BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Pemahaman Konsep a. Pengertian Pemahaman Penerimaan materi pelajaran di sekolah oleh siswa selalu diusahakan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Setiap individu mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Menurut Gordon dalam Sanjaya (2008: 7) Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya siswa hanya mungkin dapat memecahkan masalah ekonomi manakala konsep-konsep ekonomi dapat dipahami. Sedangkan menurut Aiken dalam Sutoyo (2009: 15) pemahaman adalah suatu cara untuk menilai atau menafsir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Sejalan dengan itu pemahaman munurut Raharjo dan Gudnanto (2013: 2) Pemahaman adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengerti dan memahami individu lain. Dalam konteks pendidikan pemahaman ini dimaksudkan untuk memahami isi materi atau mata pelajaran yang disampaikan oleh guru. Bisa juga pemahaman tersebut apa yang diingat dan dimengerti materi yang disampaikan oleh guru seperti pendapat Sudijono (1996: 50) bahwa pemahaman (comprehension) adalah kemampuan orang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahuai dan diingat. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Winkel (2009: 275) pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. The goals of comprehension is orienting students toward understanding as the mean aim of reading instruction is more likely to
6
7 foster long term motivation than a focus on reward and prizes (Stipek in Guthrie, Wigfield, Perencevich, 2004: 13). Dari pendapat tersebut diartikan tujuan dari pemahaman adalah orientasi atau pengetahuan yang dimiliki siswa untuk mengerti suatu arti pembelajaran dari hasil panduan membaca lebih dari seperti motivasi ingatan jangka panjang dan pemusatan pemikiran untuk mendapatkan sebuah penghargaan atau nilai yang baik. Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu dalam menerima dan menafsir materi pembelajaran. Tetapi kadang siswa kurang minat untuk memahami materi pelajaran, siswa hanya merasa ingin mengetahui tetapi tidak memahami apa materi yang dipelajari. Alhasil siswa hanya mengetahui sedikit apa yang terlintas mereka dengar dan ingin ketahui saja tanpa ingin memahami secara lebih dalam atau meluas. Apabila siswa dapat mengerti seluk-beluk dari materi siswa dapat dikatakan paham materi tersebut. b. Pengertian Konsep Menurut Sagala (2009: 71) konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep menurut Basri (2013: 205) konsep adalah istilah yang sudah baku untuk suatu benda tertentu dan sesuatu yang bersifat kebendaan atau memiliki nama untuk segala sesuatu, misalnya manusia, kampus, suatu tempat,
dan
sebagainya.
Proses
menghubung-hubungkan
dan
mengorganisasikan antara pengertian satu dengan yang lain melalui kemampuan kognitif. Adapun yang dimaksut konsep menurut Wahab (2008: 127) ialah kumpulan pengertian abstrak yang berkaitan dengan simbol untuk kelas dari suatu benda, kejadian atau gagasan. Terdapat dua pendekatan formal dalam pembelajaran konsep, yang pertama adalah mengajarkan konsep menurut pertimbangan guru perlu diketahui murid dan
pendekatan
kedua
adalah
mengajarkan
bagaimana
konsep
8 dikembangkan untuk siswa sendiri. Konsep bersifat abstrak yang berisi pengertian yang tidak berhubungan dengan contoh khusus dari kelas tetapi dengan semua kelas yang mungkin. Konsep juga bersifat subyektif dan diinternalisasi.
Setiap
orang
membentuk
konsep
sendiri
melalui
pengalaman misalnya mendengar arti tentang atribut. Maka dari itu konsep lebih kepada pemahaman abstrak tentang atribut umum suatu kelas. Mungkin pengajaran konsep oleh guru kepada siswa masih menjadi suatu titik lemah pada pendidikan. Akibatnya siswa sulit menerima dan berkembang dalam pembelajaran dalam menghubungkan berbagai konsep dalam ilmu kewarganegaraan khususnya dan ilmu pengetahuan umumnya. Selain itu konsep menurut Suyono dan Hariyanto (2014: 145) adalah suatu gugusan atau sekelompok fakta/keterangan yang memiliki makna. Maka dari itu dalam memilih konsep beberapa kriteria telah dikemukakan oleh Banks dalam Wahab (2008: 130) yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu mengetahui pengalaman siswa mengenai konsep yang akan diajarkan. Jika sudah maka guru perlu mengenalkan kepada siswa konsep-konsep baru yang berhubungan dengan konsep-konsep sebelumnya dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman siswa. Setiap guru haruslah menciptakan kesempatan yang besar untuk mengenalkan konsep-konsep baru kepada siswa untuk mengenalkan tentang pengertian yang berkaitan dengan konsep-konsep yang pernah dikenalkan sebelumnya. Konsep mampu membantu siswa untuk meyederhanakan dan meringkas informasi (Santrock, 2014: 3) Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah buah pemikiran seseorang yang abstrak dan melahirkan produk untuk disampaikan atau disajikan kepada siswa mengenai suatu hal khusus satu persatu dalam bentuk materi pembelajaran. c. Hakikat Pemahaman Konsep Menurut Bachman (2005: 49) konsep merupakan penggambaran satu susunan atau kerangka yang ada dalam seputaran satu tema utama yang memiliki tujuan dasar atau tujuan utama dari semua rangkaian
