BAB II LANDASAN TEORI
Penyelesaian masalah yang diteliti di dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori ataupun tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah yang dihadapi.
2.1
Produksi Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi.
Sedangkan sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu produk, dimana didalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, model dan tindakan manajemen (Baroto, 2002, p13). Sistem produksi bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan produksi agar lebih efektif, produktif dan optimal. Perusahaan merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan perusahaan. Proses produksi merupakan aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknik dan lain-lain. Metode perencanaan dan pengendalian produksi yang biasa digunakan pada perusahaan-perusahaan yaitu sistem produksi proyek, Flexible Control System, Material
8
9
Requirement Planning, Just in Time, Optimixed Production Technology, Continuous Process Control System.
2.2
Kualitas Kualitas adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan
dan peningkatan posisi bersaing. Kualitas suatu produk diartikan sebagai derajat atau tingkatan dimana produk atau jasa tersebut mampu memuaskan keinginan dari konsumen (fitness for use). Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen untuk mendapatkan suatu produk, karena konsumen akan memutuskan untuk membeli suatu produk dari perusahaan tertentu yang lebih berkualitas daripada saingan-sainganya.
Pengertian kualitas lainnya dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahli berikut
Juran (1962): “Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan dan manfaat”.
Crosby. C (1979) :“Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliput availability, delivery, reliability, maintainability dan cost effevtiveness”.
Deming (1982) :“Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan masa yang akan dating”.
Scherkenbach (1991) : “Kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan ingin produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut”.
Elliot (1993) :“Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan”.
10
Goetch and Davis (1995) :“Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan”. Sedangkan David A. Garvin (1998) membagi definisi kualitas menjadi 5 sudut
pandang, yaitu : 1.
Transcedental Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur. Prespektif ini umumnya diterapkan dalam karya seni seperti seni musik, seni tari, seni drama dan seni rupa. Untuk produk dan jasa pelayanan, perusahaan dapat mempromosikan dengan menggunakan pernyataan-pernyataan seperti kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), kecantikan wajah (kosmetik), pelayanan prima (bank) dan tempat berbelanja yang nyaman (mall). Definisi seperti ini sangat sulit untuk dijadikan sebagai dasar perencanaan dalam manajemen kualitas.
2.
Product-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual.
3.
User-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang saling memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera (fitness for used) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Pandangan yang subjektif ini mengakibatkan
11
konsumen yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum yang dapat dirasakannya. 4.
Manufacturing-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan persyaratan (conformance quality) dan produser. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya.
5.
Value-based Approach Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Kualitas didefinisikan sebagai “affordable excellence”. Oleh karena itu, kualitas dalam pandangan ini bersifat relative, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang paling tepat beli.
12
2.2.1 Tujuan Kualitas Kualitas adalah elemen penting dalam operasi, selain itu kualitas juga memiliki beberapa pengaruh lain. Pengaruh yang membuat kualitas menjadi penting, yaitu sebagai berikut (Heizer, 2006): 1.
Reputasi Perusahaan Perusahaan yang telah menghasilkan suatu produk atau jasa yang berkualitas akan mendapat predikat sebagai perusahaan yang mengutamakan kualitas. Oleh karena itu, perusahaan tersebut dikenal masyarakat luas dan mendapatkan nilai lebih serta kepercayaan dimata konsumen.
2.
Penurunan Biaya Dalam paradigma lama, untuk menghasilkan produk berkualitas selalu membawa dampak pada peningkatan biaya. Produk yang berkualitas selalu indetik dengan harga mahal. Hal ini jelas terjadi karena produk yang dihasilkan tersebut dibuat sesuai kemampuan perusahaan, sehingga standar kualitas yang digunakan juga hanya ditetapkan oleh pihak perusahaan dan tidak melihat kebutuhan konsumen. Hal ini membuat produk atau jasa yang telah dihasilkan tidak akan laku terjual karena konsumen tidak menginginkannya. Sedangkan paradigma baru berpendapat untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan perusahaan berorientasi pada kepuasan konsumen, yaitu berdasarkan jenis, tipe, waktu dan jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan, sehingga tidak ada pemborosan yang terjadi yang harus dibayar mahal oleh perusahaan. Sehinga “quality has no cost” dapat tercapai dengan tidak menghasilkan produk atau jasa yang tidak dibutuhkan pelanggan.
13
3.
Peningkatan Pasar Pangsa pasar akan meningkat bila minimasi biaya tercapai, sehingga harga bisa ditekan dan waktu kualitas tetap menjadi utama. Hal ini dapat mendorong konsumen untuk membeli lagi produk atau jasa tersebut hingga pasar meningkat.
