BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Profil PT Panasonic Manufacturing Indonesia
Melalui brand-nya yang dikenal secara umum dengan nama Panasonic, Panasonic Corporation yang berpusat di Osaka, Jepang ini, merupakan manufaktur kelas dunia di bidang produk elektronik, khususnya untuk kebutuhan konsumen awam, bisnis dan industri . Di Asia Pasifik, Panasonic muncul pertama kalinya dengan mendirikan pabrik pertamanya di Thailand pada tahun 1961. Beberapa tahun berikutnya, operasi Panasonic di kawasan ini pun berkembang. Saat ini operasinya ada di 9 negara (termasuk Indonesia) dengan total 75 perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 82,000 orang dan mencapai total penjualan sebesar 9,457 juta US Dollar untuk tahun fiskal 2005, atau sama dengan 26% dari total penjualan luar negeri Panasonic Corporation. Di Indonesia sendiri, Panasonic memiliki sejarah yang sangat panjang dan melekat di hati semua rakyat Indonesia. Dimulai dengan kehadiran radio ‘tjawang’ oleh Almarhum Drs. H. Thayeb Moh. Gobel pada tahun 1954, TV pertama di tahun 1962, hadirnya brand National di tahun 1970, sampai pada akhirnya mengganti nama National dan menggunakan nama Panasonic di tahun 2004. Sampai saat ini Panasonic di Indonesia tetap merupakan brand elektronik
7
8
yang paling terkemuka dengan sederet produknya yang inovatif, mulai dari TV plasma, Kamera, AC, Kulkas, Mesin Cuci, dan lainnya.
2.1.1. Garis Besar PT Panasonic Manufacturing Indonesia
Tabel 2.1 Profile Perusahaan Nama Perusahaan PT. Panasonic Gobel Indonesia Alamat terdaftar
Jl. Dewi Sartika 14 Cawang, Jakarta 13630 Indonesia (+62-21) 8090108, 8015710 Fax: (+62-21) 8015706,
Telephone 80882620 Presiden Direktur
Ichiro Suganuma 1970 – PT. National Gobel
Tanggal 1991 – PT. National Panasonic Gobel Pendirian 2004 – PT Panasonic Gobel Indonesia PT. Panasonic Gobel Indonesia (PGI) melakukan kegiatan penjualan dan purna jual kepada para konsumen di Indonesia. Konsentrasi PGI Kegiatan Bisnis terletak pada produk-produk ‘consumer electronic’ yang terdiri dari 2 kategori besar, yaitu Digital AV dan Home Appliances.
9
2.2. Rekam Medis
2.2.1. Pengertian Rekam Medis
Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) Undang-undang Praktik Kedokteran No.29 tahun 2004, yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan no. 269/MenKes/Per/III/2008 tahun 2008 tentang Rekam Medis, dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
2.2.2. Manajemen Informasi Kesehatan Pasien
American Health Information Management Association menerbitkan hasil pencarian melalui Internet yang berkaitan dengan manajemen informasi untuk kesehatan pasien (Smolij, 2006). Hasilnya yang banyak ditemukan di dalam pencarian tersebut adalah: Electronic Health Record (EHR), Electronic Patient Record (EPR), Electronic Medical Record (EMR), Personal Health Record (PHR), Continuity of Care Record
10
(CCR), Computer-based Patient Record (CPR), Computerized Medical Record (CMR) dan banyak lainnya. “Although there are differences between EHR, CPR, EMR, and EPR, all these terms describe systems that provide a ‘structured, digiltalized and fully accessible [patient] record.’” (Marietti, C.) EMRs juga sering dimaksud dengan CPRs dalam literatur (Meinert, D.B.). Menurut Thomas J. Handler, Gartner menetapkan lima generasi atau tingkat dalam teknologi EMR. Berkaitan dengan perspektif penggabungan data dalam EMR, maka yang dibahas hanya tingkat pertama hingga ketiga (Zaleski, J.R.). Tingkat pertama teknologi sistem dalam informasi kesehatan menyediakan data capture dan display. Tingkat kedua EMR adalah menyediakan penyertaan dokumen, seperti hasil scan dan hasil data pada unit kesehatan. Tingkat ketiga dalam EMR adalah menyediakan data klinis yang lebih fleksibel dan dapat menyediakan fasilitas untuk interaksi antar data. Dalam praktik standard, lembar penilaian dilakukan oleh praktisi kesehatan (anestesi, suster, therapist, dan yang lainnya) dalam mengisi informasi keadaan pasien, seperti detak jantung, pernapasan dan parameter lainnya.
