BAB II
LANDASAN TEORI 2.1
Gambaran Sumber Daya Manusia Kesehatan SDM Kesehatan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan
kesehatan. Menyadari pentingnya SDM Kesehatan sebagai pelaksana dan pengelola upaya kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan dalam hal ini sebagai institusi pemerintah memiliki peranan besar dalam pengelolaan SDM Kesehatan dituntut untuk melaksanakan kepemerintahan yang baik (Good Governance) dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya yakni menjamin ketersediaan dan pendistribusian sumber daya manusia kesehatan yang mencakup : 1.
Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan yang dibutuhkan.
2.
Pengadaan yang meliputi pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan SDM Kesehatan.
3.
Pendayagunaan SDM Kesehatan termasuk peningkatan kesejahteraannya.
4.
Pembinaan serta pengawasan mutu SDM Kesehatan.
2.2
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan merupakan eselon I Kementerian Kesegatan RI yang berdiri sejak
8
9
tahun 2002 dan sesuai Permenkes Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan dan fungsi sebagai berikut: a.
Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan;
b.
Pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan;
c.
Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan;
d.
Pelaksanaan administrasi Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan serta susunan organisasi yang terdiri sebagai berikut:
a.
Sekretariat Badan.
b.
Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
c.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur.
d.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Pusat Standardisasi, Sertifikasi, dan Pendidikan Berkelanjutan Sumber Daya Manusia Kesehatan
2.3
Aspek SDM Kesehatan dalam pencapaian pelaksanaan Millenium Development Goals (MDGs) di Indonesia Suzetta Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (2008),
Di penghujung abad lalu, Indonesia mengalami perubahan besar yaitu proses reformasi ekonomi dan demokratisasi dalam bidang politik. Tidak begitu lama kemudian, tepatnya pada tahun 2000 para pimpinan dunia bertemu di New York
10
dan menandatangani “Deklarasi Milennium” yang berisi komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. Komitmen tersebut diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan target yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan dan target tersebut bukanlah semata-mata tugas pemerintah tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa. Sehingga pencapaian tujuan dan target MDGs harus menjadi pembahasan seluruh masyarakat. Kementerian Kesehatan mendapat peran penting dalam pencapaian target MDGs Kesehatan diantaranya, peningkatan mutu SDM kesehatan, menurunkan kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu dan mengendalikan HIV dan Aids, malaria dan penyakit menular lainnya dimana data yang diperoleh haruslah baik dan faktanya dapat dipertangungjawabkan.
2.4
E-Government World Bank memberikan definisi untuk istilah e-government yaitu
penggunaan teknologi informasi oleh badan-badan pemerintahan yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan hubungan dengan warga negara, pelaku bisnis dan lembaga-lembaga pemerintahan yang lain.
11
2.4.1 Dasar Hukum E-Government di Indonesia Intruksi Presiden No.3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-government, dimana dalam rangka penerapan e-government untuk menuju good governance maka konsep e-government wajib diterapkan di setiap lembaga pemerintah tingkat pusat dan daerah. Model penerapan egovernment di setiap lembaga akan sangat tergantung kepada tugas, fungsi dan wewenang yang diemban oleh setiap lembaga pemerintah. Hal ini akan menentukan struktur data dan model bisnis yang mendasari model layanan dan arsitektur sistem informasi yang akan dikembangkan.
2.4.2 Kesiapan E-Government di Negara Berkembang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi faktor yang semakin penting dalam proses pembangunan bangsa. Hambatan utama yang sering dijumpai dalam pengelolaan e-government adalah kesiapan suatu negara dalam hal infrastruktur TIK dan penyebarannya. Alghamdi, Robert and Giselle (2011) menjelaskan dimana untuk mengatasi keterlambatan kesiapan TIK di organisasi sektor publik di negaranegara berkembang dengan elemen yang terdiri dari tujuh dimensi penilaian kesiapan TIK untuk organisasi pemerintah, termasuk strategi TIK, akses pengguna, e-program pemerintah, arsitektur TIK, bisnis proses dan sistem informasi, infrastruktur TIK dan sumber daya manusia. Semua elemen diatas sangat penting untuk manajemen dalam menilai kesiapan organisasi TIK untuk meningkatkan efektivitas e-government.
