10
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Profile XL Axiata PT XL Axiata Tbk (dahulu PT Excelcomindo Pratama Tbk), atau disingkat
XL, adalah sebuah perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia. XL mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8 Oktober 1996, dan merupakan perusahaan swasta pertama yang menyediakan layanan telepon seluler di Indonesia disertai jaringan yang luas dan berkualitas di seluruh Indonesia. Visi dan Misi XL adalah untuk menjadi operator selular no.1 Indonesia melalui komitmen yang kuat dalam memuaskan pelanggan, pemegang saham dan karyawan. XL satu-satunya operator yang memiliki jaringan serat optik yang luas. XL telah meluncurkan XL 3G pada 21 September 2006, layanan telekomunikasi selular berbasis 3G pertama yang tercepat dan terluas di Indonesia. XL memiliki dua lini produk GSM, yaitu XL Prabayar dan XL Pascabayar. Selain itu XL juga menyediakan layanan Bisnis internasional (Roaming Inbound and Outbound) bagi semua pelanggannya dan operator rekanan diluar negeri Dalam hal ini Departemen yang menangani Layanan International Roaming yakni Tower Bussines and Carrier Relation harus mampu menghasilkan revenue yang nantinya bisa berimbas pada revenue perusahaaan melalui unit – unit bisnis
11 yang ada dibawahnya. Berikut
Gambar Struktur Organisasi PT. XL Axiata
ditunjukan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Organisasi PT XL Axiata
Dimana yang melayani Layanan International Service ini adalah Tower Bussines and Carrier Relation. . Berikut Gambar Struktur Organisasinya Tower Bussines and Carrier Relation.
TOWER BUSINESS AND CARRIER RELATION
Commercial Roaming
Voice Business
Interkoneksi
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Departemen CR
12
2.2
International Roaming Hampir Mustahil untuk membayangkan layanan mobile modern tanpa
roaming, yang memungkinkan pelanggan untuk melakukan perjalanan menuju seluruh dunia sementara tetap menggunakan nomor asalnya (Guo, Zhang, and Zhu. 2004). Bentuk layanan roaming outbound sangat penting dan merupakan bagian dari pendapatan operator. Itulah sebabnya pertempuran pelanggan roaming outbound menjadi hal yang umum, banyak solusi berbeda yang digunakan oleh operator dengan tujuan strategis, serta untuk memastikan bahwa pelanggan akan terdaftar di jaringan operator yang sudah mempunyai kerjasama (Isukapalli, Alexiou, and Murakami. 2002). Di awal tahun 1980'an, kebanyakan sistem telepon bergerak merupakan analog daripada digital. Banyak tantangan dalam menghadapi sistem analog. Sebagai hasilnya, digital teknologi dikembangkan. Keuntungan dari sistem teknologi digital adalah mudahnya pensinyalan (Harte, Dreher, Bowler, and Beninger. 2004), identifikasi dalam jaringan GSM (Turban, Rainer, and Potte. 2003), terintegrasinya switching dalam jaringan antar operator (Noldus. 2006), dan bertambahnya kemampuan
pengembangan
aplikasi
dalam
mendukung
strategi
operator
(Sommerville. 2007). Sistem switching pada jaringan GSM adalah mekanisme dasar perangkat keras yang terhubung antar layer (Air Interface, Base Station Sistem dan Core
13 Network), Tujuan utamanya yaitu sebagai media proses komunikasi yang mentranslasikan pertukaran informasi dan kemudian melanjutkan layanan baik didalam negeri maupun menuju luar negeri (Noldus. 2006). Identifikasi dalam jaringan GSM adalah suatu mekanisme identitas dari setiap pelanggan, yang datanya disimpan pada HLR, dan Tujuan utama mekanisme identitas ini yaitu untuk digunakan apabila pelanggan melakukan transaksi pada operator berbeda didalam maupun diluar negeri (Turban, Rainer, and Potter. 2003). Signal pada jaringan GSM, Sistem Signaling No 7 (SS7) adalah seperangkat protokol signal telepon yang digunakan untuk membuat panggilan sebagian besar masyarakat di dunia (Harte, Dreher, Bowler, and Beninger. 2004). Tujuan utamanya adalah untuk call dialing dan call dropping. termasuk mengenali nomor (msisdn, imsi, global title (GT)), billing, layanan pesan singkat (SMS), dan berbagai layanan pasar massal lainnya. Hal ini biasanya disebut sebagai Sistem Pensinyalan Nomor 7 atau Signaling Sistem # 7, atau hanya disingkat SS7 (Russell. 2006). IBE (Identity-Based Encryption), pada tahun 1984, Adi Shamir pertama kali memperkenalkan konsep identity based Cryptography dimana kunci publik dari seseorang user dapat diturunkan melalui informasi publik yang dapat secara unik mengidentifikasi user tersebut. Salah keuntungan utama dari skema Identity Based Cryptography ini yaitu tidak ada sertifikat yang diperlukan untuk mem-binding nama pengguna dengan kunci publik yang dimilikinya.