2.2.3. Isi Rekam Medis
Menurut Konsil Kedokteran tahun 2006, isi rekam medis dibagi menjadi 2 (dua):
11
1. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan Isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan/dokumen tentang: a. identitas pasien; b. pemeriksaan fisik; c. diagnosis/masalah; d. tindakan/pengobatan; e. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 2. Rekam Medis Pasien Rawat Inap Rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat: a. identitas pasien; b. pemeriksaan; c. diagnosis/masalah; d. persetujuan tindakan medis (bila ada); e. tindakan/pengobatan; f. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan no. 269/MenKes/Per/III/2008 (pasal 3) adalah sebagai berikut: 1. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya memuat: a. Identitas pasien; b. Tanggal dan waktu; c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit; d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
12
e. Diagnosis; f. Rencana penatalaksanaan; g. Pengobatan dan/atau tindakan; h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien; i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan j. Persetujuan tindakan bila diperlukan. 2. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-kurangnya memuat: a. Identitas pasien; b. Tanggal dan waktu; c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit; d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik; e. Diagnosis; f. Rencana penatalaksanaan; g. Pengobatan dan/atau tindakan; h. Persetujuan tindakan bila diperlukan; i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan; j. Ringkasan pulang (discharge summary); k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan; l. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu; dan
13
m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan ontodogram klinik.
3. Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya memuat: a. Identitas pasien; b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan; c. Identitas pengantar pasien; d. Tanggal dan waktu; e. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit; f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik; g. Diagnosis; h. Pengobatan dan/atau tindakan; i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut; j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan; k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan yang lain; dan l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 4. Isi rekam medis pasien dalam keadaan bencana, selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditambah dengan: a. Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan; b. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal; dan
14
c. Identitas yang menemukan pasien. 5. Isi rekam medis untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. 6. Pelayanan yang diberikan dalam ambulans atau pengobatan masal dicatat dalam rekam medis sesuai ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (3) dan disimpan pada sarana pelayanan kesehatan yang merawatnya.
2.2.4. Manfaat Rekam Medis
Dalam Permenkes no. 269/MenKes/Per/III/2008 tahun 2008 menyebutkan bahwa Rekam Medis memiliki 5 manfaat yaitu: 1. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien 2. Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi 3. Keperluan untuk pendidikan dan penelitian 4. Dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan 5. Data statisik kesehatan
Sementara menurut Konsil Kedokteran tahun 2006, data-data di rekam medis dapat dipergunakan sebagai:
1. Alat komunikasi (informasi) dan dasar pengobatan bagi dokter, dokter gigi dalam memberikan pelayanan medis.
15
2. Masukan untuk menyusun laporan epidemiologi penyakit dan demografi (data sosial pasien) serta sistem informasi manajemen rumah sakit. 3. Masukan untuk menghitung biaya pelayanan. 4. Bahan untuk statistik kesehatan. 5. Sebagai bahan/pendidikan dan penelitian data.
2.2.5. Jenis Rekam Medis Menurut Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006, jenis rekam medis dibagi menjadi dua:
1. Rekam medis konvensional 2. Rekam medis elektronik
2.3. Form Rekam Medis yang ada pada PT PMI Klinik PT. PMI dikelola oleh Citra Husada selaku penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan di PT. PMI.
