BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Deskripsi Perawatan Pesawat Terbang Pada dasarnya perihal perawatan pesawat merupakan hal yang rumit dan komplek. Perawatan pesawat terbang menyangkut banyak aspek yang harus dikerjakan, mulai dari persiapan, pelaksanaan dan proses sertifikasi. Perawatan merupakan konsekwensi dari penggunaan jam terbang. Setiap pesawat yang digunakan akan mengalami penurunan performance seiring dengan penggunaan jam terbang. Untuk mempertahankan dan mengembalikan ke kondisi semula maka diperlukan perawatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2001 tentang Keamanan Dan Keselamatan Penerbangan, Pasal 17 berbunyi : “(1) Setiap orang atau badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara, wajib merawat pesawat udara, mesin pesawat udara, baling-baling pesawat terbang, dan komponen-komponenya untuk mempertahankan keadaan laik udara secara berkesinambungan” . “(2) Pelaksanaan perawatan pesawat udara, mesin pesawat udara, baling-baling pesawat terbang dan komponen-komponenya, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)”, hanya dapat dilakukan oleh : a. Perusahaan angkutan udara yang bersangkutan ; b. Badan hukum perusahaan perawatan pesawat udara yang memiliki bidang usaha perawatan ; c. Perorangan pemegang ijazah ahli perawatan pesawat udara” 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Perawatan atau maintenance merupakan upaya untuk mempertahankan kondisi. Berdasarkan CASR Part 01, Defenition and Abbreviation, perawatan atau maintenance didefinisikan sebagai : “Maintenance, The performance of tasks required to ensure the continuining airworthiness of an aircraft, including any one or combination of overhaul, inspection, replacement, defect rectification, and the embodiment of a modification or repair.” atau juga dapat didefinisikan bahwa semua kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan pesawat udara, komponen-komponen pesawat udara dan perlengkapannya dalam kondisi laik udara termasuk inpeksi, reparasi, servis, overhaul dan penggantian komponen. Secara umum perawatan merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mempersiapkan fasilitas (yang dirawat) agar selalu dalam kondisi siap pakai, atau perawatan mengupayakan agar setiap fasilitas dapat dipergunakan dengan baik seperti yang dikehendaki sesuai fungsinya. (prihananto didik,2006) Tujuan pelaksanaan perawatan dapat dijabarkan secara khusus adalah untuk : 1. Memungkinkan tercapainya mutu produk melalui penyesuaian pelayanan dan pengoprasian fasilitas objek perawatan, 2. Memaksimalkan usia fasilitas, 3. Mempertahankan kondisi dan kelaikan sesuai persyaratan operasional, 4. Mempertahankan
tingkat
keamanan
dan
mencegah
kemungkinan
gangguan yang dapat membahayakan, 5. Meminimalkan
biaya
produksi
keseluruhan
pengoperasian fasilitas yang efektif dan efisien, 6. Mempertahankan tingkat kehandalan operasional.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan
menyiapkan
11
Dengan demikian perawatan pesawat terbang bertujuan untuk mengupayakan agar pesawat selalu dalam kondisi laik udara, siap, handal, dan aman untuk dioperasikan. Pada pesawat terbang, perawatan dilakukan pada seluruh bagian pesawat yang meliputi airframe, engine, electrical, instrument, avionic, (propeller), dan lainnya. Kegiatan perawatan atau pemeliharaan pesawat terbang meliputi beberapa pekerjaan diantaranya : 1. Pemeriksaan, Perbaikan, Modifikasi, dan Servis 2. Penggantian komponen atau part yang diperlukan 3. Rigging 4. Pelaksanaan Service Bulletin, Service Instruction, Notice To Operator, Airwhorthines Directive, dll Untuk mendukung kegiatan perawatan pesawat diperlukan dukungan yang meliputi : 1. Man, yaitu personel yang terlibat dalam proses perawatan pesawat, bisa dibilang sebagai sumber daya manusianya, diantarnya meliputi mechanic atau teknisi, inspector, bagian tata usaha, bagian divisi enginering, bagian divisi material, pilot, dan bagian manajemen pemeliharaan pesawat, dll. 2. Material, yaitu meliputi komponen, spare part, consumable material, dokumen pemeliharaan, dokumen pesawat, publikasi teknik dan yang lainnya. 3. Money, dukungan materi berupa uang akan mendukung kelancaran dalam proses perawatan pesawat yang akan dilakukan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