9 informasi. Jadi pemahaman konsep menurut Bachman (2005: 50) mengungkapkan bahwa pemahaman konsep merupakan kemampuan seseorang mengorganisasikan suatu tema-tema dan serangkaian informasi ke dalam kategori tepat yang menunjukkan saling keterkaitan. Selain itu pemahamn konsep menurut Heruman (2008: 3) yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Pemahaman konsep dalam konteks pendidikan merupakan kedalaman kognitif individu untuk memahami sebuah pemikiran seseorang yang disampaikan kepada siswa dalam bentuk materi pelajaran. Di dalam kegiatan pembelajaran kita tidak hanya mengetahui konsepkonsep yang ada dalam mata pelajaran akan tetapi juga memahami konsep tersebut. Dengan pemahaman maka siswa akan mengerti akan konsep itu sendiri. Pemahaman dalam Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu tujuan guru dari setiap penyampaian materi kepada siswa, sebab guru merupakan pembimbing siswa dalam menyampaikan konsep untuk mencapai pemahaman yang diharapkan. Konsep sendiri merupakan patokan atau pilah untuk berpikir lebih tinggi. Dengan mengenal konsep apa yang sedang disampaikan oleh guru maka siswa akan lebih mudah memahami tentang materi yang disampaikan oleh guru. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat memengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah (Al-Tabany, 2014: 7) Pemahaman sangatlah penting dalam mata pelajaran PKn, memberikan pengertian bahwa materi dalam mata pelajaran tidak hanya hafalan akan tetapi lebih dari itu. Dengan pemahaman siswa lebih dapat memahami konsep mata pelajaran itu sendiri. Seperti yag dikatakan oleh Daryanto (2005: 106) pada pemahaman ini siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya. Seorang siswa dapat
10 dikatakan memahami konsep yaitu apabila siswa tersebut mampu menjelaskan konsep tersebut terhadap siswa lain atau orang lain. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan suatu tema yang bertujuan agar siswa lebih memahami konsep. 2. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar "ajar”, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambah awalan “pe” dan mendapat akhiran “an” sehingga menjadi kata pembelajaran, diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga siswa mau belajar (Susanto, 2013: 19). Selain itu dalam Susanto (2013: 19) juga mengatakan bahwa pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam persaingan global yang sangat ketat sarana pendidikan dituntut untuk menghasilkan individu-individu yang dapat menghasilkan sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global yang semakin kuat persaingannya. Sebagai individu yang mempunyai kemampuan untuk berpikir secara kodrat individu akan melakukan perubahan-perubahan perilaku dirinya untuk mencapai tujuan hidup yang sebaik-baiknya dengan belajar kepada lingkungan masyarakat yang selaras. Sejalan dengan itu pembelajaran menurut Degeng (1989) dalam Majid (2011: 11) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Gagne dan Briggs dalam Winarno (2013: 72) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kondisi, peristiwa, kejadian, dan sebagainya) yang secara sengaja dirancang untuk memengaruhi pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung mudah. Selain itu menurut Jogiyanto (2006: 12) Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu
11 kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut
tidak
dapat
dijelaskan
dengan
dasar
kecenderungan-
kecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan-perubahan sementara dari organisme. Proses belajar tersebut terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya (Dimyati dan Mudjiono. 1999: 7) Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan pada kegiatan belajar mengajar untuk membelajarkan siswa. Menurut Basri (2013: 204) pembelajaran dilakukan oleh guru di sekolahan pada kegiatan belajar mengajar untuk membangun gagasan scientifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi sekitarnya. Dengan belajar membuat orang yang belum tahu menjadi tahu. Belajar membuat orang melakukan proses perubahan perilaku yang dikatakan itu adalah belajar. Maka dari itu pembelajaran yaitu proses untuk membantu peserta didik untuk menjadi lebih baik. Baik dalam hal tingkah laku maupun pengetahuan. Pembelajaran biasanya berlangsung di sekolah formal ataupun non formal dimana guru menyampaikan ilmu pengetahuan terhadap peserta didik kemudian peserta didik menerima ilmu yang telah disampaikan. Ilmu ini tidak hanya bersifat pengetahuan (kognitif) tetapi juga menyangkut sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Dalam pembelajaran tidak hanya kegiatan menerangkan materi pelajaran terhadap siswa tetapi juga bagaimana siswa mampu menanamkan materi tersebut ke dalam pikirannya. Melalui kegiatan pembelajaran siswa dapat meningkatkan pengetahuannya, pemahaman, keterampilan, dan kemampuannya. Dalam kegiatan pembelajaran guru berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu agar proses belajar siswa dapat mencapai tujuan dengan baik. Di dalam kegiatan pembelajaran selain menyangkut
12 pengetahuan
juga
menyangkut
sikap
guru
dalam
memberikan
pembelajaran tentang tingkah laku yang baik dengan tujuan agar siswa mampu menerima atau meniru perilaku baik yang disampaikan oleh guru. Keterampilan
juga
menyangkut
ilmu
yang
disampaikan
dalam
pembelajaran tentang siswa diajarkan beberapa keterampilan salah satunya berbicara khusunya bertanya dan menjawab. b. Pendidikan Kewarganegaraan 1) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Somantri dalam Winarno (2013: 6) mendefinisikan Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumbersumber pengetahuan lainnya, pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua yang kesemua itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasar Pancasila dan UUD 1945. Jika Pendidikan Kewarganegaraan dikaitkan dengan konsep
pendidikan
dapat
dinyatakan
bahwa
Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai upaya menerapkan ilmu kewarganegaraan dalam proses pendidikan. Pendidikan diartikan oleh Dimyati dan Mudjiono (1999: 7) yaitu merupakan satuan tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan. Pendidikan Kewarganegaran di Indonesia secara yuridis termuat dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 39 Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa di setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuam dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar menjadi warga
