BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Dasar 1. Teori Motivasi Gibson dalam Irwanti (2011) menjelaskan motivasi sebagai konsep yang menguraikan kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang akan memulai atau mengarahkan perilakunya. Motivasi dapat mempengaruhi hasil kinerja seseorang baik secara positif atau negatif tergantung pada keadaan yang dihadapi oleh orang yang bersangkutan. Motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan dari luar (Mutmainah, 2006). Motivasi adalah konsep penting bagi auditor terutama dalam melakukan audit. Auditor harus selalu mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan audit dengan baik. Auditor yang memiliki motivasi yang kuat dalam dirinya tidak akan dipengaruhi oleh perbedaan gender diantara mereka, tekanan ketaatan dari atasan maupun entitas yang diperiksa, dan
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
kompleksitas tugas audit yang mereka emban dalam menghasilkan suatu judgment yang relevan atas hasil auditnya. Auditor yang memiliki motivasi kuat juga akan terus berusaha menambah keahlian dan pengalaman auditnya untuk mendukung kinerjanya. a. Teori X dan Y McGregor McGregor mengemukakan dua pandangan mengenai manusia yaitu teori X (negatif) dan teori Y (positif). Individu yang bertipe X memiliki locus of control eksternal dimana mereka pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, berusaha menghindarinya dan menghindari tanggung jawab, sehingga mereka harus dipaksa atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan. Bertentangan dengan individu bertipe X, McGregor menyebutkan individu yang bertipe Y memiliki locus of control
internal
dimana
mereka
menyukai
pekerjaan,
mampu
mengendalikan diri untuk mencapai tujuan, bertanggung jawab, dan mampu membuat keputusan inovatif. Auditor yang termasuk dalam tipe X jika mendapat tekanan ketaatan dan tugas audit yang kompleks akan cenderung membuat judgment yang kurang baik dan tidak tepat. Auditor dengan tipe ini tidak dapat
melaksanakan
tanggung
jawabnya
sebagai
auditor
yang
mengakibatkan tujuan audit tidak dapat tercapai dengan baik. Auditor juga lebih suka menaruh keamanan diatas semua faktor yang dikaitkan dengan kerja, sehingga ketika mendapat tekanan ketaatan maupun menghadapi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
tugas yang kompleks maka ia akan cenderung mencari jalan yang aman dan bahkan berperilaku disfungsional dalam membuat judgment. Sedangkan auditor yang termasuk dalam tipe Y dapat bertanggung jawab atas tugasnya dan tetap bersikap profesional dalam menjalankan tugas sebagai auditor. Auditor dengan tipe ini tidak akan terpengaruh meskipun ia mendapat tekanan ketaatan dan menghadapi tugas audit yang kompleks, sehingga dapat membuat judgment yang lebih baik dan tepat. Seorang auditor pada dasarnya termasuk dalam tipe Y dimana auditor dapat bertanggungjawab terhadap tugasnya sebagai auditor. Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan seorang auditor harus mematuhi standar auditing, dimana dalam standar tersebut disebutkan bahwa auditor harus mempertahankan independensi dan tanggung jawabnya dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan. Auditor tidak boleh terpengaruh oleh gangguan yang dapat merusak tanggung jawabnya, baik gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi. b. Teori Penetapan Tujuan Teori penetapan tujuan menegaskan bahwa tujuan yang lebih spesifik, sulit dan menantang akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dan baik dibandingkan dengen tujuan yang tidak jelas, seperti tujuan yang mudah atau tidak ada tujuan sama sekali (Nadhiroh, 2010). Teori ini mengasumsikan bahwa ada hubungan langsung antara definisi dari tujuan yang spesifik dan terukur dengan kinerja: jika manajer mengetahui apa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
