BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Sel Surya (Solar Cell) Sel surya atau biasa disebut solar cell adalah suatu elemen aktif yang terdiri dari bahan semi konduktor positif (type-P) dan negatif (type-N) yang dapat mengubah cahaya matahari menjadi listrik. Apabila suatu cahaya jatuh pada lapisan solar cell yang terdiri dari bahan semikonduktor type P dan type N, maka pada kedua kutubnya timbul perbedaan tegangan arus searah (DC). 2.1.1. Sejarah Solar Cell Prinsip dasar pembuatan solar cell adalah memanfaatkan efek fotovoltaik, yaitu suatu efek yang dapat mengubah langsung cahaya matahari menjadi energi listrik. Prinsip ini pertama kali ditemukan oleh Becquerel, seorang ahli fisika berkebangsaan Perancis tahun 1839 yang saat itu teorinya belum begitu berkembang. Pada tahun-tahun berikutnya beberapa penelitian tentang foto voltaik ini berkembang terus, terutama sejak penemuan transistor pertama tahun 1947 yang mengganggap prinsip pembuatan transistor mirip dengan solar cell. Pada tahun1954, sel surya sudah mencapai efisiensi sampai 8%. Solar cell pertama kali diperuntukkan bagi satelit-satelit ruang angkasa, dengan keuntungan ringan, dapat diandalkan, tahan lama dan energi matahari di angkasa lebih besar dari bumi. 2.1.2. Prinsip Kerja Solar cell Sel surya pada keadaan tanpa penyinaran, mirip seperti permukaan penyearah setengah gelombang dioda. Ketika sel surya mendapat sinar, akan mengalir arus konstan yang arahnya berlawanan dengan arus dioda. Susunan sebuah sel surya, sama dengan sebuah dioda, terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan semikonduktor type P dan lapisan semikonduktor type N. Di dalam silikon type P terbentuk hole (pembawa muatan listrik positif) dalam jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan elektronnya. Oleh karena itu di dalam silikon jenis P hole merupakan pembawa muatan mayoritas, 5
6
sedangkan elektron merupakan pembawa muatan minoritas. Sebaliknya, di dalam silikon jenis N terbentuk elektron dalam jumlah yang sangat besar sehingga disebut pembawa muatan mayoritas, dan hole disebut pembawa muatan minoritas.
Gambar 2.1 Struktur Lapisan Solar Cell Secara Umum
Di dalam batang silikon itu terjadi pertemuan antara bagian P dan bagian N yang dinamakan PN junction. Bila bagian P dihubungkan dengan kutub positif dari sebuah baterai, dan kutub negatifnya dihubungkan dengan bagian N, maka terjadi hubungan yang dinamakan "forward bias". Dalam keadaan forward bias, di dalam rangkaian tersebut timbul arus listrik yang disebabkan oleh kedua macam pembawa muatan. Jadi arus listrik yang mengalir di dalam PN junction disebabkan oleh gerakan hole dan gerakan elektron. Arus listrik itu mengalir searah dengan gerakan hole, tapi berlawanan arah dengan gerakan elektron. Elektron yang bergerak di dalam bahan konduktor dapat menimbulkan energi listrik. Dan energi listrik inilah yang disebut sebagai arus listrik yang mengalir berlawanan arah dengan gerakan elektron. Apabila bagian P dihubungkan dengan kutup negatif dari baterai dan bagian N dihubungkan dengan kutub positifnya, maka terbentuk hubungan yang dinamakan "reverse bias". Dengan keadaan seperti ini, maka hole (pembawa muatan positif) dapat tersambung langsung ke kutub positif, sedangkan elektron juga langsung ke kutub positif. Jadi, di dalam PN junction tidak ada gerakan pembawa muatan mayoritas baik yang hole maupun yang elektron. Sedangkan pembawa muatan minoritas (elektron) di dalam bagian P bergerak berusaha untuk
7