13 negara yang dapat diandalkan oleh Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan Kewarganegaran merupakan mata pelajaran yang digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berdasarkan budaya Indonesia. Sejalan dengan itu pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut Susanto (2013: 227) adalah pendidikan yang memberikan pemahaman dengan dasar pemerintahan, tata cara demokrasi, tentang kepedulian, sikap, pengetahuan politik yang mampu mengambil keputusan politik secara rasional,
sehingga
dapat
mempersiapkan
warga
negara
yang
demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang berorientasi pada pengembangan berpikir kritis dan demokratis. Maka dari itu Pendidikan Kewarganegaraan ialah usaha sadar dan terencana untuk siswa dalam proses pembelajaran agar berkembangnya potensi diri dalam siswa untuk memiliki kecerdasan, kecakapan, keterampilan, serta kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, demokrasi, ketaatan pada hukum, tanggung jawab sosial, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, pelestarian lingkungan hidup, kemajemukan bangsa, serta ikut berperan dalam percaturan global. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan
Kewarganegaraan
adalah
sebagai
program
pendidikan untuk membekali peserta didik yang berintikan demokrasi dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berpengaruh positif dari
pendidikan
sekolah,
masyarakat
dan
orang
tua
untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur atau moral agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran PKn di sekolah dasar merupakan pembelajaran untuk membentuk karakter siswa agar mempunyai nasionalisme sebagai warga negara Indonesia sesuai dengan UUD 1945 dan
14 berlandaskan Pancasila. Hal itu sejalan dengan pendapat Ruminiati (2007: 26) bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Menurut Ruminiati (2007: 25) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No.2 th. 1958. Dalam kehidupan diperlukan pendidikan moral dan manusia selalu membutuhkan pendidikan moral, nilai, dan norma. Nilai moral selalu disisipkan pada setiap proses belajar mengajar di sekolah khusunya pada mata pelajaran PKn namun dalam Susanto (2013: 228) dikatakan bahwa dalam aplikasinya, pelajaran PKn kurang banyak diminati dan dikaji dalam dunia pendidikan dan persekolahan. Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai visi dan misi dalam pendidikan. Menurut Winataputra dalam Winarno (2013: 11) visi Pendidikan Kewarganegaraan dalam arti luas, yakni sebagai sistem pendidikan kewarganegaraan yang berfungsi dan berperan sebagai program kulikuler dalam konteks pendidikan formal dan non-formal, program aksi sosial-kultural dalam konteks kemasyarakatan, dan sebagai bidang kajian ilmiah dalam wacana pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial. Visi ini mengandung dua dimensi, yakni dimensi substansif berupa muatan pembelajaran dan objek telaah serta objek pengembangan
dan
dimensi
proses
berupa
penelitian
dan
pembelajaran. Sedangkan misi Pendidikan Kewarganegaraan menurut Burhan (2014 :11) yaitu (1) Untuk menumbuhkan wawasan warga negara dalam hal persahabatan, pengertian antar bangsa, perdamaian dunia, kesadaran bela negara, dan sikap serta perilaku yang bersendiakn nilai budaya bangsa, Hak Asasi Manusia, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional, (2) Untuk membantu siswa agar mampu mewujudkan nilai dasar kesadaran berbangsa dan bernegara, (3) Untuk membantu siswa agar memantapkan kepribadiannya agar secara konsekuen mampu mewujudkan nilai-nilai dasar agama dan
15 kebudayaan serta rasa kebangsaan dan cinta tanah air, (4) Dalam mengisi kemerdekaan agar setiap warga negara harus tetap pada jati dirinya yang berjiwa patriotik dan cinta tanah air.
3) Mengenal Sistem Pemerintahan Pusat Sistem pemerintahan dapat disebut sebagai keseluruhan tatanan yang teratur dari lembaga-lembaga negara yang saling berkaitan baik langsung maupun tidak langsung untuk mencapai tujuan negara tersebut (Busroh, 1989: 7). He explains that he wants to say three "things" with the concept of "governmentality." Governmentality is : an ensemble formed by institutions, procedures, analyses, and reflections, the calculations and the tactics that allow the exercise of this specific, albeit complex, form of power, which has as its target population, as its principal form of knowledge political economy, and as its essential technical means apparatuses of security; the second is the tendency which, over a long period and throughout the West, has steadily led to the preeminence over all other forms (sovereignty, discipline, etc.) of this type of power which may be termed government, resulting, on the one hand, in the formation of a whole series of specific governmental apparatuses, and, on the other, in the development of a whole complex of savoirs; and thirth is the process, or rather the result of the process, through which the state of justice of the Middle Ages, transformed into the administrative state during the fifteenth and sixteenth centuries, gradually becomes governmentalized. (Ten Bos, 2010 :19) Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa terdapat tiga hal tentang konsep pemerintahan. pemerintah adalah: sebuah peraturan yang dibentuk oleh lembaga, secara prosedural melalui analisis dan refleksi serta perhitungan dan taktik yang memungkinkan pelaksanaan tertentu, meskipun bentuk kompleks kekuasaan, yang memiliki sebagai target populasi, seperti bentuk utama dari ekonomi pengetahuan politik, dan sebagai aparatur berarti pentingnya teknis keamanan; yang kedua adalah tren yang, dalam jangka panjang dan menyeluruh, dan