sebenarnya tujuan yang ingin dicapai oleh mereka, maka mereka akan lebih termotivasi untuk mengerahkan usaha yang dapat meningkatkan kinerja mereka. Auditor yang dapat memahami apa yang menjadi tujuannya dan apa yang dia harapkan atas hasil kinerjanya, tidak akan bersikap menyimpang ketika mendapat tekanan dari atasan atau entitas yang diperiksa dan tugas audit yang kompleks. Pemahaman mengenai tujuannya dapat membantu auditor membuat suatu audit judgment yang baik. Auditor seharusnya memahami bahwa tugas auditor adalah memberikan jasa profesional untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang disajikan manajemen kepada masyarakat yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Melalui pemahaman ini auditor akan tetap bersikap profesional sesuai dengan etika profesi dan standar profesional yang berlaku meskipun menghadapi rintangan dalam tugas auditnya. 2. Teori Kognitif Psikologi kognitif menjelaskan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor internal tersebut berupa kemampuan untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada hal tersebut, teori kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
terutama pikiran untuk mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Teori kognitif menjelaskan bahwa perubahan persepsi dan pemahaman setiap orang terjadi setelah memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Berdasarkan teori kognitif, proses belajar seseorang mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang telah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman sebelumnya. Jean Piaget adalah salah satu tokoh yang berpengaruh dalam aliran kognitif. Menurut Piaget ada tiga prinsip utama pembelajaran bagi manusia, yaitu: a. Belajar aktif
Untuk mengembangkan aspek kognitif individu, perlu diciptakan kondisi belajar yang memungkinkan individu tersebut untuk belajar sendiri mengenai suatu hal. Belajar dengan cara aktif secara individu tidak lepas dari unsur pengetahuan, kemampuan, dan inisiatif dari individu tersebut. Melalui hal-hal tersebut seorang individu akan aktif mencari tahu hal-hal yang baru, mengolah informasi yang ada, dan pada akhirnya dapat memberikan pengetahuan yang baru bagi individu tersebut. Belajar secara aktif juga dapat mengembangkan cara berpikir dan proses mental seorang individu terhadap suatu hal tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
b. Belajar melalui interaksi sosial
Tanpa interaksi sosial, perkembangan kognitif seorang individu akan bersifat egosentris. Sebaliknya melalui interaksi sosial, perkembangan kognitif seorang individu akan mengarah pada banyak pandangan dengan bermacam-macam sudut pandang dari alternatif tindakan. c. Belajar melalui pengalaman sendiri
Pengalaman sendiri mengenai suatu hal tertentu adalah sarana belajar yang cukup optimal dan efektif. Melalui pengalaman yang ada, individu akan memperoleh gambaran mengenai apa yang harus dilakukan ketika menghadapi suatu hal yang sama. Menurut Robbins dalam Rochmawati (2009) pembelajaran merupakan setiap perubahan perilaku yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Manusia akan berhadapan dengan tantangan, pengalaman, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Oleh karena itu, manusia harus mengembangkan pikiran lebih umum dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan cara tersebut, pengetahuan dan keahlian seseorang akan terbentuk dan selalu berkembang. Aplikasi teori kognitif dapat digunakan untuk mengkaji bagaimana auditor mengambil suatu pertimbangan berdasarkan pengalaman dan keahliannya dalam melaksanakan tugas audit. Ketika pengalaman audit seorang auditor bertambah maka judgment yang dibuat akan lebih berkualitas (Rocmawati,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
2009). Setiap kali auditor melakukan audit maka auditor akan belajar dari pengalaman sebelumnya, memahami serta meningkatkan kecermatan dalam pelaksanaan audit. Auditor akan mengintegrasikan pengalaman auditnya dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Proses memahami dan belajar inilah yang menjadi proses peningkatan keahlian auditor, seperti bertambahnya pengetahuan audit dan meningkatnya kemampuan auditor dalam mengaudit. Peristiwa yang pernah dihadapi dalam proses audit menjadikan auditor akan berfikir dua kali untuk mengulangi kesalahan yang sama, karena dampak negatif dari kasus tersebut telah menjadi pembelajaran dalam diri auditor sehingga akan lebih berhati-hati dalam menghadapi hal yang serupa. Auditor yang berpengalaman dan didukung keahlian dalam mengaudit dapat menghasilkan judgment yang lebih berkualitas dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman dan tidak mempunyai keahlian audit.