mencapai kutub positif baterai. Demikian pula pembawa muatan minoritas (hole) di dalam bagian N juga bergerak berusaha mencapai kutub negatif. Karena itu, dalam keadaan reverse bias, di dalam PN junction ada juga arus yang timbul meskipun dalam jumlah yang sangat kecil (mikro ampere). Arus ini sering disebut dengan reverse saturation current atau leakage current (arus bocor). Bila lapisan PN junction diberi energi (cahaya), pembawa muatan minoritas di dalam PN junction bertambah banyak. Karena cahaya merupakan salah satu bentuk energi, maka bila ada cahaya yang menimpa suatu PN junction dapat juga menghasilkan energi yang cukup untuk menghasilkan pembawa muatan. Gejala seperti ini dinamakan fotokonduktif. Berdasarkan gejala fotokonduktif maka dibuat komponen elektronik fotodioda dari PN junction. Dalam keadaan reverse bias, dengan memperbesar intensitas cahaya yang menimpa fotodioda dapat meningkatkan aras arus bocornya. Arus bocor dapat juga diperbesar dengan memperbesar tegangan baterai (tegangan reverse), tapi penambahan arus bocornya tidak signifikan. Bila baterai dalam rangkaian reverse bias dilepas dan diganti dengan beban tahanan, maka pemberian cahaya dapat menimbulkan pembawa muatan baik hole maupun elektron. Jika iluminasi cahaya ditingkatkan, ternyata arus yang timbul semakin besar. Gejala seperti ini dinamakan photovoltaic. Cahaya dapat memberikan energi yang cukup besar untuk memperbesar jumlah hole pada bagian P dan jumlah elektron pada bagian N. Berdasarkan gejala photovoltaic ini maka dapat diciptakan komponen elektronik photovoltaic cell. Karena biasanya matahari sebagai sumber cahaya, maka photovoltaic cell sering juga disebut sel surya atau solar energy converter.
Gambar 2.2 Spektrum Radiasi Sinar Matahari
8
2.1.3. Jenis Solar cell Ada beberapa jenis panel surya yang dijual dipasaran di Indonesia yaitu : 1. Monokristal (Mono-crystalline) Merupakan panel yang paling efisien yang dihasilkan dengan teknologi terkini & menghasilkan daya listrik persatuan luas yang paling tinggi. Monokristal dirancang untuk penggunaan yang memerlukan konsumsi listrik besar pada tempat-tempat yang beriklim ekstrim dan dengan kondisi alam yang sangat ganas. Panel ini memiliki efisiensi 12-14%.Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan.
Gambar 2.3 Mono-crystalline Solar Cell Panel
2. Polikristal (Poly-crystalline) Merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak karena dipabrikasi dengan proses pengecoran. Type ini memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang sama. Panel suraya jenis ini memiliki efisiensi lebih rendah dibandingkan type monokristal, berkisar 10-12%, sehingga memiliki harga yang cenderung lebih rendah.
9
Gambar 2.4 Poly-crystalline Solar Cell Panel
3. Thin Film Photovoltaic Merupakan panel surya (dua lapisan) dengan struktur lapisan tipis mikrokristal-silicon dan amorphous dengan efisiensi sekitar 4-6%. sehingga untuk luas permukaan yang diperlukan per watt daya yang dihasilkan lebih besar daripada monokristal & polykristal. Inovasi terbaru adalah Thin Film Triple Junction PV (dengan tiga lapisan) dapat berfungsi sangat efisien dalam udara yang sangat berawan dan dapat menghasilkan daya listrik sampai 45% lebih tinggi dari panel jenis lain dengan daya yang ditera setara.
Gambar 2.5 Thin Film Photovoltaic
2.2. MIKROKONTROLER ATmega 8535 AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) merupakan seri mikrokontroler CMOS 8-bit buatan Atmel yang diproduksi di Amerika Serikat, AVR merupakan mikrokontroler yang berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer) dan Hampir semua instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock. AVR mempunyai 32 Register General-Purpose, timer/counter fleksibel dengan mode compare, interrupt internal dan eksternal, serial UART, programmable Watchdog Timer,
10
dan mode power saving, dan beberapa diantaranya mempunyai ADC dan PWM internal. AVR juga mempunyai In-System Programmable Flash on-chip yang mengijinkan memori program untuk diprogram ulang dalam sistem menggunakan hubungan serial ISP. ATmega8535 adalah mikrokontroler CMOS 8-bit yang mempunyai dayarendah berbasis arsitektur RISC yang ditingkatkan. Selain itu, ebanyakan instruksi dikerjakan pada satu siklus clock. Beberapa kelebihan yang dimiliki AVR ATmega8535 antara lain: 1.