14 Metodologi pengembangan sistem Aplikasi (sistem development methodology) adalah FAST Sistem Development Phases, tujuan utamanya yaitu proses pengembangan sistem yang sangat formal dan akurat yang mendefinisikan sekumpulan aktivitas, metode, praktek-praktek terbaik, penyampaian, dan alat terotomasi yang digunakan oleh pengembang sistem untuk mengembangkan dan memelihara sistem dan software informasi (Sommerville. 2007); (Shneiderman, and Plaisant. 2010). Kumpulan dari teori diatas berkesinambungan satu dengan lain untuk mendukung usulan penulis terhadap aplikasi yang dapat mengarahkan dan mengalokasikan pelanggan luar negeri pada satu operator atau beberapa operator dalam suatu negara untuk diterapkan pada infrastruktur Operator (PT. XL Axiata Tbk), untuk menjaga pelanggan roamers Outbound dalam jaringan mitra pilihan (Operator yang sudah mempunyai kerjasama) serta memastikan kondisi komersial yang paling baik, kualitas yang dapat diterima atau daftar layanan (Leung, Faouzi, and Kurian. 2011). Aplikasi yang penulis bahas dan teliti adalah carrier-class, scalable, fleksibel, termasuk solusi yang dapat digunakan oleh operator (PT. XL Axiata Tbk) untuk meningkatkan layanan roaming mereka dan untuk mengelola hubungan kerjasama (Khususnya Roaming Outbound).
15
2.3
Sistem switching pada jaringan GSM Jaringan GSM sebagian besar terdiri dari bagian-bagian fungsional berikut: •
MSC - mobile service switching centre (MSC) adalah inti switching dalam sistem seluler. MSC terhubung ke radio access network (RAN), RAN dibentuk oleh BSC dan BTS dalam public land mobile network (PLMN). Pengguna jaringan GSM terdaftar dengan MSC, semua panggilan ke dan dari pengguna dikendalikan oleh MSC. Sebuah jaringan GSM memiliki satu atau lebih MSC, didistribusikan secara geografis.
•
VLR - visitor location register (VLR) VLR berisi data pelanggan yang sudah teregistrasi dalam MSC. Dalam setiap MSC selalu ada VLR. Meskipun MSC dan VLR masing – masing memiliki address yang berbeda, MSC dan VLR tetap dan selalu ada bersama dalam satu node yang terintegrasi.
•
GMSC - gateway MSC (GMSC) adalah entitas peralihan (switch) yang mengontrol panggilan pengakhiran (terminating call) dari sebuah ponsel. Ketika sebuah panggilan untuk seorang pelanggan GSM telah tersambung, GMSC menghubungi HLR dari pelanggan itu guna mendapatkan lokasi (address) dari MSC yang didalamnya terdapat registrasi si pelanggan. Lokasi yang ada dalam MSC itulah yang
16 digunakan untuk mengarahkan sebuah panggilan ke pelanggan yang bersangkutan. •
HLR - home location register (HLR) adalah database yang berisi catatan mengenai setiap pelanggan dari sebuah jaringan (network). Seorang pelanggan GSM biasanya diasosiasikan dengan sebuah HLR tertentu. HLR ini berfungsi sebagai kurir yang mengirim data-data langganan seorang pelanggan (ketika registrasi) kepada VLR, atau kepada GMSC (selama/ketika mengadakan sebuah panggilan ponsel).
•
CN - core network (CN) terdiri dari, antara lain, MSC, GMSC dan HLR. Entitas ini merupakan komponen utama untuk menangani panggilan dan manajemen data pelanggan. Entitas utama yang lain dalam CN adalah equipment identification register (EIR) dan authentication centre (AUC).