B. Audit 1. Pengertian Audit Pengertian auditing menurut Siti dan Eky (2010:1) dalam bukunya yang berjudul Auditing: Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaaan Akuntan Publik adalah sebagai berikut : Auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Menurut Arens et al., (2008:4) dalam bukunya yang berjudul Auditing dan Jasa Asurance adalah sebagai berikut : Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Menurut Messier et al., (2006:16) dalam bukunya yang berjudul Auditing & Assurance Services : A Systematic Approach adalah sebagai berikut : Audit (Auditing) adalah suatu proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa audit adalah pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis atau penilaian prosedur dan atau operasi untuk menentukan kesesuaian dengan criteria yang ditentukan, yang dilakukan oleh pihak independent mengenai catatan akuntansi termasuk analisis pengujian, konfirmasi atau pembuktian lainnya. 2. Tujuan Audit Tujuan audit adalah hasil yang hendak dicapai dari suatu audit. Tujuan audit mempengaruhi jenis audit yang dilakukan. Secara umum audit dilakukan untuk menentukan apakah: a. informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan serta telah disusun sesuai dengan standar yang mengaturnya; b. risiko yang dihadapi organisasi telah diidentifikasi dan diminimalisasi; c. peraturan ekstern serta kebijakan dan prosedur intern telah dipenuhi; d. kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; e. sumber daya telah digunakan secara efisien dan diperoleh secara ekonomis; dan f. tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai dalam satu penugasan audit, yang dikenal dengan istilah audit kinerja/operasional. Dapat juga terjadi, satu penugasan hanya mencakup satu atau lebih tujuan-tujuan tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Misalnya, audit mutu yang hanya bertujuan untuk menentukan apakah kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi.
3. Jenis Audit Menurut Arrens Beasley (2008) pada umumnya auditing dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : a. Audit laporan keuangan Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaian dengan prinsip akuntansi berterima umum. b. Audit kepatuhan Audit kepatuhan adalah audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan bias anya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria, dalamhal in biasanya pemerintah. c. Audit operasional Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi atau bagian daripadanya dalam hubungannya dengan tujuan tertentu seperti mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely (2010:4) jenis-jenis audit sebagai berikut: a. Operasional Audit ( Pemeriksaan Operasional / Manajemen) Operasional atau management audit merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu organisasi untuk menilai efisiensi , efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil dari audit operasional
berupa
rekomendasi-rekomendasi
perbaikan
bagi
manajemen sehingga audit jenis ini lebih merupakan konsultasi manajemen. b. Compliance Audit ( Audit Ketaatan ) Compliance Audit merupakan pemeriksaan untuk mengetahui apakah prosedur dan aturan yang telahditetapkan otoritas berwenang sudah ditaati oleh personel di organisasi tersebut. Compliance Audit biasanya ditugaskan oleh otoritas berwenang yang telah menetapkan prosedur/ peraturan dalam perusahaan sehingga hasil audit jenis ini tidak untuk dipublikasikan tetapi untuk intern manajemen. c. Financial audit ( Audit atas Laporan Keuangan ) Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat ditukar dan dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified Opinion, Disclaimer Opinion dan Adverse Opinion. Menurut (Sukrisno Agoes, 2004), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, maka jenis-jenis audit dapat dibedakan atas: a. Pemeriksaan Umum (General Audit) yaitu suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. b. Pemeriksaan Khusus (Special Audit) yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang hanya terbatas pada permintaan auditee yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan memberikan opini terhadap bagian dari laporan keuangan yang diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
4. Standar Audit Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk menetapkan standar auditing. Untuk melaksanakan tugas tersebut Ikatan Akuntan Indonesia membentuk Dewan Standar Audit yang ditetapkan sebagai badan teknis senior dari Ikatan Akuntansi Indonesia untuk menerbitkan pernyataan-pernyataan tentang standar auditing. Dewan ini juga berkewajiban untuk membuat pedoman penerapan pernyataan standar auditing bagi para auditor dengan menerbitkan penafsiran atau interpretasi. Sepuluh standar auditing terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Secara keseluruhan kesepuluh standar tersebut menetapkan kualitas pelaksanaan kerja dan tujuan keseluruhan yang harus dicapai dalam suatu audit laporan keuangan. 1. Standar Umum Standar umum berhubungan dengan kualifikasi auditor dan kualitas pekerjaan auditor. Standar umum terdiri atas tiga buah standar : a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan tehnis cukup sebagai auditor. b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
2. Standar Pekerjaan Lapangan Seperti tersirat dari namanya, standar ini terutama berhubungan dengan pelaksanaan audit di tempat bisnis klien atau di lapangan. Standar ini juga terdiri dari tiga butir standar yang intinya adalah sebagai berikut : a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. 3. Standar Pelaporan Di dalam melaporkan hasil audit, auditor harus memenuhi empat buah standar pelaporan. Banyak pernyataan standar audit (PSA) telah diterbitkan Ikatan Akuntan Indonesia untuk membantu para auditor dalam memenuhi standarstandar tersebut. a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. b. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya. c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit. d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapatan mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
