BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab landasan teori berisi tentang teori-teori dari BPR, tujuan dari BPR, adanya perbedaan dari BPR dan BPI, keuntungan dari penerapan BPR, karakterikstik BPR, kriteria untuk menentukan metode BPR, tahapan-tahapan dari BPR yang berdasarkan dari beberapa metode, peranan teknologi informasi dalam BPR. Selain tentang BPR juga berisi teori procurement, metode procurement, serta teori tentang Key Performance Indicator (KPI).
2.1
Business Process Reengineering (BPR) Pada landasan teori menjelaskan tentang pengertian BPR, tujuan, keuntungan,
karakteristik, kriteria, tahapan dalam BPR serta peranan teknologi informasi dalam BPR, selain menjelaskan BPR terdapat juga penjelasan tentang procurement, pengertian procurement, metode dan procurement pada BankXYZ. Ada banyak pemahaman yang dipaparkan oleh para pakar tentang pengertian BPR. Secara umum, BPR adalah proses penataan ulang proses bisnis beserta fundamentalnya secara radikal yang bertujuan untuk memberikan peningkatan secara dinamis yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
8
9
Menurut Widya (1999), BPR merupakan pemikiran ulang fundamental dan desain ulang radikal suatu proses bisnis organisasi yang akan mengarahkan organisasi untuk mencapai peningkatan kinerja bisnis secara dramatis. Beberapa perusahaan telah menerapkan paradigma inovasi baru ini untuk mencapai berbagai perbaikan dalam biaya, kualitas, dan efisiensi perusahaan. Bahkan makin banyak perusahaan yang mencari peluang untuk menerapkan proyek reengineering dan metodologimetodologi yang membantu mereka dalam mencapai usaha-usaha perbaikan tersebut. Menurut R.E Indrajit dan R. Djokopranonto (2002) kata kunci dalam BPR terdiri dari proses, fundamental, dramatis, dan radikal. Berikut ini adalah penjelasan dari kata kunci tersebut : •
Proses Proses merupakan kata kunci yang penting selain itu juga kata kunci yang menimbulkan kesulitan paling besar. Proses yang dimaksud adalah menggunakan input untuk menghasilkan output yang bernilai bagi pelanggan. Biasanya dalam melakukan BPR orang lebih fokus kepada tugas, kewajiban, struktur dan organisasi dibanding prosesnya, padahal proses merupakan unsur paling penting dalam melakukan BPR.
•
Fundamental Ini merupakan kata kunci yang pertama. Dalam melakukan BPR hal yang paling dasar dan pada umumnya dipertanyakan adalah “mengapa kita berbuat seperti apa yang kita buat” dan “Mengapa kita berbuat
10
dengan cara seperti apa yang kita kerjakan sekarang?” dan kemungkinan jawaban dari pertanyaan tersebut adalah :
Tindakan kita yang sudah kuno dan kadaluwarsa.
Tindakan kita salah.
Tindakan kita sudah tidak memadai lagi.
Jawaban atas pertanyaan tersebu akan melhirkan sesuatu yang bersifat fundamental juga, yaitu tindakan perubahan yang fundamental. •
Dramatis Yang dimaksud dengan dramatis disini yaitu BPR bukanlah perbaikan sedikit-sedikit ataupun sebagian dari bagian proses bisnis perusahaan yang bersifat marginal atau incremental, tetapi merupakan perbaikan kinerja yang membawa pengaruh besar dan menyeluruh.
•
Radikal Radikal berasal dari bahasa latin, dari kata “radix” yang berarti akar. Mendesain kembali proses secara radikal bukan memperbaiki yang sudah ada tetapi membuang yang sudah ada dan mulai merancang kembali seperti membuat sesuatu yang sama sekali baru. Di dalam BPR perubahan radikal yaitu membuat cara yang sama sekali baru di dalam menyelesaikan pekerjaan.
11
Walaupun hasil yang mengagumkan dapat dicapai, namun tingkat kegagalan dalam BPR juga cukup tinggi bagi banyak organisasi. Hal ini dapat dicegah apabila pelaku BPR dapat menggunakan pengetahuan yang benar-benar memiliki landasan kebenaran dan gagasan yang harus brilliant dalam melaksanakan usaha BPR tersebut. Berdasarkan pernyataan R.E Indrajit dan R.Djokopranoto (2002) penyebab kegagalan dapat ditemukan dalam area-area berikut ini : 1. BPR tidak memiliki kerangka teoritis. 2. Metode-metode yang digunakan kurang mengenai sasaran. 3. Project yang dilakukan sama sekali tidak mengenai titik kritis pada proses bisnis perusahaan tersebut.