•
BSS - base station sistem (BSS) terdiri dari satu atau lebih base station controller (BSC) dan satu atau lebih base transceiver station (BTS). BTS berisi satu atau lebih transceivers (TRX). TRX bertanggung jawab untuk transmisi sinyal radio dan penerimaan. BTS dan BSC yang terhubung melalui Abis interface. BSS terhubung ke MSC melalui A interface.
•
MS - mobile station (MS) adalah handset GSM. Perpaduan antara Mobile Equipment (ME) dan Subscriber identification module (SIM) ini
17 adalah chip tertanam dalam kartu SIM yang mengidentifikasi pelanggan pada jaringan GSM. Sebuah jaringan GSM adalah public land mobile network (PLMN). Jenis lain dari PLMN adalah jaringan time division multiple access (TDMA) atau jaringan code division multiple access (CDMA). GSM menggunakan pembagian sub-berikut dari PLMN: •
Home PLMN (HPLMN) - HPLMN adalah jaringan GSM yang digunakan oleh pengguna GSM yang adalah pelanggan GSM tersebut. Artinya semua data berlangganan pengguna GSM berada didalam HLR yang ada didalam PLMN itu. HLR bisa mentransfer data berlangganan ke VLR (sewaktu registrasi didalam PLMN), atau ke GMSC (sewaktu ponsel mengakhiri penanganan panggilan). HPLMN juga mungkin berisi node berbagai layanan, seperti short message service centre (SMSC), service control point (SCP).
•
Visited PLMN (VPLMN) - VPLMN adalah jaringan GSM dimana si pelanggan terdaftar. Si Pelanggan mungkin terdaftar dalam HPLMN-nya atau didalam PLMN lainnya. Jika si pelanggan terdaftar dalam PLMN lainnya, artinya si pelanggan sedang melalukan penjelajahan keluar (dilihat dari sudut HPLMN), dan sedang menjelajah kedalam (dilihat dari VPLMN). Jika si pelanggan pada saat ini terdaftar dalam HPLMNnya sendiri, maka HPLMN pada saat bersamaan juga VPLMN.
18 •
Interrogating PLMN (IPLMN) adalah PLMN yang terdiri dari GMSC yang menangani panggilan mobile terminating (MT). Semua panggilan MT selalu ditangani oleh GMSC dalam sebuah PLMN, tidak soal dari mana asal panggilan tersebut. Bagi semua operator, penanganan panggilan MT dilakukan oleh suatu GMSC dalam suatu HPLMN; dalam hal ini, HPLMN adalah juga IPLMN pada saat yang bersamaan. Ini mengartikan bahwa semua panggilan yang ditujukan kepada seseorang pelanggan GSM selalu diarahkan melalui rute yang menuju ke HPLMN dari GSM si pelanggan. Pada saat panggilan itu mencapai HPLMN, HPLMN ini bertindak sebagai IPLMN. Penanganan panggilan sebuah MT akan dibahas secara terperinci dalam bagian selanjutnya. Ketika basic optimal routing (BOR) diberlakukan, IPLMN tidak lagi sama dengan PLMN sebagaimana layaknya HPLMN. Si Pengguna sebuah jaringan GSM disebut sebagai si pelanggan yang sedang dilayani; MSC yang melayani si pelanggan tersebut adalah MSC yang melayani. Sebagai contohnya: •
mobile originated call - MSC yang menangani panggilan ini adalah MSC yang melayani, sedangkan si pelanggan yang memanggil adalah served subscriber.
19 •
mobile terminated call - GSMC yang menangani panggilan adalah GMSC yang melayani, sedangkan si pelanggan yang dipanggil adalah served subscriber.
2.4
Pengidentifikasi dalam Jaringan GSM GSM
menggunakan
pengidentifikasi
beberapa
routing
panggilan,
mengidentifikasi pelanggan (misalnya untuk pengisian pulsa), lokasi HLR, mengidentifikasi peralatan (ME), dll. Beberapa pengidentifikasi memainkan peran penting untuk service Roaming. 2.4.1 International Mobile Subscriber Identity - IMSI IMSI
yang
tertanam
pada
kartu
SIM
dan
digunakan
untuk
mengidentifikasi pelanggan. IMSI ini juga terkandung dalam data langganan di HLR. IMSI ini digunakan untuk mengidentifikasi pelanggan untuk berbagai proses dalam jaringan GSM. Lihat gambar 2.3 untuk format IMSI. Beberapa di antaranya adalah: •
Location update - ketika masuk pada jaringan, MS melaporkan IMSI ke MSC, yang menggunakan IMSI untuk memperoleh global title (GT) dari HLR terkait dengan pelanggan.