C. Audit Judgment Kebijakan (judgment) merupakan opini seorang akuntan yang berhubungan dengan sekumpulan fakta-fakta atau bukti-bukti. Selain menginterpretasikan makna situasi atau keadaan, akuntan juga harus menentukan implikasi yang dirasakan, misalnya derajat pengujian pemeriksaan yang dibutuhkan dalam suatu situasi tertentu tergantung pada penilaian pemeriksa atau auditor tentang kualitas sistem kontrol (Ardiyos, 2007 ; 522). Auditor membuat judgment dengan kesadaran bahwa penilaiannya akan ditinjau dan akan dimintai keterangan pertanggung jawaban merupakan faktor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
penting dalam lingkup auditor judgments. Gibbins dan Emby menyatakan bahwa salah satu kualitas terpenting dalam membuat judgment profesional adalah kemampuan untuk membenarkan penilaian tersebut (Budiyanto, 2005). Auditor diharapkan memiliki judgment yang berkualitas. Judgment mengacu pada aspek kognitif dalam proses pengambilan keputusan dan mencerminkan perubahan dalam evaluasi, opini, atau sikap. Kualitas judgment adalah suatu fungsi dan kapasitas effort, data internal dan eksternal. Kualitas judgment independen terhadap outcome. Auditor membuat judgment dalam mengevaluasi pengendalian intern, menilai resiko audit, merancang dan mengimplementasikan penyampelan dan menilai serta melaporkan aspek-aspek ketidakpastian. Auditor secara eksplisit maupun implisit memformulasikan suatu hipotesis terkait dengan judgment mereka (Suratna, 2005). Audit judgment merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor dalam menanggapi informasi yang mempengaruhi dokumentasi bukti serta pembuatan keputusan pendapat auditor atas laporan keuangan suatu entitas. Menurut Jamilah, dkk (2007) audit judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status, atau jenis peristiwa lainnya. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi yang terus menerus, sehingga dapat mempengaruhi pilihan dan cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah dalam proses incremental judgment, jika informasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
terus menerus datang akan muncul pertimbangan baru dan keputusan atau pilihan baru. Judgment sering dibutuhkan oleh auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan suatu entitas (Zulaikha, 2006). Audit judgment melekat pada setiap tahap dalam proses audit laporan keuangan, yaitu penerimaan perikatan audit, perencanaan audit, pelaksanaan pengujian audit, dan pelaporan audit. Contoh penggunaan audit dalam pengambilan keputusan audit berkait dengan penetapan materialitas, penilaian sistem pengendalian internal, penetapan tingkat risiko, penetapan strategi audit yang digunakan, penentuan prosedur audit, evaluasi bukti yang diperoleh, penilaian going concern perusahaan, dan sampai pada opini yang akan diberikan oleh auditor. American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) menyatakan bahwa judgment merupakan faktor penting dalam semua tahap pengauditan, tetapi dalam banyak situasi adalah tidak mungkin secara praktikal untuk menetapkan standar mengenai bagaimana pertimbangan diterapkan oleh auditor. Audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, sehingga dapat dikatakan bahwa audit judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Rochmawati (2009) menjelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan pada saat melakukan audit judgment yaitu merumuskan persoalan, mengumpulkan informasi yang relevan, mencari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
alternatif tindakan, menganalisis alternatif yang fleksibel, memilih alternatif yang terbaik, kemudian pelaksanaan dan evaluasi hasilnya. Judgment adalah perilaku yang paling dipengaruhi oleh persepsi situasi (Mutmainah, 2006). Puspitasari (2010) menjelaskan judgment sebagai perilaku paling berpengaruh dalam mempersiapkan situasi, dimana faktor utama yang mempengaruhinya adalah materialitas dan apa yang diyakini sebagai kebenaran. 1. Materialitas Dalam auditing materialitas sangat penting, signifikan dan esensial tapi dalam konsepnya tidak terdapat aturan pengukurannya sehingga tergantung pada pertimbangan auditor (Mutmainah, 2006). 2. The Faith Syndrome Satu persepsi kondisi yang dapat mengarah pada berubahnya perilaku auditor yaitu halo effect, efek yang positif tapi terkadang merupakan persepsi yang keliru tentang orang lain (Mutmainah, 2006). Simpulan audit biasanya didasarkan pada siapa yang telah melakukan pekerjaan audit sebelumnya. Jika auditor memiliki keyakinan tentang orang tersebut, halo effect diterapkan pada auditor lama dan pekerjaan mereka. Judgment audit cenderung dipengaruhi oleh persepsi aktivitas sebelumnya. Dalam standar pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan dijelaskan bahwa pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan hal-hal yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan, baik dalam pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
tujuan tertentu. Pertimbangan profesional tersebut diantaranya berkaitan dengan gangguan terhadap independensi, pertimbangan tentang hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas rekomendasi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang dilaksanakan, pertimbangan profesionalnya terhadap prosedur pemeriksaan yang dirancang untuk menilai salah saji material dan mempertimbangkan pengendalian intern dari entitas yang diperiksa.