4.
Pertanggungjawaban Produk Semakin meningkatnya kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, maka perusahaan akan semakin bertanggung jawab terhadap desain, proses dan pendistribusian produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Perusahaan tidak perlu lagi mengeluarkan biaya begitu besar hanya untuk memberikan jaminan terhadap produk yang ditawarkannya.
5.
Dampak Internasional Bila perusahaan mampu memberikan produk yang berkualitas, maka selain dikenal pasar lokal, produk yang ditawarkan juga akan dikenal dan diterima di pasar internasional. Hal ini akan menimbulkan kesan yang baik terhadap perusahaan tersebut.
6.
Kualitas yang Dirasakan Persaingan saat ini bukan lagi masalah harga melainkan kualitas produk, sehingga konsumen terdorong untuk mau membeli dengan harga tinggi dan kualitas tinggi pula. Tetapi kualitas mempunyai banyak dimensi yang bersifat subyektif. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kualitas bukan hanya kualitas produk itu sendiri, melainkan kualitas secara menyeluruh (Total Quality). Total quality merupakan suatu pendekatan untuk melakukan bisnis yang berusaha memaksimalkan persaingan organisasi melalui perbaikan secara menyeluruh dalam kualitas produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan.
14
2.2.2 Peningkatan Kualitas Konsep kualitas lebih banyak dibicarakan dan berkembang pada industri manufaktur dikarenakan permasalahannya lebih nyata sehingga lebih mudah untuk diformulasikan dibandingkan dengan industri jasa. Akibatnya banyak konsep kualitas jasa dipengaruhi dan mengacu pada konsep kualitas yang berkembang pada industri manufaktur. Peningkatan kualitas merupakan suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas serta meneruskan dan menginterpretasikan pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu system industry, untuk meningkatkan kualitas produk guna memenuhi kebutuhan dan ekspeksi pelanggan (Gaaspersz, 2001).
2.3
Pengendalian Kualitas (Quality Control) Pengendalian kualitas adalah aktifitas pengendalian proses untuk mengukur ciri-
ciri kualitas produk, membandingkan dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar. (Purnomo, 2004): Beberapa ahli yang juga mendefinisikan pengendalian kualitas sebagai berikut:
Juran (1994) : “Pengendalian kualitas adalah proses pengaturan melalui pengukuran kinerja mutu aktual, membandingkannya dengan standar dan bertindak berdasarkan perbedaan itu”.
Ariani (1999) : “Pengendalian mutu merupakan salah satu aktivitas proses yang dijalani dalam dunia industri untuk menjaga konsistensi mutu produk dan jasa yang dihasilkan agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar”.
15
Feigenbaum (1996) : “Pengendalian kualitas adalah suatu proses mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang untuk kegiatan manajemen sambil tetap menggunakan cara-cara untuk menjamin hasil yang memuaskan”. Empat tahapan pengendalian kualitas, yaitu :
1. Penetapan standar kualitas dan biaya 2. Konfirmasi hasil produksi, yaitu membandingkan hasil produksi dengan standar tersebut 3. Mengadakan koreksi jika hasil produksi tidak sesuai dengan standar 4. Melakukan usaha-usaha perbaikan terhadap standar yang telah ada, prosesnya, bahan bakunya, atau lingkungan tempat kerja yang bias menjadikan produktifitas naik Berdasarkan waktu pelaksanaan pengendalian, ada tiga macam pengendalian, yaitu: 1.
Preventive control, yaitu pengendalian yang dilakukan sebelum proses produksi dilakukan. Pengendalian ini maksudnya agar proses produksi berjalan lancar sesuai dengan rencana produksi dan biaya yang telah ditetapkan dan mencegah atau menghindari cacat atau pengulangan proses. Jadi sifatnya adalah pencegahan kesalahan proses dan menghindari produk cacat.
2.
Monitoring contol, yaitu pengendalian yang dilakukan pada waktu proses produksi berlangsung. Tujuannya untuk mengendalikan agar hasil akhir sesuai dengan rencana. Jika terjadi penyimpangan terhadap standar harus segera dilakukan koreksi. Koreksi mungkin dilakukan pada mesin, proses, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain. Jadi sifatnya memonitor atau memantau setiap proses berjalan untuk menghindari penyimpangan proses.
16
3.