16 juga menuntut keunggulan atas semua hal (kedaulatan, kedisiplinan, dll) dari jenis kekuasaan yang bisa disebut sebagai pemerintahan, di sisi lain, dalam pembentukan seluruh rangkaian pejabat pemerintah dilakukan secara terbatas, dan di sisi lainnya juga terdapat pengembangan keseluruhan tindakan yang kompleks; yang ketiga adalah proses, atau lebih tepatnya hasil dari proses, melalui mana negara keadilan dari Abad Pertengahan, berubah menjadi administrasi negara selama lima belas dan keenam belas tahu belakangan ini, secara bertahap ketiga penjelasan tersebut dapat dikatakan menjadi sebuah sistem pemerintahan. Menurut UUD 1945 dalam Suwarno (1999:23), Sistem pemerintahan mengingatkan pada sistem pemerintahan parlementer Inggris yang dalam pemerintahannya dibantu oleh beberapa susunan keanggotaannya. Sistem pemerintahan yang ideal mencangkup, Presiden merupakan
pemeganang
kekuasaan
eksekutif
tertinggi
yang
melaksanakan perundang-undangan yang ditetapkan oleh MPR. DPR merupakan mitra Presiden dalam melaksanakan UUD dan ketetapanketetapan MPR, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mengawasi keuangan negara, dan MA yang memegang kekuasaan yudikatif (Suwarno, 1999 : 22). Sistem demokrasi yang dianut dalam kehidupan kenegaraan kita temukan komponen pendukung tegaknya demokrasi. Menurut Kaelan (2002: 101) Supra Struktur Politik meliputi Lembaga Legislatif, Lembaga Eksekutif, dan Lembaga Yudikatif. Untuk negara-negara tertentu masih ditemukan lembaga-lembaga negara yang lain, misalnya negara Indonesia di bawah sistem UndangUndang Dasar 1945, lembaga-lembaga negara atau alat perlengkapan negara adalah : Majelis Permusyawaratan Rakyat; Dewan Perwakilan Rakyat; Presiden; Mahkamah Agung; Badan Pemeriksa Keuangan.
17 Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pemerintahan pusat adalah seluruh tatanan yang diatur secara struktural oleh negara yang meliputi lembagalembaga negara yang semuanya saling berkaitan baik langsung maupun tidak langsung untuk mencapai tujuan atau kemajuan suatu negara. Menurut Kansil (1985: 9) terdapat tiga pemisahan kekuasaan untuk membagi tugas pemerintahan yaitu ke dalam Tiga Bidang Kekuasaan, yaitu : a. Kekuasaan Legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat UndangUndang. b. Kekuasaan Eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan Undang-Undang. c. Kekuasaan Yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan Undang-Undang (kekuasaan untuk mengadili). Berdasarkan Juliardi (2014: 75) Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945 menyatakan bahwa UUD merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD. Pembagian kekuasaan oleh UUD kepada lembaga-lembaga negara dengan kedudukan sejajar atau sama yaitu, Presiden dan Wakil Presiden; Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) berjumlah 692 anggota yang meliputi Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebanyak 132 anggota; DPR sebanyak 560 anggota; Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); dan lembaga kehakiman yang meliputi Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial (KY). Sistem Pemerintahan Negara Indonesia ini dibagi atas tujuh yang secara sistematis merupakan dari kedaulatan rakyat. Sebelumnya Sistem Pemerintahan Negara Indonesia belum mengalami perubahan dijelaskan dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut
18 Kaelan (2002: 106) sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945 setelah amandemen, dijelaskan sebagai berikut : a.
Indonesia adalah Negara yang Berdasarkan Atas Hukum (Rechtstaat) Indonesia mengandung Pemerintahan
adalah
negara
yang
berdasarkan
hukum
arti bahwa negara, termasuk di dalamnya dan
lembaga-lembaga
negara
lainnya
dalam
melaksanakan suatu tindakan, harus dilandasi dengan aturan hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan oleh aturan secara hukum. b. Sistem Konstitusional Sistem ini memberikan penegasan bahwa cara pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi juga oleh ketentuan-ketentuan hukum lain yang merupakan produk konstitusional, ketetapan MPR, Undang-Undang dan sebagainya. c. Kekuasaan Negara yang Tertinggi Adalah Rakyat Menurut UUD 1945 hasil amandemen tahun 2002 kekuasaan tertinggi di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD ( Pasal 1 ayat 2 ). Hal ini menjadi suatu reformasi kekuasaan tertinggi di dalam negara secara kelembagaan tinggi negara. MPR dalam Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen tahun 2002, hanya memiliki kekuasaan melantik Presiden dan Wakil Presiden, memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden sesuai masa jabatan atau apabila melakukan pelanggaran terhadap suatu konstitusi, serta melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Dasar. Pemilihan Presiden dipilih langsung oleh rakyat, yang tecantum dalam UUD 1945 hasil Amandemen 2002, pasal 6A ayat (1). d. Presiden Adalah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang Tertinggi di Samping MPR dan DPR Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen 2002, Presiden merupakan penyelenggara pemerintahan tertinggi di
19 samping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat UUD 1945 pasal 6A ayat (1). e.
Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada MPR Menurut Undang-Undang Dasar 1945 sebelum amandemen dan setelah amandemen tahun 2002 memiliki isi yang sama yaitu : “Disamping Presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden harus mendapat persetujuan DPR untuk membentuk Undang-Undang (Gezetzgebung) pasal 5 ayat (1) dan untuk menetapkan
anggaran
pendapatan
dan
belanja
negara
(Staatsbergrooting) sesuai dengan pasal 23. Berdasarkan isi tersebut Presiden harus bekerjasama dengan Dewan, tetapi Presiden tidak bertanggungjawab kepada Dewan, artinya kedudukan Presiden tidak tergantung pada Dewan. f.
Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak Bertanggungjawab Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebelum amandemen dan setelah amandemen 2002 adalah sebagai berikut : “Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menteri-menteri negara (pasal 17 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen), Presiden mengangkat dan memberhentikan MenteriMenteri Negara (Pasal 17 ayat (2) UUD 1945 hasil amandemen 2002). Menteri-menteri Negara itu tidak bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Kedudukannya tidak tergantung kepada Dewan Perwakilan Rakyat”.
g.
Kekuasan Kepala Negara Terbatas “Meskipun Kepala Negara tidak bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, ia bukan “Diktator”, artinya kekuasaan tidak terbatas. Di atas telah ditegaskan bahwa bukan mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat, namun demikian ia tidak dapat membubarkan DPR ataupun MPR. Kecuali itu ia harus
20 memperhatikan
sungguh-sungguh
suara
Dewan
Perwakilan
Rakyat”. Sistem ini dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen 2002 dan masih sesuai dengan Penjelasan UUD 1945.
3. Hakikat Teknik Learning Cell a. Pengertian Teknik Pembelajaran Keberhasilan
pembelajaran
ditentukan
oleh
ketepatan
dan
keefektifan pemilihan strategi, model, metode, dan juga teknik pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar di sekolah yang perlu diperhatikan salah satunya adalah teknik mengajar. Oleh karena itu perlu pemilihan teknik pembelajaran yang tepat agar proses belajar dapat berjalan baik sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik pula. Menurut Majid (2011: 160) teknik merupakan prosedur dalam proses kegiatan belajar mengajar yang berisi langkah-langkah pembelajaran yang memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh guru secara berurutan sehingga sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan belajar siswa. Menurut Winarno (2013: 74) Teknik pembelajaran adalah jalan atau alat yang digunakan guru untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa kearah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang penerapan perbaikan di dalam proses pembelajaran.
Menurut Wahab (2008: 82) terdapat hubungan erat antara metode dan teknik. Dikatakan bahwa memilih satu metode mengajar tertentu di dalamnya akan tercakup pula beberapa teknik mengajar. Begitu juga yang dikatakan Zuchdi dan Budiasih (2001: 35) Teknik pembelajaran merupakan cara guru atau siasat yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut untuk memperoleh hasil yang optimal. Selain itu juga sejalan dengan pendapat Suyono dan Hariyanto (2011: 23) bahwa
21 teknik pembelajaran adalah implementasi metode pembelajaran yang secara nyata berlangsung di dalam kelas, merupakan kiat atau taktik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan teknik pembelajaran adalah suatu cara atau alat yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan pembelajaran siswa ke arah tujuan pembelajaran untuk memperoleh hasil yang optimal. b. Teknik Learning Cell Teknik pembelajaran ini dipilih karena teknik ini melibatkan dua orang (sepasang), sehingga dimungkin untuk proses pembelajaran dapat terlaksana lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran berkelompok yang beranggotakan banyak individu. Hal ini sesuai dengan pendapat Barkley, Cross, dan Major (2005: 211) dalam Learning Cell, siswa membuat membuat beberapa pertanyaan sesuai perintah guru pertanyaan mengenai tugas membaca atau kegiatan pembelajaran lainnya kemudian bekerjasama dengan pasangan, secara bergantian bertanya dan menjawab pertanyaan satu sama lain. Dikatakan juga oleh Suprijono (2015: 141) Bahwa Learning Cell atau sel belajar menunjuk pada suatu bentuk belajar dengan berpasangan, dimana siswa bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasarkan materi bacaan yang sama. Selain itu juga untuk lebih mengembangkan kemampuan berpikir siswa serta juga berkomunikasi terhadap orang lain sekaligus melatih kerjasama dalam diri siswa. Menurut Warsono dan Hariyanto (2013: 85) teknik Learning Cell merupakan salah satu cara studi yang efektif dari kelompok berpasangan yang secara bergantian pasangan siswa saling bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan pasangannya dari bahan ajar tertulis. Teknik ini membuat siswa mampu membuka luas pengetahuannya dan memaparkan apa yang telah diketahuinya. Membuat pertanyaan dari sebuah tugas membuat siswa lebih memahami isi materi daripada hanya sekedar mencatatnya saja (Barkley, Cross, dan Major, 2005: 211). Menurut pendapat Barkley, Cross, dan Major, (2005: 212) selain
22 membangun penguasaan materi, teknik Learning Cell ini dapat memotivasi siswa mempraktekkan berbagai keterampilan interpersonal seperti memberi umpan balik dengan cara yang tidak mengancam, mempertahankan fokus, dan mengembangkan serta menjaga kelangsungan tugas-tugas bersama. Hal ini berhubungan dengan usaha pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, seperti yang dikatakan oleh Winkel (2005: 74) yaitu apabila semakin dalam pemahaman yang diperoleh pada waktu mempelajari materi untuk pertama kali, maka makin baik pula prestasi mengingat kembali pada waktu mengerjakan tes atau ulangan. Mata pelajaran akan benar-benar dikuasai ketika siswa mampu mengajarkannya kepada orang lain yaitu dengan menjadi narasumber bagi orang lain. Dengan kata lain dalam penerapan teknik ini siswa belajar menjadi guru bagi temannya. Pengajaran sesama teman dapat memberikan siswa kesempatan untuk belajar lebih luas dan mempelajari lebih baik lagi agar dapat menjawab pertanyaan dengan baik sekaligus menjadi narasumber yang baik. Dalam penerapan teknik ini mengharuskan siswa mempelajari materi lebih dalam agar mampu menjelaskan kepada temannya tentang materi yang telah dipelajari. Teknik Learning Cell ini dapat melatih siswa untuk berbicara dan percaya diri terhadap pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain. The purpose of the rolling learning cell is to reduce free riding behavior and expand the learning experience of each team member (Goodnight, Elam, and Russell, 2008: 5) Dari jurnal internasional Goodnight, Elam, and Russell, 2008 tersebut dapat diadaptasikan bahwa tujuan dari Learning Cell adalah mengurangi tingkah laku siswa yang tidak terkontrol dan memperluas pembelajaran siswa dari pengalaman dari anggota kelompoknya. Proses pembelajaran ini menjadi lebih efektif karena siswa lebih aktif dalam mempelajari isi materi. Karena Siswa menciptakan suasana belajar sendiri dengan menyelidiki dan mempelajari materi sendiri.
