BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Dasar Beberapa teori yang relevan dalam deviden adalah smoothing theory, clientele effect theory, tax preference theory, dividend irrelevance theory, bird in the hand theory, residual theory of dividens, teori signal atau isi informasi dividen (information content of dividend). 1). Smoothing Theory Teori ini dikembangkan oleh Lintner (1956). Teori ini mengatakan bahwa jumlah dividen bergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya. Dengan laba yang stabil maka kemungkinan dividen yang dibagikan oleh perusahaan juga akan stabil karena dividen yang dibagikan merupakan bagian dari laba yang dihasilkan perusahaan. 2). Tax preference theory Menurut teori ini, investor tidak terlalu menyukai dividen karena dividen tidaklah tax deductible. Teori ini merujuk kepada pengenaan pajak yang diberlakukan bagi setiap investor yang mendapat capital gain atau dividen. Pada umumnya besarnya pajak yang diberlakukan berbeda, dimana pajak untuk dividen lebih besar dibandingkan pajak untuk capital gain. Selain
itu, pajak atas capital gain baru dapat dibayar jika capital gain telah direalisasi.
Dengan
demikian,
apabila
investor
tidak
segera
merealisasikan capital gain-nya, berarti investor menunda pembayaran pajaknya. Sudah tentu present value (PV) pembayaran pajaknya akan turun. Dengan dua alasan ini (pajak lebih rendah serta dapat ditundakan) maka Litzenberger dan Ramaswarny (1979) menyatakan pandangan negatif dividen bagi value perusahaan. 3.) Bird in The Hand Theory Teori ini mengatakan pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian karena dividen diterima saat ini, sedangkan capital gain diterima di masa mendatang. Gordon
mengemukakan
bird
in
the
hand
theory yang
mengatakan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud sebagai dividen di masa depan (it can fly away). 4). Residual Theory Of Dividens Menurut teori dividen residual, dividen ditentukan dengan cara: a)
mempertimbangkan
kesempatan
mempertimbangkan target struktur
investasi
perusahaan,
b)
modal perusahaan untuk menentukan
besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi, c) memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri tersebut semaksimal mungkin dan, d) membayar dividen hanya jika ada sisa laba.
Kebijakan dividen residual dengan demikian membayarkan dividen hanya jika ada sisa kas setelah perusahaan mendanai semua usulan investasi yang mempunyai NPV (Net Present Value) positif.
5). Residual Theory Of Dividens Menurut teori dividen residual, dividen ditentukan dengan cara: a) mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan, b) mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi, c) memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri tersebut semaksimal mungkin dan, d) membayar dividen hanya jika ada sisa laba. Kebijakan dividen residual dengan demikian membayarkan dividen hanya jika ada sisa kas setelah perusahaan mendanai semua usulan investasi yang mempunyai NPV (Net Present Value) positif. 6). Agency Theory Menurut teori ini konflik terjadi pihak-pihak yang berkaitan di perusahaan. Sebagai contoh, manajer disewa oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan agar tujuan pemegang saham bisa tercapai., tetapi manajer bisa saja mempunyai agenda tersendiri yang tidak selalu konsisten dengn tujuan pemegang saham, misalnya perusahaan mempunyai kelebihan kas dengan NPV positif (free cash flow), yang didefenisikan sebagai kelebihan kas setelah semua investasi dengan NPV positif didanai). Kas
tersebut akan lebih baik jika dibagikan kepemegang saham, dan pemegang saham akan memanfaatkan kas tersebut dengan cara mererka tersendiiri. Selain itu digunakan juga teori keuangan. Teori keuangan akan menjelaskan bagian yang akan dibagikan oleh perusahaan sebagai dividen bagi para pemegang saham. 7). Teori Keuangan Menurut teori keuangan, dividen (atau investasi kembali) tidak sama dengan laba setelah pajak. Dalam teori keuangan, jumlah dana yang bisa dibagikan sebagai dividen bisa dinyatakan sebagai berikut: D = E + Penyusutan – Investasi pada A.T – Penambahan M.K Keterangan:
D = Dividen, E
= Earning After Tax (Laba Setelah Pajak),
A.T = Aktiva Tetap, M.K = Modal kerja. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa dana yang bisa dibagikan sebagai dividen merupakan kelebihan dana yang diperoleh dari operasi perusahaan (yaitu E + penyusutan) diatas keperluan investasi untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang (yaitu investasi aktiva tetap dan modal
kerja). Hanya
saja,
untuk
menyederhanakan
analisis
sering
diasumsikan bahwa investasi pada aktiva tetap akan diambilkan dari dana
penyusutan, dan modal kerja dianggap tidak berubah (sehingga tidak perlu menambah modal kerja). Apabila asumsi ini dipergunakan, maka bisa dimengerti kalau besarnya dividen ditentukan oleh laba setelah pajak (E) dan maksimal dividen yang bisa dibagikan adalah sama dengan E. Itulah mengapa EAT digunakan sebagai ukuran jumlah maksimal dana yang dibagikan sebagai dividen.