D. Kerangka Konseptual dan Kerangka Pemikiran 1. Pengetahuan Auditor Dalam Audit Judgment Menurut Nia Chamelia (2012) mengatakan bahwa pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi yang sudah melekat pada diri seseorang. Selain itu pengalaman banyak memberikan dampak positif terhadap pengetahuan karena semakin banyak pengalaman yang dimilikinya maka semakin banyak pula pengetahuannya. Auditor harus memiliki pengetahuan yang bersifat umum
maupun yang
bersifat khusus dan pengetahuan area auditing, akuntansi dank lien. Juga harus mengetahui karakterisktik klien yang akan diauditnya karena masingmasing perusahaan berbeda-ebda. Pengetahuan khusus tentang suatu industri akan membawa dampak positif terhadapa hasil kinerja auditor.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Menurut Herawati dan Susanto (2008) mengatakan bahwa pengetahuan akuntan public bias diperoleh dari berbagai pelatihan formal maupun dari pengalaman khusus, berupa kegiatan seminar, lokakarya serta pengarahan dari auditor senior kepada auditor juniornya. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai akan tugasnya. Pengetahuan akuntan public digunakan sebagai salah satu kunci keefektifan kerja. Untuk menjadi profesional dibutuhkan pelatihan dan pengembangan ditempat kerja sebagai proses pembelajaran dimana seseorang dituntut agar semakin baik tanggung jawabnya dengan pengetahuan yang dimilikinya dan keahlian yang membuat semakin terampil dalam bekerja, karena pendidikan akademisi memberikan pengetahuan tentang subjek tertentu dan sifatnya lebih umum serta terstruktur untuk jangka waktu yang jauh lebih panjang. Waspodo (2007) menyatakan auditor yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pandangan yang lebih luas mengenai berbagai hal. Dengan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh auditor mengenai bidang yang digelutinya maka auditor akan semakin mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam. Selain itu dengan pengetahuan yang luas, auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin komplek. Wijayatri (2010) juga membuktikan bahwa keahlian audit berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Menurut Tuanakotta (2007) Pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan merupakan penggabungan teori, praktek seorang auditor dibidang akuntansi/auditing menentukan
dengan
kecurangan.
pemeriksaan Auditor
yang
sebagai
secara
pihak
spesifik
yang
dalam
berkewajiban
mendeteksi suatu kesalahan atau kekeliruan bahkan kecurangan yang menyebabkan salah saji material harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan bagaimana suatu kesalahan atau kekeliruan bahkan kecurangan tersebut bisa terjadi. 2. Pengalaman Auditor Dalam Audit Judgment Pengalaman pada umumnya dikaitkan dengan masa kerja. Masa kerja merupakan hasil penyerapan dari berbagai aktivitas manusia, sehingga mampu menumbuhkan keterampilan yang muncul dalam tindakan yang dilakukan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan (Ulfa, 2011). Seseorang yang telah lama bekerja pada perusahaan tertentu telah terbiasa melaksanakan pekerjaannya sehari-hari dan memperoleh banyak pengalaman yang dapat menunjang
peningkatan
kinerjanya.