23 Membentuk
pasangan
dengan
temannya
merupakan
cara
untuk
menciptakan kepercayaan diri dalam berpendapat. Dari bebrapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknik Learning Cell yaitu teknik yang melibatkan dua orang atau pasangan yang saling memberi pertanyaan satu sama lain secara bergantian tentang materi pelajaran atau bahan ajar sama. Teknik sel belajar atau Learning Cell dimulai dengan guru memberikan bahan bacaan atau materi yang telah disediakan, siswa diminta untuk mempelajari materi yang telah disiapkan. Selain mempelajari materi siswa juga diminta untuk membuat pertanyaan tentang materi setelah dipelajari. Guru memasangkan siswa secara acak atau dengan teman sebangku dua orang dua orang. Proses pengajuan pertanyaan dimulai oleh salah satu siswa kepada pasangannya. Hal ini dilakukan secara bergantian. Dengan demikian siswa mampu memahami materi daripada hanya mencatat materi atau mendengarkan. 1) Langkah-Langkah Teknik Learning Cell Menurut Zaini, Munthe, dan Aryani (2007: 89) teknik Learning Cell ini terdiri dari beberapa langkah atau tahapan sebagai berikut : a) Tahap persiapan : (1) Guru menjelaskan tentang teknik Learning Cell kepada siswa; (2) Guru membagi siswa secara berpasangan; (3) Guru menentukan siswa yang berperan sebagai penanya pertama; (4) Siswa membaca ringkasan materi yang berhubungan dengan masalah pokok yang muncul dari bacaan atau materi terkait lainnya; (5) Siswa menulis pertanyaan tentang materi yang belum diketahui. b) Tahap kegiatan : (1) Siswa
menempatkan
diri
dengan
sebelumnya telah dibagi oleh guru;
pasangannya
setelah
24 (2) Siswa sebagai penanya pertama memberikan pertanyaan kepada pasangannya dan langsung dijawab yang berperan sebagai penjawab; (3) Guru memantau, mengawasi dan memberikan bimbingan berlangsungnya proses pembelajaran; (4) Setelah
siswa
pertama
selesai
menanyakan
beberapa
pertanyaan dilanjutkan dengan kebalikannya, siswa yang tadinya menjawab dibalik menjadi siswa penanya dan siswa penanya menjadi siswa yang menjawab pertanyaan tentang hal yang belum diketahui; (5) Jika siswa mengalami kesulitan dalam menjawab, maka guru memberikan bimbingan dan aragan kepada siswa. c) Tahap setelah kegiatan : (1) Setelah masing-masing pasangan telah selesai pada kegiatan dan pembahasan, maka guru memberikan simpulan materi kepada siswa. Terdapat bentuk modifikasi atau variasi dari teknik Learning Cell ini menurut Zaini, Munthe, dan Aryani (2007: 90) yaitu setiap siswa membaca atau mempersiapkan materi yang berbeda. Dalam contoh seperti siswa A mengajar siswa B dari pokok-pokok yang siswa A telah persiapkan kemudian meminta siswa B untuk memberikan pertanyaanpertanyaan terkait dengan materi yang telah diajarkan kepada siswa A, kemudian mereka berganti peran siswa B yang mengajar dan siswa A memberikan pertanyaan terhadap siswa B. Langkah – langkah teknik Learning Cell menurut Cooper (2003 :85-86) yaitu sebagai berikut : First, it requires that students bring some written work to class on the day of learning cell (LC) discussion. Next, the student attempts to remove the unease by answering the question, writing in a way that will challenge the opinions of the others in his or her learning cell. You might want students to prepare answers that are briefer or longer, depending on the class and context. After each member of the group has had an opportunity to respond, the
25 questioner can compare the others’ responses with his or her prepared answer. And then the next person in the group repeats this process, until everyone has had an opportunity to raise a question for discussion. And then this process begins again, until questions are exhausted or the allotted class time ends. Meanwhile, the instructor may want to mingle with the various groups.(Cooper, 2003 :85-86). Selain itu langkah langkah pembelajaran Learning Cell menurut Suprijono (2015: 141) yaitu : a) Sebagai persiapan, siswa diberi tugas membaca suatu bacaan kemudian menulis pertanyaan yang berhubungan dengan masalah pokok yang muncul dari bacaan; b) Siswa ditunjuk untuk berpasangan dengan mencari kawan yang disenangi, kemudian siswa A mulai membacakan pertanyaan kepada siswa B; c) Setelah mendapatkan jawaban yang telah dilakukan koreksi atau tambahan informasi, selanjutnya siswa B bergantian memberi pertanyaan siswa A dan harus dijawab oleh siswa A; d) Jika siswa A bertanya dan dijawab oleh siswa B, maka siswa B bergantian bertanya kepada siswa A, begitu seterusnya; e) Selama tanya jawab berlangsung guru bergerak dari satu pasangan ke pasangan lainnya sambil memberi masukan atau penjelasan. Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa langkah Learning Cell yang pertama, mengharuskan siswa membawa beberapa pertanyaan yang ditulis untuk siswa sebangkunya pada penerapan teknik Learning Cell (LC) diskusi. Selanjutnya, siswa mencoba untuk percaya diri dengan menjawab pertanyaan sesuai pengetahuannya baik lisan maupun tulisan, selanjutnya siswa yang memberikan pertanyaan bisa menentukan benar atau salah pendapat dari siswa lain dalam sel pembelajaran nya. Anda mungkin ingin siswa untuk mempersiapkan jawaban yang singkat atau lebih mudah dipahami siswa tersebut, tergantung pada kelas dan
26 konteksnya.
