuk mendapatkan laba dari pekerjaan itu. Seorang produsen baru akan menghasilkan produk suatu barang bila harga penjualan lebih tinggi dari harga produk. Selanjutnya bila harga pokok suatu barang lebih rendah dari harga penjualan yang sedang berjalan, maka harga pokok sama atau lebih tinggi dari penjualan maka barang itu tidak akan diproduksi lagi.
11
2. Menetapkan efisiensi atau tidaknya suatu perusahaan Salah satu penilaian efisiensi tidaknya suatu perusahaan dapat dilakukan dengan melihat perbandingan – perbandingan atau dengan harga standar terhadap harga pokok histories. Apabila harga pokok histories lebih tinggi dari harga pokok standar, maka hal ini berate sama atau lebih rendah dari harga pokok standar, berarti bahwa perusahaan bekerja lebih efisien. 3. Dalam rangka menentukan kebijakan penjualan Keuntungan atau kerugian suatu perusahaan mencerminkan kebijakan dari pimpinan perusahaan. Kebijakan tertentu harus dirubah bila ternyata bahwa dengan pelaksanaan tersebut jauh dari tujuannnya. Akan tetapi tidaklah berarti bahwa dengan adanya keuntungan harus selalu mempertahankan kebijakankebijakan dan metode penjualan barang dirubah atau tidak. Biasanya penjualan akan mencari saluran penjualan tertentu yang memungkinkan harga pokok histories serendah mungkin, agar kebijakan dalam pendistribusian barang dapat diperbaiki jika harga pokok histories terlalu tinggi. 4. Sebagai pedoman dalam pembelian alat-alat perlengkapan baru Penentuan harga pokok dapat pula dipergunakan sebagai petunjuk apakah alat perlengkapan kesehatan diganti atau ditambah dengan mesin baru. Harga pokok suatu produk untuk bagian yang diakibatkan oleh biaya yang dikeluarkan dalam memperbaiki alat-alat perlengkapan kesehatan. Meningkatkan pengeluaran, untuk itu dapat terlihat dalam perhitungan harga pokok histories, yaitu merupakan pertanda bahwa alat-alat kesehatan sudah terlalu tua untuk digunakan dan sudah tidak layak lagi dipakai.
12
5. Sebagai bahan dalam penyusunan neraca Untuk keperluan neraca, perlu diketahui harga pokok barang jadi atau harga pokok yang masih ada dalam gudang. Hal ini dapat ditentukan dengan mengetahui harga pokok barang jadi yang bersangkutan.
C. Penetapan Harga Jual Masalah yang timbul bagi perusahaan ketika baru pertama kali membuka usaha adalah mengenai penetapan harga. Ketika perusahaan mengembangkan atau memperoleh produk baru, memperkenalkan produk lamanya kesaluran distribusi baru juga akan mengalami hal tersebut. Namun demikian penetapan harga produk tidak hanya tergantung permintaan pasar saja, akan tetapi tergantung dari bentukbentuk persaingan yang berlaku dalam masyarakat. C.1 Memilih Metode Penetapan Harga Dengan adanya tiga C_kurva permintaan pelanggan (customer’s demand schedule), fungsi biaya (cost function), dan harga pesaing (competitor’s prices), perusahaan kini siap untuk memilih suatu harga. Harga pesaing dan harga barang pengganti menjadi titik orientasi yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam menetapkan harga. Penilaian pelanggan terhadap keistimewaan produk yang unik atas tawaran perusahaan menjadi batas harga. Perusahaan memilih metode penetapan harga yang menyertakan satu atau lebih dari tiga pertimbangan itu. Kotler mengemukakan enam metode-metode penetapan harga (2002 : 529 - 534), antara lain : 1. Penetapan harga markup (markup pricing); 2. Penetapan harga berdasarkan sasaran pengembalian (target-return pricing);