Repressive control, yaitu pengendalian yang dilakukan setelah semua proses selesai. Repressive control tidak dapat mencegah penyimpangan yang terjadi tetapi sebagai evaluasi untuk mencegah terjadinya kesalahan yang sama pada waktu yang akan dating.
2.3.1
Tujuan Pengendalian Kualitas Tujuan dari pengendalian kualitas adalah untuk mengendalikan kualitas produk
atau jasa yang dapat memuaskan konsumen. Dari pengendalian kualitas yang berdasarkan inspeksi dengan penerimaan produk yang memenuhi syarat dan penolakan yang tidak memenuhi syarat sehingga banyak bahan, tenaga dan waktu yang terbuang, muncul pemikiran untuk menciptakan sstem yang dapat mencegah timbulnya masalah mengenai kualitas agar kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang lagi. Tujuan lain dari pengendalian kualitas yaitu : 1.
Mengusahakan agar hasil produksi (produk) mencapai standar kualitas yang telah ditentukan.
2.
Mengusahakan agar produk-produk yang rusak menjadi sekecil mungkin, karena: dapat menekan biaya inspeksi serendah mungkin, dapat mengusahakan pemakaian bahan baku seefisien mungkin, dapat menekan biaya produksi secara keseluruhan.
3.
Menentukan tindakan perbaikan yang perlu dilakukan bila terjadi produk yang dihasilkan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.
4.
Untuk merencanakan peningkatan mutu dari produk yang dibuat untuk kedepannya.
17
2.3.2
Dimensi Kualitas Produk Menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd (2005) apabila perusahaan
ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing Dimensi kualitas tersbeut terdiri dari : 1.
Performance (kinerja),berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk.
2.
Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk.
3.
Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
4.
Features
(fitur),
adalah
karakteristik
produk
yang
dirancang
untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk. 5.
Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
6.
Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
18
7.
Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi konsumen terhadap produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan Negara asal.
2.4
Manajemen Kualitas (Quality management)
Dr. Joseph M. Juran memberikan definisi tentang manajemen kualitas sebagai suatu kumpulan aktivitas yang berkaitan dengan kualitas tertentu yang memiliki karakteristik:
Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda manajemen atas.
Sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis.
Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking: fokus adalah pada pelanggan dan pada kesesuaian kompetisi; disana adalah sasaran untuk peningkatan kualitas tahunan.
Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan.
Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat.
Pengukuran ditetapkan seluruhnya.
Manajer atas secara teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan sasaran.
Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik.
Sistem imbalan (reward system) diperbaiki.
19
Adapun prinsip-prinsip manajemen kualitas produk yaitu (Gaspersz, 2001) 1. Focus pada pelanggan Organisasi tergantung pada pelanggannya, oleh karena itu hendaknya perusahaan memahami kebutuhan kini dan mendatang dari pelanggannya (current and future customer needs) dan hendaknya memenuhi dan melampaui harapan pelanggan (customer expectations). 2. Kepemimpinan Pemimpin menetapkan kesatuan tujuan arah organisasi. Mereka hendaknya menciptakan dan memelihara lingkungan internal tempat karyawan dapat melibatkan
dirinya
secara
penuh
dalam
pencapaian
sasaran
organisasi
(organization’s objective). 3. Keterlibatan orang Karyawan pada seluruh tingkatan organisasi adalah inti sebuah organisasi dan keterlibatan penuh, memungkinkan kemampuannya dipakai untuk manfaat organisasi. 4. Pendekatan proses Hasil yang dikehendaki bisa tercapai lebih efisien bila kegiatan dan sumber daya yang terkait dikelola sebagai suatu proses. 5. Pendekatan sistem terhadap manajemen Mengetahui, mengenal, memahami dan mengelola suatu proses yang saling terkait sebagai sistem member sumbangan pada keefektifan dan efisiensi organisasi dalam mencapai sasarannya.
20
6. Perbaikan terus menerus Perbaikan yang berkesinambungan pada suatu organisasi secara menyeluruh hendaknya dijadikan sasaran tetap organisasi. 7. Pengambilan factual dalam pengambilan keputusan Keputusan yang efektif didasarkan pada data dan informasi yang tepat. 8. Hubungan dengan rekanan yang saling menguntungkan Sebuah organisasi dan pemasoknya saling bergantung satu sama lain dan menjadikan suatu hubungan yang saling menguntungkan dalam meningkatkan kemampuan keduanya untuk menciptakan nilai (value). Sebagai konsep pengembangan berkelanjutan yang melibatkan tenaga kerja, diperlukan instrument yang dapat membantu mengatasi masalah secara sistematis. Instrument pertama dalam peningkatan kualitas adalah berhubungan dengan TQM yang difokuskan pada aspek penyelesaian masalah tentang issue operasional yang terjadi setiap hari. Instrument dasar peningkatan kualitas ini banyak digunakan diseluruh dunia oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan upaya total quality. Teori ini disebut sebagai The Basic Quality Improvement Tools yang mencakup sepuluh instrument, yaitu : 1.
