BAB II LANDASAN TEORI
A. Modal Kerja 1. Pengertian Modal Kerja Modal dalam ilmu ekonomi islam dipandang sebagai suatu yang khusus karena dalam Islam ada larangan yang tegas mengenai riba atau bunga yang dapat merugikan pekerja. Modal adalah sesuatu yang diharapkan dapat memberikan penghasilan pemiliknya tanpa harus mengambil bunga darinya. 1 Jadi sistem ekonomi Islam dalam hal modal kerja harus terbebas dari bunga. Modal dalam literatur fiqh disebut Ra’sul Mal yang merujuk pada arti uang dan barang.2 Modal kerja dalam ekonomi yaitu sejumlah uang yang tertanam dalam aktiva lancar perusahaan yang dipergunakan untuk membiayai operasional jangka pendek perusahaan, seperti pengadaan bahan baku, tenaga kerja, pajak, biaya listrik dan lain-lain. Ditinjau dari sudut neraca, modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Aktiva lancar adalah harta perusahaan yang dalam jangka paling lama setahun dapat dicairkan menjadi uang kas, seperti deposito jangka pendek, piutang-piutang dagang, persediaan barang dagang dan uang kas.
1
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta : BPFEY, 2005),
Hlm. 314
2
Ilfi Nurdiana, Hadis-hadis Ekonomi, (Malang : UIN-Malang Press, 2008), Hlm.47
30
31
Modal kerja merupakan alat untuk mengukur likuiditas perusahaan. Likuiditas adalah alat untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya dalam jangka pendek. Oleh karena itu, salah satu faktor utama yang perlu diperhatikan oleh manajemen dalam perputaran modal kerja adalah periode (lama waktu yang dibutuhkan) dalam setiap perputaran. Semakin pendek periode perputaran modal kerja akan menyebabkan semakin kecil kebutuhan modal kerja. Sebaliknya, semakin lama atau panjang waktu periode perputaran modal kerja, maka semakin besar modal kerja yang dibutuhkan.3 Mengenai pengertian modal kerja terdapat beberapa konsep yaitu: a. Konsep Kuantitatif : Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar (kas, piutang dagang, persediaan, persekot biaya) dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimulai dari yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (Gross Working Capital).4
3
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi : Teori dan Praktik, (Jakarta : Erlangga, 2001), Hlm.83 4 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, (Yogyakarta : BPFE, 1995), Hlm. 57
32
b. Konsep Kualitatif : Modal kerja dalam konsep ini adalah semua dana yang tertanam dalam aktiva lancar dikaitkan dengan hutang yang harus segera dibayar, maka sebagian dari aktiva lancar harus disediakan untuk memenuhi dana dalam membagikan aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membayar operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar. Atau kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar. Modal kerja ini sering disebut (Net Working Capital). c. Konsep Fungsional : Modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan Current Income sesuai dengan tujuan didirikannya perusahaan pada suatu periode tertentu.5 Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana–dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan. 2. Jenis-jenis Modal Kerjadan Unsur-unsur Modal Kerja a. Jenis- jenis Modal Kerja 1) Modal Kerja Permanen : Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus diperlukan
5
Ibid, Hlm. 57-58
33
untuk kelancaran usaha.6 Modal Kerja permanen dibedakan menjadi 2, yaitu modal kerja primer dan modal kerja normal. 2) Modal Kerja Variabel : Modal kerja yang jumlahnya berubahubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya. 7 Modal kerja ini dibedakan menjadi 3, yaitu modal kerja musiman, modal kerja siklis dan modal kerja darurat. b. Unsur-unsur Modal Kerja 1) Kas : Uang tunai baik uang kertas maupun uang logam, simpanan uang di Bank yang setiap saat dapat diambil (simpanan giro), dan bentuk-bentuk alat pembayaran lainnya yang bersifat seperti mata uang.8 2) Piutang dagang : Suatu jumlah uang yang akan diterima dikarenakan penjualan barang kepada pihak lain yang pembayarannya dilaksanakan pada masa yang akan datang.9 3) Persediaan barang dagang : Sejumlah barang yang harus disediakan oleh perusahaan pada suatu tempat tertentu, artinya adanya sejumlah barang yang disediakan perusahaan guna memenuhi kebutuhan penjualan barang dagangan. 10
6
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Ed.4, (Yogyakarta: BPFE, 2008), Hlm. 61 7 Ibid, Hlm. 61 8 Mardiasmo, Akuntansi Keuangan Dasar 2, Edisi.2, (Yogyakarta : BPFE, 2012), Hlm. 1 9 Sudana, Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktek, (Jakarta: Erlangga, 2011), Hlm. 217 10 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), Hlm. 264
34