Setelah
masing-masing
anggota
kelompok
memiliki
kesempatan untuk menanggapi, penanya dapat membandingkan tanggapan yang lain 'dengan jawabannya. Dan kemudian orang berikutnya dalam kelompok mengulangi proses ini, sampai semua siswa dalam kelas telah memiliki kesempatan untuk meningkatkan pertanyaan untuk diskusi. Dan kemudian proses ini dimulai lagi, sampai pertanyaan habis atau waktu kelas yang diberikan berakhir. Sementara itu, guru mungkin mengawasi kegiatan dari berbagai kelompok. Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa teknik Learning Cell yaitu meliputi beberapa tahapan dimulai dari tahap persiapan yang berisi tentang penjelasan materi dan pembagian kelompok, yang kedua tahap kegiatan yang meliputi siswa saling melempar pertanyaan dan guru memberi bimbingan pada siswa, dan terakhir adalah tahap setelah kegiatan yang berisi guru memberi simpulan dan pembahasan materi. Penerapan
langkah-langkah
teknik
Learning
Cell
dalam
pembelajaran PKn mengenal sistem pemerintahan pusat yaitu diawali dengan guru menjelaskan secara singkat
tentang materi sistem
pemerintahan pusat dan siswa diberi bahan bacaan yang berhubungan dengan materi sistem pemerintahan pusat yang telah dibagi berpasangan. Selanjutnya siswa diminta untuk membuat pertanyaan mengenai hal yang belum diketahui tentang materi sistem pemerintahan pusat yang telah dibaca. Tahap ketiga yaitu siswa A memberikan pertanyaan yang berisi tentang sistem pemerintahan pusat yang telah ia buat terhadap siswa B, kemudian siswa B menjawab secara lisan pertanyaan yang telah diberikan siswa A. Kemudian siswa B bergantian memberikan pertanyaan yang berisi tentang sistem pemerintahan pusat kepada siswa A, selanjutnya siswa A menjawab pertanyaan secara lisan yang telah diberikan oleh siswa B. Pada tahap ini guru bertugas mengawasi dan memantau seluruh siswa dan membimbing apabila terdapat siswa yang kesulitan.
27 2) Kelebihan dan Kelemahan Teknik Learning Cell Setiap metode, model, teknik, dll dalam pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Yang menjadi kelebihan dalam teknik Learning Cell ini adalah sebagai berikut : a) Dalam menghadapi mata pelajaran siswa lebih siap karena dalam membuat pertanyaan siswa harus mepelajari lebih dalam isi materi maka dari itu siswa menjadi lebih siap dalam menghadapi mata pelajaran. b) Dengan mengajukan pertanyaan tentang materi siswa akan melatih kepercayaan diri dalam pembelajaran. Karena proses pembelajaran ini megajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan teman sebaya sehingga siswa tidak segan dalam bertanya dan menjawab. Dengan begitu pengetahuan siswa menjadi bertambah dan dapat melatih kemampuan berkomunikasi dengan baik. c) Siswa mandiri dalam mengikuti proses pembelajaran karena siswa dituntut mengomunikasikan materi yang diperoleh siswa kepada siswa lain. d) Memberikan pengaruh baik terhadap hubungan sosial antar siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan yang lainnya. Memberi ruang kepada siswa untuk belajar memahami orang lain dan menghargai pendapat orang lain. Selain kelebihan yang dimiliki oleh teknik Learning Cell, pembelajaran dengan meggunakan teknik ini juga memiliki kelemahan di antaranya adalah sebagai berikut : a) Sumber belajar yang terbatas bagi siwa, akan tetapi siswa juga boleh membaca dari buku lain yang berhubungan dengan materi tersebut. b) Apabila siswa kurang rajin dalam membaca materi maka siswa kurang luas dalam menjawab pertanyaan dari penanya sehingga teknik Learning Cell ini menjadi kurang efektif.