13
3. Penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan (perceived-value pricing); 4. Penetapan harga nilai (value pricing); 5. Penetapan harga sesuai harga berlaku (going-rate pricing);dan 6. Penetapan harga penawaran tertutup (sealed-bid pricing). Menurut Thomas T.Nagle (2000:9) dalam bukunya “ The Strategy and Tacties of Pricing”, menyatakan bahwa tahapan yang harus dimengerti oleh manajemen dalam merencanakan dan mengembangkan strategi penetapan harga agar tidak menyimpang dari sasaran pemasaran yang ditetapkan oleh perusahaan untuk jangka pendek dan jangjka panjang adalah seperti yang tertera dalam gambar di bawah ini : Gambar 2.1 Tahapan Dalam Merencanakan dan Mengembangkan Strategi Penetapan Harga
COST
CUSTOMER
STRATEGY GOALS Tactics
Price of Price Policy Sumber : Thomas T.Nagle (2000:9)
COMPETITION
14
Maksudnya : Pertama, manajemen harus memahami tentang biaya, konsumen dan persaingan sehingga dapat memahami keadaan lingkungan sebelum ia mengambil keputusan produk. Setelah memahami lingkungannya, lalu manajemen baru siap menetukan strategi yang dimulai dengan menetapkan tujuan. Tujuan strategi adalah aspirasi umum mengenai seluruh kegiatan dalam perusahaan. Kedua ditetapkan sasaran yang merupakan kegiatan yang penting dalam merumuskan strategi, sasaran ini bersifat spesifik dan terarah serta mempunyai batas. Ketiga adalah memilih taktik, yaitu kegiatan spesifik perusahaan yang dilakukan sebagai implementasi dari strategi dengan harapan dapat mencapai sasaran dan tujuan, seperti yang penulis kutip dari teori yang dikemukan oleh Kotler dalam metode penetapan harga (2002 : 529 – 534). Selain itu dalam menetapkan harga jual suatu produk ada berbagai metode yang dapat dipakai oleh manajemen dalam suatu perusahaan. Dalam hal ini Cecep Hidayat mengemukakan bahwa: ada 3 (tiga) Metode dalam penetapan harga jual yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan, yaitu: 1. Cost Oriented Pricing 2. Deman Oriented Pricing 3. Competition Oriented Pricing Adapun uraiannya adalah sebagai berikut: 1. Cost Oriented Pricing.
15
Suatu cara penetapan harga jual yang dinyatakan pada biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang dan menambahkan suatu prosentase tertentu sebagai labanya. Metode ini dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu: a. Metode Penetapan Harga Biaya-Plus(Cost Plus Pricing method) Dengan metode ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutupi laba yang dikehendaki pada unit tersebut (disebut margin) Dengan demikian, harga jual produk dapat dihitung dengan rumus: BIAYA
TOTAL
+
MARGIN
=
HARGA
JUAL
Contoh: Seorang pengusaha kecil untuk memenuhi pelanggannya telah memproduksi sepatu 10 pasang. Biaya yang akan dikeluarkan diperkirakan sebesar Rp 800.000,- Bila perusahaan menginginkan laba 10 % dari biaya total, maka harga jual sepatu itu adalah : Rp 800.000 + 10% (Rp 800.000) = Rp 880.000,-. b. Metode Penetapan Harga Mark-Up Yaitu dagangannya
dimana untuk
para dijual
pedagang kembali
membeli
dan
harga
barang-barang jualnya
dengan
menambahkan mark-up tertentu terhadap harga beli. Rumus yang digunakan adalah : HARGA
BELI
+
MARK-UP
=
HARGA
JUAL
Jadi, mark-up merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Keuntungan diperoleh dari mark-up tersebut.