3. Sumber Modal Kerja a. Hasil operasi perusahaan. b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) dan penjualan saham atau obligasi. c. Penjualan aktiva tidak lancar. d. Pinjaman dari Bank dan pinjaman-pinjaman jangka pendek lainnya. e. Hutang dagang yang diperoleh dari para penjual (supplier).11 4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja a. Volume penjualan, yaitu faktor yang paling utama karena perusahaan
memerlukan
modal
kerja
untuk
menjalankan
aktivitasnya dimana puncak dari aktivitasnya itu tinggi penjualan. b. Beberapa kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. c. Pengaruh musim, dengan adanya pergantian musim, akan dapat mempengaruhi besar kecilnya tingkat penjualan, dan fluktuasi tingkat penjualan akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. d. Kemajuan teknologi, dengan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi proses produksi menjadi lebih cepat, sehingga akan mengurangi besar kecilnya kebutuhan modal kerja. 12 5. Hubungan Modal Kerja dengan Pendapatan Setiap usaha selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalkan untuk pembelian bahan baku, membayar upah buruh, gaji pegawai dan lain sebagainya. Modal kerja 11 12
Munawir, Analis Laporan Keuangan, (Yogyakarta : Liberty, 2002), Hlm. 120 Indriyo Gitosudarmo, Manajemen Keuangan, (Yogyakarta : BPFE, 2002), Hlm. 36
35
yang efektif sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya,
maka
besar
kemungkinannya
akan
kehilangan
pendapatan dan keuntungan. Kaitannya modal kerja dengan pendapatan bahwa modal kerja berpengaruh signifikan positif terhadap pendapatan usaha pedagang. Artinya semakin besar atau meningkatnya modal yang dimiliki maka pendapatan yang diperoleh akan semakin meningkat dan sebaliknya jika modal yang dimiliki kecil atau menurun maka pendapatan yang diperoleh pun akan menurun. 13 Modal kerja merupakan faktor yang penting dalam kegiatan usaha, sebab modal kerja disini merupakan urat nadi bagi kelangsungan suatu perusahaan. Semakin besar modal kerja, maka semakin luas kesempatan untuk mengambangkan usaha. Uang atau dana yang dikeluarkan dari modal kerja tersebut dapat diharapkan kembali lagi dalam jangka waktu yang pendek, melalui hasil penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya, jadi jika modal kerja bertambah maka otomatis akan mempengaruhi keuntungan. 14
13
Tyas Sasetyowati dan Susanti Kurniawati, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Sembako Suatu Kasus pada Pedagang Sembako di Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran, (Jurnal, 2012), Hlm.11 14 Lincoln Arsyad, Penerapan Ekonomi Mikro dalam Manajemen Bisnis, (Yogyakarta : BPFE, 1988), Hlm. 20
36
B. Lama Usaha 1. Pengertian Lama Usaha Lama usaha sangat berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan yaitu lamanya seseorang dalam menggeluti usaha yang dijalaninya. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang menjalankan usahanya maka akan semakin
berpengalaman orang
tersebut. Sedangkan pengalaman kerja itu sendiri merupakan proses pembentukan pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. 15 Pengalaman kerja dari uraian di atas dapat disimpulkan yaitu suatu proses dimasa lalu yang dijalani seseorang terlebih pada suatu pekerjaan tertentu yang membuat seseorang lebih memahami pekerjaannya dengan pembentukan pengetahuan dan keterampilan secara lebih mendalam. Keunggulan seseorang yang berpengalaman dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas seseorang karena adanya pengembangan keahlian dan hal tersebut cenderung menghasilkan kinerja yang lebih baik. Seseorang yang cukup banyak pengalaman dibidang tertentu akan lebih menguasai pekerjaan dan tanggung jawabnya sehingga mereka pun cenderung disebut sebagai ahli dibidangnya. Ada beberapa hal untuk menentukan berpengalaman seseorang yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja yaitu :
15
Manulang, Manajemen Personalia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984), Hlm.15
37
a. Lama waktu / masa kerja : Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik. 16 Seseorang yang masa kerjanya lebih tinggi akan memiliki strategi yang lebih matang dan tepat dalam mengelola usahanya, serta mampu mengambil keputusan dalam setiap kondisi dan keadaan, selain itu pedagang dengan pengalaman dan lama usaha yang lebih banyak, secara tidak langsung akan mendapatkan jaringan atau koneksi yang lebih luas yang berguna dalam perolehan laba. b. Tingkat pengetahuan dan keterampilan : Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh pegawai. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan. 17 Pengetahuan yang luas tanpa diiringi dengan ketrampilan hanya akan menjadi aksi yang tidak kongkret. Banyak orang yang pandai berbicara, tetapi hanya sedikit orang yang bisa bekerja dan menekuni bidang pekerjaanya. Pengetahuan dan keterampilan berkaitan terhadap seseorang dalam bekerja.