4. Management, managemant adalah cara untuk mengatur dan merencanakan proses perawatan pesawat akan dilakukan dengan cara seperti apa dan bagaimana, management pada proses perawatan pesawat dilakukan oleh orang yang sudah ahli dalam bidang nya tersebut. Dalam pelaksanaan perawatan pesawat terdapat beberapa prinsip dasar, diantaranya : 1. Perawatan harus dapat mewujudkan tingkat kesiapan yang maksimal dalam menjamin tercapainya sasaran kemampuan operasional yang ditentukan. 2. Perawatan harus dapat menjamin tewujudnya keamanan dan keselamatan yang optimal. 3. Perawatan harus dapat menggunakan sumber daya yang tersedia secara ekonomis, efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal
Pelaksanaan pada perawatan pesawat terkait dengan hal-hal sebagai berikut : 1. Kelaikan, kelaikan adalah kemampuan suatu sistem dalam melakukan fungsinya secara aman dalam batas kondisi operasional yang telah ditentukan. Suatu pesawat terbang dikatakan laik terbang apabila pesawat tersebut memenuhi persyaratan yang terkait dengan masalah keamanan, keselamatan, performance dan realibility. 2. Kemampuan operasional, kemampuan operasional adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pesawat untuk dapat melakukan berbagai operasi sesuai dengan fungsinya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
3. Kesiapan, kesiapan adalah suatu keadaan dimana kita siap untuk melakukan suatu kegiatan operasional yang sudah direncanakan tersebut baik dalam kualitas atau pemenuhan suatu kebutuhan. Kesiapan dapat digunakan untuk menilai keberhasilan atau efektifitas kegiatan perawatan pesawat. 4. Keandalan, keandalan adalah kemampuan pesawat dalam melakukan misi atau fungsi pada kondisi tertentu selama waktu yang ditentukan tanpa ada suatu kegagalan dalam operasionalnya. Keandalan meliputi kelaikan, kemampuan operasional, dan kesiapan operasi. Tingkat keandalan ini dapat di pertahankan dengan melaksanakan perawatan. 5. Penggunaan sumber daya, efesiensi terkait dengan pengunaan sumber daya diupayakan seefektif mungkin sehingga setiap kegiatan perawatan tidak menimbulkan dampak yang merugikan dalam pengunaan sumber daya.
Perawatan pesawat secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu : 1. Corrective Maintenance, meliputi perawatan tidak berjadwal yang dikerjakan sebagai akibat adanya kerusakan sistem/produk, untuk mengembalikannya ke kondisi yang telah ditentukan. Perawatan tidak berjadwal
(Unschedule
Maintenance)
dilaksanakan
dikarenakan
mengalami gangguan tidak laik terbang, setelah mengalami incident, terkena SB/AD/NTO atau modifikasi dan perbaikan pesawat dikarenakan kasus-kasus seperti hard landing, bird strike, dan lightning strike.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2. Preventive Maintenance, meliputi perawatan berjadwal (Scheduled maintenance) yang dikerjakan untuk memelihara sistem atau produk ke dalam kondisi yang telah ditentukan. Perawatan berjadwal didasarkan pada : a. Penggunaan jam terbang (flying hours), contoh dari perawatan berdasarkan jam terbang adalah perawatan A-Check, B-Check, CCheck, dan structural inspection. Berdasarkan MPD (Maintenance Planning Data B737-800/900) khusus untuk pesawat Boeing 737-800 perawatan berjadwal terjadi pada setiap interval : 1) A-Check terjadi pada setiap 125 flight hours 2) B-Check terjadi pada setiap 750 flight hours 3) C-Check terjadi pada setiap 3000 flight hours 4) structural inspection terjadi pada setiap 20.000 flight hours b. Penggunaan waktu calender (calender time) c. Jumlah Landing ( Total Landing ) d. Jumlah Start ( Total Start ) Disamping macam-macam tipe perawatan di atas ada juga program perawatan pesawat (maintenence program) berdasarkan program penuaan pesawat atau disebut Aging Program. Perawatan yang dimaksud sering disebut dengan Corrosion Preventive Control Program Inpection atau sering disingkat menjadi CPCP inpeksi. Program perawatan tersebut wajib hukum nya diterapkan pada setiap pesawat, biasanya diadakan khusus untuk pesawat-pesawat yang sudah tua atau di atas 20.000 flight hours.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