16
2.3.1. Form Keterangan Medis
Gambar 2.1 Form keterangan medis Form ini berisi nama, umur dan jenis kelamin pasien. Di dalamnya berisi data yang ditulis oleh dokter mengenai anamnesis,
17
pemeriksaan fisik, diagnosis, terapi/tindakan dan anjuran terhadap pasien. Di dalam form ini juga terdapat rincian biaya pengobatan yang telah dilakukan terhadap pasien.
2.3.2. Form Rujukan Laboratorium/Radiologi
Gambar 2.2 Form rujukan laboratory
18
Form ini berisi nama, no. peserta, umur dan diagnosa pasien. Di dalamnya dokter akan memberikan tanda centang pada pilihan pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan beserta dengan keterangannya.
2.3.3. Form Resep
Gambar 2.3 Form resep
19
Di dalam form ini berisi nama, no. peserta dan diagnosa. Lalu di dalamnya diisi resep obat beserta harga yang harus dibayarkan oleh pasien.
2.4. Rekam Medis Elektronik Pada Konsil Kedokteran Indonesia 2006 dinyatakan bahwa rekam medis bisa dimanfaatkan untuk pengobatan pasien, peningkatan kualitas pelayanan, pendidikan dan penelitian, penghitungan pembiayaan, statistik kesehatan, dan pembuktian masalah hukum, disiplin,dan etik. Salah satu peranan kecil teknologi informasi dalam tindakan pencegahan medical error, yakni dengan melakukan pengaturan rekam medis pada suatu sistem aplikasi manajemen rekam medis. Dengan adanya sistem aplikasi manajemen rekam medis, maka medical error dalam pengambilan keputusan oleh tenaga kesehatan dapat dikurangi karena setiap pengambilan keputusan akan berdasarkan rekam medis pasien yang telah ada. Menurut organisasi Healthcare Information and Management System Society, berdasarkan survey tahunan ke-18 yang diadakan mereka pada tahun 2007 ini, prioritas manfaat teknologi informasi yang paling tinggi adalah mengurangi medical error dan meningkatkan keamanan pasien (patient safety). Masih menurut survey tersebut, salah satu aplikasi IT yang diprioritaskan paling tinggi untuk dibangun dalam mencapai manfaat teknologi informasi tersebut adalah Electronic Medical Record (EMR).
20
Beberapa implementasi EMR di luar negeri, misalnya adalah proyek EMR nasional yang diselenggarakan oleh National Health Services (NHS) di United Kingdom, yang tujuan utamanya adalah memiliki data rekam medis terpusat dari 60 juta pasien pada tahun 2010. Sedangkan di Amerika Serikat, EMR sendiri sedang mengalami proses adopsi yang menurut organisasi National Ambulatory Medical Care Survey (NAMCS) sudah sekitar 25% institusi kesehatan mengadopsi EMR yang sudah total atau sebagian beroperasi. Namun, dilaporkan hanya 9.3% dari porsi 25% ini yang memenuhi standard.
2.5. Multimedia Database 2.5.1. Pengertian Multimedia Database
A Multimedia Database Management System (MMDBMS) must support multimedia data types in addition to providing facilities for traditional DBMS functions like database creation, data modeling, data retrieval, data access and organization and data independence (Kosch, H., Döller, M.). Yang termasuk dalam multimedia database adalah text, images, audio, video dan graphical object (CAD atau CAM object).