2.1.1
Tujuan dari BPR Tujuan dalam melakukan BPR menurut Hammer dan Champy (1995).
yaitu : 1)
Meningkatkan kinerja dan efisiensi dari proses bisnis melalui peningkatan produktivitas dan utilitas dari sumber daya, perencanaan ulang yang strategik, cepat dan radikal, dramatis, dan merupakan sistem kebijakan yang mendukung proses bisnis serta mengoptimalkan alur kerja suatu organisasi.
2)
Mengurangkan biaya
3)
Memfokuskan dan meningkatkan kepuasaan bagi pelanggan
12
4)
Mengurangi waktu siklus proses bisnis
5)
Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan untuk melakukan suatu perubahan terhadap proses yang sudah ada, yaitu dengan cara : a. Menghilangkan bagian dari proses bisnis yang tidak penting. b. Memanfaatkan teknologi informasi secara efektif dan efisien sehingga
memungkinkan
organisasi-organisasi
dapat
melakukan pekerjaan dengan cara yang secara radikal. c. Melakukan pemberdayaan dengan mengalihkan tanggung jawab pengambilan keputusan dan kontrol kepada tingkat dimana pekerjaan tersebut dilakukan. d. Adanya penetapan kriteria pengukuran yang dapat digunakan untuk menganalisis dam pembuatan rencana strategi. Ada beberapa faktor kunci kesuksesan dalam melakukan BPR yaitu : 1) Visi Visi sangat dibutuhkan agar seluruh jajaran yang terlibat mempunyai tujuan yang sama, baik dari aspek sumber daya manusia, produk, proses, fasilitas, budaya dan pelanggan. 2) Ketrampilan Dengan adanya ketrampilan dapat menjadikan sumber daya manusia yang ada mampu melaksanakan tuags-tugas yang akan diterima pada proses baru.
13
3) Intensif Pada umumnya intensif merupakan element yang terakhir untuk merubah sumber daya manusia seperti apa yang diinginkan dalam BPR yang diterapkan berdasarkan tingkat pemahaman dan penilaian serta adanya peran masing-masing pada personilnya. 4) Sumber daya Pada sumber daya meliputi tenaga kerja, anggaran, informasi, fasilitas dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk mencapai hasil perubahan yang sesuai dengan tujuan. 5) Rencana kerja Rencana kerja yang meliputi kegiatan, tanggung jawab dan waktu pelaksanaan akan dapat memberikan suatu kejelasan guna untuk mencapai hasil perubahan yang diharapkan. BPR tanpa disertai rencana kerja dapat mengakibatkan kesalahan dalam memulai suatu kegiatan dan orang yang terlibat akan tidak mengetahui tentang apa yang selanjutnya dilakukan setelah menjalani tahapan tertentu.
2.1.2 BPR vs Business Process Improvement (BPI) Menurut Maureen Weicher and friends (2004) BPR dan BPI sama-sama diperlukan untuk dapat mencapai kemenangan dalam persaingan antar perusahaan. Berikut persamaan dari BPR dan BPI adalah :
14
1. Mengutamakan kepuasaan user. 2. Menggunakan team dan kerja samanya. 3. Berfokus pada proses bisnis. 4. Menggunakan ukuran perbaikan kinerja dan teknik pemecahan masalah. 5. Membutuhkan komitmen dari para anggota yang terlibat dalam proses ini. 6. Mendorong proses pengambilan keputusan dari tingkat yang atas sampai paling bawah dalam organisasi perusahaan. Selain terdapat persamaan antara BPR dengan BPI terdapat juga perbedaannya yaitu : Tabel 2.1 Perbedaan BPR dengan BPI BPR
BPI
Perubahannya radikal
Perubahan yang beangsur-angsur
Investasinya besar
Investasinya kecil
Berfokus
pada
SDM
dan Berfokus pada SDM dan praktek
teknologi
kerja
Pembuatan sistem baru
Perbaikan pada yang telah ada
Champion driven
Dikendalikan oleh unit kerja
(Sumber : R.E Indrajit dan R. Djokopranonto,2002)
15
Sebagai gambaran, berikut kurva dari performance setelah dilakukan BPR. Diharapkan performancenya naik 100% dengan waktu yang singkat karena perubahan yang radikal. Berbeda dengan improvement, yang membutuhkan proses dengan waktu yang lebih lama dan dilakukan secara bertahap untuk meningkatkan performance perusahaan.
