BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Motor Bensin Empat Langkah 1. Pengertian Menurut Drs. Daryanto (2003:6) motor bahan bakar adalah salah satu jenis motor bahan bakar menggunakan cara pembakaran dalam (internal combustion engine) yang banyak digunakan sebagai penggerak atau sumber tenaga kendaraan. Tenaga motor bensin dihasilkan dari pembakaran campuran bensin dan udara di dalam ruang bakar, campuran bahan bakar bensin dan udara yang masuk dalam silinder dimampatkan oleh torak dan dibakar oleh nyala api busi sesuai dengan namanya, yang dimaksud motor bensin empat langkah adalah motor yang dalam proses kerjanya menggunakan bahan bakar mesin, dimana untuk menghasilkan satu kali tenaga membutuhkan empat langkah gerakan torak, dua kali putaran poros engkol serta satu kali pembakaran.
2. Cara kerja motor bensin empat langkah dapat dilihat pada gambar (1a, b, c, dan d) a.
Langkah Hisap (Gambar a) Pada langkah ini, torak bergerak dari posisi Titik Mati Atas (TMA) ke Titik
Mati Bawah (TMB). Akibat dari gerakan ini maka terjadi penurunan tekanan di dalam silinder, karena ruang di atas torak menjadi lebih luas, sehingga terjadi perbedaan tekanan udara bagian luar silinder dan dalam silinder. Pada saat langkah
isap, katub masuk dalam keadaan terbuka dan katub buang dalam keadaan tertutup. Kondisi ini memungkinkan campuran bahan bakar dan udara dari karburator masuk dalam silinder melalui saluran (intake manifold).
b. Langkah Kompresi (Gambar b) Pada langkah ini, katub masuk dan buang dalam keadaan tertutup. Torak bergerak dari TMB ke TMA sehingga terjadi penyempitan ruangan di atas torak. Campuran bahan bakar dan udara dimampatkan oleh torak sehingga tekanan dan suhu naik. Menurut Daryanto (2000:1) kenaikan tekanan mencapai 700 – 9000C. Tekanan dan suhu ini menuntut kerapatan pada kompresi mesin, antara lain katub, gashet silinder dan ring torak. Bila tekanan dan suhu campuran udara bahan bakar ini ditambah maka akan terjadi letupan dan tekanan yang besar sehingga torak akan terdorong ke bawah.
c. Langkah Usaha (Gambar c) Pada langkah ini, keadaan katub masuk dan katub keluar masih tertutup. Pada akhir langkah kompresi (torak belum mencapai TMA) beberapa derajat sebelum TMA busi memercikkan bunga api untuk membakar campuran bahan bakar dan udara yang telah dikompresikan. Penyalaan busi beberapa derajat sebelum TMA ini bertujuan untuk mendapatkan tekanan tertinggi akibat pembakaran. Campuran bahan bakar dan udara yang terbakar mengakibatkan suhu di dalam silinder naik, sehingga tekanannya naik. Tekanan yang dihasilkan akan mendorong torak dari TMA ke TMB sehingga terjadi langkah usaha (ekspansi),
berarti motor mengeluarkan tenaga. Tenaga inilah yang kemudian dipakai untuk menggerakkan kendaraan.
d. Langkah Buang (Gambar d) Pada langkah ini, katub hisap masih tertutup, sedang katub buang terbuka. Pada saat langkah usaha, torak bergerak dari TMA ke TMB, sehingga ruangan di atas torak semakin sempit. Ruangan diatas torak yang semakin sempit ini, tidak akan mempertinggi tekanan, karena katub buang telah terbuka. Gerakan dari TMB ke TMA mendorong sisa hasil pembakaran bahan bakar dan udara yang ada di dalam silinder. Dengan berakhirnya langkah buang, yaitu pada saat torak mencapai TMA berarti torak telah bergerak empat langkah dan poros engkol berputar sebesar 7200 (dua putaran).
