17 BAB II LANDASAN TEORI
A. Kompetensi Profesional guru 1. Pengertian Kompetensi Profesional Menurut UU No.14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Sedangkan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sedangkan guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.1 Menurut PP No. 74 th. 2008 pasal 3ayat 7: “ Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diampunya yang sekurangkurangnya meliputi penguasaan: materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang akan diampu meliputi: konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata
1
UU RI No.14 Th. 2005, Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm.2-7.
18 pelajaran yang akan diampu.”2 Sedangkan guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan.3 Dalam kamus bahasa Indonesia kompetensi berarti kecakapan.4 Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan metodologi keilmuannya.5 2. Kriteria Profesional Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesional, sebagai berikut: a. Fisik Sehat jasmani dan rohani. Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan/cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik. b. Mental/kepribadian Berkepribadian/berjiwa pancasila. Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik. Berbudi pekerti yang luhur. Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal.
2
http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/4-kompetensi-guru-profesional.html, pada tanggal 25 Agustus 2015, pukul 20:20WIB 3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda Karya, 1997), hlm. 230. 4 Suharto dkk, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Indah, 1996), hlm.141. 5 Suyanto dan Asep Jihad, Op, Cit., hlm 41-43.
19 Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya. Bersifat terbuka, peka, dan inovatif. Disiplin. Memiliki sense of humor. c. Keilmiahan/pengetahuan. Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi. Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik. Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain. Senang membaca buku-buku ilmiah. Mampu
memecahkan
persoalan
secara
sistematis,
terutama
yang
berhubungan dengan bidang studi. Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar. d. Keterampilan Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar. Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi. Mampu menyusun garis besar program pengajaran. Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan.
20 Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah. Kompetensi profesional guru, selain berdasarkan pada bakat guru, unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan guru, sebagai usaha yang berencana dan sistematis melalui berbagai program yang dikembangkan oleh LPTK dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru.6 3. Peranan dan Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar Berdasarkan studi literatur terhadap pandangan Adams and Dickey dalam bukunya Basic Principles of Student Teaching, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 13 peranan seorang guru dalam proses mengajar yang menuntut berbagai kompetensi dan keterempilan dalam mengajar yaitu:7 a. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, yang perlu memiliki keterampilan dalam memberikan informasi kepada kelas. b. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-kelompok murid. c. Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa. d. Guru
sebagai
engatur
lingkungan,
perlu
memiliki
keterampilan
mempersiapkan dan menyediakanalat dan bahan pelajaran. e. Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarankan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan.
6
Oemar Hamalik, PENDIDIKAN GURU Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm.37-38. 7 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi cetakan ke-2, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), hlm.49.
21 f. Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki keterampilan menyelidiki sumbersumber masyarakat yang akan digunakan. g. Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih, dan meramu bahan pelajaran secara profesional. h. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan ketertiban kelas. i. Guru sebagai motivator, perlu mimiliki keterampilan mendorong motivasi belajar siswa. j. Guru sebagai penanya, perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang merangsang kelas berpikir dan cara memecahkan masalah. k. Guru sebagai pengajar, perlu memiliki keterampilan cara memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi. l. Guru sebagai evaluator, perlu memilki koterampilan cara menilai anak-anak secara objektif, kontinu, dan komprehensif. m. Guru sebagai konselor, perlu memilki keterampilan cara membantu anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu
B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin moveers yang berarti menggerakkan. Kata motivasi lalu diartikan sebagai usaha menggerakkan. Motivasi merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam belajar, namun sering kali sulit untuk diukur. Kamauan siswa untuk berusaha dalam belajar merupakan sebuah produk
22 dari berbagai macam faktor, karakteristik kepribadian dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas tertentu.8 Woodworth mengatakan: “A motive is a set predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals”. Suatu motif adalah sesuatu yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu sangat tergantung dari motive yang dimilikinya.9
2. Macam-macam Motivasi Secara umum, motivasi terbagi menjadi dua macam, yaitu: a. Motivasi Intrinsik Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi tanpa adanya rangsangan dari luar, karena di dalam setiap individu sudah ada dorongan melakukan sesuatu. Contoh motivasi intrinsik dalam proses belajar: Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat tujuan, nilai yang tinggi, hadiah dan sebagainya. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu di latar belakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan di butuhkan dan sangat berguna untuk sekarang dan di masa mendatang. 8
Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam Pembelajaran, (Malang: UIN Malang Press, 2010), hlm. 12. Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran: Teori Dan Praktik Pengembangan Konsep, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hlm. 250. 9
23 b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang di pelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak di perlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya.10 3. Fungsi Motivasi Motivasi akan mempengaruhi kegiatan individu untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan dalam segala tindakan. Menurut Dimyati dan Mudjiono, dalam belajar motivasi memiliki beberapa fungsi, yaitu: a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir. b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar. c. Mengarahkan kegiatan belajar. d. Membesarkan semangat belajar.