120 100
Performance
100
100
80 60 40
BPR
20
Improvement
0 0
2
4
6
Time
Gambar 2.1 Kurva perbedaan BPR dan BPI
2.1.3
Keuntungan dari penerapan BPR Keuntungan dari penerapan BPR menurut Hammer dan Champy (1995) antara lain : 1.
Adanya penjelasan terhadap bisnis proses yang sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini
2.
Memudahkan dalam mengidentifikasi area mana yang harus ditingkatkan kinerjanya.
3.
Hanya berfokus pada pemahaman, penghapusan, penyederhanaan dan
16
pengelompokan proses bisnis untuk memperbaiki produktifitas dan pengurangan waktu proses, minimalisasi biaya dan optimasi sumber daya manusia secara signifikan. 4.
Dapat Mengoptimalkan rangkaian proses produk dan servis secara sistematis, terintegrasi, kemprehensif, bertahap dan efesien.
2.1.4
Karakteristik dari BPR Hammer dan Champy (1990) mengemukakan beberapa karakteristik dari BPR, antara lain : 1)
BPR mengintegrasikan beberapa tugas atau ketrampilan pekerjaan tertentu menjadi satu. Keuntungan dari proses perampingan kerja terintegrasi ini adalah melibatkan sedikit orang dalam proses, serta mudah memantau performasinya dari unit-unit terintegrasi itu, sehingga mampu untuk menurunkan waktu proses.
2)
BPR memungkinkan terdapat beragam versi produk dalam proses yang sama untuk memenuhi permintaan pelanggan yang selalu berubah mengantisipasi perubahan dan bermacam-macam pasar. Banyak perusahaan kelas dunia telah menerapkan apa yang disebut dengan sistem manufaktur fleksibel yang merupakan suatu sistem yang menggunakan sel kerja otomatis terkontrol oleh signal elektronik dari pusat computer. Demikian pula kepada pekerja diterapkan apa yang disebut dengan waktu kerja fleksibel yang merupakan suatu
17
sistem yang mengijinkan pekerja, dalam batas tertentu menentukan jadwal kerja mereka sendiri. Keuntungan yang diperoleh perusahaan yaitu untuk mengurangi waktu proses, kualitas produk semakin lebih baik dan konsisten, reduksi biaya dan inventory, serta meningkatkan kepuasan kerja. 3)
BPR memberikan kewenangan kepada pekerja untuk membuat keputusan yang berkaitan langsung dengan pekerjaan. Disini perusahaan mengkompresikan proses, baik secara horizontal maupun vertical. Keuntungan dari kompresi horizontal maupun vertical adalah memperkecil penundaan pekerjaan, ongkos produksi rendah, respon teradap pelanggan menjadi lebih cepat dan lebih baik, dan pemberdayaan yang lebih besar kepada pekerja.
4)
BPR membentuk langkah-langkah kerja dalam proses mengikuti susunan natural sesuai kebutuhan.
5)
BPR relokasi pekerjaan melewati batas organisasional untuk meningkatkan performance proses secara keseluruhan.
6)
BPR mengurangi pemeriksaan dan pengawasan Hal ini dikarenakan pemeriksaan dan pengawasan dianggap sebagai aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah (non value-added activity). Dalam BPR setiap pekerjaan harus dikerjakan secara benar dan akurat sejak awal, sehingga pemeriksaan dan pengawasan hanya akan dilakukan apabila memiliki arti ekonomis.
7)
BPR meminimumkan rekonsiliasi
18
Hal ini dikarenakan rekonsiliasi dianggap sebagai aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah (non value-added activity). Hal ini dilakukan dengan mengurangi banyaknya titik kontak eksternal (external contact point) yang ada dalam proses tersebut. 8)
BPR menetapkan titik kontak tunggal untuk pelanggan (single point of contract for customer). Dengan menetapkan seseorang atau tim yang bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan dan menyelesaikan masalah dari pelanggan. Dalam BPR, orang atau tim yang bertanggung jawab ini dikenal sebagai Case Manager atau Case Team. Titik kontak untuk pelanggan ini mempunyai akses ke semua sistem informasi dan orang dalam perusahaan sehingga mampu memberikan pelayanan kepada pelanggan yang diperlukan.