Gambar 4. Cara kerja motor bensin empat langkah
3. Bahan Bakar Bahan bakar bensin adalah zat cair yang pada umumnya diperoleh dari hasil pemurnian minyak bumi, yang didalamnya terkandung unsur Karbon dan Hidrogen. Pada suhu biasa bensin akan mudah menguap dan terbakar. a. Sifat – sifat bensin Menurut Daryanto (2000:53), sifat bensin adalah mudah menguap, mudah melarutkan karet dan lemak, mudah terbakar, warnanya jernih, berbau merangsang dan mempunyai berat jenis 0,6 – 0,78 juga mampu menghasilkan panas yang besar (9500 – 10500 kkal/kg) serta anti knock yang tinggi.
b. Angka Oktan Suatu bilangan yang menunjukkan kemampuan terhadap knocking, besarnya angka oktan bahan bakar biasanya tergantung pada persentase iso oktan dan normal heptan yang terkandung dalam bahan bakar tersebut. Misalnya dalam suatu bahan bakar terkandung 80% iso oktan dan 20% normal heptan, maka dikatakan bahwa angka oktan bahan bakar tersebut adalah 80. Iso oktan
mempunyai sifat tahan terhadap knocking dan nilai oktannya adalah 100. Normal heptan cenderung terhadap terjadinya detonasi dan nilai oktannya adalah nol (0).
c. Komposisi Bahan Bakar Bensin Komposisi bahan bakar bensin meliputi Karbon (C). Hidrogen (H), Nitrogen (N), Sulfur (S), Oksigen (O), dan elemen lain seperti abu dan air. Dan susunan utama bahan bensin terdiri dari 84 – 86% carbon 5-10% Hidrogen, 2% Belerang, 0,05% kadar abu dan kandungan air tidak lebih dari 0,5% (Daryanto, 2000:35).
d. Bahan Tambah Bensin Untuk memperoleh kemampuan bahan bakar yang baik, maka bahan bakar perlu ditambah dengan zat – zat tertentu. Menurut Djaenudin (1988:36-46) bahan bakar yang ada pada bensin antara lain adalah sebagai berikut :
1) Aditif Anti Ketuk Bahan tambah yang digunakan untuk mempertinggi ketahanan bahan bakar terhadap detonasi, bahan ini antara lain Tetra Ethly Lead (TEL), Tetra Methyl Lead (TML) dan Methylclopen ladenyl Manganese Tricarbonyl (TMM), TML dan TEL merupakan campuran bahan kimia seperti anti oksidan, zat pewarna, etilena bromida dan bau, yang mempunyai kegunaan : untuk pengentalan, karena warna dan bau TEL dan TML baik dalam fase gas maupun dalam fase cair sangat beracun. Mencegah pengendapan Pb (timbal) dengan
mengubahnya menjadi timbal bromida (Pb Br2) mencegah penguraian TEL dan TML selama penyimpanan dan di dalam gasoline (fungsi anti oksidan).
2) Aditif Anti Oksidan Anti oksidan yaitu untuk mengatasi kerusakan bensin akibat oksidan olefin, yang diperkenalkan tahun 1930. Anti oksidan ini adalah fenilena diamin dan hindered fenol, yang mempunyai efek terhadap bensin mampu memperpanjang periode induksi, dimana periode induksi bahan bakar adalah waktu yang dengan penaruh temperatur dan tekan tertentu dari oksigen, bahan bakar masih stabil. Anti oksidan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi. Bahan bakar yang ditambah dengan aditif anti oksidan tidak mudah terbentuk endapan walau disimpan agak lama.
3) Metal Deactivator Bahan tambahan ini dapat membantu mencegah terjadinya substansi – substansi terbentuk karena bahan tambah dapat bereaksi dengan metal. Efek dari terbentuknya substansi ini adalah merusak komponen mesin seperti mempercepat keausan dinding silinder dan menyumbat saluran bahan bakar Aditif Metal Deactivator yang banyak dipakai adalah garam kompleks dari senyawa amina. Aditif garam kompleks amina yang ditambahkan ke dalam bensin dengan kadar 2 – 10 ppm.
4) Aditif Pelindung Korosi
Aditif ini merupakan bahan tambahan yang berfungsi untuk melindungi sistem bahan bakar dari korosi. Aditif pelindung korosi yang ditambahkan ke dalam bensin mempunyai sifat untuk membentuk lapisan tipis yang secara fisik diabsorb oleh permukaan logam. Hidroponic film yang tipis ini menghindari bersentuhnya air dengan permukaan logam sehingga proses terjadinya karat dapat dihindari. Aditif yang dipakai adalah persenyawaan anima phosphate, alkohol dan asam lemak.