Brainstorming.
2.
Multi-voting.
3.
Nominal Group Technique (NGT).
4.
Flow Chart.
5.
Cause and Effect Diagram.
6.
Data Collection.
7.
Pareto Chart.
21
8.
Histogram.
9.
Scatter Diagram.
10. Control Chart.
2.5
Six Sigma Menurut beberapa ahli six sigma dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.
Six Sigma adalah konsep statistic yang mengukur suatu proses yang berkaitan dengan cacat pada level enam (six) sigma hanya ada 3,4 cacat dari sejuta peluang. Six Sigma pun merupakan falsafah manajemen yang berfokus untuk menghapus cacat dengan cara menekankan pemahaman, pengukuran dan perbaikan proses (Brue, 2002:72)
b.
Six Sigma adalah sebuah sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan dan memaksimalkan sukses bisnis. Six Sigma secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap fakta, data dan analisis statistic, serta perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki dan menanambkan kembali proses bisnis (Pande, 2002:XI).
c.
Six Sigma merupakan suatu metode ata tehnik pengendalian dan peningkatan kualitas dramatic yang merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas (Gasperz, 2001: 301).
22
2.5.1 Dasar Six Sigma Dari perspektif pengukuran, six sigma mewakili tingkatan kualitas dimana kesalahan paling bamyak berjumlah 3,4 cacat per satu juta kemungkinan. Jika perusahaan sudah mencapai level 6 sigma berarti dalam proses tersebut mempunyai peluang untuk cacat atau melakukan kesalahan sebanyak 3,4 kali dari 1.000.000. Sekumpulan data yang sangat besar atau dapat dikatakan sebagai populasi, rata-ratanya dikenal dengan \x (mu) dan standar deviasinya dikenal sebagai σ (Sigma). Dalam Six Sigma ditemukan pengujian hipotesis, atau dugaan sementara terhadap produk.
Gambar 2.1. Hubungan Kurva Normal dan Batas Sigma Area yang berada di luar kurva dinamakan dengan persentasi yang menggambarkan kecacatan yang sering dikaitkan dengan DPM (defects permillion). Nilai dari DPM ini juga berkaitan dengan kapabilitas proses yang sering kali digunakan untuk menggambarkan kondisi dari proses apakah sudah mampu memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Defects Per Million Opportunities (DPMO) atau kegagalan per sejuta kesempatan merupakan satuan ukuran cacat terhadap kualitas produk ataupun kualitas proses, sebab berkorelasi langsung dengan biaya dan waktu terbuang. Atau bisa juga diartikan sebagai ukuran kegagalan dalam program peningkatan kualitas Six Sigma, yang menunjukkan kegagalan per sejuta kesempatan. Defects Per Million Opportunities (DPMO) atau kegagalan per sejuta kesempatan merupakan satuan ukuran cacat terhadap
23
kualitas produk ataupun kualitas proses, sebab berkorelasi langsung dengan biaya dan waktu terbuang.
Tabel 2.1.Hubungan Kuantitatif antara Sigma, DPMO dan Cpk Sigma 1σ 2σ 3σ 4σ 5σ 6σ
2.5.2
Cacat / Kesalahan % DPMO 69.15% 691,462 DPM 30.85% 308,536 DPM 6.68% 66,807 DPM 0.62% 6,210 DPM 0.0233% 233 DPM 0.00034% 3.4 DPM
Cpk 0.33 0.67 1.00 1.33 1.67 2.00
Konsep Six Sigma Konsep six sigma adalah apabila produk diproses pada tingkat kualitas six
sigma, maka perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan atau mengharapkan 99,999% dari apa yang diharapkan pelanggan. Six Sigma dijadikan alat ukur untuk menciptakan metode atau strategi yang tepat dalam proses transaksi antara pihak produsen dan pelanggan. Six Sigma juga menerapkan strategi atau terobosan dalam perusahaan yang memungkinkan perusahaan tersebut dapat maju dan meningkat pesat tingkat produktivitasnya (Gasperz, 2002:9). Terdapat enam aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep six sigma, yaitu: identifikasi produk, identifikasi pelanggan, identifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk pelanggan, definisi proses, hindarkan kesalahan dalam proses dan hilangkan pemborosan (waste), tingkatkan proses secara terus-menerus.