9)
BPR memiliki kemampuan mengkombinasikan keuntungan dari sentralisasi dan desentralisasi dalam proses yang sama. Dengan adanya karakteristik yang unik tersebut mendapatkan
keuntungan dari penurunan biaya proses, kualitas yang meningkat, kecepatan proses dan produktifitas yang tinggi. Semua keuntungan itu akan menjadikan perusahaan lebih berkompetitif dan mendapatkan profit yang lebih besar. BPR merupakan simplifikasi dari proses bisnis untuk memenuhi permintaan kontemporer dari konsumen terhadap kualitas produk, pelayanan, fleksibilitas dan ongkos yang rendah. Dalam BPR, proses bisnis menjadi
19
sederhana dengan jalan kompresi tanggung jawab perusahaan kepada integrated customer service respresentative.
2.1.5
Kriteria Metode BPR Dalam melakukan BPR terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi metodologi (Menurut Manganelli). Beberapa kriteria tersebut diantaranya yaitu : 1. Metode BPR yang dapat menyelesaikan permasalahan bisnis proses pada perusahaan. 2. Metode yang fleksibel untuk berbagai proses bisnis yang terdapat diperusahaan. 3. Metode yang mudah dipelajari dan dipahami sehingga memungkinkan organisasi dapat melakukan rekayasa ulang. 4. Dapat mengidentifikasi permasalahan mulai dari awal proses bisnis, tujuan serta strategi perusahaan. 5. Metode BPR yang dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi proses bisnis. 6. Dapat menghasilkan proses bisnis yang baru untuk menyelesaikan permasalahan pada perusahaan yang berupa rekayasa ulang. 7. Dapat
mengidentifikasi
keputusan.
data-data
penting
untuk
pengambilan
20
2.1.6
Tahapan dari BPR Metodologi BPR merupakan seperangkat integritas teknik manajemen yang
digunakan dalam mengembangkan dan menganalisis kebutuhan informasi yang digunakan untuk mengidentifikasi kesempatan dan rekayasa ulang proses bisnis inti. Tahapan dari beberapa metode BPR, antara lain terlihat pada tabel 2.2, tahapan yang dimulai dari persiapan proyek, proses rekayasa ulang, implementasi hingga improvement. Tahapan yang dilakukan berdasarkan dari metode BPR dari Hammer dan Champy pada tahun 1993, Davenport dan Short pada tahun 1990, Vakola pada tahun 1998, Manganelli dan Klein pada tahun 1994. Dengan banyaknya metode BPR maka untuk menentukan metode yang sesuai agar dapat memecahkan permasalahan yang ada pada perusahaan dibutuhkan kriteria yang sesuai untuk menentukan metode yang akan digunakan, kriteria menurut Manganelli dalam menentukan metode BPR terdapat pada tabel 2.3, terdapat kriteria yang berupa metode yang dapat menyelesaikan permasalahan, adanya proses identifikasi pada tahapan metode tersebut, metode yang mudah dipahami dan dilakukan untuk melakukan BPR, adanya tahapan evaluasi yang betujuan untuk mengevaluasi kinerja ketika melakukan BPR, adanya tahapan continuous improvement untuk melakukan pengembangan-pengembangan dalam melakukan BPR.