B. Laporan keuangan 1.
Laporan Keuangan Pemahaman
atas
penyajian
laporan
keuangan,
dan
dapat
dibandingkannya laporan keuangan antar perusahaan akan semakin meningkat apabila laporan keuangan disajikan dalam format yang seragam dan menggunakan deskripsi yang sama untuk pos – pos yang sejenis. Maka ditetapkanlah suatu standar pedoman bagi perusahaan untuk melaporkan laporan keuangannya sesuai dengan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Penyertaan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) di Indonesia. a.
Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan sebagai tujuan umum adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar bagi kalangan pengguna / pemakai laporan (Investor, Pemerintah, Masyarakat, dll)
dalam rangka ,membuat keputusan – keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber – sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi : 1) Aktiva; 2) Kewajiban; 3) Ekuitas; 4) Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; dan 5) Arus kas b.
Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini (PSAK : 2004) 1) Neraca Pembagian lancar dengan tidak lancar dan jangka pendek dengan jangka panjang. Perusahaan menyajikan aktiva lancar terpisah dari aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka pendek terpisah dari kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur dalam SAK khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut ukuran jatuh temponya. 2) Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagian penyajian secara wajar.
3) Laporan Perubahan Ekuitas Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan: a)
Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan;
b)
Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung di ekuitas;
c)
Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait;
d)
Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik;
e)
Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya; dan
f)
Rekonsiliasi antara tercatat dari masing – masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
4) Laporan Arus KasLaporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait;
5) Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas lapora keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan; a)
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;
b)
Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perusahaan ekuitas;
c)
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi dipelukan dalam rangka penyajian secara wajar.
C. Laba Bersih 1.
Definisi Laba Bersih
Angka laba rugi merupakan informasi penting yang dicantumkan dalam laba rugi. Dalam neraca bisa ditampilkan melalui pos laba ditahan atau pos laba rugi, namun untuk penjelasan lengkap dan lebih rinci tentang perhitungan laba rugi ada di laporan laba rugi. Sedangkan menurut FASB Statement dalam SFAC nomor 6 mendefinisikan laba sebagai berikut : Perubahan dalam ekuitas (net asset) dari suatu entity selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari pemilik. Dalam income termasuk seluruh perubahan dalam ekuitas selain dari pemilik dan pembayaran dari pemilik. Sedangkan menurut Vernon Kam laba , diartikan sebagai (Winwin,2007:89): Setiap pelaku bisnis pasti memiliki pandangan tentang apa yang dimaksudkannya sebagai laba dan sebagaimana menentukan laba tersebut. Contohnya penjual buah di toko mungkin menganggap bahwa ia telah mendapatkan laba jika uang yang ditangannya lebih besar daripada uang yang dibawanya saat membeli buah untuk dijual kembali. Kemungkinan besar penjual buah tersebut tidak memperhitungkan saldo persediaan, biaya pribadinya, dan upah tenega kerjanya. Berbeda dengan seorang pengusaha lainnya bisa saja menganggap bahwa laba perusahaannya adalah penjualan dikurangi semua biaya dikurangi investasi baik yang sudah dilakukan maupun yang akan dilakukan.
Dari contoh diatas
tentunya banyak pandangan dari praktik di
masyarakat dalam pengukuran laba, diantaranya adalah: 1.
Laba menurut ekonomi
2.
Laba menurut akuntansi
Perbedaan tersebut disebabkan berbagai alasan antara lain karena benda atau produk dan jasa yang akan dinilai (biaya historis, biaya masukan sekarang), dan unit ukur (bisa unit ukur uang atau ukuran kemampuan tenaga beli). Namun dalam bab ini penulis hanya menguraikan laba menurut konsep akuntansi.