2.5.2. Isi dari Multimedia Database
Multimedia database perlu mengatur beberapa tipe data yang berbeda sehubungan dengan data multimedia sebenarnya. Sebuah MMDB harus
21
mengatur beberapa tipe informasi yang berbeda, berkaitan dengan data multimedia yang sebenarnya. Data-data tersebut adalah (Al Fatta, H.): 1. Media Data merupakan data sebenarnya yang merepresentasikan gambar/image, audio, video yang ditangkap, didigitasi, diolah, dikompres dan disimpan. 2. Media format data berisi informasi yang berhubungan dengan format dari media data setelah melalui proses akuisisi, pengolahan dan proses encoding. Sebagai contoh, media format data terdiri dari sampling rate, resolusi, frame rate, skema encoding dan lain-lain. 3. Media keyword data berisi deskripsi keyword, biasanya berhubungan dengan pembuatan media data. Sebagai contoh untuk video, bisa meliputi tanggal, waktu dan tempat pengambilan video, siapa yang merekam, scene yang diambil dan lain-lain sering disebut juga content descriptive data. 4. Media feature data berisi fitur yang diambil dari media data. Suatu fitur menenetukan media content, sebagai contoh informasi tentang distribusi warna, jenis-jenis tekstur dan perbedaan bentuk yang ditampilkan pada gambar, sering disebut disebut juga content dependent data.
Ketiga data terakhir sering disebut sebagai metadata, karena mendeskripsikan beberapa aspek yang berbeda dari media data. Media keyword
22
data dan media feature data digunakan untuk tujuan pencarian data. Media format data digunakan untuk menyajikan informasi yang ditangkap.
2.6. Pengambilan pada Multimedia Database dalam bidang Medis
Image retrieval telah menjadi salah satu area yang penting pada bidang computer vision pada beberapa dekade terakhir ini (Muller, Michoux, Bandon, Bhadoria), akan tetapi ada masalah hubungan antara teknologi komputer dengan bidang medis. Masalah ini menjadi salah satu yang terbesar (Muller,Bhadoria). Penggunaan multimedia database pada electronic medical record ini akan membawa perubahan pada hubungan teknologi komputer dengan bidang medis. Hubungan ini yang akan membawa teknologi komputer untuk membantu departemen-departemen yang ada pada klinik dan juga rumah sakit.
Medical images memainkan peranan penting untuk mendeteksi anatomi dan informasi fungsi bagian tubuh pada manusia untuk didiagnosa, penelitian di bidang medical dan pendidikan (Bhadoria,2010). Hasil dari medical images ini akan digunakan di beberapa departemen pada rumah sakit antara lain seperti bagian radiologi, pathologi dan juga gambar-gambar yang berupa historical dari beberapa departemen lain pada klinik dan rumah sakit.
23
2.6.1. Klasifikasi sistem pengambilan gambar Ada beberapa sistem untuk pengambilan gambar, antara lain (Bhadoria,2010) :
•
Text Based Image Retrieval Pada sistem ini penindeksan dilakukan dengan cara menggunakan text. Dimana text ini merupakan bagian dari metadata seperti id number. Sistem ini digunakan pada text based image retrieval (TBIR). Untuk pengaturan mengenai informasi text ini menggunakan PACS (picture archiving and communication system). Menggunakan pendekatan ini akan menawarkan fleksibilitas yang lebih baik untuk query image retrieval. Akan tetapi penggunaan
text
ini
saja
tidak
cukup
dikarenakan
penggunakan text tidak menampilkan ekstrak feature dari sebuah image seperti bentuk, warna dan lain-lain. •
Content Based Image Retrieval Pertumbuhan
pada
CBIR
ini
dikembangkan
untuk
memecahkan masalah TBIR dimana belum bisa memecahkan masalah untuk pencarian gambar yang serupa. CBIR ini mengambil feature dari gambar itu sendiri antara lain : warna, bentuk, teksture dan juga hubungan antara objek spasial yang tersegmentasi. Untuk mencapai pengambilan
24