•
Terminating call - ketika jaringan GSM menangani panggilan ke pelanggan GSM, HLR menggunakan IMSI untuk mengidentifikasi
20 pelanggan di MSC / VLR, untuk memulai proses menyampaikan panggilan untuk pelanggan dalam home MSC / VLR. •
Roaming charging - VPLMN yang menggunakan IMSI untuk mengirim catatan penagihan kepada HPLMN dari pemakaian pelanggan (voice, sms, mms, data).
Gambar 2.3 Format IMSI. •
Mobile country code (MCC) - MCC mengidentifikasi kode negara untuk jaringan mobile. MCC tidak digunakan untuk pembentukan panggilan.
•
Mobile network code (MNC) - MNC mengidentifikasi kode jaringan selular dalam negeri (seperti yang diidentifikasi oleh MCC). MCC dan
MNC
bersama-sama
mengidentifikasi
PLMN.
MNC
kemungkinan terdiri dari dua atau tiga digit. Praktek yang umum adalah bahwa, dalam sebuah negara (seperti yang diidentifikasi oleh MCC), semua perusahaan multinasional adalah dua atau tiga digit. •
Mobile subscriber identification number (MSIN) - MSIN adalah identifier pelanggan dalam PLMN. IMSI ini dilaporkan ke SCP selama permintaan layanan CAMEL.
21 IMSI ini mungkin diperlukan, misalnya, ketika mengidentifikasi negara, negara-negara di Amerika Utara memiliki kode negara yang sama (kode negara = 1), namun MCC yang berbeda (misalnya Kanada = 303, Mexico = 334). 2.4.2 Mobile Station Integrated Services Digital Network Number MSISDN ini digunakan untuk mengidentifikasi pelanggan antara lain ketika, menlakukan panggilan atau mengirim SMS. Oleh karena itu, MSISDN digunakan untuk keperluan routing, lihat Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Struktur dari MSISDN. • Country code (CC) - mengidentifikasi negara atau kelompok negara pelanggan; • National destination code (NDC) - masing-masing PLMN di suatu negara memiliki satu atau lebih NDC yang sudah dialokasikan, NDC dapat digunakan untuk rute panggilan ke jaringan lokal; • Subscriber number (SN) - mengidentifikasi pelanggan dalam suatu PLMN. MSISDN tersebut tidak disimpan pada kartu SIM pelanggan, biasanya tidak tersedia di MS. MSISDN ini ditempatkan di HLR,
22 sebagai bagian dari profil pelanggan, dan dikirim ke MSC saat pendaftaran. 2.4.3 International Mobile Equipment Identifier IMEI digunakan untuk mengidentifikasi ME [atau pengguna peralatan (UE) dalam jaringan UMTS]. Setiap ME memiliki IMEI yang unik. IMEI adalah hard-coded dalam ME dan tidak dapat diubah. Gambar 2.5 menunjukkan struktur dari IMEI. IMEI tersebut tidak digunakan untuk routing atau identifikasi pelanggan. Software version (SV) dapat dimasukkan dalam IMEI ('IMEISV') untuk menunjukkan versi perangkat lunak tertanam di ME. IMEI selalu dikodekan sebagai eight-octet string.
Gambar 2.5 Struktur dari IMEI and IMEISV 2.4.4 Mobile Station Roaming Number MSRN digunakan dalam jaringan GSM untuk routing panggilan ke MS. Kebutuhan MSRN berasal dari fakta bahwa MSISDN mengidentifikasi seorang pelanggan, tetapi tidak pada lokasi pelanggan saat itu di dalam jaringan telekomunikasi. MSRN ini dialokasikan untuk pelanggan selama penanganan panggilan MT dan dilepaskan ketika panggilan ke
23 pelanggan sudah berhasil. Setiap MSC dalam PLMN memiliki jangkauan (terbatas) dari pengalokasian MSRN. Sebuah MSRN dapat dialokasikan untuk setiap pelanggan yang terdaftar di MSC itu. MSRN memiliki bentuk nomor (E.214) dan dapat digunakan oleh GMSC untuk melakukan panggilan ke pelanggan GSM. MSRN adalah bagian dari GSM nomor operator. MSRN menunjukkan jaringan GSM pelanggan yang terdaftar, tetapi tidak pada jaringan GSM milik pelanggan. Gambar 2.6 menunjukkan bagaimana MSRN digunakan untuk melakukan panggilan. MSRN ini tidak dimaksudkan untuk pengaturan panggilan. Operator GSM dapat mengkonfigurasi MSC mereka sehingga pelanggan tidak dapat memanggil nomor yang berada dalam kisaran MSRN operator itu.