5) Aditif Anti Icers Aditif jenis ini mempunyaid dua tipe yang sering digunakan, yaitu: a) Freezing point depresent, yaitu aditif yang berfungsi untuk menekan titik beku menghalangi terbentuknya kristal es pada sistem karburator. b) Surface active anti acers yaitu berfungsi untuk membentuk lapisan tipis (film) pada permukaan logam. Bila terbentuk kristal es maka es tersebut dihalangi untuk tidak menempel pada dinding karburator. Dengan demikian aditif ini berfungsi sebagai aditif deterjen.
6) Aditif Deterjen Aditif ini mempunyai peranan untuk mencegah terbentuknya endapan – endapan pada bagian sistem inlet bahan bakar. Mekanisme pengaruh aditif
deterjen di dalam bahan bakar bensin mempunyai dua fungsi, yaitu : sebagai pelindung, sifat polar dari molekul – molekul aditif deterjen ini akan menyebabkan terbentuknya lapisan tipis di permukaan logam sehingga merupakan lapisan pelindung di bagian tersebut dari endapan – endapan kontaminan – kontaminan. Sebagai pelarut, kemampuan daya pelarut dari aditif tergantung dari jenis hidrokarbon dan komponen nonpolar dari aditif deterjen. Aditif deterjen yang banyak dipakai untuk bensin adalah senyawa dari amina fosfat, imidazoline, siccimid dan amida.
7) Aditif Zat Warna Aditif ini merupakan tipe aditif yang ditambahkan ke bensin. Zat warna tidak mempengaruhi kualitas bensin tetapi sebagai identitas dari bahan kimia (TEL) bensin. Aditif zat warna ditambahkan dalam bensin dengan kadar 0,20 – 0,80 gr/100 gallon bensin.
8) Aditif Pembantu Penguapan Bahan aditif ini berfungsi untuk mengubah endapan Pb menjadi senyawa yang mudah menguap. Aditif pembantu penguapan ini antara lain triereasyl phospate, tripropil fosfat dan trikloro propolio phospate.
4. Bahan Bakar Premium Premium merupakan bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih, warna kuning ini disebabkan oleh zat pewarna tambahan. Adapun spesifikasi dari bahan bakar premium dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 1. Spesifikasi Bahan Bakar Premium No
SIFAT
1 2 3
Angka Oktan Riset Kandungan Timbal DISTILASI 10% vol. Penguapan 50% vol. Penguapan 90% vol. Penguapan Titik didih akhir Residu Tekanan Uap Reid pada 37,8ºC Getah purwa Periode induksi Kandungan Belerang Korosi bilah tembaga 3 jam / 122ºF Uji Doctor Belerang Merccaptan
ºC ºC ºC ºC %vol
BATASAN MIN MAKS 88 0,3 74 125 88 180 205 2,0 9,0
Kpa Mg / 100ml Menit %massa
240
%massa
-
SATUAN RON Gr/lt
METODE TEST ASTM LAIN D-2699 D-3341
4 0,20 No. 1
0,0020
(Pertamina : 1988:28) Keterangan Tabel a) ASTM (American Society for Testing and Materials) : Suatu asosiasi gabungan di Amerika Serikat untuk mempromosikan pengetahuan tentang properti – properti material – material teknik dan untuk menstandarkan rincian – rincian dan metode pengujian. b) Distilasi : Proses pemecahan berdasarkan titik didih berbagai unsur pokok campuran yang dipecahkan. Ini dilaksanakan melalui penguapan dan kondensasi. c) RON (Research Oktane Number ) : Jumlah Oktane gasoline motor yang ditentukan dengan engine tes laboratorium tertentu dengan syarat – syarat “kekuatan engine” ringan yang memberikan ukuran kasar property gasoline knock kecepatan rendah.
d) D adalah jenis / metode pengujian yang digunakan
sesuai ASTM angka di
belakang menunjukkan lembar spesifikasi tabel ASTM.
5. Pembakaran Bahan Bakar Secara umum pembakaran didefinisikan sebagai reaksi kimia atau reaksi persenyawaan bahan bakar dan oksigen dengan diikuti oleh sinar dan panas (Toyota 1988:2-2). Menurut Daryanto (2003:25), pembakaran merupakan proses fisik yang terjadi di dalam silinder selama pembakaran berlangsung. Pembakaran diawali dengan loncatan bunga api busi pada akhir langkah pemampatan, pada tahapan biasa kita mendapatkan pembakaran teratur dimana selalu terdapat dua tahapan yaitu bagian yang terbakar dan bagian yang tidak terbakar, keduanya dibatasi oleh api pembakaran, suhu pembakarannya berkisar antara 2100 K sampai 2500 K.