gambar yang baik tidak jarang digunakan ekstrak dari beberapa feature (Bhadoria,2010;Vidya,Anjali,2008). Banyak faktor yang mempengaruhi desain dari CBIR seperti pemilihan feature yang tepat, kriteria ukuran persamaan, mekanisme
index,
dan
teknik
query
yang
tepat
(Bhadoria,2010;Ritendra,Dhiraj,Jia,James,2008;Ivica,Dejan,S uzana,2007) Teknologi CBIR ini menghasilkan dua kesimpulan, antara lain: - Bagaimana menggambarkan image ke dalam bentuk matematik - Bagaimana menilai kemiripan dari pasangan image berdasarkan deskripsinya. •
Semantic Based Image Retrieval Penggunaan CBIR mempunyai satu keterbatasan yaitu semantic gap. Semantic gap adalah kurangnya informasi kemungkinan antara informasi yang dapat diektrak dari gambar dan interpretasi bahwa data itu sama dengan situasi yang diberikan. Dengan menggunakan pencarian semantic akan dapat memecahkan masalah tersebut akan tetapi ada beberapa batasan yang timbul antara lain : - Besarnya nilai dari suatu objek untuk pencarian - Tidak sempurnanya spesifikasi dengan query - Tidak sempurnanya deskripsi gambar
25
•
Composite Dengan menggunakan CBIR saja masih dirasakan kurang manfaatnya dalam hal pencarian image. penggabungan sistem yang telah ada yaitu penggabungan antara teks (TBIR) dan gambar (CBIR) dapat meningkatkan performance dari pencarian
gambar
dengan
presisi
yang
baik
(Bhadoria,2010;Kalpathy,Hersh,2007)
2.7. Aplikasi EMR yang sudah ada
2.7.1. Contoh EMR di Beberapa Negara
Berikut merupakan EMR yang telah diaplikasikan pada beberapa klinik atau pusat kesehatan: 1.
Mosoroit Medical Record System (MMRS) di Kenya (Hannan et al 2001; Tierney, 2010). Pengembangan MMRS pada primary care rural health center sejak 1998 dan hingga sekarang masih dikembangkan. Sistem yang ada saat ini mampu menangani informasi hingga 60.000 pasien. Total kunjungan per tahun diperkirakan sebanyak 40.000 pasien (data 2001). Pada tahun 2009, jumlah pasiennya sudah mencapai 170.000 pasien. Tantangan dalam membuat MMRS ini adalah transisi dari paperbased record menjadikannya electronic. Sehingga MMRS ini harus:
26
a. mudah digunakan b. entry data yang tidak boleh berulang c. data utama hanya dimasukkan satu kali d. data yang dimasukkan benar-benar akurat e. mencerminkan aspek medis perawatan pasien untuk administrasi maupun laporan kepada provider
o Latar Belakang Indiana University School of Medicine dan Moi University Scool of Medicine (Eldoret, Kenya) telah bekerja sama selama lebih dari 15 tahun. Pada Februari 2001, kerjasama ini menghasilkan program Mosoroit Medical Record System (MMRS). Program ini dipasang pada pusat kesehatan di pedalaman Kenya. Pada November 2001, MMRS kemudian diadaptasi untuk mendukung program AMPATH (Academic Model for the Prevention and Treatment of HIV/AIDS) dan kemudian berubah nama menjadi AMRS (AMPATH Medical Record System). AMRS hingga kini masih dikembangkan di Kenya dengan bekerja sama dengan pihakpihak lain untuk mengembangkannya seperti Partner In Health (PIH). o Design Dua komputer dihubungkan dengan jaringan untuk mengakses Microsoft (MS) Access yang dilengkapi dengan UPS yang dilengkapi dengan back-up baterai tenaga matahari. Untuk proyek
27
AMPATH, jaringan komputer nya dapat dikembangkan hingga tujuh komputer yang mengakses database MS Access. o Jumlah pasien: 60,000 pasien dan kunjungan lebih dari 150,000 pasien dalam empat tahun. Untuk perawatan HIV, ada sejumlah 8,000 pasien, dimana 3,300 sedang dalam pengobatan anti-retroviral. o Jumlah situs: Dua, dengan situs AMPATH sebagai yang utama untuk delapan klinik. o Data Entry: Di MMRS, pasien melakukan registrasi ketika datang. Ketika konsultasi membawa form kunjungan, dan ketika keluar dari klinik, form kunjungan tersebut dikembalikan. Juru ketik mengetikkan data registrasi dan form kunjungan. Pada AMRS, data dari form dikumpulkan pada lokasi utama untuk data entry, kemudian dikembalikan ke dalam box yang berisi riwayat kesehatan pasien.
