BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PERMASALAHAN TRANSPORTASI & TEORI ANTRIAN 2.1.1. Permasalahan Transportasi Menurut Sri Mulyono (1991, hal.103), permasalahan transportasi merupakan bagian dari “network model” (model jaringan) yaitu suatu model yang menghubungkan titik pengangkutan dari berbagai sumber menuju berbagai tujuan dengan biaya transport yang minimum. Pada umumnya permasalahan transportasi dapat diselesaikan dengan menggunakan metode simplek dan linear programming akan tetapi metode-metode tersebut tidak dapat menggambarkan adanya antrian dan pola-pola probabilistik yang terdapat dalam suatu model transportasi. Dalam kenyataannya permasalahan transportasi banyak berhubungan dengan masalah-masalah yang probabilistik. Dalam kondisi seperti ini maka simulasi komputer dapat digunakan sebagai alternatif yang paling memadai. 2.1.2. Teori Antrian Teori antrian pertama kali dikemukakan oleh A.K. Erlang. Tujuan dari teori antrian ini adalah untuk merancang proses dan fasilitas pelayanan untuk mengatasi permintaan pelayanan yang berfluktuasi secara random dan menjaga keseimbangan antara biaya pelayanan (waktu terbuang) dan biaya antri ( waktu antri). Komponen-komponen dalam suatu proses antrian adalah: kedatangan, pelayan (resources) dan antrian.
2.2. SIMULASI KOMPUTER Model simulasi merupakan suatu tiruan dari suatu proses (sistem) sesungguhnya yang sedang dipelajari. Model simulasi harus merupakan representasi dan mempunyai karakteristik yang serupa dengan proses (sistem) yang sesungguhnya karena dengan adanya kesamaan karakteristik inilah maka sistem nyata tersebut dapat dipelajari. Menurut Richard I. Levin (1989, hal. 706), …“simulation is a quantitative procedures which describes a process by developing a model of that process and then conduct a series of organized trial-errors experiments to predict the behavior of the process over time.”… Dalam membantu para pengambil keputusan untuk mengambil alternatif yang terbaik, sebagai upaya untuk menjalankan aktivitas-aktivitas perusahaan, metode simulasi dapat menjadi salah satu alat bantu yang potensial untuk memecahkan permasalahanpermasalahan yang komplek dan memiliki karakteristik-karakteristik yang sulit untuk dikendalikan (“uncontrollable”). Menurut Krajewski & Ritzman (1996, hal.323) simulasi adalah suatu aktivitas reproduksi dari sifat-sifat suatu sistem dengan menggunakan sebuah model yang menggambarkan operasi dari suatu sistem. Di mana dengan model tersebut, analis dapat melakukan rekayasa terhadap variabel-variabel tertentu dengan tujuan untuk mengukur pengaruh-pengaruh perubahan dari karakteristik-karakteristik operasi yang sedang
diamati. Oleh karena itu simulasi dapat digunakan untuk mempelajari alternatif pemecahan dari suatu masalah dan pada akhirnya alternatif yang terbaik yang akan dipilih untuk diaplikasikan. Beberapa manfaat dari permodelan simulasi ini, ialah: − Model simulasi dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang sulit untuk diselesaikan dengan menggunakan pendekatan optimisasi. Hal ini dapat disebabkan karena terlalu banyaknya variabel-variabel dan kendala yang dihadapi dari suatu masalah. − Model simulasi dapat digunakan untuk melakukan percobaan-percobaan tanpa mengganggu sistem nyata sehingga dapat dilakukan evaluasi terhadap konfigurasikonfigurasi yang berbeda dan didapatkan konfigurasi yang terbaik. − Model simulasi dapat digunakan untuk menentukan estimasi dari karakteristik operasi yang diperlukan secara cepat dari suatu sistem nyata. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi, pengembangan suatu model simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer. Saat ini banyak tersedia aplikasi-aplikasi komputer baik yang secara spesifik maupun umum yang dapat dipakai untuk melakukan pembuatan model simulasi (simulasi komputer). Menurut A.Alan B.Pritsker (1999, hal.6) simulasi komputer adalah proses perancangan sebuah model logik matematis dari sebuah sistem nyata dan bereksperimen dengan model tersebut pada sebuah komputer. J.R. Sturgul (E&MJ, October 1995),… “The two-fold goal of planning engineers using simulation is to maximize the efficiency of limited resources (trucks, shovel, barges, etc.) and to develop the mine in the most economical manner. Using a simulation model, before any new piece of equipment is introduced into the mine, it can be tested in the computer model to see what the effect on the production will be. The animation model show the results of the proposed changes”… Dengan simulasi komputer sebuah proses dapat dipelajari dengan melakukan eksperimen-eksperimen tanpa harus membangun proses tersebut secara nyata, tanpa perlu mengganggu operasi yang sedang berjalan dan tanpa menghentikan suatu proses yang sedang berjalan. Hal ini memungkinkan suatu proses dapat dipelajari tanpa harus menghadapi resiko dan biaya yang besar. Meskipun pada saat pengembangan model tersebut kadang-kadang diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat meniru sistem nyata secara utuh.