Tabel 2 Komposisi udara dalam atmosfer Constituents
Symbol
Oxigen Nigrogen Argon Carbon dioxide Other gases Total air
O2 N2 A2 CO2 -
Mol Wt M Relatie to O2 Analysis Percent By vol By wt Vol Wt 32,0 23,2 1 1 28,02 76,8 40,0 44,0 3,76 3,31 28,95 100,0 4,71 4,31
Mol Wt Per Mol air 6,717 21,848 0,376 0,013 28,95
Sumber : (Male eve, 1999:69) Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa pada setiap 100% By vol udara terdapat 20,99% O2, 0,98% gas lain. Pada 100% Wt udara terdapat 23,3% Wt O2, 76% N2 + gas lain. Apabila jumlahnya dihitung terdapat O2, maka pada 4,31 Wt udara terdapat 1 Wt O2 dan 3,31 N2 + gas lain. Pada 4,76 volume udara terdapat 1
volume O2 dan 3,76 volume N2 (unsur lain diabaikan karena terlalu kecil) dari sini dapat pula diketahui mengapa dalam produk pembakaran ada unsur NO atau NOx, ini disebabkan karena dalam unsur udara yang dihisap sudah terdapat N2. Mekanisme pembakaran bahan bakar dan udara sangat dipengaruhi keadaan dari keseluruhan proses pembakaran, dimana atom – atom dari komponen yang dapat bereaksi dengan oksigen membentu produk yang berupa gas. Sebagaimana telah diketahui bahwa bahan bakar motor bensin terutama mengandung unsur karbon dan hydrogen. Ada 3 teori mengenai terbakarnya hidrokarbon yaitu : 1. Karbon terbakar terlebih dahulu daripada oksigen. 2. Senyawa hidrokarbon terlebih dahulu bergabung dengan oksigen dan membentuk senyawa (hidroksilasi) yang kemudian dipecah secara terbakar termis). 3. Hidrokarbon terbakar bersama – sama dengan oksigen sebelum karbon bergabung dengan oksigen. Pembakaran hidrokarbon yang biasa (normal) tidak terjadi gejala bila kondisi memungkinkan untuk proses hidroksilasi. Hal ini terjadi hanya bila percampuran antara bahan bakar dan udara mempunyai waktu yang cukup, sehingga memungkinkan masuknya oksigen ke dalam molekul hidrokarbon. Bila oksigen dan hidrokarbon ini tidak tercampur dengan baik, maka akan terjadi proses cracking, dimana pada nyala akan timbul asap. Pembakaran semacam ini disebut pembakaran tidak sempurna. Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi dalam pembakaran motor bensin, yaitu pembakaran sempurna dan pembakaran tidak sempurna.
a. Pembakaran sempurna (normal) Pembakaran sempurna merupakan pembakaran, dimana bahan bakar dapat terbakar secara keseluruhan pada saat dan kondisi yang dikehendaki. Mekanisme pembakaran normal dalam motor bensin dimulai pada saat terjadinya loncatan bunga api pada busi. Selanjutnya api membakar gas yang berada disekelilingnya, dan terus menjalar ke seluruh bagian sampai semua partikel gas terbakar habis. Dalam pembakaran normal pembagian nyala pada waktu pengapian terjadi merata di seluruh bagian. Pada keadaan yang sebenarnya mekanisme pembakaran di dalam motor bensin bersifat kompleks, karena berlangsungnya melalui beberapa fase, seperti pada diagram pembakaran dibawah ini.