Laba menurut konsep akuntansi atau Accounting Income adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu. 1.
Modal (capital) Modal adalah aktiva bersih. Laba menaikan modal atau aktiva bersih. Laba adalah arus kekayaan sedangkan modal adalah simpanan kekayaan. Oleh karena itu, penentuan laba, yaitu penentuan kenaikan modal juga menyangkut masalah harga juga. Modal bisa berarti financial capital dimana tekanannya adalah nilai uang dari aktiva dengan nilai kewajiban yang merupakan kontribusi uang pemilik kepada perusahaan. Physical capital , yaitu di sini difokuskan pada kemampuan fisik dari modal itu untuk memproduksikan barang dan jasa bukan pada nilai uangnya. Ukurannya adalah kapasitas produksi dari aktiva yang dimiliki.
2.
Replacement Cost Income Dalam konsep Replacement Cost Income dikenal dua komponen income, yaitu: a.
Current operating profit yang dihitung dari penggurangan biaya pengganti (replacement cost) dari penghasilan;
b.
Realized holding gain and loss yang dihitung dari dari perbedaan antara replacement cost dari barang yang dijual dengan biaya historis dari barang yang sama. Laba rugi ini dapat dibagi dua, yaitu: 1.
Yang direalisasi dan accured selama periode itu;
2.
Yang direalisasi pada periode itu tetapi accured pada periode sebelumnya.
Dari pembagian ini, menurut Belkaoui, accounting income dapat dirumuskan sebagai berikut; Pa = X+Y+Z Pa = accounting income X = Current operating profit Y = Realisasi dan accured holding gain pada periode itu Z = Realisasi holding gain pada periode itu tetapi accured \pada periode sebelumnya
Dalam akuntansi yang memiliki konsep perhitungan laba juga dikenal perbedaan pandangan dalam menghitung laba (Sofyan ,2008:304), diantaranya, yaitu : 1.
Pemikiran klasik yang berpedoman pada postulat unit of measure dan prinsip historical cost yang sering disebut historical cost accounting atau conventional accounting sebagaimana yang kita anut saat ini, yang dinamakan konsep laba accounting income.
2.
Pemikiran neo klasik yang mengubah postulat unit of measure dengan menetapkan perhitungan perubahan tingkat harga umum (General Price Level) dan tetap mempertahankan prinsip historical cost, yang dikenal dengan istilah general price level adjusted historical cost accounting (GPLA Historical Accounting), dan perhitungan labanya disebut GPLA Accounting Income:
3.
Pemikiran radikal : yang memilih harga sekarang (current value) sebagai dasar penilaian bukan Historical Cost lagi, di mana konsep ini dikenal dengan current value accounting, sedangkan perhitungan labanya disebut current income:
4.
Pemikiran neo radikal yang menggunakan current value, tetapi disesuaikan dengan perubahan tingkat harga umum, yang disebut GPLA Current Value Accounting, sedangkan perhitungan labanya disebut Ajusted Current Income.
Menurut akuntansi yang dimaksud dengan laba akuntansi itu adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya – biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Sofyan, 2008:305). Menurut Belkaoui (2000:332), definisi tentang laba itu mengandung lima sifat berikut : 1.
Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar – benar terjadi, yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
2.
Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodic” laba itu, artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.
3.
Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil.
4.
Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang diperlukan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.
5.
Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching artinya hasil dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.
Most menambahkan ciri-ciri laba akuntansi sebagai berikut (Sofyan,2008:305): 1.
Laba akuntansi menggunakan konsep periodik.
2.
Laba akuntansi diperluas bukan hanya transaksi dan termasuk seluruh nilai fenomena dan periode yang dapat diukur.
3.
Laba akuntansi mengizinkan agregasi ke dalam kategori berupa input dan output.
4.
Oleh karena itu, perbandingan input dengan output akan menghasilkan sisa
5.
Dengan demikian, mayoritas mereka yang berkepentingan terhadap angka itu dapat menggunaannya untuk berbagai tujuan.
Beberapa kebaikan dari konsep laba akuntansi ini adalah sebagai berikut (Sofyan, 2008:305): 1.
Dapat terus-menerus ditelusuri dan diuji.
2.
Karena perhitungannya didasarkan pada kenyataan yang terjadi dan dilaporkan secara objektif, perhitungan laba ini dapat diperiksa (verifiability).