16
Bill Foster, Pembinaan untuk Peningkatan Kinerja Karyawan, (Jakarta : PPM, 2001),
17
Ibid, Hlm. 43
Hlm.43
38
c. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan : Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek tehnik peralatan dan tehnik pekerjaan.18 2. Cara Memperoleh Pengalaman Kerja a. Pendidikan : Berdasarkan pendidikan yang dilaksanakan oleh seseorang, maka orang tersebut dapat memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak dari sebelumnya. b. Pelaksanaan tugas : Melalui pelaksanaan tugas maka seseorang akan semakin banyak memperoleh pengalaman. c. Media informasi : Pemanfaatan berbagai media informasi, akan mendukung seseorang untuk memperoleh pengalaman kerja. d. Penataran : Melalui kegiatan penataran dan sejenisnya, maka seseorang akan memperoleh pengalaman kerja banyak dari orang yang menyampaikan bahan penataran tersebut. e. Pergaulan : Melalui pergaulan dalam kehidupan sehari-hari, maka seseorang akan semakin banyak memperoleh pengalaman kerja untuk diterapkan sesuai dengan kemampuannya. f. Pengamatan : Selama seseorang mengadakan pengamatan terhadap suatu kegiatan tertentu, maka orang tersebut akan dapat memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik.19
18
Ibid, Hlm.43 Syukur, Metode Penelitian dan Penyajian data Pendidikan, (Semarang : Medya Wiyata, 2001), Hlm. 83 19
39
3. Manfaat Pengalaman Kerja a. Mendapat kepercayaan yang semakin baik dari orang lain. b. Kewibawaan
akan
semakin
meningkat
sehingga
dapat
mempengaruhi orang lain untuk bekerja sesuai keinginannya. c. Pelaksanaan pekerjaan akan berjalan lancar karena orang tersebut telah memiliki sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. d. Dengan adanya pengalaman kerja yang semakin baik, maka orang akan memperoleh penghasilan yang lebih. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Kerja a. Latar belakang pribadi mencakup pendidikan, kursus dan bekerja. b. Bakat dan minat, untuk memperkirakan minat dan kapasitas atau kemampuan seseorang. c. Sikap dan kebutuhan (attitudes and needs), untuk meramalkan tanggung jawab dan wewenang seseorang. d. Kemampuan
analitis
dan
manipulatif
untuk
mempelajari
kemampuan penilaian dan penganalisaan e. Keterampilan dan kemampuan tehnik, untuk menilai kemampuan dalam pelaksanaan aspek – aspek tehnik pekerjaan.20 5. Hubungan Lama Usaha dengan Pendapatan Lamanya seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan memberi pengaruh terhadap kemampuan profesionalnya. Semakin lama seseorang menekuni bidang usaha perdagangan akan makin
20
T. Hani Handoko, Manajemen, Ed.2, (Yogyakarta : BPFE, 1984), Hlm.241
40
meningkatkan pengetahuan tentang selera ataupun perilaku konsumen. Ketrampilan berdagang makin bertambah dan semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil dijaring. Sehingga dari banyaknya pelanggan yang dijaring maka akan menambah pendapatan dan akhirnya laba yang diperoleh akan bertambah. 21 Semakin lama usaha seseorang dalam membuka usaha, semakin terampil melakukan pekerjan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu lama usaha yang yang dijalani seseorang akan meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan usaha tersebut sehingga akan dapat meningkatkan produktivitas usaha tersebut. Lama sesorang dalam membuka usahanya mempunyai dampak atau pengaruh yang positif terhadap pendapatan usaha.22
C. Jam Kerja 1. Pengertian Jam Kerja Waktu adalah salah satu nikmat tertinggi yang diberikan Allah kepadamanusia. Sudah sepatutnya manusia memanfaatkan seefektif mungkin untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi, seperti dalam Al-Quran yang artinya “Demi masa. Sesungguhnya 21
Nurhidayah Ilham, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Usaha Dagang pada Pasar Tradisional di Kabupaten Pangkep, (Universitas Hasanuddin Makassar, 2014), Hlm.18 22 Heni Rahayu Wulandari, Analisis Pengaruh Variabel-varaiabel yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Sentra Industri Keramik (studi kasus sentra industri keramik kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang), (Jurnal Universitas Brawijaya Malang, 2015), Hlm. 9
41
manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-Ashr : 1-3). Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia memang benar-benar berada dalam kerugian apabila tidak memanfaatkan waktu yang telah diberikan oleh Allah Swt secara optimal untuk mengerjakan perbuatanperbuatan baik. Hanya individu-individu yang beriman dan kemuadian mengamalkannya yang tidak termasuk orang yang merugi. Seorang muslim haruslah pandai untuk mengatur segala aktivitasnya agar dapat mengerjakan ibadah, kerja dan istirahat, baik secara vertikal yaitu dirinya menginginkan sebagai ahli ibadah maupun secara horisontal yang menginginkan bermuamalah dengan masyarakat, mencari nafkah bagi keluarganya dan sebagainya. Secara umum jam kerja dapat diartikan sebagai waktu yang dicurahkan untuk bekerja. Disamping itu, jam kerja adalah jangka waktu yang dinyatakan dalam jam yang digunakan untuk bekerja. 23 Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa semakin banyak jam kerja yang digunakan berarti pekerjaan yang dilakukan semakin produktif. Dalam hal ini, apabila jam kerja seseorang semakin cepat dalam menyelesaikan tugasnya, maka semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk bekerja, dengan sedikitnya waktu yang diperlukan untuk
23
Mantra, Demografi Umum, Ed. 2, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), Hlm. 225
42
menyelesaikan tugasnya berarti dapat mengambil pekerjaan lain atau menyelesaikan tugas yang lain, sehingga apabila waktu yang dicurahkan untuk bekerja semakin banyak, maka penghasilan yang diperoleh pun semakin banyak. 2. Aspek-aspek Jam Kerja. a. Lamanya seseorang mampu bekerja secara baik 1) Waktu kerja siang a) Waktu kerja dalam satu hari adalah 7 jam dan wktu kerja 1 minggu adalah 40 jam untuk 6 hari kerja dalam seminggu. b) Waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam dan waktu kerja 1 minggu adalah 40 jam untuk 5 hari kerja dalam seminggu. 2) Waktu kerja malam hari a) Waktu kerja dalam 1 hari adalah 6 jam dan waktu kerja 1 minggu adalah 35 jam untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu. b) Waktu kerja dalam 1 hari adalah 7 jam dan waktu kerja 1 minggu adalah 35 untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.24 Lamanya seseorang mampu bekerja secara baik berdasarkan uraian diatas yaitu pada umumnya 8 (delapan) jam. Jadi satu minggu seseorang bisa bekerja dengan baik selama 40 (empat puluh) jam. Selebihnya bila dipaksa untuk bekerja biasanya tidak efisien dan produktivitas kerjanya akan menurun. Produktivitas kerja sendiri merupakan perbandingan dari efektivitas keluaran 24
ToharArifin dan A.Fauzi, Aplikasi Excel dalam Aspek Kuantitatif Manajemen Sumberdaya Manusia, (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2007), Hlm. 114
43
(pencapaian unjuk kerja maksimal) dengan efisiensi salah satu masukan (tenaga kerja) yang mencangkup kuantitas, kualitas dalam waktu tertentu. Produktivitas kerja digunakan untuk mengukur dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan dan output sebagai keluarannya yang merupakan indikator daripada kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. 25 Selain itu yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat disimpulakan menjadi dua golongan : 1) Faktor yang ada pada diri individu, yaitu umur, temperamen, keadaan fisik individu, kelelahan dan motivasi. 2) Faktor yang ada diluar individu, yaitu kondisi fisik seperti suara, penerangan,waktu istirahat, lama kerja, upah, bentuk organisasi, lingkungan sosial dankeluarga. 26 b. Hubungan antara waktu kerja dengan waktu istiraha Lamanya seseorang bekerja secara normal dalam sehari pada umumnya 8 jam, sisanya 16 jam lagi dipergunakan untuk kehidupan dalam
keluarga
dan
masyarakat
seperti untuk
beristirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan, biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas. Bekerja dalam waktu yang berkepanjangan 25
Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas, (Bandung: CV Mandar Maju, 2009), Hlm. 38 26 Sinungan, Produktivitas Apa dan Bagaimana, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), Hlm. 73
44
akan timbul kecenderungan terjadi kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit
dan kecelakaan kerja serta ketidakpuasan.Pekerja
diperbolehkan untuk istirahat sebanyak 1 sampai 1,5 jam tiap hari kerja dalam 8 jam, pekerja memerlukan istirahat agar dapat mempertahankan tingkat kerjanya dari hari kehari. c. Jam kerja sehari meliputi pagi, siang, sore dan malam Waktu kerja merupakan waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan pekerjaan yang dapat dilakukan pada siang, sore dan malam hari. Waktu kerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan organ tubuh secara terorganisasi dalam waktu tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki seorang tenaga kerja maka akan menambah berat beban kerja yang diterimanya dan sebaliknya jika waktu yang digunakan tenaga kerja itu dibawah waktu kerja sebenarnya maka akan mengurangi beban kerja. 3. Hubungan Jam Kerja dengan Pendapatan Teori alokasi waktu kerja didasarkan pada teori utilitas yaitu bekerja atau tidak bekerja untuk menikmati waktu luangnya. Bekerja berarti akan menghasilkan upah yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan.