Penelitian
di
bidang
psikologi
menunjukkan bahwa seseorang yang berpengalaman dalam bidang substantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai suatu peristiwa. Menurut Budi Susetyo (2009) Pengalaman auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah pengetahuan seorang auditor yang didapat atau diperoleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
dari praktek kerja audit tentang prosedur, pengendalian dan hasil audit yang diperoleh sehingga dapat melaksanakan audit lebih baik. Orang yang ahli atau professional adalah orang yang dengan keterampilannya mengerjakan suatu pekerjaan dengan cara mudah, cepat, menggunakan intuisinya dan sangat jarang melakukan kesalahan (Murtanto dan Gudono, 2009) Akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesional dibanding dengan akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman (Butts dalam Herliansyah dan Meifida, 2006). Seorang auditor yang berpengalaman akan semakin peka dalam memahami setiap informasi yang relevan sehubungan dengan judgment yang akan diambilnya. Selain itu, auditor juga semakin peka dengan kesalahan penyajian laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan tersebut. Pengalaman mempunyai hubungan yang erat dengan keahlian auditor (Asih, 2006). Pencapaian keahlian seorang auditor selain berasal dari pendidikan formalnya juga dapat diperluas lagi dengan pengalaman dalam praktik audit. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh auditor akan semakin meningkatkan keahlian auditor dalam menjalankan tugasnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keahlian dan pengalaman auditor memberikan kontribusi signifikan terhadap judgment yang dibuat oleh auditor. Keahlian dan pengalaman juga dapat mempengaruhi kemampuan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
prediksi
dan
deteksi
auditor
terhadap
kecurangan
sehingga
dapat
mempengaruhi judgment yang diambil oleh auditor. Di dalam melaksanakan audit sampai pada suatu pertanyaan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang auditing. Dalam menjalankan praktiknya sehari-hari, auditor independen menghadapi berbagai pertimbangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang sangat bervariasi, dari yang benar-benar objektif sampai kadang-kadang secara ekstern berupa pertimbangan yang disengaja menyesatkan. Ia diminta untuk melakukan audit dan memberikan pendapat atas laporan keuangan suatu perusahaan karena melalui pendidikan, pelatihan dan pengalamannya, ia menjadi orang yang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing, serta memiliki kemampuan untuk tidak memihak terhadap informasi yang dicatat didalam pembukuan perusahaan / informasi lain yang berhasil diungkapkan melalui auditnya (SPAP, 2001). Menurut Tubb, auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan di antaranya dalam hal: a. mendeteksi kesalahan, b. memahami kesalahan secara akurat, dan c. mencari penyebab kesalahan (Ridwan, 2002). Melalui keunggulankeunggulan tersebut akan bermanfaat bagi klien untuk melakukan perbaikan-perbaikan, dengan demikian akan memberikan kepuasan bagi klien.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku (Asih, 2006). Pengalaman seseorang dapat diartikan sebagai suatu proses yang dapat membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Di bidang audit, pengalaman auditor merupakan faktor penting yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pengalaman audit adalah pengalaman yang dimiliki oleh seorang auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan suatu entitas. Semakin berpengalaman seorang auditor maka dia akan semakin mampu dalam menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang kompleks, termasuk dalam melakukan pemeriksaan. Professional biasanya didapatkan karena memiliki pengetahuan yang luas dan telah berpengalaman kerja selama bertahun-tahun. Semakin berpengalaman seorang auditor mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam melaksanakan tugasnya yang semakin kompleks dan berperan dalam menentukan judgment yang dibuat. Auditor yang kurang berpengalaman terhadap
suatu
tugas
akan
lebih
berhati-hati
(berorientasi
negatif)
dibandingkan dengan auditor yang memiliki pengelaman lebih banyak. Proses judgment tergantung pada banyaknya informasi, karena banyaknya informasi mempengaruhi pilihan dan bagaimana cara pilihan tersebut dibuat. Informasi yang terlalu banyak akan memunculkan pertimbangan baru dan keputusan atau pilihan yang baru juga. Sebagai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
gambaran, biasanya auditor membuat tiga sumber informasi yang potensial untuk membuat suatu keputusan. (1.) Teknik manual, (2.) referensi yang lebih detail dan (3.) teknik keahlian. Menurut Tan dan Libby (2011), keahlian auditor dapat dikelompokan menjadi 2 golongan yaitu : 1.) Keahlian teknis Merupakan kemampuan mendasar seorang auditor a. Komponen
pengetahuan
dengan
faktor-faktor
yang
meliputi
pengetahuan umum dan khusus, berpengalaman, mendapat informasi yang cukup relevan, selalu berusaha mencari tahu dan mempunyai visi. b. Mampu menganalisis tugas yang mencakup ketelitian, tegas, professional dalam tugas, menggunakan metode analisis, cermat, loyalitas dan idealism. 2.) Keahlian non teknis a. Ciri-ciri psikologis yang meliputi rasa percaya diri, tanggung jawab, ketekunan, ulet dan enerjik, cerdik dan kreatif, adaptasi, jujur dan cekatan. b. Mampu berfikir analitis dan logis, cerdas, tanggap dan berusaha menyelesaikan masalah dan berfikir cepat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