2.2 Tenaga kerja (Manpower) Suatu unsur perencanaan proyek diantaranya adalah membuat proyeksi keperluan tenaga kerja, material dan peralatan. Diantara unsur tersebut salah satu unsur terpenting adalah sumber tenaga kerja sebagai unsur sumber daya yang menggerakan dan menentukan apakah suatu proyek dapat berjalan lancar atau tidak. Tenaga kerja atau manpower adalah ketersedian orang untuk menangani pekerjaan dalam sebuah proyek perawatan pesawat. Untuk menyelenggarakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja. Jenis dan identitas kegiatan proyek berubah cepat sepanjang siklus nya, sehingga penyediaan jumlah tenaga kerja, jenis keterampilan dan keahlian harus mengikuti tuntutan standar yang berlaku. Bertolak dari kenyataan tersebut, maka suatu perencanaan tenaga kerja proyek yang menyeluruh dan terperinci harus meliputi perkiraan jenis dan kapan keperluan tenaga kerja, dengan mengetahui perkiraan jadwal dan kebutuhannya. Didalam menyusun urutan atau hubungan satu dengan yang lain dalam proses membuat urutan pekerjaan, hal tersebut bertujuan agar suatu pekerjaan yang dilaksanakan tidak terjadi over laping (saling tabrakan) yang dapat menjadikan satu pekerjaan antara satu yang lainnya dapat tertunda. Dalam pengoptimalan tenaga kerja maka harus dilakukannya optimasi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian optimasi atau optimalisasi diartikan sebagai pengoptimalan, yaitu proses, cara, perbuatan menghasilkan yang paling baik. Maharany dan Fajarwati (2006) menjelaskan bahwa analisis optimasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
merupakan suatu proses penguraian data-data awal dengan menggunakan suatu cara tertentu. Dalam penelitian ini, analisis optimasi diartikan sebagai suatu proses penguraian durasi proyek serta menguraikan pendistribusian tenaga kerja agar memperoleh distribusi tenaga kerja yang paling optimal. Agar medapat keuntungan bagi perusahaan.
2.3 Jaringan Kerja Metode jaringan kerja diperkenalkan menjelang akhir dekade 50-an, oleh suatu tim engineer dan ahli matematika dari perusahaan Du-Pont bekerjasama dengan Rand Corporation, dalam usaha mengembangkan suatu sistem kontrol manajemen. Sistem ini dimaksudkan untuk merencanakan dan mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks dalam masalah desain, engineering, kontruksi, dan pemeliharaan. Dari segi penyusunan
jadwal,
jaringan
kerja
dipandang
sebagai
suatu
langkah
penyempurnaan metode bagan balok, yang manjadikan metode jaringan kerja menjadi metode yang sesuai untuk dikombinasikan dengan metode bagan balok. Metode jaringan kerja berguna untuk : 1. Menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks. 2. Membuat perkiraan jadwal proyek yang paling ekonomis. 3. Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumber daya. Metode jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
unsur proyek, dan pada giliran selanjutya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan. Proses menyusun jaringan kerja oleh beberapa kepustakaan (literature) sering diasosiasikan dengan metodologi menajemen proyek, terutama dalam aspek perencanaan dan pengendalian. Pendapat ini disebabkan karena luasnya jangkauan dalam proses menyusun jaringan kerja, yaitu dari mengkaji dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan lingkup proyek, menguraikan menjadi komponen-komponen, sampai kepada menyusun kembali menjadi urutan yang didasarkan atas logika ketergantungan sehingga semua ini memerlukan pengetahuan akan seluk beluk lingkup proyek yang sedang dihadapi. Demikian
pula
halnya
dengan
penyediaan
sumber
daya
untuk
melaksanakan setiap kegiatan serta prioritas mengalokasikannya. Proses menyusun jaringan kerja ini sering harus dilakukan berulang-ulang sebelum sampai pada saat perencanaan atau jadwal yang dianggap cukup realistis. Berikut adalah sistematika dari proses penyusunan jaringan kerja : 1. Langkah Pertama, mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan atau memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen proyek. 2. Langkah kedua, menyusun kembali komponen-komponen tersebut pada butir satu, menjadi mata rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantungan. Urutan ini dapat berbentuk seri atau paralel. 3. Langkah ketiga, memberikan perkiraan waktu untuk masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari lingkup proyek.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