2.
Partners in Health (PIH) – Electronic Medical Record (EMR) di Peru (Milosevich, 2005). Tahun 1996, Partners In Health (PIH) memulai program terhadap wabah tuberkolosis di daerah kumuh di Lima, Peru. Tahun 2001, EMR (electronic medical record) berbasis web diimplementasikan untuk mengembangkan treatment terhadap pasien.
28
Jumlah pasien tercatat sebanyak 4.300 orang dengan jumlah sekitar 2.900 orang yang mendapatkan treatment. Sistem ini juga memberikan laporan bulanan kepada Menteri Kesehatan dan jajaran yayasan yang terkait. o Latar Belakang: Tahun 1996, Partners in Health (PIH) memulai program treatment untuk obat tuberkolosis (TBC) di daerah kumuh di Lima, Peru. Lalu dikembangkan EMR berbasis web yang dinamakan Partners In Health (PIH)-Electronic Medical Record (EMR), untuk mendukung treatment selama dua tahun untuk pasien tersebut. PIH-EMR berbasis web ini diimplementasikan pada tahun 2001. o Design: Web dengan menggunakan database Oracle. Menggunakan dwi bahasa, Bahasa Inggris dan Bahasa Spanyol. o Jumlah Pasien: ada 4,300 pasien, dimana 2,900 telah menerima program treatment. o Jumlah Situs: di Peru ada tiga situs, di Filipina ada satu. o Data Entry: Form diisi oleh pemeriksa awal. Lalu data pengobatan atau tindakan diisi oleh suster dan asistennya.
29
3. Hospital Information System (HIS), Jepang (Hanada, 2007)
Gambar 2.4 Contoh arsitektur HIS di sebuah rumah sakit di Jepang
Arsitektur sistem komputer telah berubah dari independen menjadi sistem klien dan server yang terhubung dalam jaringan di banyak bagian medical di Jepang. Fungsi dari sistem tersebut juga berkembang termasuk membantu diagnosis, menginformasi “living body” yang ditransmisi dan mengkonfirmasi treatment yang diberikan dokter. HIS sendiri tidak begitu berjalan di Jepang, karena banyaknya dokter yang bekerja sendiri, sehingga untuk melakukan input data, mereka harus membayar juru ketik yang upahnya termasuk tinggi. Karena harga yang harus dibayar oleh para dokter untuk input data tersebut, menjadikan sistem ini tidak terlalu sukses. o Latar Belakang: The Ministry of Health, Labour and Welfare of Japan (MHLW) memiliki cita-cita “finish the installation of EPR in 60% of all
30
hospitals with 600 or more beds in the 2008 fiscal year” tetapi ternyata tidak tercapai. MHLW lalu mengeluarkan program lain, yaitu “medical cooperation”. Melalui sistem ini, dua atau lebih rumah sakit bekerjasama dalam menangani pasien yang menderita penyakit kritis. Melalui komunikasi dan berbagi database, kerjasama ini dapat dilaksanakan. o Design: Sistem yang dikembangkan dalam HIS ini adalah: 1. Patient monitor network Pada rumah sakit yang menggunakan patient monitor untuk observasi pasien yang kritis, dibutuhkan jaringan transmisi data yang baik. Dalam hal ini, transmisi data secara wireless menggunakan gelombang 420MHz. 2. Nurse call system Di rumah sakit di Jepang, pada ruangan menginap, terdapat tombol untuk memanggil suster yang dapat berkomunikasi antara pasien dengan suster. Suster ini dapat berkomunikasi dengan pasien di mana saja, karena suster menggunakan personal handy-phony system (PHS). PHS merupakan komunikasi mobile yang dikembangkan di Jepang. 3. Wireless data communication for HIS Rumah sakit di Jepang banyak menggunakan wireless untuk komunikasi datanya, karena dapat mengurangi jumlah terminal dan meningkatkan efisiensi ruangan.