24
2.5.3 Tema Six Sigma Menurut Pande (2002), terdapat enam tema dalam six sigma, yaitu: 1.
Fokus sungguh-sungguh pada pelanggan sebagai prioritas utama. Six sigma menjelaskan bagaimana perusahaan menentukan persyaratan pelanggan, sehingga dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan.
2.
Manajemen yang digerakkan oleh data dan fakta. Six sigma membantu para manajer untuk mendukung keputusan dan solusi yang dikendalikan oleh fakta.
3.
Fokus pada proses, manajemen oleh fakta. Proses adalah tempat untuk memulai tindakan. Six sigma meyakinkan para manajer bahwa penguasaan proses merupakan cara untuk membangun keunggulan kompetitif dan mengirimkan nilai pada pelanggan.
4.
Manajemen Proaktif, adalah lawan dari reaktif yang berarti bertindak sebelum terjadinya suatu peristiwa, namun dalam dunia nyata sering diabaikan. Six sigma mencakup sejumlah alat dan praktek yang menggantikan kebiasaan reaktif dengan gaya manajemen yang proaktif, dinamis dan responsive.
5.
Kolaborasi tanpa batas, six sigma memperluas peluang untuk kolaborasi jika orangorang dalam perusahaan dapat melakukan hak dan kewajibannya secara seimbang. Dengan demikian, tidak ada saling ketergantungan yang besar dalam sebuah proses di semua bagian.
6.
Dorongan untuk sempurna, toleransi terhadap kegagalan. Tidak ada perusahaan yang akan memasuki six sigma tanpa ide-ide dan pendekatan baru yang memungkinkan terjadinya risiko. Six sigma mendorong perusahaan untuk terusmenerus melangkah menuju kesempurnaan serta bersedia untuk menerima dan mengelola kemunduran yang terjadi.
25
2.5.4
Istilah dalam Konsep Six Sigma Beberapa istilah tersebut dikemukakan dalam konsep six sigma (Gasperz,
2001), yaitu : 1.
Black Belt, merupakan pemimpin tim yang bertanggung jawab untuk pengukuran, analisis, peningkatan dan pengendalian proses-proses kunci yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan atau pertumbuhan produktivitas. Black belt adalah orang yang menempati posisi pemimpin paruh waktu.
2.
Green Belt, perannya tidak paruh waktu, berpartisipasi pada proyek six sigma yang ditangani oleh Black Belt dalam konteks tanggung jawab yang telah ada pada mereka, mempelajari metodologi six sigma untuk dapat diaplikasikan pada proyek tertentu berskala kecil, melanjutkan mempelajari dan mempraktikkan metode dan alat six sigma setelah proyek six sigma berakhir.
3.
Master Black Belt, adalah guru yang melatih Black Belt yang menangani sekitar 20-30 orang Black Belt, sekaligus mentor dan atau konsultan proyek six sigma yang sedang ditangani oleh Black Belt.
4.
Champion, adalah individu yang berada pada manajemen yang memahami six sigma dan bertanggung jawab untuk keberhasilan dari six sigma.
5.
Critical to Quality (CTQ), merupakan atribut-atribut yang sangat penting untuk diperhatikan karena terkait langsung dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
6.
Defect, yaitu kegagalan untuk memberikan apa yang diinginkan oleh pelanggan.
7.
Defect per Million Opportunies (DPMO), merupakan ukuran kegagalan dalam program peningkatan kualitas six sigma yang menunjukkan kegagalan per sejuta kesempatan. Target pencapaian six sigma adalah 3,4 DPMO per sejuta peluang. Artinya dalam satu unit produk tunggal terdapat rata-rata kesempatan untuk gagal
26
dari karakteristik CTQ (critical to quality) adalah hanya 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) bukan berarti bahwa terjadi 3,4 jenis kecacatan daris ejuta output yang diproduksi. 8.
Variation, adalah apa yang pelanggan lihat dan rasakan dalam proses transaksi antara pemasok dan pelanggan itu. Semakin kecil variasi akan semakin disukai Karen menunjukkan konsistensi dalam kualitas.
9.
Define, Measure, Analyze, Improve dan Control (DMAIC), merupakan proses untuk peningkatan terus-menerus menuju target six sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik, berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta.