4. Langkah keempat, mengidentifikasi jalur kritis (critical path) dan float pada jaringan kerja. Jalur kritis ialah jalur yang terdiri dari rangkaian kegiatan dalam lingkup proyek, yang bila terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Kegiatan yang berada pada jalur kritis disebut sebagai kegiatan kritis sedangkan float adalah tenggang waktu suatu kegiatan tertentu yang nonkritis dari proyek. 5. Langkah kelima, bila semua langkah-langkah di atas telah diselesaikan, dilanjutkan dengan usaha-usaha meningkatkan sumber daya. Setelah tersusun rencana dan jadwal proyek yang cukup realistik, maka rencana tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur atau pembanding dalam kegiatan pengendalian pada tahap implementasi dilapangan, yaitu dengan memperbandingkan antara perencanaan atau jadwal dengan hasil pelaksanaan nyata dilapangan. Sebelum menggambar jaringan kerja baik nya jika kita mengenal simbolsimbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu jaringan kerja, sebagai berikut (Hayun, 2005) : 1.
(anak panah/busur), mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu tugas yang dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Kepala anak panah menunjukkan arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai pada permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke kanan. Baik panjang maupun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggunakan skala.
2.
(lingkaran kecil/simpul/node), mewakili sebuah kejadian atau peristiwa atau event. Kejadian (event) didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik dalam waktu yang menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru. Titik awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu dijabarkan dengan dua kejadian yang biasanya dikenal sebagai kejadian kepala dan ekor. Kegiatan-kegiatan yang berawal dari saat kejadian tertentu tidak dapat dimulai sampai kegiatan-kegiatan yang berakhir pada kejadian yang sama diselesaikan. Suatu kejadian harus mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul/node tersebut.
3.
(anak panah terputus-putus), menyatakan kegiatan semu atau dummy activity. Setiap anak panah memiliki peranan ganda dalam mewakili kegiatan dan membantu untuk menunjukkan hubungan utama antara berbagai kegiatan. Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan seperti halnya kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa sehingga tidak perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumber daya, jadi waktu kegiatan dan biaya sama dengan nol.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
4.
(anak panah tebal), merupakan kegiatan pada lintasan kritis. Adapun Terminologi yang penting dan kaidah dasar pada jaringan kerja
adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan pada anak panah, atau activity on arrow (orientasi ke peristiwa). Disini digambarkan sebagai anak panah yang menghubungkan dua lingkran yang mewakili dua peristiwa. Ekor anak panah merupakan awal dan ujungnya sebagai akhir kegiatan. Nama dan kurun waktu kegiatan berturut-turut ditulis di atas dan dibawah anak panah, Peristiwa atau kejadian (event), adalah suatu titik waktu, dimana semua kegiatan-kegiatan sebelumnya (predesessor) sudah selesai, dan kegiatan sesudahnya itu (successor) dapat dimulai. Peristiwa pertama dalam proyek adalah titik awal mulainya proyek dan peristiwa akhir proyek adalah titik dimana proyek selesai. 2. Node i dan node j, node yang berada di ekor anak panah adalah node i, sedangkan yang di kepala adalah node j. Tetapi node j akan jadi node i untuk kegiatan berikutnya. 3. Kecuali kegiatan awal, maka sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, kegiatan terdahulu atau yang mendahuluinya harus sudah selesai. Ini merupakan aturan dasar jaringan kerja metode CPM.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
4. Dummy adalah anak panah yang hanya menjelaskan hubungan ketergantungan antara dua kegiatan, tidak memerlukan sumber daya dan tidak membutuhkan waktu .