31
4. EMR pada Pepsi Bottling Group (PBG) (Tao et al, 2009) PBG merupakan pembuat, penjual dan distributor dari minuman PepsiCola dengan jumlah karyawan sekitar 70.000 orang. Hasil penjualan dari Pepsi-Cola di seluruh dunia mencapai $14 triliun per tahunnya. Prinsipalnya berada di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, Yunani, Mexico, Rusia, Spanyol dan Turki. o Latar Belakang PBG membuat program yang bernama “Healthy Living” dengan sasaran 33.000 karyawan yang berada di Amerika Serikat yang rencananya diluncurkan pada tahun 2004. Bekerja sama dengan Johns Hopkins University School of Medicine, klinik pertama dibentuk pada tahun 2003. Hingga Desember 2008, jumlah kliniknya sudah berkembang menjadi 26 klinik di 18 negara bagian dengan jumlah pasien sebanyak 14.000 karyawan. o Design Menggunakan Integrated Claims Management System (ICMS) yang diciptakan oleh Johns Hopkins University pada tahun 2002. Sistem ini menggunakan web yang mengijinkan adanya pertukaran data antara dokter, provider dan laboratorium. Semua data ini diprotek dengan password dan dienkripsi. o Jumlah pasien: Lebih dari 14.000 karyawan yang ditangani PBG Employee Health and Wellness Centre.
PLATFORM BAHASA PROGRAM DATABASE WEB INTERFACE GUI CLIENT MULTI USER
MODUL
KLINIK
JUMLAH PASIEN JUMLAH KUNJUNGAN PROGRAM DATA ENTRY
DESIGN
SEXUALLY TRANSMITTED INFECTION (STI) 4 MODUL: REGISTRATION ENCOUNTER DATA REPORTS DATA DICTIONARY LINUX, WINDOWS JAVA, PERL, PHYTON MYSQL YA YA YA
FAMILY PLANNING
ANTENATAL CARE
ORACLE YA YA YA
4 MODUL: ORDER ENTRY PHARMACY CLINICAL LABORATORY RADIOLOGY SECTION
WOMEN'S HEALTH AND FAMILY CHILDREN'S CENTER PLANNING DIAGNOSIS AND TREATMENT OF ALL CANCER CENTER STI (SEXUALLY TRANSMITTED INFECTION) PRIVATE ROOM'S FLOOR WITH LADY'S FLOOR
PEDIATRIC (ANAK DI ATAS 5 TAHUN)
6 UNIT: ADULT MEDICINE
WELL CHILD (BAYI DAN ANAK BALITA)
SHIMANE PREFECTURAL CENTRAL HOSPITAL - JAPAN
WEB BASED BILINGUAL, BAHASA INGGRIS DAN BAHASA SPANYOL > 4,000 DATA 3000 ORANG / TAHUN WEB (ORACLE) KERTAS (FORM) DITULIS OLEH PEMERIKSA AWAL. DATA KESEHATAN DIMASUKKAN OLEH SUSTER SETELAH DIPERIKSA 4 UNIT: 5 UNIT: HIV PREVENTION AND CARE, MIDCARE FLOOR UNIT INCLUDING VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING) TB (TUBERCOLOSIS) DETECTION AND PALLIATIVE CARE CENTER TREATMENT THROUGH DIRECTLY OBSERVED THERAPY (DOT)
PIH EMR - PERU
2 PC IBM COMPATIBLE DILENGKAPI DENGAN UPS > 60,000 DATA 40,000 ORANG / TAHUN MS ACCESS KERTAS (FORM) DIKETIK SETELAH PASIEN BEROBAT
MMRS - KENYA
32
Tabel 2.2 Perbandingan EMR yang ada
33
2.7.2. Contoh Registrasi Form pada Rumah Sakit Berbasis Web
1. www.jordanvalleymc.com
Gambar 2.5 Tampilan www.jordanvalley.com
Jordan Valley Medical Center ini berada di Salt Lake City, Amerika Serikat. Pada menu registrasi ini, pasien yang melakukan registrasi harus bertempat tinggal di Amerika Serikat, karena data alamat termasuk state nya hanya di negara bagian Amerika Serikat.