12
2.5
Pengertian Sistem Informasi Manajemen Sistem menurut Davis (1995) adalah terdiri dari bagian-bagian yang saling
berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Informasi menurut Davis (1995) adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau yang akan datang. Sistem Informasi Manajemen menurut. Davis (1995) adalah sebuah sistem manusia dan mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.
2.5.1 Sistem Informasi Kesehatan Beberapa tahun terakhir ini dalam buku “ 10 Point Regional Strategy for Strengthening Health Information Systems” World Health Organization (WHO) sebuah organisasi kesehatan dunia, bersama-sama dengan negara-negara Anggota Wilayah Asia Tenggara telah melakukan kegiatan untuk memperkuat sistem informasi kesehatan “Health Information Systems” salah satunya memberikan kontribusi untuk meningkatkan morbiditas dan statistik kematian. Selama tahun 2002 dan 2003, berdasarkan hasil review protokol dari sistem informasi kesehatan yang dilakukan dan hasilnya dirangkum dalam rancangan regional pada kertas kerja selain itu masalah transformasi data menjadi informasi untuk evidence based pengambilan keputusan ditujukan oleh Workshop Manajemen Data evidence based untuk pengambilan Keputusan, yang diselenggarakan pada tahun 2001.
13
Pada tahun 2003 Kantor Regional WHO untuk Asia Tenggara menyelenggarakan konsultasi regional tentang pelaporan (data set) Millennium Development Goals (MDGs) PBB dan WHO inti indikator kesehatan, ini dibahas melalui proses dan mekanisme di tingkat negara untuk pengumpulan data, penyusunan dan pelaporan, kemajuan dalam pencapaian MDGs di SEAR telah dibahas dalam rapat para Menteri Kesehatan. Awal diskusi dengan Kantor Regional WHO untuk Pasifik Barat pada penguatan HIS di Asia dan Pasifik diselenggarakan pada bulan Desember 2004 yang menghasilkan identifikasi penting area yang akan dibahas dalam merumuskan strategi regional untuk memperkuat HIS. Pada bulan Desember 2005, pertemuan konsultatif antar negara dalam penguatan sistem informasi kesehatan di wilayah Asia Tenggara diadakan strategi memperkuat rancangan sistem informasi kesehatan.
2.5.2 Sistem Informasi Kesehatan di Negara Berkembang Cibulskis and Hiawalyer (2002) Sistem informasi menerima banyak
perhatian di Papua New Guinea (PNG) setelah pelayanan administrasi kesehatan dari desentralisasi ke tingkat provinsi pada tahun 1983, Sistem informasi kesehatan adalah bagian dari sistem informasi manajemen yang lebih luas yang menyediakan data tentang ketersediaan, populasi, dan penggunaan sumber daya pendorong utama untuk menghubungkan menjadi satu sistem informasi. Sedangkan di india Sarbadhikari and Suptendra (2005) Sistem Informasi Kesehatan sangatlah diperlukan oleh negara tropis seperti india, dimana pekembangan telekomunikasi satelit yang sangat baik sehingga kebutuhan
14
informasi seperti Sistem Informasi Rumah Sakit yang terintegrasi untuk menyimpan data dalam bentuk digitalisasi dan mudah dalam pencarian.
2.5.3 Sistem Informasi Kesehatan Indonesia Menurut World Health Organization (WHO) dalam buku “Design and Implementaiton of health Information System” (2000) bahwa suatu sistem informasi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari suatu sistem kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan semua jenjang. Sistem informasi harus dijadikan sebagai alat yang efektif bagi manajemen. Tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI sedang menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Sistem Informasi Kesehatan yaitu sistem informasi yang menyediakan mekanisme saling hubung antar subsistem informasi dengan berbagai cara yang sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga data dari satu sistem secara rutin dapat melintas, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain. Hal ini melingkupi sistem secara teknis (sistem yang bisa berkomunikasi antar satu sama lain) dan konten (data set yang sama).