2.3. SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN Menurut James O’brien (1999, hal. 462), proses pengambilan keputusan (“decision support system”) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer dan memberikan dukungan informasi yang interaktif (“interactive information support”) kepada para manager dalam proses pengambilan keputusan. Beberapa alat bantu dalam proses pengambilan keputusan, adalah: − Analisis “What-if” − Analisis sensitivitas − Optiomisasi − Simulasi, dll.
Menurut Krajewski & Ritzman (1996, hal.16-17), proses pengambilan keputusan merupakan aspek yang sangat penting dalam keseluruhan aktivitas manajemen, termasuk di dalam aktivitas manajemen operasi. Meskipun situasi yang dihadapi sangat berbeda-beda dalam suatu proses pengambilan keputusan, akan tetapi secara garis besar dibagi dalam tiga tahapan, yaitu: mengenali dan menentukan permasalahan, mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menganalisis alternatif-alternatif yang mungkin, dan memilih serta menerapkan alternatif yang paling baik (optimal). Dalam kaitannya dengan kelangsungan suatu organisasi, maka para pengambil keputusan dituntut untuk dapat mengambil alternatif terbaik yang paling memungkinkan dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas suatu organisasi baik dari sisi manufaktur/produksi, manajemen material, purchasing, accounting dan finance, maupun pemasarannya. Menurut Krajewski & Ritzman (1996, hal.16-17), jenis keputusan di mana para manajer terlibat dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 2.3.1. Pengambilan Keputusan pada Level Strategis Merupakan suatu pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi tujuan perusahaan di masa depan. Sebagai contoh adalah para pengambil keputusan (manajer) berperan dalam memutuskan hal-hal apa yang akan menjadi prioritas dari nilai-nilai kompetitif perusahaan, mengatur sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan/organisasi, menentukan standar kualitas, dan mengawasi implementasi dari metode yang diterapkan. 2.3.2. Pengambilan Keputusan pada Level Taktis Merupakan pengambilan keputusan yang memusatkan fokus kepada sistem produksi. Di sini para pengambil keputusan (manajer) berperan dalam menentukan policy-policy yang seringkali berhubungan dan membutuhkan komitmen-komitmen jangka panjang. Contoh-contoh pada jenis keputusan ini adalah: bagaimana para pengambil keputusan dalam mengkhususkan dan memperbesar aktivitas perusahaan, menentukan berapa besar kapasitas dari sistem produksi, menentukan lokasi dari fasilitas produksi, dan lain sebagainya. 2.3.3. Pengambilan Keputusan pada Level Operational Terfokus kepada bagaimana mengoperasikan fasilitas perusahaan setelah fasilitas tersebut didirikan. Pada tahap ini, para pengambil keputusan berperan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang bersifat seperti: menentukan metode “forecasting” yang terbaik, memilih supplier, bagaimana mengatur inventori, bagaimana mengawasi produk akhir, dan bagaimana mengatur jadual produksi dan jadual sumber daya yang dimiliki.