D. Arus Kas 1.
Pengertian Laporan Arus Kas Menggambil keputusan investasi laporan arus kas merupakan salah satu komponen utama laporan keuangan yang menyediakan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu. Laporan tersebut berisikan informasi mengenai perubahaan posisi kas
tertentu yang diakibatkan oleh aktivitas operasi, investasi dan pendanaan pada periode tersebut. Informasi yang terdapat di laporan arus kas juga dapat memberikan gambaran umum untuk memprediksi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Jadi laporan ini sangat diperlukan oleh investor sebelum menggambil keputusan investasi.
Arus kas dari suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan arus kas menurut PSAK No.02 adalah sebagai berikut : Arus kas merupakan aliran dana masuk dan keluar dari suatu perusahaan serta kas adalah investasi yang sifatnya likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.
2.
Penyajian Laporan Arus Kas Penyajian laporan arus kas diklasifikasikan kedalam tiga aktivitas utama yaitu arus kas yang berasal dari kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pendanaan. Tujuan untuk mengklasifikasikan ini adalah untuk mengumpulkan transaksi – tansaksi yang memiliki karakter yang sama dan memisahkannya dengan transaksi lain yang memiliki karakteristik yang berbeda.
Dalam PSAK No. 02 (2004:23) menyatakan bahwa laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu diklasifikasikan menjadi arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan. a.
Arus Kas Aktivitas Operasi Arus kas aktivitas operasi ari aktivitas penghasilan utama pendapatan perusahaan atau transaksi yang masuk tau keluar dari dalam penentuan laba bersih. Jumlah arus kas berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman. Memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Arus kas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasilan utama berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba bersih. Beberapa contoh arus kas operasi adalah : a). Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa. b). Penerimaan kas dari royalty, komisi dan pendapatan lain. c). Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa. d). Pembayaran kas kepada karyawan. e). Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya.
Ada dua metode pelaporan arus kas operasi menurut Warren et al (2002 : 98): 1). Metode Langsung (direct method) Melaporkan sumber kas operasi dan penggunaan kas operasi, sumber utama kas operasi adalah kas yang diterima dari kas yang dibayarkan kepada pemasok atas barang dan jasa serta kas yang dibayarkan kepada pegawai sebagai upah. Perbedaan antara penerimaan kas dan pembayaraan kas dalam suatu operasi merupakan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Keunggulan utama dari metode langsung adalah bahwa metode ini melaporkan sumber dan penggunaan kas daaalam laporan arus kas. Kelemahaan utamanya adalah bahwa daaata yang dibutuhkan seringkali tidak mudah didapat dan biaya pengumpulan umumnya mahal. 2). Metode Tidak Langsung (indirect method) Melaporkan arus kas operasi yang dimulai dengan laba bersih dan kemudian disesuaikan dengan pendapatan serta beban yang tidak melibatkan penerimaan langsung adalah bahwa metode ini memusatkan pada perbedaan antara laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi. Dalam hal ini metode tersebut menunjukan hubungan antara laporan laba rugi. Neraca dan laporan arus kas,
karena datanya dapat tersedia dengan segera maka metode tidak langsung umumnya lebih murah dibandingkan metode lansung. b.
Arus Kas Aktivitas Investasi Arus kas aktivitas investasi adalah arus kas yang mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang berhubungan denga sumberdaya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan dan pada umumnya melibatkan aktiva jangka panjang. Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan karena arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubung dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas investasi adalah: a). pembayaran arus kas untuk membeli aktiva, aktiva tetap tidak berwujud dan aktiva jangka panjang lainnya termasuk biaya pengembangan yang dikapasitasi dan aktiva yang dibangun sendiri b). penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tetap tidak berwujud dan aktiva jangka panjang lainnya. c). perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan lainnya. d). uang muka dari pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta perlunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan).
c.
Arus Kas Aktivitas Pendanaan
Arus kas aktivitas pendanaan adalah arus kas yang melibatkan pos – pos kewajiban dan ekuitas pemilik meliputi mendapatkan atau mengembalikan
pinjaman
kreditur
dan
pemegang
saham.
Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah: a). penerimaan kas dari emisi saham atau instrument modal lainnya. b). pembayaran jas kepada para pemegang saham untuk menebus saham perusahaan. c). penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya. d). perlunasan pinjaman e). pembayaran kas pada penyewa usaha untuk mengurangi saldo kewajiban yang tekait dengan sewa guna usaha pembiayaan.
E. Dividen 1. Pengertian Dividen Pemilik suatu perusahaan bersedia menanamkan modal didalam suatu perusahaan karena berbagai alasan. Tetapi alasan utama pemilik
bersedia menanamkan modalnya karena harapan untuk memperoleh penghasilan atas investasinya didalam perusahaan tersebut. Dan perusahaan bersedia membagikan sebagian laba usaha yang diperoleh kepada pemegang saham, sebagai imbalan atas kesediaan pemegang saham menanamkan modal didalam perusahaan tersebut. Dividen adalah bagian dari laba atau pendapatan perusahaan ditetapkan oleh direksi dan disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham untuk dibagikan kepada pemegang saham. Sedangkan laba yang ditahan perusahaan disebut laba ditahan. Menurut Rudianto (2009:308) “dividen adalah bagian dari laba usaha yang diperoleh perusahaan dan diberikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya sebagai imbalan atas kesediaannya menanamkan modalnya didalam perusahaan”.
2.
Jenis Dividen Bagian dari laba usaha perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dapat diwujudkan dalam berbagai bentuknya, tergantung keadaan perusahaan pada saat pembagian dividen tersebut. Jenis- jenis dividen yang dapat dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham adalah sebagai berikut (Rudianto, 2009): a.
Dividen kas
Dividen kas adalah bagian laba usaha yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Sebelum dividen dibagikan, perusahaan harus mempertimbangkan ketersediaan dana untuk membayar dividen. Jika suatu perusahaan memilih untuk membagi dividennya dalam dividen kas,itu berarti pada saat dividen akan dibagikan kepada pemegang sahamnya perusahaan memiliki uang tunai dalam jumlah yang cukup. Dividen tunai tidak dibagikan pada saham treasuri. Perusahaan yang memiliki laba bersih yang besar dan kas yang memadai, dividen tidak dibayar secara otomatis. Harus ada tindakan formal dari dewan direksi yang mengumumkan pembagian dividen tersebut. Dewan komisaris harus menentukan besarnya dividen yang menarik bagi para investor. Karena itu selain membagikan deviden kas secara periodic, pada saat mempunyai laba yang tinggi perusahaan mungkin
mengumumkan
dividen
khusus
(extra
dividen).
(Rudianto,2009) b.
Dividen Harta Dividen harta adalah bagian dari laba usaha suatu perusahaan yang dibagikan dalam bentuk harta selain kas. Walaupun dapat berbentuk harta lain, tetapi biasanya harta tersebut dalam bentuk surat berharga yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dan jika surat berharga yang dimiliki suatu perusahaan dibagikan sebagai dividen
pemegang saham, maka nilai yang wajar atau harga pasar dari surat berharga tersebut yang dijadikan dasar pencatatan. (Rudianto,2009) c.
Dividen Skrip Aatau Dividen Hutang Dividen hutang adalah bagian dari laba usaha perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk janji tertulis untuk membayar sejumlah uang dimasa mendatang. Dividen skrip terjadi karena perusahaan ingin membagi dividen dalam bentuk uang tunai, tetapi tidak tersedia kas dalam jumlah yang cukup, walaupun saldo laba menunjukan saldo yang cukup. Sehingga pihak manajemen perusahaan menjanjikan untuk membayar sejumlah uang dimasa mendatang kepada pemegang saham. Dividen skrip dapat disertai dengan bunga. (Rudianto,2009)
d.
Dividen Saham Dividen saham adalah bagian dari laba usaha yang ingin dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk saham baru perusahaan itu sendiri. Dividen saham dibagikan karena perusahaan ingin mengkapitalisasikan sebagian dari laba usaha yang diperolehnya secara permanen jika dividen saham dibagikan, tiada ada aktiva yang dibagikan dan setiap pemegang saham memiliki bagian kepemilikan yang sama pada perusahaan. Pembagian dividen saham akan mengakibatkan jumlah lembar saham yang beredar bertambah banyak. Tetapi total aktiva dan kewajiban perusahaan tidak akan mengalami
perubahan, baik sebelum dan sesudah pembagian dividen. Berkaitan dengan pembagian dividen saham ini, nilai wajar atau nilai pasar saham tersebut yang digunakan sebagai dasar pencatatan. (Rudianto,2009): e.