28 4. Penelitian yang Relevan Penelitian ini mengacu dari beberapa penelitian yang telah dilaksanakan terdahulu. Yang pertama penelitian dilaksanakan oleh Wiwin Retno Damayanti dengan judul Pengaruh Penggunaan Strategi The Learning Cell Terhadap Pemahaman Konsep Globalisasi Pada Siswa Kelas IV SD SeGugus Diponegoro, Colomadu, Karanganyar Tahun 2013. Penelitian ini telah dilaksanakan dengan sasaran siswa tingkat Sekolah Dasar Kelas IV se-gugus Diponegoro, Colomadu, Karanganyar dengan menggunakan strategi The Learning Cell. Persamaan dengan penelitian yang saya angkat adalah terletak pada variabel bebasnya, penelitian ini sama-sama menggununakan teknik Learning Cell. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikatnya, dalam penelitian Wiwin Retno Damayanti ini variabel terikatnya adalah pemahaman konsep globalisasi siswa kelas IV SD se-gugus Diponegoro, Colomadu, Karanganyar dan penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Sedangkan penelitian yang akan saya laksanakan merupakan penelitian tindakan kelas yang termasuk dalam penelitian kualitatif dan pada variabel terikat dalam penelitian ini adalah mengenal sistem pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri Pule Wonogiri. Penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Titin Wijayanti dengan judul Penerapan Metode The Learning Cell dengan Media Flanelgraf dalam Peningkatan Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SD N 4 Pandansari Tahun Ajaran 2013/2014. Persamaan dengan penelitian yang saya angkat adalah terletak pada variabel bebasnya, penelitian ini sama-sama menggununakan Learning Cell. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikatnya, dalam penelitian Titin Wijayanti ini variabel terikatnya adalah materi pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD N 4 Pandansari. Sedangkan pada variabel terikat dalam penelitian ini adalah mengenal sistem pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri Pule Wonogiri.
29 Penelitian tentang sistem pemerintahan pusat pernah diteliti oleh Rudy Yudhatama dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Sistem Pemerintahan Pusat dalam Pembelajaran PKn (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tempusarin Sambi Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012), persamaan dengan penelitian yang akan peneliti teliti adalah sama-sama mengangkat tentang pemahaman konsep mengenal sistem pemerintahan pusat. B. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal pembelajaran PKn materi mengenal sistem pemerintahan pusat sebelum dilakukan tindakan, siswa cenderung terlihat kurang tertarik dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan guru menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi yang mengakibatkan siswa kurang dalam pemahaman konsep mengenal sistem pemerintahan pusat. Teknik
pembelajaran
yang
efektif
dapat
menciptakan
suasana
pembelajaran yang kondusif dan efisien. Teknik yang sesuai dalam pembelajaran PKn materi tentang mengenal sistem pemerintahan pusat yaitu teknik Learning Cell yaitu teknik pembelajaran yang melibatkan dua orang (sepasang), sehingga dimungkin untuk proses pembelajaran dapat terlaksana lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran berkelompok yang beranggotakan banyak individu. Selain itu juga untuk lebih mengembangkan kemampuan berpikir siswa serta juga berkomunikasi terhadap orang lain sekaligus melatih kerjasama dalam diri siswa karena pada teknik ini siswa dituntut untuk membuat pertanyaan tentang materi mengenal sistem pemerintahan pusat sehingga siswa mampu berperan aktif serta mampu memahami isi materi pelajaran melalui teknik Learning Cell. Kelebihan dari teknik Learning Cell antara lain dalam menghadapi mata pelajaran siswa lebih siap karena dalam membuat pertanyaan siswa harus mepelajari lebih dalam isi materi maka dari itu siswa menjadi lebih siap dalam menghadapi mata pelajaran. Yang kedua dengan mengajukan pertanyaan tentang materi siswa akan
30 melatih kepercayaan diri dalam pembelajaran. Karena proses pembelajaran ini megajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan teman sebaya sehingga siswa tidak segan dalam bertanya dan menjawab. Dengan begitu pengetahuan siswa menjadi bertambah dan dapat melatih kemampuan berkomunikasi dengan baik. Dan ketiga siswa mandiri dalam mengikuti proses pembelajaran karena siswa dituntut mengomunikasikan materi yang diperoleh siswa kepada siswa lain. Penerapan teknik Learning Cell dalam pembelajaran PKn dilakukan dengan siklus yaitu dimulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus 1 dan 2 dilaksanakan agar dalam penerapan teknik Learning Cell ini diharapkan dapat
menciptakan pembelajaran
yang efektif dan
mampu
meningkatkan pemahaman konsep sistem pemerintahan pusat, serta mampu melatih siswa dalam membuat pertanyaan tentang materi sistem pemerintahan pusat karena teknik tersebut sesuai dengan materi pelajaran PKn yang mampu menciptakan pembelajaran yang tidak monoton. Dengan mengajukan pertanyaan tentang materi akan meningkatkan kerjasama antar siswa karena tercipta komunikasi yang baik antar siswa serta memberikan pengaruh baik terhadap hubungan sosial siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Pada kondisi akhir terdapat peningkatan pada pemahaman konsep tentang mengenal sistem pemerintahan pusat pada proses pembelajaran PKn dengan diterapkannya teknik Learning Cell. Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan oleh bagan kerangka berpikir pada gambar 2.1 sebagai berikut :
31
Guru cenderung menerapkan metode ceramah
Kondisi Awal
Pemahaman konsep mengenal sistem pemerintahan pusat siswa SD masih rendah Siklus I:
Penerapan teknik Learning Cell dalam pembelajaran sistem pemerintahan pusat
Tindakan
1. 2. 3. 4.
Perencanaan Pelaksanaan Observasi Refleksi
Siklus II:
Kondisi Akhir
Pemahaman konsep tentang mengenal sistem pemerintahan pusat siswa meningkat
1. 2. 3. 4.
Perencanaan Pelaksanaan Observasi Refleksi
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir C. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir di atas, peneliti merumuskan hipotesis Penerapan Teknik Learning Cell dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang mengenal sistem pemerintahan pusat (pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Pule Wonogiri tahun ajaran 2015/2016).
32