Gambar 2.1 Jaringan kerja bentuk AOA
Contoh-contoh bentuk kegiatan dari logika ketergantungan pada jaringan kerja dapat dilihat sebagai berikut : 1. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan B dapat dimulai dan kegiatan C dimulai setelah kegiatan B selesai, maka hubungan antara kegiatan tersebut dapat di lihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Kegiatan A pendahulu kegiatan B & kegiatan B pendahulu kegiatan C 2. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, maka dapat di lihat pada Gambar 2.3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Gambar 2.3 Kegiatan A dan B merupakan pendahulu kegiatan C
3. Jika kegiatan A dan B harus dimulai sebelum kegiatan C dan D maka dapat dilihat pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Kegiatan A dan B merupakan pendahulu kegiatan C dan D
4. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, tetapi D sudah dapat dimulai bila kegiatan B sudah selesai, maka dapat dilihat pada Gambar 2.5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Gambar 2.5 Kegiatan B merupakan pendahulu kegiatan C dan D
5. Jika kegiatan A,B, dan C mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang sama, maka menggambarkan nya seperti pada Gambar 2.6
Gambar 2.6 Kegiatan A, B, dan C mulai dan selesai pada kejadian yang sama
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
2.4 Metode CPM (Critical Path Method) Metode CPM adalah metode yang menganalis suatu jaringan kerja. Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode CPM, yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek-proyek merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis, jalur yang memiliki rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa jalur kritis berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur. Seorang manajer proyek harus mampu mengidentifikasi jalur kritis dengan baik, sebab pda jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek. Dalam sebuah jaringan kerja dapat saja terdiri dari beberapa jalur.
2.4.1 Jalur Kritis Dalam metode CPM (Critical Path Method - Metode Jalur Kritis) dikenal dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponenkomponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek (Soeharto, 1999). Lintasan kritis (Critical
Path)
melalui
aktivitas-aktivitas
yang
jumlah
kurun
waktu
pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, digambar dengan anak panah tebal (Badri,1997). Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut : 1. Penundaan
pekerjaan
pada
lintasan
kritis
dapat
menyebabkan
keterlambatan waktu penyelesaian proyek. 2. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang ada pada lintasan kritis dapat dipercepat. 3. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya lembur. 4. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpinan proyek untuk memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan efisien.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Menurut Yamit (2000), “Kegunaan jalur kritis adalah untuk mengetahui kegiatan yang memiliki kepekaan sangat tinggi atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan, atau disebut juga kegiatan kritis. Apabila kegiatan keterlambatan proyek maka akan memperlambat penyelesaian proyek secara keseluruhan meskipun kegiatan lain tidak mengalami keterlambatan”. Untuk memperjelas dalam menentukan suatu jalur kritis pada suatu jaringan kerja akan diberikan contoh sederhana, berikut ini contoh menentukan jalur kritis dengan visualisasi jaringan kerja pada suatu proyek seperti terlihat pada Gambar 2.7
B
4 (5)
D (6) F
A 1
2 (2)
5 E
C (3)
3
6 (3)
(4)
Gambar 2.7 Contoh jaringan kerja suatu proyek untuk menentukan jalur kritis
Setelah kita membuat jaringan kerja seperti contoh gambar 2.9 maka langkah pertama kita dalam menentukan jalur kritis adalah melihat jalur-jalur yang melewati node/event yang terlewati dan menghubungkannya dengan catatan hanya boleh dihubungkan 1 jalur saja tidak boleh bercabang. Pada gambar jaringan kerja di atas ada beberapa jalur yang dilewati yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
1. Jalur 1 = A-B-D-F 2. Jalur 2 = A-C-E-F Setelah menghubungkan setiap jalur, jadi pada proyek jaringan kerja di atas terdapat dua jalur yang mana jalur A-B-D-F dan A-C-E-F. Setelah mendapat jalur tersebut maka kita menghitung setiap total kurun waktu yang terdapat pada jalur tersebut. 1. Jalur 1 = A-B-D-F = 2 + 5 + 6 + 3 = 16 2. Jalur 2 = A-C-E-F = 2 + 3 + 4 + 3 = 12 Setelah menghitung setiap total kurun waktu pada masing-masing jalur, didapat jalur 1 total kurun waktu nya sebesar 16 dan pada jalur 2 total kurun waktu nya 12, jadi kita dapat menentukan bahwa jalur kritis pada proyek jaringan kerja di atas terdapat pada jalur 1 = A-B-D-F = 16. Lebih lanjut akan dijelaskan mengenai cara perhitungannya.