16
c. Metode Penetapan harga Break–Even Yaitu penetapan harga yang didasarkan pada permintaan pasar dan masih mempertimbangkan biaya. Perusahaan dikatakan break-even apabila penerimaan sama dengan biaya yang dikeluarkannya, dengan anggapan bahwa harga jualnya sudah tertentu. 2. Deman Oriented Pricing Metode ini dilakukan dengan cara menetapkan harga awal harga perdana yang rendah, dengan tujuan agar dapat diterima pasar secara luas. Salah satu tujuan dengan menetapkan metode ini adalah untuk mendapatkan loyalitas pelanggan. Setelah itu harga yang timbul di sesuaikan dengan permintaan pasar. 3. Competition Oriented Pricing Untuk menarik dan meraih para konsumen dan para pelanggan, perusahaan biasanya menggunakan strategi harga. Penerapan strategi harga jual juga bisa digunakan untuk mensiasati para pesaingnya, misalkan dengan cara menetapkan harga di bawah harga pasar dengan maksud untuk meraih pangsa pasar. Sebagai contoh: Produk motor Cina menetapkan harga motor di bawah harga motor buatan Jepang dengan maksud untuk meraih pangsa pasar. Bila pangsa pasar sudah diraihnya dan dikuasainya maka loyalitas konsumen akan beralih ke motor China. Dan ada juga yang menetapkan harga di atas harga pasar yang tinggi. Ini dilakukan bagi produk-produk baru dengan penemuan-penemuan teknik rekayasa baru. Pada mulanya ditetapkan harga yang tinggi kemudiaan bila pasar sudah tergantung pada produk penemuan baru tersebut harga tahap demi
17
tahap dikurangi sesuai dengan masa dari hidup produk. Mungkin saja produkproduk tersebut sudah mulai jenuh di pasar.
D. Metode Pengumpulan Harga Pokok Ada beberapa jenis sistem penentuan biaya produk, yaitu : 1. Metode akumulai biaya-sistem biaya berdasarkan pesanan atau proses. 2. Metode pengukuran biaya-sistem biaya sesungguhnya, normal atau standar. 3. Metode pembebanan biaya overhead-sistem tradisional atau sistem biaya variable (variable costing) atau sistem biaya penuh (absorption costing). Sistem penentuan harga pokok yang harus digunakan oleh suatu perusahaan pengolahan sangat tergantung pada karakteristik kegiatan produksinya dan spesifikasi produk yang dihasilkan. Kegiatan produksi pada sebagian besar perusahaan dapat dibedakan antara proses yang terputus-putus (discrete) dan proses yang terus menerus (continous). Pada proses yang terputus setiap produk yang dihasilkan mempunyai spesifikasi atau karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan permintaan pemesan dengan menggunakan sistem harga pokok pesanan (job order costing system). Jadi secara ekstrim pola pengumpulan harga pokok dapat dikelompokkan menjadi dua metode yaitu metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses. Penerapan metode tersebut pada suatu perusahaan tergantung pada sifat atau karakteristik pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang akan mempengaruhi metode pengumpulan harga pokok yang digunakan. Metode pengumpulan biaya produksi menurut Mardiasmo (2004 : 7) secara garis besar dapat dipisahkan menjadi dua,yaitu :
18
1. Metode harga pokok proses. Metode harga pokok proses adalah mengumpulkan biaya produksi yang diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk secara masa. 2. Metode harga pokok pesanan. Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan biaya produksi yang diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan.
E. Biaya Operasional Yang Mempengaruhi Penetapan Harga Biaya merupakan batas bawah dalam menetapkan harga. Biasanya harga yang ditetapkan dapat menutupi semua biaya produksi, biaya distribusi dan biaya penjualan ditambah dengan imbalan yang sesuai dengan usaha dan resiko yang dihadapi. Biaya merupakan faktor penting dalam menentukan harga minimal yang harus ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Perasahaan ingin menetapkan harga yang dapat menutup biaya produksi, distribusi, dan penjualan produknya, termasuk pengembalian yang memadai atas usaha dan resikonya. Untuk dapat menetapkan harga dengan tepat, manajemen perlu untuk mengetahui bagaimana biaya bervariasi bila level produksinya berubah. Klasifikasi biaya berdasarkan pola perilaku biaya menurut Bastian Bustami (2009 : 7) dapat digolongkan ke dalam : 1. Biaya Variabel ( Variabel Costs ) Biaya Variabel adalah biaya yang secara total berubah sebanding dengan aktivitas atau volume produksi dalam rentang relevan tetapi perunit
19