10. Project Team Member, anggota tim proyeksi six sigma harus menerima pelatihan dasar tentang metode dan alat six sigma agar mampu menerapkannya dalam proyek spesifik atau proyek pendukung yang melintasi fungsi dalam organisasi di bawah petunjuk Black Beltanggota tim proyek dapat mengumpulkan dan menganalisis data, juga membantu mempertahankan hasil yang telah dicapai melalui proyek six sigma itu.
2.5.5
Tahap-tahap Implementasi Pengendalian Kualitas Six Sigma Dalam pengaplikasian pengendalian kualitas dengan menggunakan metode six
sigma digunakan metode DMAIC, yaitu : (Gasperz, 2002) 1.
Define, Menentukan permasalahan yang berasal dari Kebutuhan Customer yang dilanjutkan dengan menentukan target dari improvement yang akan dilakukan.
27
Tahapan untuk Define, diantaranya : 1). Memilih Project a.
Voice of Customers (VOC) adalah suara yang berasal dari internal atau eksternal customers yang mencerminkan semua keinginan customers tersebut terhadap produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan.
b.
Voice of Business (VOB) adalah suara yang berasal dari Business proses sebagai implementasi dari market issue yang sedang berkembang, biasanya VOB diperoleh dari management direction atau management strategy.
c.
Big Y adalah :
Klarifikasi arah pencapaian secara sistematis di dalam optimalisasi poin-poin pencapaian secara menyeluruh
Index Output dari theme/strategy management
Index pencapaian dalam jangka waktu menengah/panjang supaya menjadi world best.
Gambar 2.2 Proses untuk menentukan Big Y
28
2). Memilih Project Y Menentukan project yang mempunyai effect yang significant terhadap management Goal dan Customer requirement dengan cara menentukan CTQ dan Y project.
Gambar 2.3 Memilih project Y Tools yang dipakai dalam tahap define meliputi SIPOC, Prosess Mapping, Logic Tree, Fish-bone diagram, metode QFD, FMEA atau Pareto Analysis. Metode QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu system yang sistematik dan tepat yang mengubah kebutuhan pelanggan menjadi kebutuhan perusahaan, yang dapat di gambarkan sebagai berikut :
29
Gambar 2.4 Pemilihan Project dengan QFD Sedangkan FMEA sendiri adalah metode analisis untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan kegagalan dari mempelajari atau menilai modus potensial kegagalan produk/proses dan efeknya. Aktivitas utama dalam tahap define ini adalah menentukan masalah/issue (Y) yang menjadi critical to to quality (CTQ) yang di peroleh dari VOC atau VOB, nantinya masalah /issue (Y) yang telah di tentukan tersebut akan di klarifikasi pada tahap measurement.
30
2.
Measure, Merupakan tindak lanjut dari tahapan define. Pada tahapan ini akan dilakukan pengukuran-pengukuran pada proses yang berlangsung. Pengukuran tersebut menjadi suatu standar terhadap CTQ (Critical to Quality) yang teridentifikasi dan telah didefinisikan sebelum dilakukan perbaikan-perbaikan. Di sini mengklarifikasi dan menentukan Y baseline dengan mengukur capability proses saat ini yang berguna untuk menentukan arahan dan target improvement. Tahapan untuk Measure, diantaranya : 1) Setup rencana pengumpulan data
Gambar 2.5 Setup rencana pengumpulan data Dalam statistik terdapat 4 skala data: a.
Skala Nominal, Ciri : Sebagai pembeda Tidak berlaku operasi Matematika Contoh : Jenis Kelamin, Jenis Warna, dsb.
31
b.
Skala Ordinal, Ciri : Sebagai pembeda Tidak berlaku operasi matematika Terdapat tingkatan. Contoh : Jenjang Pendidikan, Jabatan, dsb.
c.
Skala Interval, Ciri : Sebagai pembeda Tidak berlaku operasi Matematika Terdapat tingkatan. Nilai nol tidak absolut/patokan tidak harus dari nilai nol. Contoh : Temperatur, dsb.
d.
Skala Rasio, Ciri : Sebagai pembeda Tidak berlaku operasi Matematika Terdapat tingkatan. Nilai nol absolut/patokan dari nilai nol. Contoh : Temperatur, dsb.
Secara umum tipe data terbagi menjadi 2 : 1) Data Continuous, yaitu data hasil pengukuran, biasanya berupa desimal (Interval & Ratio).à bisa dibuat kategori (discrete). Cnth : 20oC; 22,1 cm, dsb. 2) Data Discrete, yaitu data hasil menghitung, tidak terdapat desimal (Nominal & ordinal). à tidak bisa dibuat jadi continuous. Contoh: 100 Orang, 200 Kulkas, dsb.