2.5.4 Sistem Informasi SDM Kesehatan Menurut World Health Organization (WHO) dalam buku “Human Resource For Health” (2009), Kemampuan suatu negara untuk memenuhi tujuan kesehatan
tergantung
pada
pengetahuan,
keterampilan,
motivasi
dan
penyebaran dari sumber daya yang bertanggung jawab untuk mengatur dan
15
memberikan pelayanan kesehatan. Sejumlah studi menunjukkan bukti hubungan langsung dan positif antara jumlah sumber daya kesehatan dan kesehatan penduduk. Banyak negara, dimanapun, kekurangan sumber daya manusia yang diperlukan untuk memberikan pelayanan kesehatan. Perumusan nasional kebijakan dan rencana dalam menyediakan sumber daya manusia untuk tujuan pembangunan kesehatan memerlukan data informasi dan bukti. Terhadap latar belakang meningkatnya permintaan untuk informasi, membangun pengetahuan dan database pada tenaga kerja kesehatan membutuhkan koordinasi di semua sektor. WHO bekerjasama dengan negara-negara dan mitra untuk memperkuat dasar bukti secara global pada tenaga kerja kesehatan termasuk mendapatkan konsesus pada seperangkat indikator inti dan data minimum yang ditetapkan untuk memantau penyediaan, distribusi dan produksi sumber daya.
2.5.5 Sistem Informasi SDM Kesehatan di Negara Berkembang Menurut Rao (2011) tenaga kerja kesehatan di India terdiri dari berbagai jenis tenaga kesehatan dan banyak tenaga kerja praktisi termasuk medis yang informal, umumnya disebut terdaftar sebagai praktisi medis, seperti pembantu kelahiran tradisional (di indonesia bidan) dan lain-lain, banyak tanggung jawab untuk pelayanan publik telah ditugaskan ke kabupaten-kabupaten sehingga data ketersedian tenaga kesehatan diperlukan untuk menunjang data dan fakta sehingga Informasi sumber daya kesehatan sangatlah penting.
16
2.5.6 Sistem Informasi SDM Kesehatan di Indonesia Heywood dan Harahap (2009) pada tahun 2001 Indonesia baru memulai sistem desentralisasi namun karena terjadi begitu cepat, masih ada banyak hal yang masih harus dilakukan. Dalam beberapa kasus peraturan pelaksanaan masih belum selesai, di lain ada konflik, ambiguitas dan kebingungan antara berbagai hukum dan peraturan. Akibat, lebih dari delapan tahun kemudian, ketidakpastian masih mempengaruhi efisiensi pelayanan didukung dengan data yang belum valid sehingga informasi yang didapat tidak baik. Kementerian Kesehatan melalui Badan PPSDM Kesehatan pada tahun yang sama juga sudah melakukan terobosan yaitu membuat subsistem Sistem Informasi Sumber Daya Kesehatan yang tepat guna untuk memenuhi kebutuhan akan data dan informasi sumber daya manusia kesehatan.
2.5.7 Sistem Informasi Pengembangan dan Pemberdayan SDM Kesehatan (SIMPPSDMK) SIMPPSDMK merupakan tools atau alat bantu bagi insitusi kesehatan dalam pengelolaan data SDM Kesehatan. SIMPPSDMK ini merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan yang terkait dengan SDM di bidang kesehatan dan terdiri dari sistem informasi di pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Yang saat ini bisnis prosesnya masih terfragementasi yaitu berjalan masing-masing tanpa koordinasi dalam pengumpulan data serta menjadi kesatuan informasi yang dibutuhkan oleh Badan PPSDM Kesehatan khususnya, serta Kementerian Kesehatan umumnya.
17
2.5.8 Kontribusi TIK dalam Pelayanan Kesehatan Chandrasekar and Ghosh (2008) menyatakan kontribusi potensial dari TIK untuk pelayanan kesehatan dapat dirasakan di negara-negara berkembang seperti yang pertama adalah peran mereka sebagai alat untuk melanjutkan pendidikan dan pembelajaran seumur hidup yang akan memungkinkan dokter di negara-negara berkembang
untuk
memperoleh
tentang
informasi
dan
dilatih
untuk
pengembangan kemajuan dalam pengetahuan. Yang kedua adalah sebagai mekanisme pengiriman ke lokasi tertinggal dan terpencil dari berbagai layanan yang bervariasi dari pendidikan kesehatan masyarakat untuk saran perbaikan darurat, termasuk nasihat pada berurusan dengan dan mitigasi konsekuensi dari bencana alam. Sumber ketiga adalah menggunakan untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi pemerintahan yang akan, pada gilirannya, meningkatkan ketersediaan pemberian pelayanan kesehatan yang disediakan secara publik.