bersifat tetap. Bahan langsung dan tenaga kerja langsung dapat digolongkan sebagai biaya variabel. Contoh lain dari biaya variabel adalah komisi penjualan, biaya pengiriman barang, bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, jasa umum, dan lain-lain sebagainya. Pada perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, biaya variabel adalah tenaga kerja, bahan yang digunakan untuk melaksanakan jasa dan beberapa bagian biaya overhead. 2. Biaya Tetap ( Fixed Costs ) Biaya Tetap adalah biaya yang secara total tetap dalam rentang relevan (relevant range) tetapi per-unit berubah. Dalam jangka panjang sebenarnya semua biaya bersifat variabel meskipun beberapa jenis biaya tampak sebagai biaya tetap. Jika diharapkan aktivitas meningkat melebihi aktivitas sekarang maka biaya tetap harus dinaikkkan untuk menangani kenaikan volume yang diinginkan. Contoh biaya tetap seperti peralatan, mesin, tenaga kerja tidak langsung, biaya gaji, biaya sewa, pajak bumi dan bangunan, asuransi, dan lain-lain sebagainya. Rentang relevan merupakan tingkat kegiatan di mana biaya tetap tertentu tidak akan diubah meskipun volume berubah. 3. Biaya Campuran ( Mixed Costs ) Biaya Campuran adalah biaya yang mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. Biaya campuran disebut juga dengan Biaya Semi Variabel. Biaya Semi Variabel adalah biaya yang pada aktivitas tertentu memperlihatkan karakteristik biaya tetap maupun biaya variabel. Sebagai contoh dari biaya campuran ini adalah biaya listrik, telpon, air, gas, bensin,
20
perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, biaya pensiun, pajak penghasilan, asuransi jiwa kelompok karyawan, biaya perjalanan dinas, biaya hiburan dan pemeliharaan.
F. Prosedur Penetapan Harga Produk Apabila tujuan penetapan harga telah ditentukan , maka manajemen dapat mengalihkan perhatian pada prosedur penetapan harga barang atau jasa yang ditawarkan. Tidak semua perusahaan menggunakan prosedur yang sama. Metode Penetapan Harga Produk menurut Kotler (2002 : 522) yaitu : 1. Pendekatan Permintaan dan Penawaran (supply demand approach). Dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada ditentukan harga keseimbangan (equilibrium price) dengan cara mencari harga yang mampu dibayar konsumen dan harga yang diterima produsen sehingga terbentuk jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. 2. Pendekatan Biaya (cost oriented approach). Menentukan harga dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan produsen dengan tingkat keuntungan yang diinginkan baik dengan markup pricing dan break even analysis.
Ada
beberapa
biaya
yang diperlukan untuk
menyelesaikan produk sampai produk tersebut siap dijual adalah sebagai berikut : a) Biaya Bahan Baku Langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk.
21
b) Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah tenaga yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. c) Biaya Overhead Pabrik disebut juga overhead manufactur terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Biaya – biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik antara lain : 1. Biaya tenaga kerja tidak langsung seperti upah untuk pengawas, mandor, mekanik, dan sebagainya. 2. Biaya bahan penolong yaitu macam-macam bahan yang dalam proses pengolahan tetapi kualitasnya amat kecil. Misalnya: paku, lem dan dempul pada produksi meja. 3. Biaya penyusutan gedung pabrik dan mesin pabrik. Contoh : Untuk mendapatkan harga jual produksinya pertahun anggaran 2007, PT.X mengumpulkan informasi sebagai berikut : Taksiran biaya produksi untuk kapasitas pertahun 5.000 unit, disajikan dibawah ini. Total aktiva menurut neraca awal tahun anggaran adalah Rp 4.800.000 dan laba yang diharapkan dari investasi dalam aktiva tersebut adalah 25%. Taksiran biaya produksi PT.X Per unit
Total
Biaya Produksi : B.Bahan Bakar
Rp 300
Rp 1.500.000
22
B.Tenaga Kerja langsung
Rp 150
Rp 750.000
B.Overhead Pabrik Variabel
Rp 200
Rp 1.000.000
B.Overhead Pabrik Tetap
Rp 250
Rp 1.250.000
Total Biaya Produksi
Rp 900
Rp 4.500.000
B.Administrasi & Umum variabel
Rp 75
Rp 375.000
B.Pemasaran Variabel
Rp 80
Rp 400.000
B.Administrasi & Umum Tetap
Rp 25
Rp 125.000
B.Pemasaran Tetap
Rp 30
Rp 150.000
Total Biaya Non produksi
Rp 210
Rp 1.050.000
Total Biaya Penuh
Rp 1.110
Rp 5.550.000
Biaya Non Produksi:
Maka harga jual tahun anggaran 2007 dihitung sebagai berikut : Markup = Biaya Produksi + Laba yang Diharapkan Biaya Produksi = Rp 1.050.000 + (25% x Rp 4.800.000) Rp 4.500.000 = Rp 2.250.000 =50% Rp 4.500.000 Harga Jual = Biaya Produksi perunit + Markup = Rp 900 + (50% x Rp 900) = Rp 1.350 perunit.