Gambar 2.6 Penggunaan MSRN selama panggilan menuju pelanggan GSM
2.5
Signalling pada jaringan GSM Berbagai entitas dalam sebuah jaringan GSM terhubung satu sama lainnya melalui jaringan sinyal. Pengadaan sinyal-sinyal ini digunakan antara lain untuk mobilitas si pelanggan, pendaftaran si pelanggan, pengadaan
24 panggilan, dll. Hubungan antara berbagai entitas ini disebut ‘reference point’. Contohnya: •
A interface - keterkaitan antara MSC dan BSC.
•
Abis interface - sambungan antara BSC dan BTS.
•
D interface - sambungan antara MSC dan HLR.
•
Um interface - sambungan radio antara MS dan BTS.
Berbagai protokol mengenai sinyal digunakan atas semua titik-titik referansi (‘reference points’) Beberapa protocol untuk sebuah jaringan GSM adalah sebagai berikut: •
mobile application part (MAP) - MAP digunakan sebagai pengontrol panggilan, pendaftaran si pelanggan, layanan pesan pendek (sms), dll; MAP digunakan atas banyak interface dari suatu jaringan GSM.
•
base station sistem application part (BSSAP) - BSSAP digunakan atas A interface.
•
direct transfer application part (DTAP) - DTAP digunakan diantara MS dan MSC; DTAP disalurkan antara Abis dan A interface.
•
ISDN
user
part
(ISUP)
-
ISUP
adalah protocol
untuk
menghidupkan dan mematikan arus di switch panggilan. ISUP juga digunakan dalam saluran Integrated Services Digital Network
25 (ISDN). Sebuah arus (circuit) adalah sebuah channel data yang terbentuk antara dua orang pengguna dalam suatu jaringan. Dalam ruang lingkup ISDN, channel data biasanya adalah 64 kbit/s channel. Circuit ini digunakan untuk mentransfer pembicaraan yang disandikan atau data lainnya. Dalam hal penyambungan panggilan, GSM membuat perbedaan antara signaling dan payload. Signalling mengacu pada pertukaran informasi pada sebuah panggilan yang terhubung; payload mengacu pada data yang ditransfer dalam sebuah panggilan, misalnya suara, video, fax, dll. Bagi sebuah panggilan MT dari suatu jaringan GSM, Sinyal ini terdiri dari pertukaran pesan MAP antara GMSC, HLR, visited MSC (VMSC). Payload ini ditransfer oleh hubungan ISUP antara GMSC dan VMSC. Pengoptimalan transfer payload melalui sebuah jaringan terus diusahakan, karena ini mempunyai aspek yang berhubungan langsung dengan biaya. Salah satu contohnya adalah pengoptimalan routing. Physical SS7 Network Jaringan SS7 terpisah dari network voice yang disupport. Yang terdiri dari beberapa node atau Signalling Point yang yang nantinya akan menyediakan fungsi-fungsi yang spesifik (Harte, Dreher, Bowler, and Beninger. 2004). Pada signalling network, terdiri dari tiga Node utama : Service Switching Point (SSP), Signal Transfer Point (STP) dan
26 Signal Control Point (SCP). Ketiga node-node utama tersebut pada umumnya terhubung point-to-point dengan bit rate 56 kbps. Data dilewatkan melalui jaringan tersbut dengan teknologi packet-switching (Russell, 2006). Ketiga node tersebut harus mampu create, receive dan response SS7 message. A. Service Switching Point (SSP) Pada awalnya SSP adalah digital switches yang menyediakan akses voice dan call routing yang sudah ditambahi dengan hardware interface dan software yang berhubungan dengan aplikasi SS7. Pada umumnya SSP merupakan local exchange (LE) atau interexchange circuits switches dan mobile switching centre. Dalam dunia GSM, MSC berperan sebagai SSP di SS7 Network. SSP memiliki dua fungsi utama : 1. Menghubungkan dan memutuskan hubungan, menggunakan ISUP messaging. Saat SSP harus membangun hubungan (set-up) ke switch lain, SSP harus mampu mem-formulasikan dan mengirim SS7 message dengan informasi pengalamatan yang tepat. 2. Membuat dan mengaktifkan SS7 message yg telah dipersiapkan ke database external. B. Signal Control Point (SCP) SCP adalah parameter/kontrol yang dihasilkan oleh interface untuk database aplication atau service control logic. Message/pesan yang