32
Alat yang digunakan untuk setup rencana pengumpulan data adalah : 1.
Sampling
Gambar 2.6 Sampling Type 2.
Gage R&R Repeatability adalah variasi pengukuran yang disebabkan oleh pengukuran yang berulang-ulang oleh operator yg sama dengan alat ukur dan part yang sama (variasi yang diakibatkan oleh alat ukur). Reproducibility adalah variasi pengukuran yang disebabkan oleh pengukuran dari operator yang berbeda terhadap part yang sama oleh alat ukur yang sama (variasi yang disebabkan oleh operator). Tujuan Gage R&R study : Untuk memeriksa apakah metoda sistem pengukuran yang telah dilakukan dapat diterima secara analisis statistik.
33
Gambar 2.7 Panduan Gage R&R
Gambar 2.8 Contoh jumlah pengukuran dengan 3 operator berbeda
2) Memeriksa kondisi saat ini Untuk pemeriksaan pada step ini alat yang digunakan adalah : 1.
Capability current analysis Perhitungan yang dilakukan yang ada pada data yang timbul adanya permasalahan yang berhubungan dengan cacat produk.
34
Dengan menggunakan tabel konversi ppm dan sigma, dapat diketahui level sigma. Cara menentukan DPMO adalah sebagai berikut : a.
Menghitung Defect per unit (DPU) : 𝑫𝑷𝑼 =
b.
Menghitung Defect Per Total Opportunity (DPO) : 𝑫𝑷𝑶 =
c.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝐶𝑎𝑐𝑎𝑡 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
Menghitung Rolled Throughput Yield (YRT) : 𝐘𝐑𝐓 = 1 −
d.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑎𝑐𝑎𝑡 × 100% 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙
Menghitung Normalized Yield (YNA) dan P (defect) : 𝐘𝐍𝐀 = 𝑌𝑅𝑇
1 𝑂𝑝𝑝
𝑷 𝒅𝒆𝒇𝒆𝒄𝒕 = 1 − 𝑌𝑁𝐴 e.
Menghitung DPMO dengan terlebih dahulu menentukan probabilitas jumlah kerusakan 𝑫𝑷𝑴𝑶 = 𝐷𝑃𝑂 × 1,000,000
f.
Menghitung Sigma Level : 𝑍𝑠𝑡 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑆𝑖𝑔𝑚𝑎 𝐿𝑒𝑣𝑒𝑙 = 𝑍𝑙𝑡 + 1.5
2.
Capability process analysis Kapabilitas proses adalah kisaran dimana variasi alami suatu proses terjadi akibat penyebab umum suatu sistem atau dengan kata lain, pencapaian suatu proses dalam kondisi stabil. Kapabilitas proses penting baik bagi desainer produk dan teknik produksi dan amat penting untuk mencapai tingkatan kerja six sigma.
35
Gambar 2.9 Contoh Hasil Perhitungan Capability Analysis dengan menggunakan minitab
3.
4 Blok diagram Pada tahap 4 blok diagram ini digunakan untuk menentukan improvement direction, apakah memperbaiki control atau technology.
Gambar 2.10 Contoh 4 Block Diagram
36
3.
Analyze, Menguji data yang dikumpulkan pada fase measure untuk menentukan daftar prioritas dari sumber variasi. Fase ini mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada proses dan bagaimana menidentifikasi masalah yang terjadi di perusahaan. Tahapan untuk Analyze, diantaranya : 1)
Menyeleksi vital factor (menentukan possible X’s, klarifikasi vital faktor). Alat yang digunakan untuh tahap ini adalah : 1. Brain Storming Brain storming adalah mengungkap ide-ide dengan cepat. Yang perlu diperhatikan dalam Brainstorming adalah : -
Tidak boleh mengkritik setiap ide yang disampaikan oleh setiap anggota tim
-
Catat semua ide yang disampaikan tanpa kecuali
-
Semua anggota tim harus hadir dalam kegiatan Brainstorming
-
Hargai semua ide-ide yang disampaikan walaupun terkadang tidak masuk akal
2. Logic tree Diagram Logic Tree (Structure Tree, Why-Because) : -
Kita dapat menggunakan Logic Tree untuk menemukan faktor-faktor (X) yang mempengaruhi CTQ (Y) pada fase analisis dalam Six Sigma
-
Kita dapat membuat Logic Tree dengan mengatur kategori-kategori utama di sebelah kiri
37
-
Perhatikan prinsip-prinsip MECE (Mutually Exclusive and Collective Exhaustive)
3. Fish Bone Diagram Diagram fish bone digunakan untuk melihat hubungan sebab dan akibat yang ditinjau dari akar penyebab dan akar permasalahan dalam aktivitas kerja. Diagram fish bone terdiri dari manusia, metode, material, mesin dan lingkungan.