23
3. Pendekatan Pasar (market approach). Merumuskan harga untuk produk yang dipasarkan dengan cara menghitung variabel-variabel yang mempengaruhi pasar dan harga seperti situasi dan kondisi politik, persaingan, sosial budaya, dan lain-lain. Sebagai contoh: Produk motor Cina menetapkan harga motor di bawah harga motor buatan Jepang dengan maksud untuk meraih pangsa pasar. Bila pangsa pasar sudah diraihnya dan dikuasainya maka loyalitas konsumen akan beralih ke motor China.
G. Kebijakan Dalam Penetapan Harga Dalam menerapkan harga, perusahaan haruslah dapat melihat serta mengetahui beberapa hal antara lain : 1. Pergerakan yang diharapkan dari biaya. 2. Permintaan persaingan pasar. 3. Keinginan yang hendak diraih perusahaan. 4. Perusahaan harus memikirkan bagaimana harga dapat disesuaikan dalam hal tersebut. Kebijakan harga meliputi tugas dalam suatu rentangan harga dan pergerakan harga dalam periode tertentu yang dapat mendukung tujuan penjualan, laba yang diharapkan dan pengaturan posisi suatu produk, dalam pasar sasarannya. Selain itu diperlukan suatu pendekatan dan kondisi-kondisi yang menguntungkan dalam penggunaan teknik penetapan harga.
24
H. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Harga Jual Perusahaan tidak menetapkan harga jual melainkan stuktur penetapan harga yang mencerminkan perbedaan berdasarkan permintaan dan biaya secara geografis, kebutuhan segmen pasar, waktu pembelian, level pemesanan dan factor-faktor lain. Sebagai akibat dari pemberian diskon, potongan dan dukungan promosi, perusahaan jarang mewujudkan laba yang sama dari tiap unit yang dijualnya. Pengambilan keputusan penentuan harga akan sulit apabila hanya ada sedikit atau bahkan sama sekali tidak ada pengalaman di masa lampau dengan jenis produk atau jasa yang terlibat. Dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual maka dapat disimpulkan secara singkat mengenai situasi yang mempengaruhi harga jual. Beberapa faktor yang menentukan penentuan harga menurut Gregorius (2002 : 158), diantaranya : 1.Elastisitas harga dari permintaan pasar perusahaan. 2. Aksi dan reaksi pesaing. 3. Biaya dan konsekuesinya pada profitabilitas. 4. Kebijakan lini produk.
dan
permintaan
Faktor yang mempengaruhi harga jual menurut Kamarudi Ahmad (2005 : 171) adalah sebagai berikut : 1. Laba dan tujuan lain, faktor lain selain pasar dan biaya. 2. Situasi pasar : meliputi konsumen, sifat biaya dan operasi. 3. Biaya produksi dan operasi. Lain halnya yang dikemukakan oleh Hongren (2001:430) terdapat tiga hal yang dapat mempengaruhi penentuan harga jual, yaitu :
25
1. Kostumer. Seorang manajer harus melihat sisi harga jual dari sudut pandang kostumer. Seorang kostumer bias saja menolak produk perusahaan dan beralih pada competitor. Alternatif lain kostumer tersebut memilih produk pengganti yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan. 2. Kompetitor. Reaksi dari pesaing akan mempengaruhi penentuan harga jual. Dalam rangka mengamati reaksi pesaing, analisis atas biaya yang dimiliki kompetitor akan sangat berbahaya. Pengetahuan tentang teknologi yang dimiliki pesaing, kebijakan –kebijakan operasional yang diterapkan dalam membantu estimasi biaya yang dimiliki pesaing. 3. Biaya – biaya. Harga tertinggi dapat dibebankan pada unit produksi yang terjual. Harga yang terendah adalah nol. Biasanya perusahaan memberikan harga yang baik agar dapat menjaga hubungan dengan kostumernya dalam jangka panjang, maka laba jangka pendek akan diperoleh.