2.4.2 Terminologi dan Perhitungan Dalam proses identifikasi jalur kritis, dikenal beberapa terminologi dan rumus-rumus perhitungan sebagai berikut : 1. TE = E Waktu paling awal peristiwa (node/event) dapat terjadi (Earliest time of occurance), yang berarti waktu paling awal suatu kegiatan yang berasal dari node tersebut dapat dimulai, karena menurut aturan dasar jaringan kerja, suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan terdahulu telah selesai.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
2. TL = L Waktu paling terakhir peristiwa boleh terjadi (lastest allowable Event/ occurance), yang berarti waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi. 3. ES Waktu mulai paling awal suatu kegiatan (earliest Start Time). Bila waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai. 4. EF Waktu selesai paling awal suatu kegiatan (earliest finish start time). Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya. 5. LS Waktu paling akhir kegiatan boleh mulai (lastest allowable start time), yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan. 6. LF Waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (lastest allowable finish time) tanpa memperlambat proyek 7. D Adalah kurun waktu suatu kegiatan. Umum nya dengan satuan waktu hari, minggu, bulan, dan lain-lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Adapun cara perhitungan dalam menentukan waktu penyelesaian menggunakan metode CPM terdiri dari dua tahap, yaitu perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). Untuk memeperjelas akan diberikan gambar contoh jaringan kerja suatu proyek pada Gambar 2.8.
4 (5) 1
(6)
2
5
(2)
6 (3)
(3)
3
(4)
Gambar 2.8 Contoh jaringan kerja suatu proyek
1. Hitungan Maju Dalam mengidentifikasi jalur kritis dipakai suatu cara yang disebut hitungan maju (forward computation) yang mana bertujuan untuk mencari nilai dari (EF) yaitu waktu selesai paling awal suatu kegiatan . berikut ini adalah contoh sederhana untuk memperjelas, dengan memakai visualisasi proyek seperti yang terdapat pada Gambar 2.10. Pertama-tama perlu mengingat kembali aturan atau kaidah dalam menyusun jaringan kerja berikut ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
AT-1 Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai Peristiwa 1 menandai dimulainya proyek. Disini berlaku pengertian bahwa waktu paling awal adalah = 0. E(1) = 0.
(2.1)
AT-2 Waktu selesai paling awal suatu kegiatan adalah sama dengan waktu mulai paling awal, ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan. EF = ES + D atau EF (i-j) = ES (i-j) + D (i-j)
(2.2)
jadi untuk kegiatan : 1-2 didapat : EF (1-2) = ES (1-2) + D = 0 + 2 = 2 2-3 didapat : EF (2-3) = ES (2-3) + D = 2 + 3 = 5 2-4 didapat : EF (2-4) = ES (2-4) + D = 2 + 5 = 7 3-5 didapat : EF (3-5) = ES (3-5) + D = 5 + 4 = 9 4-5 didapat : EF (4-5) = ES (4-5) + D = 7 + 6 = 13 5-6 didapat : EF (5-6) = ES (4-5) + D = 13 + 3 = 16 Pada kegiatan 5-6, dimana sebelumnya didahului oleh 2 kegiatan, yaitu 35 dan 4-5. Kaidah dasar jaringan kerja menyatakan bahwa kegiatan 5-6 baru dapat dimulai bila semua kegiatan yang didahului nya telah selesai.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
AT-3 Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu yang menggabung maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar dari kegiatan terdahulu. Pada contoh ini kegiatan 3-5 selesai pada hari ke-9, tetapi kegiatan 4-5 baru selesai pada hari ke-13, sehingga hari ke-13 adalah waktu mulai paling awal (ES) bagi kegiatan 5-6. Jadi Kegiatan 5-6 didapat EF (5-6) = ES (5-6) + D = 13 + 3 = 16.