Gambar 5. Posisi busi memercikkan bunga api
Gambar 5 diatas dapat dilihat, pada saat busi memercikkan bunga api titik (1) sampai dengan titik (2) terjadi keterlambatan pembakaran bahan bakar dan dilanjutkan ke seluruh bagian ruang bakar. Bila proses pembakaran ini berlangsung normal maka kecepatan rambatan apinya agak konstan dan merata keseluruh silinder. Bila gambar di atas diperhatikan, terlihat saat setelah bahan bakar mulai terbakar (titik 2), maka tekanan di dalam silinder akan naik dengan drastis. Hal ini disebabkan karena sempitnya ruang bakar akibat dari langkah kompresi dan panas pembakaran ini akan mengakibatkan naiknya tekanan dalam silinder. Tekanan pembakaran ini akan mencapai titik tertinggi pada beberapa saat setelah torak melewati TMA. Menurut Obert (1993), daerah tekanan maksimum. Adalah sekitar lima sampai sepuluh derajat setelah TMA. Hal ini mempunyai maksud agar tenaga yang dihasilkan oleh motor betul – betul maksimum, sebab tekanan pembakarn akan digunakan untuk mendorong torak. Daerah tekanan maksimum ini harus dipertahankan, untuk itu penyalaan motor (saat busi
memercikkan api) harus dimajukan, tepatnya pada saat motor
berjalan cepat walaupun tekanan tertinggi dicapai pada titik (3), tetapi proses pembakaran tetap berlangsung sampai pada titik empat (4).
b. Pembakaran tidak sempurna
Pembakaran tidak sempurna merupakan proses pembakaran dimana sebagian bahan bakar tidak ikut terbakar, atau tidak terbakar bersama pada saat keadaan dikehendaki. Pembakaran tidak sempurna ini menurut Toyota (1999:2-3), dibedakan menjadi dua jenis, yaitu knocking dan pre-ignition. 1) Knocking Seperti yang telah diungkapkan di atas, pada peristiwa pembakaran normal api menyebar ke seluruh bagian ruang bakar dengan kecepatan konstan dan busi sebagai pusat penyebaran. Dalam hal ini gas baru yang belum terbakar terdesak gas yang telah terbakar sehingga tekanan dan suhunya menjadi naik. Jika saat ini gas tadi terbakar dengan sendirinya, maka akan timbul ledakan (detonasi) yang menimbulkan gelombang kejutan berupa suara ketukan (knocking noise). Fluktuasi tekanan yang besar dan cepat ini terjadi pada akhir pembakaran. Sebagai akibatnya tenaga mesin akan berkurang dan jika sering terjadi akan memperpendek umur mesin. Di bawah ini diperlihatkan diagram detonasi pada motor mesin.
Gambar 6. Diagram detonasi motor bensi menurut Toyota
Adapun hal – hal yang menyebabkan terjadinya detonasi menurut Toyota (1988:2-3) antara lain : 1) Perbandingan kompresi yang tinggi, tekanan dan suhu silinder yang tinggi. 2) Masa pengapian yang terlalu kecil. 3) Putaran mesin yang rendah dan penyebaran api yang lambat. 4) Penempatan busi dan konstruksi ruang bakar yang tidak tepat serta jarak penyebaran api yang terlalu jauh. 2) Pre-ignition Gejala pembakaran yang tidak sempurna lainnya adalah preignition. Peristiwanya hampir sama dengan knocking, tetapi terjadinya hanya pada saat busi sebelum memercikkan bunga api. Disini bahan bakar terbakar dengan sendirinya sebagai akibat dari tekanan dan suhu yang cukup tinggi sebelum memercikkan bunga api. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pre-ignition adalah peristiwa pembakaran yang dapat terjadi sebelum saat yang dikehendaki.
2.2 Kemampuan Mesin 2.2.1 Volume Silinder Volume yang menunjukkan saat torak bergerak dari TMB ke TMA dinamakan volume silinder (displacement). Pada umumnya volume silinder ini
dinyatakan dengan CC atau liter. Displacement ini dapat ditentukan dari persamaan dibawah ini bila diketahui ukuran langkah dan diameter silindernya. V=
π 4
.D 2 .L.N
Keterangan : V = Total displacement R = Jari – jari silinder L = Panjang langkah pendek N = Jumlah silinder Pada umumnya displacement yang besar jumlah campuran udara dari bensin yang dihisap dalam silinder akan lebih besar dan juga tekanan pembakaran akan bertambah dan tenaga yang dihasilkan akan berrtambah besar.
2.2.2 Perbandingan Kompresi Perbandingan Kompresi adalah perbandingan antara volume bila torak bergerak pada TMB (volume silinder + volume ruang bakar) dengan volume sisa pada bagian atas silinder bila torak berada pada TMA. Bila perbandingan kompresi dipertinggi, tekanan pembakaran akan bertambah dan dari mesin akan diperoleh output yang besar. Secara umum perbandingan kompresi yang diperbolehkan pada motor bensin adalah 8-11:1.
