BAB II LANDASAN TEORI
A. Auditing 1. Definisi auditing Pengertian auditing menurut Arens, Beasley (2008:4) adalah “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person" Sedangkan menurut Soekrisno Agoes (2007:3) audit memiliki definisi sebagai berikut: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”
Dari definisi diatas, maka definisi audit terdiri atas unsur-unsur seperti informasi yang dapat diukur dan kriteria yang diterapkan, entitas ekonomi, pengumpulan, dan pengevaluasian bahan bukti, orang yang kompeten dan independen, dan pelaporan. 2. Jenis-jenis Audit Arens, Beasley (2008:13) membagi audit menjadi 3 jenis, yakni: a. Audit laporan keuangan (Financial audit). Audit ini bertujuan menentukan apakan laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut pada umumnya adalah prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum.
9
10
b. Audit operasional (Operational audit). audit ini merupakan penelaahan atas bagian manajemen dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. c. Audit
kepatuhan
(Compliance
audit).
Audit
ini
bertujuan
mempertimbangkan apakah auditee telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu, baik yang ditetapkan oleh pihak interen perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Sedangkan berdasarkan jenis auditor, pada umumnya terdiri atas akuntan publik, auditor pemerintah, auditor pajak dan auditor internal. Untuk selanjutnya penulis akan memaparkan mengenai auditor internal. B. Auditor Internal Pada saat ini profesi audit internal mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan berkembangnya dunia usaha dan perekonomian yang menuntut suatu perusahaan untuk menjalankan operasinya secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan perusahaan. 1. Definisi Audit Internal Statement Of Responsibilities of Internal Auditors (1999:29), mendefinisikan audit sebagai berikut: “Internal auditing is an independent appraisal function established within an organization to examine and evaluate activities as a service to the organization. The objective of internal audit is to assist member of organization in effective discharge of their responsibilities to this end internal audit furnishes them with analysis, appraisal, recommendation, concept and information concerning the activities reviewed. The objective include promoting effective control at reasonable cost” Sedangkan menurut Hiro Tagiman (2003:11), internal audit didefinisikan sebagai:
11
“Suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Tujuan pemeriksaan interen adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawab secara efektif dan efisien.” Definisi tersebut dilengkapi oleh Sawyer (2003:10), yang mendefinisikan internal audit sebagai: “Sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan, operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (2) resiko yang dihadapi telah diidentifikasi dan diminimalisasi, (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti, (4) kriteria operasi yang memuaskan telah terpenuhi, (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif” Definisi ini tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal, tetapi juga mengkondisikan kesempatan dan tanggung jawab. Definisi tersebut juga mengajukan persyaratan-persyaratan signifikan yang ada pada standar profesi audit internal dan menangkap luas lingkup dari auditor internal moderen yang lebih menekankan pada penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan resiko, tata kelola, dan pengendalian. Menurut Arens, Beasley (2008:836) audit internal adalah: “Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity design to add value and improve an organization’s operations, it help an organization accomplish its objectives by bringing a systemic disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance processes.” Dari pengertian-pengetian internal audit diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep pokok internal audit yaitu objektif dan independen, menyediakan jasa konsultatif dan assurance, bernilai tambah, dilakukan melalui pendekatan yang sistematis dan mengevaluasi resiko, pengendalian dan tata kelola, serta
12
mengevaluasi kepatuhan (complience) organisasi terhadap ketentuan yang berlaku. 2. Tujuan Audit Internal Tujuan audit internal menurut Hiro Tugiman (2002:11) adalah: “Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggorta organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dan biaya yang wajar.” Hal serupa diungkapkan oleh institute of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh Amin (2008:2) mengenai tujuan audit, yaitu: “The objective of internal audit to provide the guidance and related matter to the organization so as to assistance management in the dischange of its responsibilities for installing and maintaining controls that to ensure organizational objectivesare achived. To this end it furnished them with analysis, appraisals, recomendation, consultation and information concerning the activities reviewed.”
Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tujuan audit sudah tersirat dalam pengertian audit internal itu sendiri yaitu membantu seluruh anggota manajemen agar dapat melaksanakan tanggung jawab secara efektif dengan jalan memberikan analisis,
penilaian, rekomendasi, dan saran dari
kegiatan operasional perusahaan. 3. Ruang Lingkup Audit Internal Pada dasarnya ruang lingkup audit internal berbeda-beda tergantung pada ukuran, struktur suatu entitas dan permintaan dari manajemen (ICCA, 2002:10). Namun demikian, The Insitute Of Chartered Accountants In Australia (ICCA, 2002:10), menyatakan bahwa secara umum audit internal beroperasi dalam satu atau lebih area-area berikut ini:
13
a. Penilaian sistem akuntansi dan pengendalian intern yang terkait dengan sistem tersebut. b. Pemeriksaan atau manajemen operasi keuangan dan operasional c. Pemeriksaan ekonomis, efisiensi, dan efektivitas operasi termasuk pengendalian non-keuangan. Ruang lingkup internal audit yang dikemukakan oleh IIA dalan Practice Advisory 2100-1 (CIA Review, 2006:99) adalah: “The scope of internal auditing work encompasses a sistematic, disciplined approch to evaluating and improving the adquacy and effectiveness of risk management, control, and governance processes and the quality of performance in carrying out assigned responsiblities. The purpose of evaluating the adquancy of the organization’s existing risk management, control and governance processes is provide reasonable assurance that these processes are functioningas intended and will enable organization’s objectives and goals to be met. They also provide recommendations for improving the organization operation, in terms of both efficient and effective performance.” “Based on the result of risk assesment, the internal audit activity should evaluate the adequance and effectivness of controls encompassing the organizationals governance, operations, and information systems. This should include: 1. Realibility and integrity of financial and operational information 2. Effectivenessand efficiency of operations. 3. Safe guarding of assets. 4. Complience with laws, regulations and contracts. Menurut pernyataan IIA diatas, berdasarkan hasil penilaian resiko, aktivitas audit interal harus mengevaluasi kecukupan dan efektivitas pengendalianpengendalian yang meliputi pengelolaan organisasi, operasi, dan sistem infomasi. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi: 1) Keandalan dan integritas dari informasi keuangan dan informasi operasional. 2) Efektivitas dan efisiensi operasi.
14
3) Pengamanan harta perusahaan 4) Ketaatan pada hukum, peraturan, dan kontrak. Berdasarkan persyaratan-persyaratan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup audit internal pun ada kaitannya dengan kepatuhan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, yakni ketaatan terhadap hukum, peraturan dan kontrak. 4. Tahap Audit Internal Hiro Tugiman (2003:53) menyatakan bahwa tahap-tahap audit internal secara umum terdiri atas perencanaan atas pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, penyampaian hasil pemeriksaan, dan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Sedangkan menurut Ratliff (2003:183) fase internal audit dimulai dari selection of audit, audit plannning, preliminary survey, internal control evaluation, expending testing, finding, reporting, follow up, dan evaluation. Dikutip dari buku Audit Manajemen, berdasarkan model PDSA (Plan-DoStudy-Act) yang dipopulerkan oleh Deming, audit untuk sistem manajemen mutu terdiri atas langkah-langkah berikut: 1. Perencanaan audit 2. Pelaksanaan audit 3. Memepelajari hasil audit 4. Tindakan perbaikan atau tindak lanjut hasil audit (Bayangkara, 2008:237)
Kesimpulannya adalah bahwa mengaudit apapun, internal audit memililki tahapan yang sama, yakni dimulai dari perencanaan audit, pelaksanaan audit, mempelajari hasil audit, dan tindakan hasil audit.