meningkatnya pendapatan dapat digunakan untuk
membeli barang-barang konsumsi yang dapat memberikan kepuasan. Dalam pendekatan mikro, tingkat upah memiliki peran langsung dengan jam kerja yang ditawarkan, pada kebanyakan pekerja, upah merupakan suatu motivasi dasar yang mendorong seseorang untuk
45
bekerja. Hubungan antara upah dengan jam kerja adalah positif, dimana pada saat jam kerja yang ditawarkan semakin tinggi, maka upah yang diterima juga semakin tinggi. Jam kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang. 27
D. Lokasi Usaha 1. Pengertian Lokasi Usaha Lokasi (place) merupakan tempat yang menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menjadikan produknya dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen. 28 Dalam penentuan lokasi bisnis ada prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan yaitu daerah perdagangan yang cukup potensial, tempat mudah dijangkau, mempunyai potensi pertumbuhan, terletak dalam arus bisnis, ada daya tarik yang kuat, dalam lalulitas lancer persaingan kecil. Karena apabila terjadi kesalahan dalam memilih lokasi/tempat akan berpengaruh besar pada kelangsungan hidup siklus jual beli secara terus-menerus. 29 Dalam pemilihan lokasi fisik memerlukan pertimbangan cermat terutama fakktor : a. Akses : Lokasi yang dilalui mudah dijangkau. Mencari lokasi yang strategis merupakan bagian dari keputusan yang sangat penting.
27
Riningsih, Pengaruh Modal Kerjadan Satuan Jam Kerja terhadap Pendapatan pada Industri Kecil Pengkrajin Genting di Desa Karangasem Kec.Wirosari Kab.Grobogan, (Universitas Negeri Semarang, 2005), Hlm. 52 28 Basu Swastha dan T. Hani Handoko, Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen, Ed.6, (Jakarta: BPFE, 2000), Hlm. 187 29 Nelson, Statistik untuk Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta : BPFE, 1989), Hlm. 86
46
Dengan adanya lokasi yang strategis, usaha atau bisnis akan mengalami kemajuan. Disebut memiliki yang strategis jika lokasinya mudah dijangkau dan pas dengan jenis usaha yang akan didirikan. 30 b. Visibilitas : Dalam bisnis, mencari dan menentukan lokasi tugas yang paling penting karena penentuan lokasi yang tepat merupakan kunci kesuksesan suatu bisnis. Visibilitas
merupakan hal yang
harus diperhatikan dimana dengan lokasi yang visibilitas maka banyak pembeli yang datang karena lokasi dapat terlihat dengan jelas dari jarak pandang normal. c. Lalu lintas : Lalu lintas mempengaruhi penempatan lokasi usaha karena dapat menarik konsumen untuk mengunjungi bisnis tersebut. Banyaknya orang yang berlalu lalang bisa memberikan peluang besar terjdinya impulse buying (keputusan pembelian yang sering terjadi spontan atau tanpa perencanaan). d. Tempat parkir yang luas, nyaman dan aman : Tempat parkir yang luas, nyaman dan aman sangat berpengaruh terhadap kepuasan konsumen atau pembeli. Pasar yang memiliki fasilitas parkir memadai dapat menjadi pilihan yang lebih baik bagi pembeli. e. Ekspansi : Tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha dikemudian hari. Lokasi yang dipilih haruslah mampu mengalami pertumbuhan ekonomi sehingga usahanya dapat bertahan.
30
Sherly, 25 Usaha Terlaris Modal 1-3 Juta, ( Yogyakarta : Jogja Great, 2010), Halm. 27
47
f. Lingkungan : Daerah sekitar yang mendukung jasa ditawarkan. Keputusan pemilihan lokasi menjadi penting karena dapat mempengaruhi tingkat dan keberhasilan perusahaan. 31 g. Kompetisi : Lokasi pesaing. Dalam menentukan lokasi sebuah usaha, perlu dipertimbangkan apakah dijalan atau daerah tersebut telah terdapat banyak usaha yang sejenis atau tidak. 2. Jenis-jenis Interaksi yang Mempengaruhi Lokasi Usaha a. Konsumen mendatangi pemberi jasa, apabila keadaannya seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau dengan kata lain harus strategis. b. Pemberi jasa mendatangi konsumen, dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap berkualitas. c. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung, berarti service provider dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer, dan surat.32 3. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan Lokasi a. Dekat dengan pelanggan dan sarana transportasi. b. Pasokan tenaga kerja terjamin kesediaanya, listrik dan air. c. Dekat dengan lembaga keuanagan dan kawasan industri. 31
Thomas W Dan Zimmerer M dkk, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil,Ed 5, (Jakarta : Salemba Empat, 2009), Hlm. 290 32 Rambat Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktik, Ed.1, (Jakarta : Salemba Empat, 2001), Hlm. 61-62
48