Memiliki 130 macam intruksi
2.
Memiliki 32 x 8 bit GPR (General PurposeRegisters)
3.
Tedapat memori falsh yang terintegrasi dalam sistem, dapat diulang hingga 10000 kali
4.
Memori sistem terprogram (ISP) 8Kbyte berjenis flash
5.
Memiliki EEPROM 512 bit, penulisan dapat diulang hingga 100000 kali
6.
Memiliki SRAM internal 512 bit
7.
Memiliki kunci memori program untuk melindungi program
8.
Terdapat dua buah pewaktu 8 bit timer/counter
9.
Terdapat satu buah pewaktu 16 bit timer/counter
10.
Memiliki RTC (real timer counter)
11.
Terdapat empat channel PWM (Pulse Width Modulator)
12.
Memiliki 10 bit ADC (Analog digitl converter)
13.
Terdapat kanal UART (Universal Asynchronous Receiver/Transmitter) komunikasi serial
14.
Memiliki pewaktu Watchdog
15.
Terdapat master/slave SPI (Serial Peripheral Interface)
16.
Memiliki komparator analog
17.
Terdapat sumber penyela (interupsi) eksternal dan internal
18.
Terdapat 32 jalur masukan dan keluaran (I/O) yang dapat diprogram
19.
Jangkauan operasi tegangan antara 2,7 volt sampai dengan 5,5 volt
20.
Beroperasi statis penuh pada frekuensi 0 MHz sampai dengan 8 MHz
11
2.2.1. Konfigurasi Port Mikrokontroler ATmega8535 Konfigurasi dari ATmega8535 dapat dilihat pada gambar 2.3
Gambar 2.6 Kofigurasi Penyemat ATmega8535
Fungsi masing-masing penyemat adalah sebagai berikut 1.
Penyemat 1-8 (PB0..PB7), merupakan port I/O 8-bit bi-directional yang masing-masing pinnya dapat dikonfigursi secara individu. Masing-masing pin dalam port ini juga memiliki fasilitas berupa resistor pull-up internal yang berfungsi untuk memberikan kondisi tertentu (tidak mengambang) pada saat dikonfigurasi sebagai input, tanpa harus memberikan pull-up eksternal. Apabila port B sebagai keluaran, maka port B memiliki karakteristik drive simetrikal dengan both high sink dan kemampuan sumber. Dan ketika port B digunakan sebagai input dan pull eksternal rendah, port B sebagai arus sumber jika pull-up resistor diaktifkan. Pada pin Port B memiliki fungsi alternatif yang tunjukan pada tabel dibawah ini.
12
Tabel 2.1 Fungsi Alternatif Port B
Pin Port D PB7 PB6 PB5 PB4 PB3 PB2 PB1 PB0
2.
Fungsi Alternatif SCK (SPI Bus Serial Clock) MISO (SPI Bus Master Input/Slave Output) MOSI (SPI Bus Master Output/Slave Input) SS (SPI Slave Select Input) AIN1 (Analog Comparator Negative Input) OC0 (Timer/Counter0 Output Compare Match Output) AIN0 (Analog Comparator Positive Input) INT2 (External Interrupt 2 Input) T1 (Timer/Counter1 External Counter Input) T0 (Timer/Counter0 External Counter Input) XCK (USART External Clock Input/Output)
Penyemat 9 (Reset) merupakan masukan reset aktif tinggi. Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan mereset mikrokontroler.
3.
Penyemat 10 (VCC) merupakan catu daya untuk mikrokontroler sebesar 5 volt.
4.
Penyemat 11 (Ground) merupakan hubungan untuk pentanahan.
5.