c. Strategi penentuan keputusan yang mencakup independen, objektif dan memiliki integritas. 3. Kompleksitas Tugas Dalam Audit Judgment Kompleksitas tugas dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri (Sanusi dan Iskandar, 2007). Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, sulit untuk dipahami dan ambigu (Puspitasari, 2010). Akuntan selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Kompleksitas tugas dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri, merupakan tugas yang tidak terstruktur, membingungkan dan sulit (Cecilia Engko, 2008 ; 5). Beberapa tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas yang tinggi dan sulit, sementara yang lain mempersepsikannya sebagai tugas yang mudah. Kompleksitas tugas pada penelitian ini didefinisikan sebagai tugas yang kompleks, terdiri atas bagian-bagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Dalam pelaksanaan tugasnya yang kompleks, auditor sebagai anggota pada suatu tim audit memerlukan keahlian, kemampuan dan tingkat kesabaran yang tinggi. Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan informasi (information clarity).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
kinerja auditor tergantung pada interaksi antara kompleksitas tugas dan struktur audit yang digunakan dalam pelaksanaan audit. Hal ini dibuktikan bahwa untuk tugas yang tidak terlalu kompleks, auditor dari perusahaan audit terstruktur dan tidak terstruktur menunjukkan kinerja yang sepadan. Sebaliknya, pada tugas yang relatif kompleks, maka auditor dari perusahaan yang tidak terstruktur jauh berada di bawah perusahaan audit terstruktur. (Stuart dalam Jamilah, dkk : 2007) Pada tugas yang membingungkan, ambigu, dan tidak terstruktur, alternatif-alternatif yang ada menjadi tidak dapat diidentifikasi sehingga tidak dapat memperoleh data dan tidak bisa memprediksi output dari data tersebut. Menurut Wood dalam Nadhiroh (2010), kompleksitas tugas memiliki tiga dimensi, yaitu kompleksitas komponen (jumlah dari isyarat informasi dan tindakan yang berbeda), kompleksitas koordinatif (jenis dan jumlah hubungan antara tindakan dan isyarat), dan kompleksitas dinamis (perubahan dalam tindakan dan isyarat dan hubungan di antaranya). Tugas melakukan audit cenderung merupakan tugas yang banyak menghadapi persoalan kompleks. Auditor dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Kompleksitas audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas audit. (Prasinta, 2010). Ada auditor yang mempersepsikan tugas audit sebagai tugas dengan kompleksitas tinggi dan sulit, sementara auditor lain ada yang mempersepsikan sebagai tugas yang mudah. Bonner dalam Jamilah, dkk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
(2007) mengemukakan ada tiga alasan mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan. Pertama, kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Kedua, sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas tugas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat membantu tim manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit. 4. Kerangka Pemikiran Dalam melaksanakan proses audit, akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Oleh karena itu auditor harus mempunyai keahlian yang berupa pengetahuan dan pengalaman audit terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri dalam menentukan audit judgment. Dari kedua aspek tersebut sangat berperan penting dalam menentukan audit judgment. Sementara itu kompleksitas tugas yang dihadapi auditor juga memicu adanya pertimbangan-pertimbangan terhadap audit judgment dalam menghasilkan suatu hasil atas temuan yang didapat untuk membuat opini atau pendapat audit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Dari uraian diatas yang menjelaskan aspek dari kealian auditor yakni pengetahuan dan pengalaman auditor serta kompleksitas tugas dalam menentukan suatu audit judgment dapat dilihat pada gambar 2.1
Pengetahuan Auditor (X1) H1
Audit Judgment (Y)
Pengalaman Auditor (X2) H2
Kompleksitas Tugas (X3)
H3 H4
Gambar 2.1 : Kerangka Penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
E. PENELITIAN TERDAHULU Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa beberapa variabel yang sama menunjukan hasil yang berbeda dari penelitian oleh peneliti lain. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai bahan pengkajian yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya: 1. Chung dan Monroe (2001), melakukan penelitian mengenai pengaruh gender dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh gender dan kompleksitas tugas terhadap judgment yang diambil dalam penilaian sebuah asersi dalam laporan keuangan. Judgment auditor perempuan lebih akurat dibanding laki-laki dalam mengerjakan tugas yang lebih kompleks. Namun ketika kompleksitas tugas berkurang, laki-laki menunjukkan hasil yang lebih baik. 2. Herliansyah dan Meifida Ilyas (2006), meneliti tentang pengaruh pengalaman auditor terhadap penggunaan bukti tidak relevan dalam auditor judgment. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen yang memfokuskan pada going-concern judgment. Sampel penelitian ini adalah auditor dari berbagai KAP di Jakarta. Penelitian ini dianalisis dengan anova dan hasilnya menunjukkan bahwa pengalaman dapat mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment auditor sehingga dapat dihasilkan judgment yang baik. Auditor yang berpengalaman tidak terpengaruh oleh adanya informasi tidak relevan dalam membuat going concern judgment.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
3. Zulaikha (2006) yang meneliti tentang pengaruh interaksi gender, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor terhadap audit judgment. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode eksperimen, dimana sampel penelitian adalah partisipan mahasiswa lulusan S1 jurusan akuntansi yang menempuh Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA) dan Program Magister Sains Akuntansi (Maksi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam profesi sebagai auditor, peran ganda perempuan ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap akuratnya informasi yang diproses dalam membuat judgment. Pengalaman sebagai auditor juga memberikan pengaruh
secara
langsung
terhadap
judgment
auditor.