Dividen Likuidasi Dividen likuidasi adalah dividen yang ingin dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya dalam berbagai bentukya, tetapi tidak didasarkan pada besarnya laba usaha atau saldo laba ditahan perusahaan. Dividen likuidasi merupakan pengembalian modal atau investasi pemilik perusahaan. Jenis deplesi seperti ini banyak terjadi pada perusahaan yang memiliki aktiva tetap yang berkurang nilai bukunya akibat berkurangnya kandungan aktiva tetap yang dikenal dengan sebutan deplesi. Deplesi yang diakui pada suatu periode akuntansi tertentu dapat dijadikan dasar untuk menentukan besarnya dividen likuidasi pada periode tersebut. (Rudianto,2009):
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu berkaitan dengan laba bersih, arus kas operasi, dan dividen kas dapat dilihat pada tabel dibawah ini . •
Hermi (2004) Sesara simultan, variabel independent laba bersih dan arus kas operasi
mempunyai pengaruh terhadap dividen kas di perusahaan manufaktur .
sedangkan secara parsial variabel arus kas operasi mempunyai pengaruh positif terhadap dividen kas. Laba bersih dan arus kas operasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen kas. Perbedaan dengan penelitian Hermi, terdapat pada mana yang lebih signifikan antar variabel. Hermi (2004) mengatakan bahwa arus kas operasi mempunyai pengaruh yang lebih signifikan terhadap dividen kas, dibandingkan dengan laba bersih, sedangkan dalam penelitian ini laba bersih mempunyai pengaruh yang lebih signifikan terhadap dividen kas dibandingkan dengan arus kas operasi, hal ini dapat dilihat dari tabel koefisien regresi yang disandarisasi, laba bersih mempunyai koefisien yang lebih besar dibandingkan dengan arus kas operasi. Perbedaan ini mungkindikarenakan berbedanya dengan sampel dan periode penelitian yang digunakan.
G. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Keterangan Periode Pengamatan
Metode analisis data
Penelitian Terdahulu
Penelitian Sekarang
Tahun 2000 -2005
Tahun 2006 -2010
( 5 tahun )
( 5 tahun )
-
Statistik
-
deskriptif -
-
Satatistik korelasional
Koefisien
-
Uji normalitas data
determinasi
-
Koefisien korelasi
Uji hipotesis :
sederhana
t- tes
Pearson -
Uji Hipotesis : uji t- tes
-
Uji hipotesis : uji F (ANOVA)
4. Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Kas Ada banyak pertimbangan yang harus dilakukan perusahaan sebelum memutuskan pemberiaan dividen kepada pemegang saham. Pertimbangan itu adalah ketersediaan kas, peluang dan tujuan perusahaan berkenaan dengan pertumbuhan modal dan perluasaan, dan kebijakan perusahaan mengenai pendanaan eksternal, termasuk kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana dari luar. Kas yang tersedia dari hasil operasi ( arus kas operasi) perusahaan kas yang dapat digunakan kembali untuk kegiatan investasi, membayar hutang dan membayar dividen. Sedangkan pertumbuhan modal yang dimaksud di atas adalah laba bersih yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi dengan deviden yang dibagikan kepada pemegang saham. Dimana laba bersih sering kali sebagai indikasi dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Sebelum
mengumumkan
dividen.
Perusahaan
harus
mempertimbangkan tersedianya dana untuk membayar dividen. Oleh karena itu, kebutuhan kas lain seperti membayar hutang jangka pendek yang jatuh tempo, kebutuhan kas dari hari ke hari untuk pembayaran gaji, dan pengeluaran – pengeluaran lain yang tidak termasuk di dalam hutang jangka pendek, harus di teliti terlebih dahulu. Dividen seharusnya tidak dibayar sebelum posisi keuangan sekarang dan masa mendatang terjamin ketersediaannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laba bersih dan arus kas dari aktivitas operasi dinilai mempunyai pengaruh terhadap dividen kas sebagai faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam membagikan dividen kas pemegang saham. Dengan demikian penulis dapat membuat kerangka penelitian mengenai pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen kas seperti pada gambar 2.1 dibawah ini. Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Kas
NET INCOME H3
CASH H1 DIVIDEN
H2 OPERATING CASH FLOW