2. Hitungan Mundur Setelah melakukan perhitungan maju (forward computation) dan mendapatkan nilai EF , maka dilanjutkan dengan perhitungan mundur (backward computation). Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau tanggal paling akhir kita “masih” dapat memulai (LS) masing-masing kegiatan, tanpa menunda kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, yang telah dihasilkan dari hitungan maju. Hitungan mundur dimulai dari ujung kanan (hari terakhir penyelesaian proyek) suatu jaringan kerja. Untuk lebih jelas nya dipakai contoh proyek yang ada pada gambar 2.10. Telah diketahui bahwa kurun waktu penyelesaian proyek pada gambar 2.10 adalah 16 (hari). Agar tidak menunda penyelesaian proyek maka hari ke-16 harus merupakan hari/waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi, L(6) = EF (5-6) = 16, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
LF (5-6) = L (6). Untuk mendapatkan angka waktu mulai paling akhir kegiatan 5-6, maka dipakai aturan jaringan kerja yang menyatakan bahwa: AT-4 Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan adalah sama dengan waktu selesai paling akhir, dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan. LS = LF - D
(2.3)
Jadi untuk kegiatan 5-6 dihasilkan : LS (5-6) = LF (5-6) – D = 16 – 3 = 13, selanjutnya bila kegiatan 5-6 mulai pada hari ke-13, maka ini berarti kedua kegiatan yang mendahuluinya harus diselesaikan pada hari ke-13 juga. Sehingga LF dari kegiatan 4-5 dan 3-5 adalah sama dengan LS dari kegiatan 5-6, yaitu hari ke-13. Dengan memakai aturan AT-4 di atas , dihasilkan angka-angka berikut : Kegiatan 5-6, maka LS (5-6) = LF (5-6) – D = 16 – 3 = 13 Kegiatan 4-5, maka LS (4-5) = LF (4-5) – D = 13 – 6 = 7 Kegiatan 3-5, maka LS (3-5) = LF (3-5) – D = 13 – 4 = 9 Kegiatan 2-4, maka LS (2-4) = LF (2-4) – D = 7 – 2 = 5 Kegiatan 2-3, maka LS (2-3) = LF (2-3) – D = 9 – 3 = 6 Kegiatan 1-2, maka LS (1-2) = LF (1-2) – D = 2– 2 = 0 Dengan meninjau peristiwa atau node 2, dimana terdapat kegiatan yang memecah menjadi dua (atau lebih), maka berlaku aturan sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
AT-5 Bila suatu kegiatan memiliki (memecah menjadi) 2 atau lebih kegiatan-kegiatan berikutnya (successor), maka waktu selesai paling akhir (LF) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu mulai paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil. Setelah
dilakukan
perhitungan
maju
(forward
computation)
dan
perhitungan mundur (backward computation) maka hasil dari perhitungan dapat dituangkan kedalam sebuah jaringan kerja CPM dengan notasi yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.9 Notasi Jaringan Kerja Setelah Dilakukan Perhitunan CPM
2.4.3 Identifikasi Float Total Float disini mempunyai arti sebagai waktu tenggang. pada perencanaan dan penyusunan jadwal proyek, arti penting dari float total adalah menunjukan jumlah waktu yang diperkenankan suatu kegiatan boleh ditunda, tanpa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan. Jumlah waktu tersebut sama dengan waktu yang didapat bila semua kegiatan terdahulu dimulai seawal mungkin, sedangkan semua kegiatan berikutnya dimulai selambat mungkin. Float total ini dimiliki bersama oleh semua kegiatan yang ada pada jalur yang bersangkutan. Hal ini berarti bila salah satu kegiatan telah memakainya, maka float total yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan lain yang berada pada jalur tersebut adalah sama dengan float total semula, dikurangi bagian yang terpakai. Float total dihitung dengan rumus berikut : AT-6 Float total suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir, dikurangi waktu selesai paling awal atau waktu mulai paling akhir, dikurangi waktu mulai paling awal dari kegiatan tersebut. TF = LF – EF atau TF = LS – ES
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(2.4)