I. Akuntansi Pada Organisasi Kesehatan 1. Sistem Akuntansi Dua kekuatan utama yang berkontribusi pada era layanan kesehatan kontemporer yang berkaitan dengan penentuan biaya layanan kesehatan menurut Indra Bastian (2008 : 5) adalah : a) Pengembangan kelompok yang terkait dengan diagnosis (Diagnosis Related Groups/DRG) dan rencana pembayaran kapitasi yang terkait;
26
b) Pembukaan tekanan kompetitif dalam industri telah meningkatkan perubahan struktur utama, menjadi perawatan terkelola. 2. Tujuan Akuntansi Pada Organisasi Kesehatan Seperti halnya akuntansi organisasi publik lainnya, akuntansi kesehatan terkait dengan tiga hal pokok, yakni penyediaan informasi, pengendalian pengelolaan dan akuntabilitas. Tujuan akuntansi dalam organisasi kesehatan menurut Indra Bastian (2008 : 6) adalah : a) Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola organisasi secara tepat, efisien dan ekonomis menyangkut kegiatan dan alokasi sumber daya yang dipercayakan ke organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian pengelolaan. b) Memberikan informasi yang memungkinkan pengelola organisasi untuk melaporkan pelaksanakan tanggung jawab pengnelolaan secara tepat dan efektif beserta penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya, di samping memungkinkan pengelola organisasi umtuk melaporkan ke publik atau lembaga penaung atas hasil operasi organisasi. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas. 3. Sifat dan Karakteristik Rumah Sakit Dari banyak definisi Rumah Sakit, salah satunya adalah definisi menurut WHO yang termuat WHO Technical Report Series No.122/1957 yang berbunyi : ”Rumah Sakit adalah bagian integral dari satu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, kuratif, dan preventif kepada masyarakat, serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah.
27
Rumah Sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat penelitian bio-medik”. Fungsi utama Rumah Sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan maupun bagian mata rantai rujukan pelayanan kesehatan. Rumah Sakit merupakan suatu lembaga yang padat modal, padat karya dan padat ilmu serta teknologi, di mana untuk mencapai efisiensi dan efektifitas yang tinggi, diperlukan profesionalisme yang andal dalam hal pengelolaan lembaga bisnis yang modern. 4. Komponen Laporan Keuangan Kesehatan Pedoman ini dibuat untuk Emiten atau Perusahaan Publik yang aktivitas utamanya adalah industri rumah sakit dengan asumsi tidak mempunyai anak perusahaan yang di konsolidasikan. Komponen Laporan Keuangan Kesehatan menurut Indra Bastian (2008 : 75) sebagai berikut : a) Neraca Komponen utama neraca terdiri dari : (1) Aktiva 1.1 Aktiva Lancar 1.1.1
Kas dan Setara Kas
1.1.2
Investasi Jangka Pendek
1.1.3
Wesel Tagih
1.1.4
Piutang Usaha
1.1.5
Piutang lain-lain
1.1.6
Persediaan
1.1.7
Pajak Dibayar di Muka
28
1.1.8
Biaya Dibayar di Muka
1.1.9
Aktiva Lancar Lainnya
1.2 Aktiva Tidak Lancar 1.2.1
Piutang Hubungan Istimewa
1.2.2
Aktiva Pajak yang Ditangguhkan
1.2.3
Investasi pada Perusahaan Asosiasi
1.2.4
Investasi Jangka Panjang Lainnya
1.2.5
Aktiva Tetap
1.2.6
Aktiva Tidak Berwujud
1.2.7
Aktiva lain-lain
(2) Kewajiban 2.1 Kewajiban Lancar 2.1.1
Pinjaman Jangka Pendek
2.1.2
Wesel bayar
2.1.3
Hutang Usaha
2.1.4
Hutang Pajak
2.1.5
Beban yang Masih Harus Dibayar
2.1.6
Pendapatan Diterima dimuka
2.1.7 Bagian Kewajiban jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Waktu Satu tahun 2.1.8 Kewajiban Lancar Lain-lain 2.2 Kewajiban Tidak lancar 2.2.1
Hutang Hubungan Istimewa