2.6
Model Pengintegrasian Sistem Informasi Kesehatan Alasan utama untuk melakukan integrasi sistem informasi adalah
transformasi
yang
lebih
umum
dalam organisasi
untuk
memudahkan
penghubungan proses bisnis. Monteiro (2003) dimana ada beberapa model yang akan dibahas pada subbab di bawah ini.
18
2.6.1 Service Oriented Architecture Erl (2005) Service Oriented Architecture (SOA) adalah sebuah arsitektur yang bersifat service oriented, yaitu arsitektur yang membagi suatu masalah ke dalam berbagai services kecil yang saling bekerja sama. Dengan SOA, suatu aplikasi tidak lagi dipandang dari sisi teknologi, data, maupun lingkungan implementasi, namun dari services yang disediakan. Eric and Greg (2004) ciri utama dalam SOA adalah mempromosikan melalui penggabungan komponen-komponen perangkat lunak, diantara komponen perangkat lunak tersebut saling berinteraksi dalam satu kesatuan. Sedangkan keuntungan dari penggunaan Arsitektur SOA adalah flexible, scalable, replacability dan fault tolerance Marcos and Nicolas (2000) SOA terdiri atas 4 komponen utama, yaitu process, operation, message, dan service. Komponen-komponen tersebut akan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Terkait layering SOA, aplikasi yang digunakan oleh suatu organisasi dan berskala besar pada umumnya menggunakan arsitektur enterprise. Fokus utama dari arsitektur enterprise adalah pengaturan business logic yang dimiliki oleh perusahaan yang selanjutnya akan diimplementasi ke dalam aplikasi, skala enterprise terbagi atas 3 bagian utama: business process layer, service interface layer, dan application layer. Business process layer adalah layer yang terkait dengan kebutuhan dan pengetahuan bisnis yang dimiliki oleh suatu organisasi. Application layer terkait dengan dengan implementasi dari business logic yang terkandung di dalam business process layer dalam bentuk solusi teknologi informasi.
19
SOA menjadi bagian dari arsitektur enterprise dan menjadi jembatan antara business logic dengan implementasi dari business logic tersebut. SOA membuat sebuah layer baru bernama service interface layer yang terletak di antara business process layer dan application layer. Service interface layer akan dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu application service layer, business service layer, dan orchestration service layer.
2.6.2 Standar Integrasi Melalui Platform HL7 HL7 (Health Level Seven) adalah salah satu standar American National Standards Institute (ANSI), yang telah terakreditasi oleh Standards Developing Organizations (SDO) dan digunakan dalam sistem pelayanan kesehatan. Eggebraaten, Tenner and Dubbels (2007) HL7 menghasilkan suatu framework berupa template struktur data berdasarkan Reference Information Model (RIM) yang berisi spesifikasi tabel dan field yang sesuai dengan kebutuhan sistem administrasi di klinik maupun rumah sakit secara spesifik. Template tersebut akan dijadikan sumber acuan standar bagi para pengembang aplikasi perangkat lunak. Templates ini menyediakan konsep atau struktur bagi suksesnya komunikasi antar manusia dalam suatu institusi maupun antar kelompok organisasi yang membutuhkan pertukaran informasi khususnya informasi dalam bidang medis. Templates digunakan untuk merancang validasi atau verifikasi input data dalam suatu sistem medis. Selain itu templates mengarahkan dan mengatur informasi pada media masukan data. Selain itu juga mendefinisikan kolom-kolom
20
apa saja yang dibutuhkan dalam sebuah data informasi, apa saja tipe data yang digunakan, nilai dari kolom-kolom tertentu dalam sebuah sistem medis. Zhang (2011) Informasi medis penting untuk perusahaan medis dan pasien. Dalam penggunaan informasi medis, kami ingin mendirikan sebuah platform komunitas medis untuk digunakan oleh rumah sakit, perusahaan, kementerian kesehatan, lembaga masyarakat dan pasien serta komunitas medis. pada platform perusahaan bisa mendapatkan informasi tentang pasien, obat dokter atau perawat dan lainnya. Ada dua metode untuk mencapai fungsi dari mesin antar muka pada HL7, satu titik ke titik komunikasi yang dapat mencapai sambungan timbal balik dalam sistem informasi yang berbeda, yang lain adalah untuk mengatur server pada HL7 dimana database dapat disimpan sebagai platform pusat data, yang kedua adalah metode umum untuk sejumlah besar data dan memiliki keuntungan dari model kecil, baik tanam dan kehandalan dan sebagainya.