2.4. MANAJEMEN OPERASI DAN SISTEM PRODUKSI
Manajemen operasi merupakan bagian dari suatu sistem produksi. Menurut Krajewski & Ritzman (1996, hal.3), pada awalnya secara khusus banyak dipakai untuk produksi manufaktur. Akan tetapi karena adanya pertumbuhan ekonomi secara luas di luar bisnis manufaktur mengakibatkan meluasnya cakupan dari fungsi manajemen operasi. Saat ini terminologi manejemen operasi cenderung merupakan petunjukpetunjuk pelaksanaan dan pengawasan-pengawasan dari suatu proses yang merubah input menjadi produk akhir (“manufacture”) dan jasa (“services”). Setiap organisasi/perusahaan memiliki proses-proses yang harus dirancang dan dikelola secara efektif baik yang dilakukan secara manual maupun yang menggunakan bantuan komputer. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan sehubungan dengan kepedulian perusahaan ataupun organisasi terhadap kualitas, produktivitas dan ketepatan pelayanan terhadap konsumen. Manajemen operasi telah memberikan pengaruh yang besar terhadap bisnis disebabkan oleh pertumbuhan dari sektor pelayanan, perubahanperubahan dari produktivitas, dan adanya kompetisi global. Persoalan penting lain dalam proses produksi adalah bagaimana merancang suatu proses yang akan digunakan dalam menghasilkan suatu produk ataupun jasa. Para pengambil keputusan sebaiknya mempertimbangkan beberapa pendekatan yang untuk secara umum sering digunakan dalam menentukan keputusan penggunaan proses (“process decisions”, yaitu: pemilihan proses, hubungan vertikal proses, fleksibilitas sumber daya, keterlibatan pelanggan, dan intensitas modal (Krajewski-Ritzman, 1996, hal.95). Pendekatan popular lainnya dalam management proses adalah “business process re-engineering” dan “process improvement”. Pendekatan ini merupakan pelengkap dalam perancangan suatu proses. 2.4.1. “Business Process Re-engineering” (BPRE) Menurut Krajewski-Ritzman (1996, hal.114), BPRE merupakan pemikiran ulang yang fundamental dan perancangan ulang yang radikal dari suatu proses dan secara dramatis memperbaiki kinerja proses seperti :biaya, kualitas, pelayanan, dan kecepatan. BPRE lebih memfokuskan kepada proses, hubungan antar lini, teknologi informasi, kepemimpinan , dan analisis proses. 2.4.2. Perbaikan Proses Perbaikan proses (“improvement process”) merupakan suatu pengamatan sistematis dari suatu aktivitas dan alirannya untuk setiap proses dengan tujuan untuk memperbaikinya (Krajewski-Rotzman, 1996, hal.116). Proses perbaikan dilakukan jika proses yang sedang berjalan mengalami permasalahan-permasalahan yang signifikan, seperti: lambatnya suatu proses, banyaknya tumpang tindih dari berbagai aktivitas, meningkatnya biaya yang diperlukan, terjadi kemacetan dalam proses, dan proses tersebut tidak memberikan nilai tambah untuk kelangsungan organisasi/perusahaan.
2.5. SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI Menurut James O. Brian (1999, hal.9), sistem informasi merupakan sebuah kombinasi yang terorganisir dari manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber daya lainnya dengan tujuan untuk mengumpulkan, mentransformasikan dan menyebarkan informasi dalam suatu organisasi.
Sedangkan menurut Whitten & Bentley (1998, hal.7), sistem informasi merupakan susunan dari orang, data, proses, tampilan, network/jaringan, dan teknologi yang saling berkaitan untuk mendukung dan membuat perbaikan baik operasional harian dari suatu bisnis maupun untuk mendukung penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Dengan melihat fungsi dari sistem informasi, suatu informasi akan menjadi lebih bermanfaat dan menjadi informatif dalam upaya membantu manajemen dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan usahanya. Saat ini sistem informasi telah berkembang dengan memanfaatkan kemajuan dalam teknologi informasi yaitu dengan berkembangnya perangkat komputer baik hardware maupun softwarenya. Dengan adanya perangkat komputer tersebut, maka permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan sistem informasi dapat diselesaikan menjadi lebih cepat. Seperti yang diungkapkan oleh James O’Brien (1999, hal.17), sistem informasi memiliki tiga peranan utama dalam melaksanakan suatu organisasi/perusahaan, yaitu: − Sistem informasi sebagai alat bantu dalam operasional bisnis − Sistem informasi sebagai alat bantu pengambil keputusan pada level manajerial − Sistem informasi sebagai keunggulan kompetitif strategis. Peranan sistem informasi tersebut di atas memberikan peluang-peluang baik bagi para manajer maupun pemakai (“end-users”) dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini biasanya berkaitan dengan hal-hal khusus yang mereka hadapi dalam permasalahan nyata dalam menjalankan aktivitas perusahaan.