27 dikirimkan dari SSP ke SCP digunakan untuk mendapatkan routing information dan service information. SCP bukanlah sebuah aplikasi data base melainkan menyediakan akses ke database aplication. C. Signal Transfer Point (STP) Fungsi utama dari STP adalah switch dan address SS7 messages. SS7 message tidaklah berasal atau ditujukan ke STP. Tetapi STP me-relay SS7 message seperti packet switch atau message router ke node SS7 lainnya agar dapat berkomunikasi. Beberapa SSP atau SCP memerlukan akses untuk signalling sebelum terhubung ke sebuah STP. Fungsi-fungsi utama dari STP : •
Sebagai physical connection ke SS7 network
•
Sekuritas melalui proses gateway screening
•
Message routing melalui Message Transfer Part (MTP)
•
Message addressing melalui Global Title Translation (GTT)
Biasanya STP dioperasikan secara berpasangan sebagai cadangan atau redundancy. STP biasanya ter-interkoneksi secara hierarki dimana STP lokal menyediakan akses ke SSP. Kemudian STP lokal terhubung ke sebuah gateway STP, yang mana gateway STP ini menyediakan akses ke jaringan lain atau aplikasi data base.
28
2.6
Identity Based Encryption
Pada dasarnya skema ini ditujukan untuk mengeliminasi man-in the middle attack karena tidak adanya proces request sertifikat yang harus dilakukan oleh user kepada pihak ketiga yang dipercaya (Trusted Third Party) (Sahmir. 1984). Dalam skema ini seorang pelanggan A yang memiliki IMSI akan terenkripsi antar operator B (visited operator) dan operator A (home operator) (Bharathi, and Sukanesh. 2011). Secara umum, sebuah skema IBE terdiri dari 4 buah algoritma yang digunakan, yakni: 1. Setup : merupakan parameter sistem global yang diperuntukkan bagi seluruh pengguna didalam sistem ini. 2. Extract : menggunakan master key, untuk membangkitkan private key yang berkoresponden dengan suatu ID Public Key (IMSI pengguna), pada tahapan ini pengguna yang ingin mendapatkan private kuncinya harus terlebih dahulu terotentikasi pada PKG (Private Key Generator). 3. Encrypt : mengenkripsi pesan M menggunakan ID Public Key kemudian mengirimkan pesan enkripsi C kepada penerima. 4. Decrypt : mendekripsi pesan enkripsi C menggunakan Private Key yang diterbitkan oleh PKG.
29
Gambar 2.7 Protected Signaling message dari Operator A to Operator B
2.7
Metodologi Pengembangan Aplikasi
Gambar 2.8 FAST Sistem Development Phases.
30 Salah satu metodologi pengembangan sistem yang umum dipakai adalah metodologi FAST (Framework for the Application of Sistems Technique). Metodologi FAST terdiri dari fase-fase berikut: 2.7.1
Scope definition (definisi lingkup) Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi yang akan diteliti tingkat feasibility dan ruang lingkup proyek yaitu dengan menggunakan kerangka PIECES (Performance, Information, Economics, Control, Efficiency, Service) (Whitten, Bentley, and Dittman. 2002). Hal ini dilakukan untuk menemukan inti dari masalah-masalah
yang
ada
(problems),
kesempatan
untuk
meningkatkan kinerja organisasi (opportunity), dan kebutuhankebutuhan baru yang dibebankan oleh pihak manajemen atau pemerintah (directives). 2.7.2
Problem Analysis (Analisis Permasalahan) Pada tahap ini akan diteliti masalah-masalah yang muncul pada sistem yang ada sebelumnya. Dalam hal ini project charter yang dihasilkan dari tahapan preliminary investigation adalah kunci utamanya. Hasil dari tahapan ini adalah peningkatan performa sistem yang akan memberikan keuntungan dari segi bisnis perusahaan. Hasil lain dari tahapan ini adalah sebuah laporan yang menerangkan tentang problems, causes, effects, dan solution benefits.
31 2.7.3
Requirements Analysis (Analisis Kebutuhan) Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan prioritas dari kebutuhankebutuhan bisnis yang ada. Tujuan dari tahapan ini adalah mengidentifikasi data, proses dan antarmuka yang diinginkan pengguna dari sistem yang baru.