2.6.3 XML (eXtensible Markup Language) XML (eXtensible Markup Language) adalah sebuah bahasa markup untuk mendeskripsikan data. XML merupakan turunan (subset) atau versi ringkas dari SGML (Standard Generalized Markup Language). Worldwide Web Consortium (W3C) merupakan sebuah lembaga standar internasional yang memulai proses standarisasi XML di pertengahan tahun 1996 dan me released XML 1.0 pada tahun 1998.
21
Brown (2005) XML terinspirasi dari Standart Generalized Markup Languange (SGML) namun dalam beberapa hal justru XML menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami. XML dengan cepat diadopsi sebagai standar untuk pertukaran data, khususnya untuk penggunaan lintas aplikasi dan platform. Kelebihan dari XML adalah karakteristiknya yang extensible dan platform independent. Berbeda dengan HTML, XML tidak mempunyai kosakata (berupa "tag") yang baku, sebaliknya dengan XML kita bebas merancang tag-tag sendiri, sesuai dengan kebutuhan aplikasinya. XML mempermudah data sharing, banyak data diciptakan dengan format yang mungkin tidak kompatibel dengan sistem yang lain. XML disimpan dalam plain format yang sangat sederhana, sehingga data dengan mudah dapat digunakan semua komputer atau aplikasi. Karena XML disimpan dalam bentuk text, maka pengguna tidak perlu khawatir kehilangan data saat melakukan perubahan sistem operasi atau aplikasi. Bahkan bila didukung oleh para pengembang aplikasi, seluruh berkas word processor, spreadsheet, database, dan data lainnya akan disimpan dalam bentuk XML sehingga mempermudah pertukaran data antar aplikasi tanpa diperlukan konversi lagi. Secara sederhana keunggulan XML adalah : •
Pintar
(Intelligence).
XML
dapat
menangani
berbagai
tingkat
kompleksitas. •
Dapat beradaptasi. Dapat mengadaptasi untuk membuat bahasa sendiri.
•
Mudah pemeliharaannya.
•
Sederhana.
22
2.7
UML (unified modeling language)
Pengertian UML menurut Sri (2010) ”UML (unified modeling language) adalah bahasa pemodelan untuk sistem atau perangkat lunak yang berparadigma berorientasi pada objek”. Pemodelan (modeling) sesungguhnya digunakan untuk penyederhanaan permasalahan-permasalahan yang komplek sedemikian rupa sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami. UML (unified modeling language) sebagai salah satu alat bantu yang sering digunakan didunia pengembangan sistem yang berorientasi obyek. Hal ini disebabkan karena UML menyediakan bahasa pemodelan visual yang memungkinkan bagi pengembang sistem untuk membuat cetak biru atas visi mereka dalam bentuk yang baku, mungkin dimengerti serta dilengkapi dengan mekanisme yang efektif untuk berbagi (sharing) dan mengkomunikasikan rancangan mereka dengan yang lain. UML merupakan kesatuan dari bahasa pemodelan yang dikembangkan oleh Booch, Object Modelling Technique (OMT) dan Object Oriented Software Engineering (OOSE). Metode Booch sangat terkenal dengan nama metode Object Oriented Design. Abstraksi konsep dasar UML terdiri dari structure, classification, dynamic behavior dan model management. UML mendefinisikan diagram–diagram sebagai berikut:
23
2.7.1 Use case Diagram Menurut Sri (2003) Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”. Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. Use case merupakan sebuah pekerjaan tertentu, misalnya login ke sistem, meng-create sebuah daftar belanja, dan sebagainya. Seorang sebuah aktor adalah sebuah entitas manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Use case diagram dapat sangat membantu bila kita sedang menyusun requirement sebuah sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk semua feature yang ada pada sistem.