10
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 115-118.
24 e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.11 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Motivasi bisa ditumbuhkan sejak awal, mungkin karena itu motivasi tidak lahir dengan sendirinya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang tinggi diperlukan adanya motivasi yang tinggi pula. Pada sub bab sebelumnya sudah dijelaskan bahwa motivasi belajar terbagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dalam hal ini Amir Daien Indrakusuma mengemukakan tiga hal yang dapat mempengaruhi motivasi intrinsik, yaitu: a. Adanya kebutuhan. b. Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri. c. Adanya aspirasi atau cita-cita. Sedangkan hal yang dapat mempengaruhi motivasi ekstrinsik, yaitu, ganjaran, hukuman dan persaingan atau kompetisi.12 5. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.13 Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik dalam buku “Proses Belajar Mengajar” bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.14
11
Muhammad faturrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm. 151. 12
Ibid,. hlm. 154 Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam SKS, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hlm. 78. 14 Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 27. 13
25 Definisi lain yang dikemukakan oleh James O. Whittaker bahwa belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.15 6. Tujuan belajar Tujuan belajar dimaksudkan untuk memberikan landasan belajar, yaitu dari bekal pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik sampai ke pengetahuan berikutnya. Tujuan belajar adalah harapan perubahan yang dicapai oleh peserta didik dari adanya proses pembelajaran atau dengan kata lain terciptanya perubahan menuju keadaan yang lebih baik, misalnya perubahan pemahaman seseorang terhadap sesuatu yang positif.16 7. Ciri-ciri Belajar Dari pendapat beberapa ahli tentang definisi belajar, bahruddin dan Esa Nur Wahyuni menyimpulkan ada beberapa ciri-ciri belajar, yaitu: a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). b. Perubahan perilaku relatif permanent. c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi pengetahuan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.17
15
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 126. Muhammad faturrohman dan Sulistyorini, Op.Cit., hlm. 12. 17 Muhammad faturrohman dan Sulistyorini, Op.Cit., hlm. 14. 16
26 8. Ciri – ciri Motivasi belajar a. Pilihan atau memilih yakni tertarik pada mata pelajaran tertentu, dan rajin mencari informasi tentang mata pelajaran tertentu b. Keyakinan untuk sukses yakni gambaran keberhasilan, membuat rencana belajar, dan kemandirian bertindak c. Keuletan dalam berusaha, seperti: keberanian menghadapi kegagalan, kemampuan bangkit dari kegagalan, dan gigih dalam berusaha. 18 9. Hubungan Motivasi dengan belajar Motivasi dan belajar merupakan faktor-faktor yang sama pentingnya bagi performansi siswa. Dengan belajar siswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan-keterampilan baru, sedangkan motivasi memberikan dorongan dan arah terhadap apa yang akan siswa pelajari. Motivasi merupakan sebuah konstruk psikologi yang memberikan banyak pengaruh terhadap belajar dan performansi melalui empat cara, yaitu: a. Motivasi meningkatkan energi siswa untuk melakukan aktivitas dengan sungguh-sungguh, intensif, dan memunculkan usaha yang keras. b. Motivasi memberi arah bagi individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ini berarti motivasi dapat mempengaruhi pilihan-pilihan manusia dalam membuat dan menghasilkan apa yang membuat mereka rasakan, sebagai bentuk kepuasan. c. Motivasi meningkatkan keinginan dan kesungguhan dalam melakukan aktivitas tertentu, serta mempengaruhi kemungkinan siswa akan memulai segala sesuatu berdasarkan tanggungjawab terhadap diri sendiri, dan siap menghadapi kesulitan.
18
http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com, pada tanggal 25 Agustus 2015, pukul 20:20WIB
27 d. Motivasi mempengaruhi strategi belajar dan proses kognitif yang digunakan siswa, sehingga mereka akan memberikan perhatian terhadap sesuatu, mempelajari dan mempraktikannya, dan mencoba belajar secara penuh makna, serta mencari bantuan pada saat siswa menghadapi kesulitan.19
19
Esa Nur Wahyuni, Motivasidalam Pembelajaran, (Malang: UIN Malang Press, 2010), hlm. 40-41.