2.7.4
Logical Design (Desain Logis) Tujuan dari tahapan ini adalah mentransformasikan kebutuhankebutuhan bisnis dari fase requirements analysis kepada sistem model yang akan dibangun nantinya. Dengan kata lain pada fase ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar penggunaan teknologi (data, process, interface) yang menjamin usability, reliability, completeness, performance, dan quality yang akan dibangun di dalam sistem.
2.7.5
Decision Analysis (Analisis Keputusan) Pada tahap ini akan memilih perangkat lunak dan keras yang nantinya akan dipakai dalam implementasi sistem sebagai solusi atas problems dan requirements yang sudah didefinisikan pada tahapan-tahapan sebelumnya.
2.7.6
Physical Design (Desain Logis) Tujuan dari tahapan ini adalah mentransformasikan kebutuhan bisnis yang direpresentasikan sebagai logical design menjadi physical
32 design yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam membuat sistem yang akan dikembangkan. Jika di dalam logical design tergantung kepada berbagai solusi teknis, maka physical design merepresentasikan solusi teknis yang lebih spesifik. 2.7.7
Construction and Testing Setelah membuat physical design, maka akan dimulai untuk mengkonstruksi dan melakukan tahap uji coba terhadap sistem yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan bisnis dan spesifikasi desain. Basis data, program aplikasi, dan antarmuka akan mulai dibangun pada tahap ini. Setelah dilakukan uji coba terhadap keseluruhan sistem, maka sistem siap untuk diimplementasikan.
2.7.8
Implementation Delivery Pada tahap ini akan dioperasikan sistem yang telah dibangun. Tahapan ini akan dimulai dengan men-deploy software hingga memberikan pelatihan kepada user mengenai penggunaan sistem yang telah dibangun.
2.8
Pemilihan Web Application PHP merupakan hasil kerja seorang bernama Rasmus Lerdorf pada 1995. Namun kemudian PHP berkembang dan tidak hanya merupakan proyek pribadi Rasmus. PHP ditulis ulang dan dengan banyak menambahkan
33 fungsi - fungsi baru oleh Zeev Suraski dan Andi Gutmants (disingkat Zend) dan lahirlah PHP 3 pada 1998 (Astamal. 2006). PHP (akronim dari PHP Hypertext Preprocessor) yang merupakan bahasa pemrogramman berbasis web yang memiliki kemampuan untuk memproses data dinamis (Glass, Scouarnec, Naramore, Mailer, Stolz, and Gerner. 2004). PHP dikatakan sebagai sebuah server-side embedded script language artinya sintaks-sintaks dan perintah yang kita berikan akan sepenuhnya dijalankan oleh server tetapi disertakan pada halaman HTML biasa. Aplikasiaplikasi yang dibangun oleh PHP pada umumnya akan memberikan hasil pada web browser, tetapi prosesnya secara keseluruhan dijalankan di server. Pada prinsipnya server akan bekerja apabila ada permintaan dari client. Dalam hal ini client menggunakan kode-kode PHP untuk mengirimkan permintaan ke server (dapat dilihat pada gambar dibawah) (Gilmore. 2006). Ketika menggunakan PHP sebagai server-side embedded script language maka server akan melakukan hal-hal sebagai berikut : •
Membaca permintaan dari client/browser
•
Mencari halaman/page di server
•
Melakukan instruksi yang diberikan oleh PHP untuk melakukan modifikasi pada halaman/page.
34 •
Mengirim kembali halaman tersebut kepada client melalui internet atau intranet.
Gambar 2.9 Mekanisme kerja PHP
2.8.1
Mengapa PHP •
PHP dapat dijalankan pada platform yang berbeda-beda (Windows, Linux, Unix, etc.)
2.8.2
•
PHP merupakan web scripting open source.
•
PHP mudah dipelajari.
Syntax PHP Kode PHP disimpan sebagai plain text dalam format ASCII, sehingga kode PHP dapat ditulis hampir di semua editor text seperti windows
35 notepad, windows wordpad, dll. Kode PHP adalah kode yang disertakan di sebuah halaman HTML dan kode tersebut dijalankan oleh server sebelum dikirim ke browser. 2.8.3
Variabel PHP Variabel digunakan untuk menyimpan suatu nilai, seperti text, angka atau array. Ketika sebuah variabel dibuat, variabel tersebut dapat dipakai berulang-ulang.