Penyemat 12 (XTAL2) merupakan penyemat keluaran dari penguat osilator pembalik.
6.
Penyemat 13 (XTAL1) merupakan penyemat masukan ke penguat osilator pembalik dan masukan ke internal clock.
7.
Penyemat 14-21 (PD0..PD7), merupakan port I/O 8-bit bi-directional yang masing-masing pinnya dapat dikonfigursi secara individu. Masing-masing pin dalam port ini juga memiliki fasilitas berupa resistor pull-up internal yang berfungsi untuk memberikan kondisi tertentu (tidak mengambang) pada saat dikonfigurasi sebagai input, tanpa harus memberikan pull-up eksternal. Apabila port D sebagai keluaran, maka port D memiliki karaktirstik drive simetrikal dengan both high sink dan kemampuan sumber. Dan ketika port D digunakan sebagai input dan pull eksternal rendah, port D sebagai arus sumber jika pull-up resistor diaktifkan.
13
Pada pin Port D memiliki fungsi alternatif yang ditunjukan pada tabel dibawah ini. Tabel 2.5 Fungsi Alternatif Port D
Pin Port D PD7 PD6 PD5 PD4 PD3 PD2 PD1 PD0 8.
Fungsi Alternatif OC2 (Timer/Counter2 Output Compare Match Output) ICP1 (Timer/Counter1 Input Capture Pin) OC1A (Timer/Counter1 Output Compare A Match) OC1B (Timer/Counter1 Output Compare B Match Output) INT1 (External Interrupt 1 Input) INT0 (External Interrupt 0 Input) TXD (USART Output Pin) RXD (USART Input Pin)
Penyemat 22-29 (PC0..PC7), merupakan port I/O 8-bit bi-directional yang masing-masing pinnya dapat dikonfigursi secara individu. Masing-masing pin dalam port ini juga memiliki fasilitas berupa resistor pull-up internal yang berfungsi untuk memberikan kondisi tertentu (tidak ngambang) pada saat dikonfigurasi sebagai input, tanpa harus memberikan pull-up eksternal. Apabila port C sebagai keluaran, maka port C memiliki karaktirstik drive simetrikal dengan both high sink dan kemampuan sumber. Dan ketika port C digunakan sebagai input dan pull eksternal rendah, port C sebagai arus sumber jika pullup resistor diaktifkan. Pada pin Port C memiliki fungsi alternatif yang ditunjukan pada tabel dibawah ini Tabel 2.6 Fungsi Alternatif Port C
Pin Port C PC7 PC6 PC1 PC0
Fungsi Alternatif TOSC2 (Timer Oscillator Pin 2) TOSC1 (Timer Oscillator Pin 1) SDA (Two-wire Serial Bus Data Input/Output Line) SCL (Two-wire Serial Bus Clock Line)
14
9.
Penyemat 30 (AVCC) merupakan catu daya untuk Port A dan ADC. Apabila menggunakan ADC maka AVCC harus dihubungkan, tapi jika tidak menggunakan ADC maka AVCC tidak dihubngkan.
10. Penyemat 31 (Ground) merupakan hubungan untuk pentanahan. 11. Penyemat 32 (AREF) merupakan penyemat referensi analog untuk ADC. 12. Penyemat 33-40 (PA7..PA0), merupakan port I/O 8-bit bi-directional yang masing-masing pinnya dapat dikonfigursi secara individu, apabila A/D Converter tidak digunakan. Masing-masing pin dalam port ini juga memiliki fasilitas berupa resistor pull-up internal yang berfungsi untuk memberikan kondisi tertentu (tidak mengambang) pada saat dikonfigurasi sebagai input, tanpa harus memberikan pull-up eksternal. Apabila port A sebagai keluaran, maka port A memiliki karaktirstik drive simetrikal dengan both high sink dan kemampuan sumber. Dan ketika port A digunakan sebagai input dan pull eksternal rendah, port A sebagai arus sumber jika pull-up resistor diaktifkan. Port A memiliki fungsi alternatif yaitu memiliki inputan analog untuk A/D Converter. Tabel 2.7 Fungsi Alternatif Port A
Port A PA7 PA6 PA5 PA4 PA3 PA2 PA1 PA0
Fungsi Alternatif ADC7 (ADC channel masukan 7) ADC6 (ADC channel masukan 6) ADC5 (ADC channel masukan 5) ADC4 (ADC channel masukan 4) ADC3 (ADC channel masukan 3) ADC2 (ADC channel masukan 2) ADC1 (ADC channel masukan 1) ADC0 (ADC channel masukan 0)
2.2.2. Memori ATMega 8535 Asitektur ATMega 8535 memiliki dua ruang memori yaitu ruang data memori dan ruang program memori. Dan ditambah lagi yaitu memori EEPROM untuk menyimpan data.