21
Tabel 2.2 Tahapan beberapa Metode BPR
Persiapan proyek
Hammer/
Davenport
Champy (1993)
Short(1990)
1. Introduction
1.Visioning
1.Pengembangan
dan penetapan
visi dan objek
tujuan
proses
2.Identifikasi
2.Pemahaman
2.Identifikasi
/
Vakola (1998)
Manganelli/ Klein (1994)
3.Pemilihan
1.Preparation 2.Identifikasi 3.Vision
3.Identifikasi proses Proses Rekayasa
4.Pemahaman
Ulang
5.Rekayasa
3.Pemahaman
4.Identifikasi
dan
Tingkat
4.Technical
&
Social design
pengukuran Ulang 4.Teknologi Informasi (IT) Implementasi
6.Implementasi
5.Prototyping
5.Implementasi
6.Implementasi
6.Menjalankan proses
Improvement
7.Evaluasi proses 8.Continuous Improvement
(Sumber: Muthu et al, 1999)
5.Transformation
22
Tabel 2.3 Kriteria menentukan metode BPR Berdasarkan Kriteria
Hammer/
(by Manganelli)
Champy
Metode
Dapat
Davenport
Vakola
Manganelli/ Klein
menyelesaikan
x
x
x
x
mengidentifikasi
x
x
x
x
permasalahan Dapat
permasalahan (Identify) Metode yang Fleksibel & mudah
x
dipelajari (User Friendly) Evaluate
x
Continuous Improvement
x
(Sumber: Manganeli, 2000)
2.1.7
Peranan Teknologi Informasi dalam BPR Kemajuan teknologi informasi yang teramat pesat telan menjadikan
teknologi informasi sebagai salah satu komponen utama dalam format perubahan baru sebagai hasil BPR Dengan adanya teknologi informasi dapat menjadi peranan penting pada BPR. Banyak orang yang berpikir bahwa BPR yang didukung oleh teknologi informasi sama seperti otomatisasi. Pendapat tersebut tentu saja salah, karena kedua bidang tersebut memiliki arti yang berbeda satu sama lainnya. Otomatisasi yang hanya menghasilkan cara-cara yang lebih efisien dalam melakukan hal-hal yang salah. Perusahaan yang menyamakan teknologi informasi dengan otomitisasi tidak dapat melakukan BPR.
23
Menurut Hammer, penemu dan penggagas adanya BPR, teknologi informasi merupakan salah satu komponen utama yang harus dipikirkan oleh perusahaan modern yang ingin melakukan BPR. Setidaknya ada empat hal yang dapat dilakukan oleh teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja perusahaan mulai dari perubahan pada karakteristik proses (Peppard, 1995) yaitu : 1. Eliminate Dengan menghilangkan proses-proses yang dianggap tidak perlu lagi dilakukan
jika
pada
sistem
komputer
diimplementasikan,
misalnya
dikarenakan alasan untuk mengefisiensikan. Proses-proses seperti pengecekan yang dilakukan secara manual terhadap persetujuan ataupun kalkulasi rumit yang tidak perlu lagi dilakukan setelah program berbaris spreadsheet dikembangkan merupakan salah satu contoh dari kemudahan yang ditawarkan teknologi informasi. Begitu juga dalam hal proses pembuatan laporan-laporan yang beragam, baik yang bersifat periodik maupun adhoc yang biasanya memakan waktu yang berjam-jam jika harus dikerjakan secara manual, maka akan hilang dengan sendirinya karena diinstalasinya suatu laporan generator berbasis komputer. 2. Simplify Adanya penyederhanaan pada proses-proses tertentu atau mengurangi rantai proses yang bertujuan untuk melaksanakan aktifitas yang lebih cepat dan efisien. Permasalahan yang paling sering dilakukan oleh perusahaan
24
adalah dengan melakukan simplifikasi terhadap formulir-formulir yang biasa dipergunakan untuk tujuan kontrol internal perusahaan, karena adanya filosofi lama yang mengatakan bahwa semakin banyak sumber daya manusia yang terlibat dalam melakukan kontrol terhadap suatu proses, maka akan semakin baik karena memperkecil kemungkinan terjadinya permasalahan. Fasilitas komunikasi e-mail ataupun adanya sitem teknologi informasi yang ditawarkan pada konsep internet merupakan salah satu alternatif yang efisien dan efektif untuk mempersingkat prosedur pengajuan dan persetujuan pada unit, apalagi jika teknologi tersebut dilengkapi oleh sistem keamanan komputer yang canggih. 3. Integrate Integrate adalah berupa kemungkinan diintegrasikannya beberapa proses yang biasanya ditangani oleh beberapa karyawan dari berbagai divisi yang terpisah menjadi sebuah proses yang lebih sederhana. 4. Automate Automate mengubah hal-hal yang biasanya dilakukan secara manual menjadi aktifitas yang menggunakan komputer. Namun pada kenyataannya, tidak semua perusahaan secara penuh menggunakan ke empat cara diatas. Ada sebagian perusahaan yang hanya berhasil dengan melakukan otomatisasi saja, sementara yang lain hanya melakukan eliminasi dan penyederhanaan prosesproses utama. Hal ini biasa dilakukan, mengingat bahwa pada akhirnya faktor manusia yang akan menjadi faktor penentu utama keberhasilan BPR,
25
mengingat para karyawanlah yang akan menjalankan berbagai proses bisnis yang baru.