d. Pertimbangkan sosial budaya masyarakat lingkungan dan hukum. e. Dekat dengan pelabuhan, bandara, stasiun dan terminal. f. Besarnya nilai investasi lokasi masa datang dari lokasi sekarang. g. Iklim dan tekstur tanah dan pertimbangan lainnya. 33 4. Faktor-faktor dalam Menentukan Lokasi a. biaya dan lamanya sewa. b. pelayanan yang diberikan oleh pengusaha pusat pembelanjaan. c. luas ruangan beserta layoutnya. d. arus pengunjung. e. jarak dari tempat parkir. 34 5. Hubungan Lokasi Usaha dengan Pendapatan Menentukan lokasi tempat untuk setiap bisnis merupakan suatu tugas penting bagi pemasar, karena keputusan yang salah dapat mengakibatkan kegagalan sebelum bisnis dimulai. Lokasi usaha dalam hubungannya dengan perdagangan adalah hal yang sangat vital. Sebab lokasi usaha bagi perdagangan eceran merupakan penentu utama pendapatan.35 Pendapat tersebut juga didukung oleh Basu (2001) bahwa lokasi bagi perdagangan eceran dapat memaksimumkan penjualan dan labanya, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan lokasi
33
SuharyadiArissetyanto dkk, Kewirausahaan : Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda, (Jakarta : Salemba Empat, 2007), Hlm.145 34 Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, 2008), Hlm. 339 35 Tutik Yuliati, Pengaruh Kedekatan Infrastruktur, Kedekatan Konsumen, Biaya Lokasi terhadap pendapatan Pedagang di Areal Rute Jalan Jalur Lintas Selatan Kota Salatiga, (Jurnal Among Makarti Vol.5 No.10, 2012), Hlm. 44
49
yang strategis yang dapat menarik para konsumen dari pesaingnya. 36 Lokasi yang strategis untuk perusahaan dagang adalah dekat dengan konsumen, karena pada prinsipnya perusahaan dagang tidak merubah bahan mentah menjadi barang jadi, melainkan membeli barang jadi dan menjual kembali barang jadi itu.
E. Tingkat Pendidikan 1. Pengertian pendidikan Pendidikan mendapat perhatian yang sangat serius dalam agama islam. Hal ini bisa dicermati dari wahyu yang pertama kali turun dimana diserukan perintah untuk “membaca” (iqra’).37 Perintah membaca pada prinsipsnya merupakan anjuran yang sangat kuat mengenai pentingnya pendidikan dalam islam. Pendidikan menjadi kewajiban setiap umat islam sepanjang hidupnya, sejak dalam kandungan hingga meninggal dunia. Dalam terminologi kontemporer, pendidikan demikian lazim disebut dengan Long Life Education (pendidikan seumur hidup). Pendidikan secara umum adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
36
kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian
diri,
Basu Swastha, Manajemen Penjualan, (Yogyakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, 2001), Hlm.193 37 Nur faizah, Sejarah Al-qur’an, (Jakarta : Artharivera, 2008), Hlm. 64
50
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.38 2. Pengklasifikasian Pendidikan a. Pendidikan Formal : Pendidikan disekolah yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam kurun waktu tertentu yang berlangsung ditaman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Fungsi pendidikan formal itu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. b. Pendidikan Informal : Pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak sesorang lahir sampai mati seperti di dalam keluarga, tetangga, pekerjaan, hiburan, atau pergaulan sehari-hari. Pendidikan informal ini sering berlangsung ditengah keluarga. Namun mungkin juga berlangsung dilingkungan sekitar keluarga setiap hari tanpa ada batas waktu. Kegiatan pendidikan ini tanpa suatu organisasi yang ketat tanpa adanya program waktu (tak terbatas) dan tanpa adanya evaluasi.
38
Benny Susetyo, Politik Pendidikan Penguasa, (Yogyakarta : LKiS, 2005), Hlm. 169
51
Pendidikan informal ini memberikan pengaruh kuat terhadap pembentukan pribadi seseorang/peserta didik. c. Pendidikan Non-Formal : Pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah, dan berencana diluar kegiatan persekolahan. Dalam hal ini tenaga pengajar, fasilitas, cara penyampaian dan waktu yang dicapai serta komponen-komponen lainnya disesuaikan dengan keadaan peserta atau anak didiknya supaya mendapat hasil yang memuaskan. 39 3. Jenjang Tingkat Pendidikan a. Pendidikan Dasar : Merupakan pendidikan yang lamanya sembilan tahun yang diselenggarakan selama enam tahun di SD tiga tahun di SLTP atau satuan pendidikan yang sederajat.40 b. Pendidikan Menengah : Pendidikan yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan. Lama waktu pendidikan menengah adalah tiga tahun sesudah pendidikan dasar dan diselenggarakan di SLTA atau satuan pendidikan yang sederajat.41 c. Pendidikan Tinggi : Merupakan pendidikan yang dijalankan setelah pendidikan menengah. Klasifikasi pendidikan tinggi yaitu : 1) Stratum nol (S0), Program Diploma, terdiri dari berbagai program
terminal
dan
berorientasi
pada
kebutuhan
pembangunan nasional.