15
5. Kompetensi Auditor Internal Kepercayaan dan keandalan dalam proses audit tergantung pada kompetensi personel yang melaksanakan audit. kemampuan profesional merupakan tanggung jawab bagian audit internal dalam pelaksanaan tugasnya. (Hiro Tugiman, 2003: 27) Definisi kompetensi menurut Iskandar Indranata (2006:36) adalah: “Keseluruhan pengetahuan, kemampuan/keterampilan dan sikap kerja ditambah atribut kepribadian yang dimiliki oleh seorang yang mencakup kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan, kecerdasan emosional, pengalaman, daya juang, sikap positif, ketrampilan kerja serta kondisi kesehatan yang bauj yang mempu dibuktikan atau duperagakan dalam melajsanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.”
Dari kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor internal adalah kemampuan dan sikap kerja serta atribut kepribadian yang dimiliki oleh seorang auditor internal dalam melaksanakan tugasnya agar diperoleh hasil yang efektif. Pentingnya kompetensi auditor internal dalam melaksanakan tugasnya diungkapkan pula oleh Hiro Tugiman (2003:30) bahwa para internal audit harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang penting dalam pelaksanaan pemeriksaan. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (2005:20) dalam buku panduan audit sistem manajemen mutu yang diadaptasi dari klausul 7 ISO 1911:2002, tolak ukur kompetensi auditor internal dalam mengaudit sistem manajemen mutu dapat dilihat dari: 1. Atribut Auditor (Klausul 7.2), yaitu kepribadian yang meliputi sikap etika terbuka, diplomatis, pemerhati, cerdas, cakap dalam berbagai hal, tangguh, tegas, dan percaya diri.
16
2. Pengetahuan dan keterampilan umum (Klausul 7.3.1). pengetahuan dan keterampilan umum yang menjadi indikator kompetensi auditor internal adalah prinsip, prosedur dan teknik audit, system manajemen dan dokumen acuan, situasi organisasi yang diaudit, dan hukum, peraturan dan persyaratan lain yang berlaku. 3. Pengetahuan umum yang harus dimiliki ketua tim audit (Klausul 7.3.2), ketua tim audit sebaiknya memiliki kemampuan berikut ini sebagai indikatornya,
yaitu
perencanaan
dan
penggunaaan
sumber daya,
pengorganisasian dan pengarahan, kepemimpinan dan pelaporan audit. 4. Pengetahuan dan keterampilan khusus tentang mutu (klausul 7.3.3), auditor yang kompeten sebaiknya memiliki pengetahuan dan keterampilan secara khusus tentang mutu yaitu dalam hal metode dan teknik yang berkaitan dengan mutu, proses dan produk termasuk jasa. 5. Pendidikan, pengalaman kerja, dan pelatihan auditor (7.4), pendidikan auditor, pengalaman kerja serta pelatihan auditor menjadi salah satu indikator untuk mengukur kompetensi auditor internal sistem manajemen mutu. Kelima dimensi diatas akan dijadikan dasar untuk menghasilkan indikator dalam mengukur kompetensi auditor internal atas sistem manajemen mutu. C. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Sistem manajemen mutu digunakan untuk memberikan pelayan terbaik untuk pelanggan melalui produk yang bermutu. Standarisasi sistem manajemem mutu dibutuhkan untuk mempermudah hubungan antara tempat dan atau antar negara.