Sedangkan
kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap keakuratan judgment, demikian pula ketika kompleksitas berinteraksi dengan peran gender juga tidak berpengaruh secara signifikan. 4. Wijayatri (2010) meneliti tentang pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan keahlian audit terhadap audit judgment. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) Surabaya. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan keahlian audit berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment, dan kompleksitas tugas berpengaruh paling dominan terhadap audit judgment.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
5. Fitrianingsih (2011) meneliti tentang pengaruh gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas terhadap audit judgment. Sampel penelitian ini adalah auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP) Surakarta dan Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gender dan tekanan ketaatan tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Sedangkan kompleksitas tugas berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. 6. Nia Chamelia (2012) meneliti tentang Hubungan Pengetahuan dan Pengalaman Terhadap Audit Judgment. Sampel penelitian ini adalah auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP) DKI Jakarta Barat. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa dua variabel bebas yakni pengetahuan dan pengalaman auditor sangat berpengaruh positif terhadap audit judgment. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1
2
Peneliti dan Judul Tahun Chung dan pengaruh gender dan Monroe (2001) kompleksitas tugas terhadap audit judgment.
Hasil penelitian
Terdapat pengaruh gender dan kompleksitas tugas terhadap judgment yang diambil dalam penilaian sebuah asersi dalam laporan keuangan. Judgment auditor perempuan lebih akurat dibanding laki-laki dalam mengerjakan tugas yang lebih kompleks. Namun ketika kompleksitas tugas berkurang, lakilaki menunjukkan hasil yang lebih baik. Herliansyah Pengaruh pengalaman Pengalaman mengurangi dampak dan Meifida auditor terhadap informasi tidak relevan terhadap Ilyas (2006) penggunaan bukti jugment auditor. Auditor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
3
4
5
6
tidak relevan dalam berpengalaman tidak terpengaruh audit judgment oleh adanya informasi tidak relevan dalam membuat going concern judgment. Zulaikha Pengaruh interaksi Gender dan kompleksitas tugas tidak (2006) gender, kompleksitas berpengaruh terhadap audit tugas dan pengalaman judgment , sedangkan pengalaman auditor terhadap audit auditor berpengaruh terhadap audit judgment judgment Wijayatri Pengaruh tekanan Tekanan ketaatan, kompleksitas (2010) ketaatan, tugas dan keahlian audit kompleksitas tugas, berpengaruh signifikan terhadap dan keahlian auditr audit judgment. Kompleksitas tugas terhadap audit berpengaruh paling dominan judgment terhadap audit judgment. Fitrianingsih pengaruh gender, gender dan tekanan ketaatan tidak (2011) tekanan ketaatan, berpengaruh terhadap audit kompleksitas tugas judgment. Sedangkan kompleksitas terhadap audit tugas berpengaruh secara signifikan judgment. terhadap audit judgment. Nia Chamelia Pengetahuan dan Hasil dari penelitian ini menujukkan (2012) Pengalaman Terhadap bahwa dua variabel bebas yakni Audit Judgment pengetahuan dan pengalaman auditor sangat berpengaruh positif terhadap audit judgment.
http://digilib.mercubuana.ac.id/