2.2
Procurement Pengadaan barang atau procurement
merupakan salah satu bagian dari supply
chain management . Menurut Hopwood (2010:308) Procurement adalah proses bisnis pemilihan seumber, pemesanan dan memperoleh barang atau jasa. Barang atau layanan bisa diperoleh secara internal jika barang tersebut diproduksi oleh entitas lain didalam perusahaan Menurut Turban (2008:234) berpendapat bahwa procurement management adalah koordinasi semua aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan pembelian barang-barang dan jasa yang dibutuhkan untuk melengkapi misi organisasi. Menurut Kalakota dan Robinson (2001:314) procurement
secara
luas
mencakup semua aktifitas perusahaan yang melibatkan proses mendapatkan barang dari pemasok, termasuk didalamnya terdapat proses permintaan, pembelian, pengiriman, penyimpanan, dan penggunaannya didalam lingkup perusahaan. Proses pada procurement terdiri dari : 1. Determination of requirement User dari departemen yang bersangkutan dapat menyerahkan data kebutuhan bahan kepada pembeliam dalam bentuk Purchase Requisition (PR). 2. Determination of source supply Departemen pembelian membuat Request for Quotation (RFQ).
26
3. Vendor selection Sistem menyeleksi pemasok dengan membuat perbandingan harga dari berbagai quotation yang ada. 4. Purchase order handling Membuat Purchase Order (PO) baik secara manual atau secara otomatis dengan menggunakan sistem 5. Purchase order monitoring Dengan adanya proses ini dapat memonitor status pemrosesan dari purchase order dalam sistem. 6. Good receipt Ketika terjadi incoming deliveries dalam sistem, dapat langsung menemukan PO yang sesuai sehingga dapat menghemat waktu entry dan dapat mengecek apakah barang yang dikirim dan jumlahnya sudah sesuai dengan PO. 7. Invoice verification Ketika masuk ke dalam invoice, dapat mengecek perhitungan dan akurasi dari invoice. 8. Payment processing Pembayaran dijalankan dalam modul Financial Accounting.\
27
2.2.1
Metode Procurement Terdapat beberapa metode procurement yang dapat digunakan oleh
perusahaan dalam memperoleh barang dan jasa, menurut Turban (2008:251) antara lain : 1)
Membuat sistem penawaran dimana suplier akan berkompetisi antara
satu sama lain. Biasanya metode ini digunakan dalam pengadaan yang kuantitasnya besar. 2)
Membeli langsung dari pabrik, wholesaler, dan pengecer, baik dari katalog yang telah disediakan, maupun dengan metode negosiasi.
3)
Membeli dari lelang baik yang bersifat pribadi maupun umum, dimana perusahaan berpartisipasi sebagai pembeli.
4)
Membeli dari katalog perantara (e-distributor) yang menggabungkan katalog-katalog penjual lainnya.
5)
Membeli dari katalog pembeli internal, dimana katalog vendor yang telah disetujui oleh perusahaan, termasuk harga yang telah disepakati bersama, tergabung didalamnya. Pendekatan ini digunakan untuk implementasi dari desktop purchasing, yang memungkinkan peminta dapat memesan langsung kepada vendor, tanpa melalui bagian pengadaan.
6)
Bergabung
dengan
suatu
group
sistem
pembelian
yang
menggabungkan permintaan anggota-anggotanya dan mengumpulkan menjadi jumlah yang besar. Kemudian group tersebut akan melakukan negosiasi harga atau memulai proses penawarannya.
28
7)
Membeli pada industrial small.
8)
Berkolaborasi dengan supplier untuk berbagai informasi mengenai penjualan dan persediaan, sehingga ketika persediaan berkurang dan mengalami stock-out, perusahaan dapat melakukan just-in-time delivery.
2.3
Key Performance Indicator (KPI) (Wishnu Arief, 2012) Key Performance Indicator (KPI) adalah suatu kinerja
performance yang secara jelas terkait dengan sasaran strategis organisasi yang mampu mendorong organisasi menerjemahkan strategis ke dalam terminology yang bisa dihitung. Fungsi KPI yaitu untuk membantu perusahaan atau organisasi dalam mengukur kinerja terhadap target atau sasaran organisasi atau perusahaan. KPI juga bisa digunakan sebagai salah satu ukuran dalam melakukan performance. Setelah mengetahui landasan teori yang akan dalam BPR, procurement dan KPI maka langkah selanjutnya yaitu tahap metodologi, pada tahapan metodologi akan berisi tentang tahapan metode BPR yang berdasarkan landasan teori.