17
Berikut ini akan dijelaskan mengenai sistem manajemen mutu berdasarkan ISO 9001:2008. Sistem manajemen mutu menjadi jaminan agar mutu produk yang dihasilkan telah melewati proses yang dapat dipercaya. Sistem manajemen mutu ini muncul biasanya menggunakan standar. Berikut ini akan uraikan mengenai ISO 9001, khususnya ISO 9001:2008 yang merupakan standar untuk sistem manajemen mutu. 1. Pengenalan ISO 9001 ISO (The International Organization For Standarization) adalah badan standar dunia yang dibentuk untuk meningkatkan perdagaangan international yang berkaitan dengan perubahan barang dan jasa. ISO adalah suatu federasi badan standar nasional seluruh dunia yang berasal lebih dari 100 negara dan merupan lembaga non pemerintah yang didirikan pada tahun 1947. ISO 9001 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu yang diakui dunia dan bersifat global. ISO 9001, khususnya ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penelitian dari suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. 2. Seri Standar ISO 9001 ISO 9001 memiliki standar, pedoman dan laporan teknis yang terangkum didalamnya dan dinamai ISO 9001 series. ISO 9001 terdiri atas: a. ISO 9000:2000, dasar dan kosa kata sistem manajemen mutu. Dibuat sebagai langkah awal untuk standar dan definisi isitilah-istilah dasar yang digunakan dalam ISO 9001:2000 family yang dibutuhkan untuk membantu memahami ketika digunakan.
18
b. ISO 9001:2008, Persyaratan sistem manajemen mutu. Berisi persyaratan standar yang digunakan utnuk mengakses kemampuan organisasi dalam memenuhi pelanggan dan peraturan yang sesuai. c. ISO 9004:2000, Pedoman untuk kinerja peningkatan sistem manajeman mutu. Pedoman standar yang menyediakan acuan dalam peningkatan berkelanjutan sistem manajemen mutu untuk memberikan keuntungan pada semua pihak, termasuk kepuasan pelanggan. d. ISO 19011, Pedoman Audit Sistem manajemen mutu dan lingkungan. Pedoman ini memberikan panduan untuk memverifikasi kemampuan sistem dalam mecapai sasaran mutu. Standar ini dapat digunakan untuk audit internal ataupun mengaudit pemasok. e. ISO 10005:1995, Manajemen mutu - pedoman untuk rencana mutu. Menyediakan pedoman untuk membantu dalam persiapan, tinjauan, penerimaan dan revisi rencana mutu. f. ISO 10006:1997, Manajemen mutu – pedoman mutu dalam manajemen proyek. Pedoman untuk membantu dalam memastikan mutu dari proses dan produk proyek. g. ISO 10007:1995, Manajemen Mutu – Pedoman untuk susunan Manajemen. h. ISO D/S 10012, Manajemen Mutu – Persyaratan jaminan mutu untuk pengukuran peralatan. i. ISO 10013:1995, Pedoman untuk mengembangkan manual mutu. Memberikan pedoman dalam mengembangkan dan memelihara manual mutu. j. ISO 10014:1994, Pedoman untuk Pengelolaan Ekonomi Mutu. Pedoman yang menjalankan bagaimana mencapai keuntungan ekonomi dan penerapan manajemen mutu. k. ISO 10015:1999, Manajemen Mutu - Pedoman Pelatihan. Memberikan pedoman dalam pengembangan, penerapan, pemeliharaan, dan peningkatan strategi dan sistem pelatihan yang mempengaruhi mutu produk. (Iskandar Indranata, 2006:9-10; Rudi Suardi. 2003:33-34) Pedoman-pedoman tersebut dapat digunakan dan juga dikombinasilkan dalam membantu organisasi dalam mencapai sasarannya. 3. Manfaat ISO 9001. Sistem manajemen mutu akan memberikan jaminan bagi pelanggan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab tentang mutu dan mampu menyediakan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Pada dasarnya standar hanya menentukan apa yang harus diawasi. Perusahaan yang memahami mengapa mereka memperkenalkan sistem manajemen mutu dapat menerapkan suatu sistem
19
fleksibel yang cocok bagi perusahaan tersebut dan menyadari manfaat serta keefektifan yang dihasilkan oleh sistem ini. Standar ISO 9001 sebagai standar sistem manajemen mutu internasional banyak yang dapat dirasakan oleh perusahaan. Mafaat tersebut terdiri dari manfaat internal dan eksternal. Dikutip dari pernyataan Iskanda Indranata (2006: 14-15) manfaat dari secara internal dari penerapan ISO 9001 adalah: a. Meningkatkan sistem kerja yang lebih baik
dan konsisten, sehingga
membuat sistem kerja dalam suatu organisasi menjadi standar kerja yang terdokumentasi. b. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sehingga produk yang dihasilkan ada jaminan bahwa organisasi itu mempunyai sistem manajemen kualitas dan produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pelanggan. c. Media untuk peningkatan berkesinambungan. d. Sedangkan manfaat secara ekstenal diantaranya adalah: e. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan dengan memberikan jaminan manajemen mutu. f. Meningkatkan citra organisasi terutama dikaitkan dengan perubahan persepsi pelanggan dari mutu produk ke mutu proses. g. Meningkatkan kompetisi dengan organisasi lain, sebagai sarana antisipasi terhadap kecenderungan semakin ketatnya persyaratan yang berkaitan dengan keamanan penggunaan di pasar internasional.