2.2.2
Kewajiban Pajak yang Ditangguhkan
29
2.2.3
Pinjaman Jangka Panjang
2.2.4
Hutang Sewa Guna Usaha Lease
2.2.5
Keuntungan yang Ditangguhkan atas Aktiva yang Dijual dan Disewa Guna Usaha Kembali
2.2.6
Hutang Obligasi
2.2.7
Kewajiban Tidak Lancar Lainnya
2.2.8
Hutang Subordinasi
2.2.9
Obligasi Konversi
(3) Ekuitas 3.1 Modal Saham 3.2 Tambahan Modal Disetor b) Laporan Laba-Rugi Komponen Utama Laporan Laba Rugi terdiri dari : (1) Pendapatan Usaha (2) Beban Departementalisasi (3) Laba (Rugi) Kotor (4) Beban Usaha (5) Laba (Rugi) Usaha (6) Penghasilan (Beban) Lain-lain (7) Bagian Laba (Rugi) Perusahaan Asosiasi (8) Laba (Rugi) Sebelum Pajak Penghasilan (9) Beban (Penghasilan) Pajak (10) Laba (Rugi) dari Aktivitas Normal (11) Pos Luar Biasa
30
(12) Laba (Rugi) Bersih (13) Laba (Rugi) per Saham Dasar (14) Laba (Rugi) Per Saham yang Didilusi c) Laporan Perubahan Ekuitas Laporan ini harus menyajikan: (1) Laba (rugi) bersih periode bersangkutan. (2) Setiap pos yang berdasarkan PSAK terkait diakui secaralangsung dalam ekuitas. (3) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi atas kesalahan mendasar. (4) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik, antara lain berupa penyetoran modal saham dan pembagian deviden. (5) Saldo laba atau rugi pada awal dan akhir periode. (6) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal ditempatkan dan disetor penuh, tambahan modal disetor, dan pospos ekuitas lainnya pada awal serta akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. d) Laporan Arus Kas Komponen Utama Laporan Arus Kas. Laporan Arus Kas harus menyajikan arus kas selama periode tertentu dan mengelompokkannya menurut klasifikasi aktivitas sebagai berikut: (1) Arus Kas dari Aktivitas Operasi (2) Arus Kas dari Aktivitas Investasi
31
(3) Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan e) Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan : (1) Gambaran Umum tentang perusahaan. (2) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan terhadap peristiwa serta transaksi yang penting. (3) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK, tanpa penyajiannnya dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. (4) Informasi lain yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi penyajiannya secara wajar diperlukan. 5. Laporan Keuangan Pada Rumah Sakit Swasta Tujuan laporan keuangan rumah sakit swasta adalah menyediakan informasi
yang
relevan
untuk
memenuhi
kepentingan
para
penyumbang/donatur, anggota organisasi, kreditor, pemerintah (dirjen pajak) dan pihak lain yang menyediakan sumber dana bagi rumah sakit. Laporan keuangan rumah sakit swasta menurut Indra Bastian (2008 : 109) meliputi : A. Laporan Posisi Keuangan pada Akhir Periode Laporan Tujuan laporan posisi keuangan adalah menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih dan hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk menilai :
32
1) Kemampuan
organisasi
untuk
memberikan
jasa
secara
berkelanjutan. 2) Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya dan kebutuhan pendapatan eksternal. B. Laporan Aktivitas Tujuan laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai : 1) Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah serta sifat aktiva bersih. 2) Hubungan antara transaksi dan peristiwa lain. 3) Penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. C. Laporan Arus Kas untuk Suatu Periode Pelaporan Tujuan Laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. D. Laporan Laba (Rugi). E. Catatan atas Laporan Keuangan.