39
Zahara Idris, Strategi Pendidikan Nasional Indonesia, (Jakarta : Ghalia, 1994), Hlm. 58 UU RI No.2 tahun1989, SistemPendidikanNasional, (Surakarta: PT Pabelan), Hlm. 82 41 Ibid,Hlm. 58-83 40
52
2) Stratum 1 (S1), tahun sarjana diselesaikan dalam waktu studi minimum 4 (empat) dan maksimal 7 (tujuh) tahun. 3) Stratum 2 (S2), tahap pasca sarjana termasuk spesialis satu (SP1) diselesaikan dalam waktu studi kurang lebih dua tahun. 4) Stratum 3 (S3), tahap studi doctor termasuk spesialis dua (SP2) diselesaikan dalam waktu studi kurang lebih dua tahun. 42 4. Faktor-faktor dalam Pendidikan Terdapat beberapa fakta yang dapat dijelaskan oleh teori mutu modal manusia yaitu sebagai berikut : a. Orang dengan pendidikan lebih tinggi mulai dengan pendapatan yang lebih rendah, tapi dengan cepat menyelip mereka yang memiliki pendidikan yang lebih rendah sehingga ia dapat menikmati rata-rata pendidikan yang lebih tinggi dalam sisa umur pekerjaanya. b. Orang dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki profil umurpendapatan dengan puncak “belakang”. c. Orang dengan pendidikan lebih tinggi memiliki kurva yang lebih curam.
Dari
penjelasan
tersebut,
dapat
diketahui
bahwa
pendidikan memiliki hubungan positif terhadap pendapatan. 43 5. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan dan sekaligus merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan pembangunan 42
Ibid, Hlm. 108 Marhaeni dan Manuati Dewi, Buku Ajar Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Denpasar : Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, 2004), Hlm. 214 43
53
nasional. Oleh karena itu, pendidikan memiliki posisi strategis dalam segala
segi
pembangunan
bangsa,
khususnya
pada
upaya
pengembangan sumber daya manusia. Terdapat korelasi positif yang cukup signifikan antara rata-rata pendidikan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi. Pada negara-negara yang dijadikan sampel studi menunjukan bukti-bukti bahwa sampai pada taraf tertentu ratarata pendidikan penduduk dapat merupakan suatu massa kritis atau critical massa yang menjadi faktor pendorong terjadinya peningkatan pendapatan secara eksponensial.44
F. Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Dalam aktivitas ekonomi seorang muslim tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan fisik saja, tetapi juga untuk sekaligus merupakan bagian ibadah kepada Allah Swt, Sehingga dalam setiap tahap dan proses aktivitas ekonomi selalu dikaitkan dengan nilai-nilai islam untuk mendapatkan keberkahan dalam kehidupan didunia dan akhirat. Seorang muslim akan sealau berusaha untuk tidak melakukan kegiatan ekonomi yang tidak dibenarkan menurut syariat islam meskipun secara fisik material menguntungkan. 45
44
Mohammad Ali, Pendidikan untukPembangunan Nasional, (Jakarta : Grasindo, 2009),
Hlm.187 45
Veithzal Riva’I dan Andi Buchari, Islamic Ekonomic : Ekonomi Syariah Bukan OPSI !!, Tetapi Solusi, Ed. I, Cet. I, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Hlm. 17
54
Seorang pengusaha dalam melakukan usahanya akan selalu berfikir bagaimana mengalokasikan input seefektif mungkin dan seefesien
mungkin
untuk
memperoleh
hasil
maksimal
dan
memaksimumkan pendapatan. Namun, islam tidak menyukai atas perbuatan memaksimalkan pendapatan sedemikian. Bagaimanapun juga praktik memaksimalisasi pendapatan yang saat ini terlalu berlebihan dalam menekan efisiensi ekonomi dan tidak mengindahkan implikasi yang kurang baik pada ekonomi. 46 Pendapatan adalah arus masuk dari manfaat ekonomi yang timbul akibat aktifitas normal perusahaan selama satu periode tertentu. Arus masuk itu mengakibatkan kenaikan modal (ekuitas) dan tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Arus masuk dimaksud modal adalah hasil dari penjualan produk perusahaan. Produk perusahaan dapat digolongkan menjadi produk berwujud dan jasa. Produk berwujud adalah hasil pengubahan bahan baku dengan menggunakan bahan pembantu dan penolong (jika ada), tenaga kerja, dan masukan modal seperti pabrik, tanah dan mesin. Jasa adalah hasil penggunaan produk atau fasilitas perusahaan berupa produk tidak berwujud. Dari pernyataan tersebut, pendapatan timbul karena terjadinya peristiwa ekonomi yaitu penjualan barang, penjualan jasa, dan penggunaan harta perusahaan oleh pihak lain yang menghasilkan
46
Ibid, Hlm. 154
55