34
2. www.maxhealthcare.in
Gambar 2.6 Tampilan www.maxhealthcare.com Max Healthcare ini merupakan layanan medis yang ada di India. Memiliki beberapa rumah sakit yang tergabung dalam Max Healthcare, salah satunya adalah Max Super Specialty Hospital yang berada di kota New Delhi. Pada menu registrasi ini, selain pasien yang tinggal di India, juga menerima pasien yang berada di luar India. Ada menu selain untuk melakukan preventive health program, juga untuk memeriksa penyakit lebih spesifik.
35
3. www.ppac.sg
36
Gambar 2.7 Tampilan www.ppac.sg Parkway Health berada di Singapura dan memiliki tiga jaringan rumah sakit, yaitu Mount Elizabeth Hospital, Parkway East Hospital, dan Gleneagles Hospital. Menu yang terdapat di dalamnya lebih lengkap, karena selain menerima pasien dari luar Singapura, juga waktu untuk jadwal appointment dapat dipilih oleh pasien.
2.8. Penggunaan Teknologi Mobile Dalam EMR (Dinusha et al, 2009)
Dengan perkembangan teknologi wireless sekarang ini, seperti Bluetooth, GSM/ GPRS/ 3G, WiFi, WiMax dan yang lainnya, mempengaruhi dunia kesehatan juga terutama dalam transmit data dan servis. Layanan ini dapat dikembangkan sebagai access point untuk
37
registrasi pasien ke dalam sistem informasi klinik, dan juga sebagai alat informasi yang bekerja secara remote untuk menyediakan informasi bagi pasien, klinik, home providers, dan pekerja kesehatan lapangan. Menurut survey yang dilakukan oleh Vodafone pada tahun 2009, dari sekitar 5,3 milyar orang yang tinggal di negara berkembang, 2,3 milyar diantaranya menggunakan mobile phone, tetapi hanya ada 305 juta komputer dan 11 juta ranjang rumah sakit (Danis et al, 2010). Hal ini jelas menunjukkan bahwa kita dapat memanfaatkan kekuatan teknologi mobile, alat berbiaya rendah untuk mengatasi masalah kelangkaan sumber daya di bidang kesehatan di negara-negara berkembang. Beberapa keuntungan penggunaan teknologi mobile dalam EMR: -
Meningkatkan akses terhadap healthcare dan informasinya, terutama untuk populasi yang berada di pedalaman.
-
Meningkatkan kemampuan untuk diagnosa dan penelusuran terhadap penyakit.
-
Lebih tepat waktu untuk informasi-informasi terhadap healthcare.
-
Meningkatkan ketertiban dalam melakukan treatment: Menurut studi pada tahun 2007 di Thailan, pasien Tuberkolosis yang menerima reminder untuk pengingat obat tiap hari, meningkat ketaatannya hingga 90%.
Meningkatkan
kesadaran
publik:
di
Afrika
Selatan,
dengan
mempromosikan sebuah hotline AIDS melalui pesan SMS, meningkatkan panggilan kepada hotline tersebut hingga 350%.
38
Gambar 2.8 Mobile EMR Dengan berintegrasi dengan EMR, reminder dalam pesan SMS akan dikirimkan kepada pasien mengenai appointment dengan klinik, tanggal konsultasi atau penggunaan lab, tanggal treatment, dan data penting mengenai jadwal lainnya. Ketika appointment dibatalkan atau ditunda, pesan SMS juga tetap disampaikan, sehingga dapat memotong biaya perjalanan pasien yang tidak perlu. Sistem ini juga memungkinkan untuk menerima SMS dari pasien, lalu diteruskan kepada pihak lain yang berwenang.