2.8.4
Control Structures pada PHP Skrip PHP terdiri dari rangkaian pernyataan. Sebuah pernyataan dapat berupa assignment, pemanggilan fungsi, sebuah loop, pernyataan kondisional atau bahkan pernyataan kosong.
2.9
Database Technology of Web Sistems Bagian ini memperkenalkan konsep awal dari database sistems dan mempertunjukkan keterkaitan akan teknologi tersebut. Secara umum, program computer dapat membantu aktivitas perkerjaan orang-orang dalam suatu organisasi. Untuk dapat melakukannya, program aplikasi dapat mengakses pusat informasi dari organisasi dan lingkungannya. Sebagai contoh, program “pembayaran gaji” bagi karyawan dari suatu organisasi, tentunya program harus memiliki akses terhadap karyawan, besarnya gaji,
36 skema pensiun seseorang, dan aturan terhadap penerapan pajak bagi pekerja yang bersangkutan (Eaglestone, and Ridley. 2001). Penggunaan internet dan web dapat meningkatkan cakupan dari database sistems itu sendiri, menjadi dua hal: •
Wider Access: Mengkombinasikan ‘sistems’ terhadap ‘internet’, akan memiliki potensial pupulasi pengguna meningkat dari bagian dunia yang lain (accross the world).
•
More services: Internet dapat berkolaborasi dengan database yang berbeda dalam sistems yang berbeda untuk menyediakan suatu service yang baru. Suatu
organisasi
dapat
dilihat
dari
aktivitas
sistems
yang
dikoordinasikan dengan alur informasi. Sistem informasi merupakan dasar sistem untuk dapat memonitor alur dari informasi. Biasanya suatu komunikasi dapat di representasikan menjadi data. Suatu database organisasi mencakup penyimpanan data dalam satuan waktu, dan data tersebut disimpan dalam suatu atau beberapa server. Web database sistems, merupakan gabungan antara web dan database technology. Hal ini menyediakan ‘wider access’ terhadap database sistems, serta cara dari mendistribusikan data meliputi ‘more services’ pada integrasi sistems itu sendiri (Connolly, and Begg. 2010).
37
2.10 Bucket sort Algorithm Dalam ilmu komputer, sebuah algoritma sorting adalah algoritma yang menempatkan unsur – unsur dari daftar dalam urutan tertentu. Perintah yang paling sering digunakan adalah urutan numerik dan leksikografis. Pemilahan yang efisien adalah penting untuk mengoptimalkan penggunaan algoritma lain (seperti pencarian dan algoritma penggabungan) yang memerlukan diurutkan daftar untuk bekerja dengan benar, melainkan juga sering berguna untuk canonicalizing data dan untuk memproduksi output (Corwin, and Logar. 2004). Lebih formal, output harus memenuhi dua kondisi: Bucket sort adalah membagi dan mengalokasikan algoritma sorting yang generalizes, Menghitung urutan berdasarkan partisi array ke dalam jumlah terbatas dalam bucket yang telah dipersiapkan. Setiap bucket kemudian diurutkan secara individual, baik menggunakan algoritma sorting yang berbeda, atau dengan rekursif menerapkan algoritma sorting bucket. Sebuah variasi dari metode ini disebut semacam hitungan tunggal buffer lebih cepat daripada quicksort (Cormen, Leiserson, Rivest, and Stein. 2001).
38 Karena kenyataan bahwa Bucket sort cocok untuk data yang memiliki banyak variasi, sehingga memiliki kemampuan untuk digunakan dalam metode pengarahan dan pengalokasian IMSI pada sisi Home Operator dan Visited Operator.
Gambar 2.10 Metode pengelompokkan Bucket Algorithm
Sample sorting : (4, 2)
(3, 7)
(3, 1)
(5, 6)
Dalam kasus ini, dua hasil yang berbeda yang mungkin, salah satu yang mempertahankan urutan relatif dari catatan dengan kunci yang sama, dan satu yang tidak: (3, 7) (3, 1)
(3, 1) (3, 7)
(4, 2) (4, 2)
(5, 6) (5, 6)
(order maintained) (order changed)
Sorting berdasarkan primer, sekunder, tertiary, dll. Sorting dapat dilakukan dengan berbagai metode. Contoh: Sorting pada first component dan second component. (4, 2)
(3, 7)
(3, 1)
(5, 6) (original)
(3, 1) (3, 1)
(4, 2) (3, 7)
(5, 6) (4, 2)
(3, 7) (sorting by second component) (5, 6) (sorting by first component)