15
Ketiga memori ini linier dan reguler. 1.
Memori Program ATmega8535 memliki kapasitas 8K byte On chip In system programable flash memori untuk menyimpan program. Seperti semua instruktur AVR yaitu 16 atau 32 bits wide. Flash dikelompokan menjadi 4K x 16. untuk keamanan software, memori program flash dibagi menjadi dua bagian yaitu boot program dan applikasi program.
Gambar 2.7 Peta Memori ATmega8535
2.
Memori Data SRAM Pada ATmega8535 memiliki 608 alamat lokasi data memori yang digunakan untuk register file, memori I/O dan data internal SRAM. Dari 608 alamat lokasi, dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu 96 lokasi alamat register file dan memori I/O dan selebihnya yaitu 512 lokasi alamat data internal SRAM.
16
Gambar 2.8 SRAM dalam organisasi memori ATmega8535
Pengalamatan memori data mencakup lima mode pengalamatan, yaitu mode langsung, mode tidak langsung, mode tidak langsung dengan penggeseran, mode tidak langsung dengan pre-decrement, dan mode tidak langsung dengan post-increment. Seluruh register GPR (General Purpose
Register)
dapat
diakses
menggunakan
mode-mode
pengalamatan tersebut. 3.
EEPROM ATmega8535 memiliki kapasitas EEPROM 512 byte. Untuk melakukan akses antara PC dengan EEPROM , terdapat tiga register penting yang berhubungan dengan EEPROM. Register tersebut adalah EEARH dan EEARL (EEPROM address register), EEDR (EEPROM Data Register), dan EECR (EEPROM Control Register).
2.3. LDR (Light Dependent Resistor) LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis resistor yang memiliki nilai resistansi yang tidak tetap, berubah-ubah tergantung dari kuat lemahnya cahaya yang dia terima. Simbol LDR adalah seperti di bawah ini.
17
Gambar 2.9 Simbol LDR
LDR terbuat dari bahan semikonduktor seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan. Pada keadaan gelap tanpa cahaya sama sekali, LDR memiliki nilai resistansi yang besar. Nilai resistansinya ini akan semakin kecil jika cahaya yang jatuh ke permukaannya semakin terang. Pada keadaan terang, nilai resistansinya dapat mengecil hingga beberapa ohm saja (hampir seperti konduktor). Dengan sifat LDR yang demikian maka LDR biasa digunakan sebagai sensor cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu: 1. Laju Recovery 2. Respon Spektral
2.3.1. Laju Recovery Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu kedalam suatu ruangan yang gelap sekali, maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga dikegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan suatu ukuaran praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam K Ω /detik. untuk LDR type arus harganya lebih besar dari 200 K Ω /detik (selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai dengan level cahaya 400 lux.
18
2.3.2. Respon Spektral LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya (warna) dan iluminasi (keterangan) yang jatuh padanya.
Resistansi
Dibawah ini merupakan karakteristik dari sensor LDR.