2.2.3 Effisiensi Thermis Effisiensi thermis adalah perbandingan antara panas yang diberikan dengan panas yang diubah kedalam bentuk efektif. Bila panas yang dihasilkan
dari pembakaran campuran bahan bakar dan udara yang dimasukkan kedalam silinder adalah Q1 kCal dan panas yang hilang dalam silinder serta bagian – bagian yang lain adalah Q2kCal, maka besarnya effisiensi thermis dapat diperoleh dengan perhitungan dibawah ini.
Effisiensi Thermis :
Q1 − Q2 x100% Q1
2.2.4 Putaran mesin Putaran mesin adalah besarnya keliling poros engkol yang diukur dalam satuan rpm (rotasi per menit) dari beberapa besarnya kerja yang dapat dilakukan pada waktu tertentu. Umumnya untuk kerja dinyatakan dalam satuan TK (tenaga kuda). Bila tenaga kuda adalah jumlah kerja mesin yang dapat disalurkan pada waktu tertentu, momen dapat dijadikan sebagai ukuran kerja yang dilakukan mesin. Seperti dijelaskan bahwa waktu termasuk pada tenaga kuda sehingga kecepatan kerja dalam hal ini adalah kecepatan putar mesin merupakan suatu masalah. Jika ditarik hubungan antara tenaga kuda, momen dan kecepatan putaran mesin dapat dirumuskan sebagai :
P=
2π .Tn TK 75,60
P = Daya kuda T = Momen (Kgm). n = Kecepatan putar (rpm).
Momen yang dimaksud adalah momen putar yang terjadi pada poros engkol, sedangkan kecepatan mesin adalah tenaga yang keluar dari poros engkol. Semakin besar tenaga yang keluar (P) semakin besar pula putaran mesin yang dihasilkan atau semakin besar tenaga (P) berbanding lurus dengan kecepatan putar. Momen dan pemakaian bahan bakar menunjukkan faktor – faktor yang penting dalam kemampuan mesin. Dengan melihat gambar dibawah ini sumbu horizontal menunjukkan putaran mesin per menit dan sumbu vertikal untuk momen, sedangkan dibagian bawah sebagai kurva pemakaian bahan bakar.
G Gambar 7. Grafik kemampuan mesin
2.2.5 Konsumsi bahan bakar
Dalam kemampuan mesin, umumnya tingkat pemakaian bensin tidak diartikan dalam berapa kilometer (Km) mobil berjalan dengan menggunakan satu liter bensin, sebagai pengganti adalah besarnya pemakaian bensin dalam satu tenaga kuda dalam satu jam dan dinyatakan dalam gram. Tingkat pemakaian bensin akan ditentukan dengan adanya hubungan antara banyaknya bensin yang diberikan dan tenaga kuda yang dihasilkan. Karena itu tidak selamanya dapat dikatakan bahwa mesin yang mempunyai silinder yang besar akan berarti pemakaian bahan bakarnya tinggi.
2.2.6 Keseimbangan panas Pembagian distribusi panas ini, diketahui dengan keseimbangan panas dan grafik yang digambarkan didalam diagram keseimbangan panas. Panas yang dikeluarkan terdiri dari panas untuk kerja mesin, panas yang hilang akibat pendinginan, panas yang hilang akibat gas buang dan radiasi, panas yang hilang dalam menggerakkan kelengkapan dan panas yang hilang akibat turun naiknya torak.
Gambar 8. Diagram keseimbangan panas
2.2.7 Perbandingan udara dan bahan bakar Perbandingan udara dan bahan bakar berdasarkan perbandingan berat udara dengan bahan bakar, bensin harus dapat terbakar seluruhnya dalam ruang bakar untuk menghasilkan tenaga yang besar pada mesin dan dalam teorinya perbandingannya adalah 15 : 1, yaitu 15 untuk udara berbanding 1 untuk bensin. Tabel dibawah ini menunjukkan perbandingan yang sesuai dengan kondisi mesin. Tabel 4. Kondisi pengendaraan dan perbandingan campuran udara dan bensin.
Kondisi keadaan kerja mesin Perbandingan udara dan bensin Mesin mulai hidup
5:1
Putaran idle
11 : 1
Dengan tenaga
12-13 : 1
Kecepatan ekonomis
16-18 : 1
Sumber : Toyota Astra Motor (1995:3-8)