bunga, royalty dan dividen. 47 Dalam penelitian ini pendapatan yang dimaksud adalah total penerimaan. Total penerimaan adalah jumlah total yang diterima oleh perusahaan dari penjualan produknya. Oleh karena itu, total penerimaan sama dengan per unit (P) dikali kuantitas barang yang terjual. Jika ditulis dalam rumus adalah seperti ini : TR = P x Q.48 Pendapatan yang diperoleh pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua klasifikasi yaitu : a. Pendapatan Utama (pendapatan operasional) yaitu penghasilan yang diterima oleh perusahaan, yang ada hubungan secara langsung dengan usaha (operasi) pokok / utama perusahaan tersebut. Adapun yang berkaitan langsung dengan penghasilan operasional adalah : 1) Penjualan (Sales) 2) Potongan pembelian tunai (Purchase Discount) 3) Penerimaan tambahan dari pembelian (Purchase Allowance). b. Pendapatan
Lain-lain
(pendapatan
non-operasional)
yaitu
pendapatan yang berasal dari pendapatan yang tidak merupakan kegiatan utama perusahaan.49 Pendapatan ini diterima perusahan tidak
kontiniu
namun
menunjang
pendapatan
operasional
perusahaan. Adapun yang termasuk dalam pendapatan nonoperasional 47
yaitu
Penghasilan
bunga
(Interest
Earned),
Kuswadi, Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2006),Hlm.58-59 48 Case dan Fair, Prinsip-;rinsip Ekonomi Mikro, (Jakarta : Erlangga, 2007), Hlm. 205 49 L.M. Samryn, Pengantar Akutansi : Mudah Membuat Jurnal dengan Pendekatan Siklus Transaksi, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2012), Hlm. 42
56
Penghasilan sewa (Rent Earned), Penghasilan deviden kas (Cash Devident Earned) dan Laba (Provit). 2. Bentuk-bentuk Pendapatan Tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah untuk memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha perdagangannya. Pendapatandapat digolongkan menjadi: a. Pendapatan berupa uang adalah semua penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan diterima sebagai balas jasa. b. Pendapatan berupa barang adalah semua pendapatan yang sifatnya reguler dan diterimakan dalam bentuk barang. c. Lain-lain penerimaan uang dan barang. Penerimaan ini misalnya penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang hasil undian, warisan, penagihan piutang dan lain-lain. 50 3. Sumber-sumber Pendapatan a. Penjualan barang : Penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang diberli pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual kembali. b. Penjualan jasa : Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu yang disepakati perusahaan. 50
Mulyanto Sumardi dan Hans Dieters Evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, (Jakarta : Rajawali, 1982), Hlm. 92
57
c. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty dan deviden. Penggunaan aktiva oleh perusahaan lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk : 1) Bunga, pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas atau jumlah terhutang kepada perusahaan. 2) Royalty, pembebanan untuk penggunaan aktiva jangka panjang perusahaan, misalnya paten, merk dagang dan hak cipta. 3) Deviden, distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu.51 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pendapatan
adalahsebagai berikut: a. Kesempatan kerja yang tersedia : Semakin banyak kesempatan kerja yang tersedia berarti semakin banyak penghasilan yang bisa diperoleh dari hasil kerja tersebut. b. Kecakapan dan keahlian : Dengan bekal kecakapan dan keahlian yang tinggi akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap penghasilan. c. Motivasi : Motivasi atau dorongan juga mempengaruhi jumlah penghasilan yang diperoleh, semakin besar dorongan seseorang untu melakukan pekerjaan, semakin besar pula penghasilan.
51
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 1996), Hlm. 23.1
58
d. Keuletan bekerja : Pengertian keuletan dapat disamakan dengan ketekunan, keberanian untuk menghadapi segala macam tantangan. Bila saat menghadapi kegagalan maka kegagalan tersebut dijadikan sebagai bekal untuk meniti ke arah kesuksesan dan keberhasilan. e. Banyak sedikitnya modal yang digunakan : Besar kecilnya usaha yang dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya modal yang dipergunakan. Suatu usaha yang besar akan dapat memberikan peluang yang besar terhadap pendapatan.52 Pendapatan
diakibatkan
oleh
kegiatan
perusahaan
dalam
memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk mempertahankan diri dan pertumbuhan. Pendapatan dari kegiatan normal biasanya diperoleh dari hasil penjualan barang ataupun jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan. Pendapatan dapat dipengaruhi oleh tingkat penjualan, dimana semakin tinggi penjualan akan semakin besar pula pendapatan yang mereka terima. Selain penjualan, pendapatan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor penghambat seperti besarnya modal, jam kerja, lama usaha dan tingkat pendidikan.53
52
Bintari dan Suprihatin, Ekonomi dan Koperasi, (Bandung : Ganeca Exact, 1982), Hlm.
35 53
Kusuma wardani, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Tekstil di Kabupaten Kepulauan Selayar, (Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar, 2014), Hlm. 48