2.6. ANALISIS STATISTIK Analisis parametrik digunakan untuk menguji hipotesis dari suatu data yang memiliki bentuk “interval” atau “ratio”. Pengujian yang dilakukan meliputi uji beda ratarata dua populasi yang independen (t test). (David M. Levine, 1997, P.380-413) 2.6.1. t-Test untuk uji-beda rata-rata dua populasi Test ini dilakukan untuk mengetahui apakah dua populasi yang independen memiliki perbedaan rata-rata yang signifikan atau tidak. Hipotesis yang dilakukan adalah untuk menguji hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata dua populasi. H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠ µ2 H0 akan ditolak jika t test > t tabel . Rumus yang dipergunakan untuk menghitung t-test, adalah: ( X 1 − X 2 ) − ( µ1 − µ 2 ) t= S12 S 22 + n1 n2 Di mana: X1 = rata-rata sampel dari populasi 1 S12 = varian dari sampel yang diambil dari populasi 1 n1 = jumlah sampel yang diambil dari populasi 1 X2
= rata-rata sampel dari populasi 2
S 22 = varian dari sampel yang diambil dari populasi 2 n2 = jumlah sampel yang diambil dari populasi 2 2.6.2. Statistik Inferen Merupakan estimasi terhadap parameter-parameter dari populasi dengan menggunakan parameter-parameter yang diperoleh dari suatu sampel. Parameter yang paling sering digunakan adalah nilai “rata-rata” ( x ) dan nilai “varians” 2
yang merupakan pengukuran terhadap penyebaran dari sampel ( s x ). Persamaan untuk mencari nilai rata-rata dan varian adalah: n
x =
∑x i =1
n n
s x2 =
i
∑ X i2 − n X i =1
n
2
dan n −1 Di mana : xi = nilai dari i. n = banyaknya sampel x = nilai rata-rata sampel s x2 = nilai varian sampel
sx =
∑X i =1
2 i
− nX
2
n −1
2.7. MANAJEMEN OPERASI & SISTEM INFORMASI Pemanfaatan sistem informasi dalam sistem produksi dan operasi menjadi sangat mendesak untuk dilakukan agar dapat menjalankan bisnis secara efektif, efisien, dan memiliki nilai keunggulan (“competitive advantage”) dibandingkan dengan unit bisnis lain. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan model-model analitik, terutama guna menggambarkan dan memprediksi hubungan fungsi-fungsi yang ada dalam sistem produksi dan operasi. Sebagai contoh penggunaan model-model matematis dalam sistem produksi dan operasi terdapat dalam pemecahan optimisasi produksi, optimisasi biaya produksi, optimisasi persediaan, optimisasi keseimbangan kapasitas dan lain-lain. Model-model yang digunakan sangat bermanfaat bagi penganalisisan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan simulasi komputer. Contoh-contoh yang popular untuk penerapan metode simulasi ini adalah dalam menentukan policy inventori, penggunaan bahan baku yang efisien, pengaturan jadual produksi, dan lain sebagainya. Perencanaan dan pengendalian operasi pada dasarnya adalah suatu proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan adalah proses pemilihan satu dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pemilihan itu didasarkan pada kriteri-kriteria seperti: biaya terendah, resiko minimum, dan sebagainya. Eksperimentasi langsung, secara teknis dan ekonomis pada umumnya sukar dilakukan oleh karena itu model simulasi komputer akan dapat membantu dalam situasi semacam ini.