100 K 10 K 1K 0,1 K 10 L
100 L
LUX 1000 L
Illuminasi
Gambar 2.10 Karakteristik sensor LDR
Pada karakteristik diatas dapat dilihat respon spektral perubahan cahaya yang diterima oleh LDR. Apabila cahaya mengenai sensor itu maka harga tahanan akan berkurang. Perubahan yang dihasilkan ini tergantung dari bahan yang digunakan serta kekuatan cahaya yang mengenainya. 2.4. Motor DC Motor merupakan perangkat elektromagnetik yang berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Prinsip kerja motor didasarkan pada induksi elektromagnetik. Teori dasar dari motor arus searah adalah apabila sebuah kawat berarus diletakkan antara kutub magnet (U-S), maka pada kawat itu akan bekerja suatu gaya elektromagnetik yang akan menggerakkan kawat itu. Arah gerak kawat itu dapat ditentukan dengan “kaidah tangan kiri” yang berbunyi sebagai berikut: Apabila tangan kiri terbuka diletakkan diantara kutub U dan S, sehingga garis-garis gaya yang keluar dari kutub Utara menembus telapak tangan kiri dan arus di dalam kawat mengalir searah dengan arah keempat jari, maka kawat itu akan mendapat gaya yang arahnya sesuai dengan arah ibu jari.
19
Gambar 2.11 Kaidah tangan kiri
Bila hal diatas dijabarkan dalam rumus : F = B.I.L ………………………………….(2.1) Dengan :
F
= Gaya Lorentz (Newton)
B
= Kerapatan flux magnet (Weber/m2)
I
= Arus listrik (Ampere)
L
= Panjang sisi kumparan rotor (m)
Motor DC bekerja apabila diberi arus searah pada terminal masukannya. Arus ini akan menimbulkan induksi elektromagnetik yang menyebabkan poros motor berputar. Motor listrik terdiri dari : 1.
Bagian yang tetap atau stasioner disebut stator. Stator ini menghasilkan medan magnet yang dihasilkan dari kutub-kutub magnet. Kutub-kutub magnet ada yang berasal dari magnet permanen, akan tetapi kenyataannya, kutub magnet yang digunakan biasanya merupakan magnet buatan yang dibuat dengan prinsip elektromagnetisme.
2.
Bagian yang berputar disebut rotor. Bagian ini berupa jangkar beserta lilitannya sebagai tempat terbentuknya GGL induksi. Dalam perputaran mesin DC tersebut terjadi Gaya Gerak Listrik (GGL).
Proses terjadi GGL-nya adalah sebagai berikut: 1.
Kumparan jangkar (terletak diantara kutub-kutub magnet) diberi sumber arus searah.
2.
Pada kumparan-kumparan jangkar timbul torsi, sehingga jangkar berputar (arahnya sesuai dengan hukum tangan kiri).
20
3.
Dalam hal ini jangkar berputar dalam medan magnet sehingga timbul GGL (arah GGL induksi tersebut sesuai dengan hukum tangan kanan).
4.
Arah GGL induksi tersebut berlawanan dengan arah GGL sumber sehingga kita sebut GGL lawan. Jadi GGL lawan pada motor arus searah adalah GGL yang terjadi pada
jangkar motor arus searah (pada waktu motor dioperasikan atau berputar, yang disebabkan karena jangkar-jangkar tersebut berputar dalam medan magnet. 2.5. Inverter Inverter adalah sebuah rangkaian elektronika yang digunakan untuk mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC. Prinsip kerja dari sebuah inverter adalah dengan menggabungkan sebuah rangkaian multivibrator yang dihubungkan dengan sebuah transformator penaik tegangan (Step Up). Inverter dapat digunakan untuk mensuplai beban dengan tegangan AC dengan daya yang disesuaikan dengan daya tegangan DC yang tersedia. Prinsip kerja inverter dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 sakelar seperti ditunjukkan pada Gambar 2.12 . Bila sakelar S1 dan S2 dalam kondisi on maka akan mengalir aliran arus DC ke beban R dari arah kiri ke kanan, jika yang hidup adalah sakelar S3 dan S4 maka akan mengalir aliran arus DC ke beban R dari arah kanan ke kiri.
Gambar 2.12 Prinsip Kerja Inverter
21
Inverter yang digunakan pada tugas akhir ini adalah inverter yang dapat mengubah tegangan 12 VDC menjadi tegangan 220 VAC.
Gambar 2.13 Car Inverter 150W