20
4. Prinsip Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ISO 9001:2008 mendasarkan manajemen mutu pada
8 (delapan) prinsip
manajemen mutu yang terdiri atas fokus pada pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan SDM, pendekatan proses, pendekatan sistem dalam pengelolaan, perbaikan yang terus meneruss (berkelanjutan), pembuatan keputusan berdasarkan fakta dan hubungan saling menguntungkan dengan pemasok (Zuhrawaty, 2009:9;IBK Bayangkara, 2008:230) Berikut adalah penjelasan masing-masing prinsip sistem manajemen berdasarkan ISO 9001:2008: a. Fokus pada pelanggan Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat, semakin tinggi kemampuan untuk memenuhi harapan/keinginan pelanggan, semakin tinggi pula potensi perusahaan untuk mendapatkan laba yang lebih besar, pasar yang lebih luas, pertumbuhan dan perkembangan usaha yang signifikan. Penerapan fokus terhadap pelanggan ini akan mengarahkan perusahaan untuk: 1) menyediakan dan memahami kebutuhan pelanggan 2) memastikan bahwa tujuan dan sasaran perusahaan berhubungan dengan kebutuhan dan harapan pelanggan 3) mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan dengan organisasi secara keseluruhan. 4) Menyelaraskan pendekatan dalam memuaskan pelanggan dan pihak yang berkepentingan serta mengambil tindakan atas hasil yang diperoleh
21
5) Memastikan keseimbangan antara kepuasan pelanggan dengan pihak lain yang berkepentingan seperti pemilik, karyawan, pemasok, investor, serta pemangku kepentingan lainnya. b. Kepemimpinan Kepemimpinan harus mampu merumuskan visi misi perusahaan sebagai sesuatu yang khas dan menciptakan serta memelihara lingkungan internal yang kondusif dalam pencapaian tujuan perusahaan. Penerapan prinsip kepemimpinan di dalam perusahaan akan membantu perusahaan untuk: 1) memandang semua kebutuhan pihak terkait sebagai satu kesatuan 2) menciptakan visi dan misi yang jelas untuk masa depan perusahaan. 3) Menetapkan tujuan, sasaran, serta target yang menantang dan realistis 4) Bertindak bebas dengan disertai dengan tanggung jawab dan akuntabilitas c. Keterlibatan SDM Untuk mencapai keunggulan bersaing, perusahaan harus menjadikan keterlibatan karyawannya sebagai bagian penting dalam pengelolaan SMNnya. Penerapan prinsip-prinsip keterlibatan SDM akan membantu setiap individu dan kelompok untuk: 1) Memahami tentang pentingnya kontribusi dan peranan mereka dalam perusahaan. 2) Mengidentifikasi kendala-kendala yang dapat
menghambat kinerja
mereka. 3) Bertanggung jawab terhadap masalah yang dihadapi dan mencari solusi bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut.