2.7.2 Entity Relationship Diagram (ERD) Menurut Linda (2004) Model Entity Relationship merupakan suatu model untuk menjelaskan hubungan antara data dalam basis data berdasarkan suatu persepsi bahwa real world terdiri dari objek-objek dasar yang mempunyai hubungan atau relasi antar object-object tersebut. Relasi antara objek dilukiskan dengan mengunakan simbol-simbol grafis tertentu. Model Entity Relationship adalah suatu penyajian data dengan menggunakan entity dan relationship, yang memiliki kelebihan antara lain: 1. Dapat menggambarkan hubungan antar entity dengan jelas. 2. Dapat menggambarkan batasan jumlah entity dan partisipasi antar entity. 3. Mudah dimengerti oleh pemakai 4. Mudah di sajikan oleh perancang database
24
2.8
Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM), diperkenalkan pertama kali oleh Davis pada tahun 1989. TAM dibuat khusus untuk pemodelan adopsi pengguna sistem informasi. Menurut Davis (1989) tujuan utama TAM adalah untuk mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap (personalisasi), dan tujuan pengguna komputer. TAM menganggap bahwa dua keyakinan variabel perilaku utama dalam mengadopsi sisitem informasi, yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) dan persepsi pengguna terhadap penggunaan (perceived ease of use). Perceived usefulness diartikan sebagai tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu dapat meningkatkan kinerjanya, dan perceived ease of use diartikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tidak diperlukan usaha apapun (free of effort). Perceived ease of use juga berpengaruh pada perceived usefulness yang dapat diartikan bahwa jika seseorang merasa sistem tersebut mudah digunakan maka sistem tersebut berguna bagi mereka, pada akhir penelitian ini akan di evalusai menggunakan TAM model.
Perbandingan Jurnal
Jurnal
Tabel 2-1 Perbandingan Jurnal. The State Of Medical Informatics in Developing Elecetronic India: a Roadmap for optimal Records in Taiwan Organization
Health E-Healthcare System Using SOA
Gambaran Sistem Pentingnya Informasi medis dalam pembelajaran bagi perguruan tinggi medis di india, oleh karena itu kementerian kesehatan india selaku koordinator dalam pelayanan kesehatan mencoba merapkan penyeragaman informasi ke perguruan tinggi tersebut.
Service Oriented architecture dapat diterapkan pada rumah sakit dimana desain arsitektur mengunakan web service atau standar terbuka seperti XML, SOA dapat melakukan inteprobilitas mengirimkan data pasien, jenis penyakit dan tenaga kesehatan sesuai kebutuhan user
Metode
Menggunakan Web service atau XML untuk inteprestasi data
Keunggulan/Man faat
Sejak tahun 2005 pemerintah Taiwan mengembangakan EMR dengan format jenis 13000 laporan di 200 rumah sakit akan tetapi banyak terjadi masalah karena belum terstandarnya format laporan yang diinginkan. Pada tahun 2007 para ahli kemudian menggunakan standar pertukaran data internasional HL7 dimana pertukaran data tidak hanya pada pasien saja tetapi dapat dilakukan pada tenaga medis seperti dokter. Pembelajaran dalam diagnosa data Untuk mengembangkannya pasien salah satunya melalui portal menggunakan TMT yaitu standar format laporan sesui dengan HL7 CDA versi 2.0 dan menggunakan XML sebagai interprestasi bahasanya. Dalam berbagi informasi bagi Teintegrasinya data baik catatan perguruan tinggi di india melalui medis pasien maupun tenaga layanan kesehatan pada pasien kesehatan seperti dokter, dan lainlain
25
Integrasi data mudah karena menggunakan XML asal sesuai standar internasional seperti HL7
26
Teknologi
HL7 dan ICD 10
HL7, ICD – 9 , ICD 10 dan XML
Penulis
Hsiao-Hsien Rau and Chien-Yeh Suptendra Nath Sarbadhikari Journal Of Medical System, Vol. 29, Hsu, Yen-Liang Lee, Wei Chen, Wen-Shan Jian, No.2, April 2005 1520-9202/10 © 2010 IEEE
XML Firat Kart, Louise E. Moser, and P. Michael Melliar-Smith, IT Pro March/April 2008, I E E E Comp uterSociety
35