22
4) Mampu menilai kinerjanya sendiri dihubungkan dengan tujuan perusahaan dan tujuan peribadinya. 5) Berusaha meningkatkan kompetensi guna memberikan kontribusi yang lebih tinggi kepada perusahaan. 6) Menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya dengan bebas serta mendiskusikan masalah-masalah yang sedang berkembang. d. Pendekatan proses Pendekatan
proses
mensyaratkan
perusahaan
untuk
melakukan
identifikasi, penerapan, pengelolaan dan peningkatan berkelanjutan proses yang dibutuhkan dalam sistem manajemen mutu dan mengelola interaksi masing-masing proses yang bertujuan untuk mencapai tujuan perusahaan. Beberapa manfaat penting dari pendekatan proses ini adalah: 1) penurunan biaya dan waktu siklus menjadi lebih pendek melalui efektivitas penggunaan sumber daya. 2) Hasil yang diperoleh meningkat, konsisten, dan dapat diperkirakan. 3) Peningkatan kesempatan menjadi prioritas dan terfokus. e. Pendekatan sistem terhadap manajemen Pendekatan ini diidentifikasikan sebagai pengidentifikasian pemahaman dan pengelolaan sistem dari proses yang saling terkait untuk mencapai tujuan dan peningkatan sasaran perusahaan secara efektif dan efisien f. Perbaikan yang terus menerus (Berkelanjutan) Peningkatan berkesinambungan merupakan pengembangan dari konsep peningkatan
terus
menerus
dimana
dalam
peningkatan
yang
berkesinambungan dilakukan suatu stabilisasi terlebih dahulu terhadap
23
peningkatan yang telah dilakukan sebelumnya untuk melakukan peningkatan yang telah dilakukan sebelumnya untuk melakukan peningkatan berikutnya. g. Pembuatan keputusan berdasarkan fakta Keputusan yang efektif dibuat berdasarkan analisa yang tepat serta data dan informasi yang akurat yang mewakili fakta yang terjadi. Manfaat yang dapat diperoleh adalah: 1) Mengambil keputusan berdasarkan informasi yang akurat. 2) Meningkatkan kemampuan untuk menunjukkan efektifitas dari keputusan terdahulu melalui referensi terhadap fakta-fakta yang terdokumentasi. 3) Meningkatkan kemampuan untuk meninjau ulang serta mengubah opini dan keputusan-keputusan. h. Hubungan saling menguntungkan dengan pemasok Menjadikan pemasok sebagai mitra bisnis utama selain pelanggan berarti perusahaan melibatkan pemasok dalam berbagai keputusan strategi bisnisnya. Dengan demikian perusahaan telah mengelola dengan baik rantai bisnisnya untuk menjadikan bisnisnya tumbah dan berkembang. Manfaat bagi organisasi dalam menerapkan prinsip ini antara lain: 1) Meningkatkan kemampuan untuk menciptakan nilai tambah bagi kedua belah pihak. 2) Meningkatkan fleksibilitas dan kecepatan bersama untuk menanggapi perubahan pasar atau kebutuhan dan harapan pelanggan. 3) Mengoptimalkan biaya dan penggunaan sumber-sumber daya.
24
Adapun gambaran keterkaitan antara prinsip sistem manajemen mutu ISO 9001:2008.
1. Mengutamakan Pelanggan
4. Pendekatan Proses 5. Pendekatan Sistem untuk Pengelolaan
6. Peningkatan Berkesinambungan
2. Kepemimpinan
Perencanaan Strategi
3. Keterlibatan karyawan
7. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
8. Hubungan Saling Menguntungkan dengan pemasok
Gambar 2.1 : Interelasi 8 Prinsip Manajemen Mutu (Rudi Suardi, 2003:59) D. Penelitian Sebelumnya Sehubungan dengan penelitian ini, telah diadakan penelitian sebelumnya yang berlokasi di PT. Perkebunan Nusantara VII Jawa Barat yang menghasilkan kesimpulan adanya pengaruh yang signifikan antara kompetensi auditor internal terhadap kepatuhan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 sebesar 0,97%.