Gambar 2.11 Contoh Fish Bone Diagram 2)
Pengujian faktor penyebab (evaluasi terhadap vital faktor apakah benar-benar merupakan penyebab utama dari permasalahan Y). Alat yang digunakan untuk tahap ini adalah Statistical Inference (Hypothesis Testing). Hipotesis adalah asumsi atau dugaan populasi dan memutuskan kebenaran hipotesis berdasarkan analisis data ( Informasi dari sampel ). Langkah-Langkah Pengujian Hipotesis : 1. Menuliskan Pernyataan Hipotesis Pernyataan seseorang dituangkan ke dalam 2 jenis hipotesis : a.
Hipotesis Nol (H0)
38
Apabila pernyataan seseorang mengandung tanda sama dengan maka pernyataan itu terlebih dahulu di tempatkan pada hipotesis nol (H0), kemudian tempatkan pada hipotesis alternatif. b.
Hipotesis Alternatif (H1) Apabila pernyataan seseorang tidak mengandung tanda sama dengan maka pernyataan itu terlebih dahulu ditempatkan pada hipotesis alternarif, kemudian tempatkan pada hipotesis nol yang mengandung tanda sama dengan.
2. Menentukan Derajar kesalahan (α), biasanya digunakan 5% atau 1%. 3. Menentukan Statistik Uji. 4. Perhitungan (data dari sampel) → gunakan MINITAB → perhatikan nilai P-Value. 5. Kesimpulan - Jika p-value LEBIH BESAR dari α, maka kita MENERIMA H0 - Jika p-value LEBIH KECIL dari α, maka kita MENOLAK H0
6.
Improve, Menentukan object yang akan diperbaiki yang dihasilkan dari proses analisis ( Improve Vital few Factor yang merupakan penyebab utama dari masalah). Tahapan ini akan membahas tentang ide-ide untuk melakukan suatu perbaikan berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan. Tahapan untuk Improve, diantaranya : 1) Optimal plan selection (design dari improvement plan serta memilih nilai optimal dari permasalahan). Alat yang digunakan adalah DOE, RSM, dan sebagainya.
39
DOE (Design of Experiment), yaitu menentukan awal mengenai pengambilan data dari proses eksperimen dan analisa data sehingga kita mendapatkan informasi yang akurat melalui eksperimen tersebut. Tujuan DOE anatara lain : -
Menentukan hubungan cause-effect antara proses input dan karakteristik produk.
-
Menentukan kondisi proses dari factor.
-
Menentukan sumber variasi pada critical proces.
-
Menentukan persamaan model pada proses.
-
Menentukan nilai optimal dari faktor.
2) Melaksanakan dan verifikasi Result analysis : Menentukan Benefit dari Improvement
Gambar 2.12 Contoh Result Analysis 7.
Control, Memberikan suatu standarisasi untuk menstabilisasi hasil improvement yang optimal, serta merencanakan suatu aktivitas pengontrolan. Set rencana operasi proses standard untuk memahami quality sistem secara praktis dan untuk menjaga hasil yang sudah diimprove secara terus-menerus.
40
Control setelah melakukan improvemen dengan diantaranya adalah : 1) Standarisasi 2) Monitoring & Kontrol 3) Spread/Share Outcome
2.5.6 Strategi Six Sigma Pengetahuan tentang pelanggan dan ukuran-ukuran yang efektif merupakan “bahan bakar” dalam sistem six sigma. Keduanya mendorong mesin yang terdiri dari tiga unsur dasar yang semuanya berfokus pada proses-proses organisasi. Hubungan tersebut merupakan salah satu inovasi yang membuat six sigma berhasil (Nasfiendry, 2003:278). 1.
Perbaikan Proses, mengacu pada sebuah stratgei untuk membangun solusi yang terfokus untuk mengeliminasi akar penyebab masalah kinerja bisnis.
2.
Perancangan Ulang Proses, sasarannya bukanlah memperbaiki, namun mengganti sebuah proses atau bagian dari proses dengan proses yang baru. Model ini terkait dengan perancangan produk dimana prinsip-prinsip six sigma yang digunakan untuk menciptakan produk barang atau jasa yang terkait dengan kebutuhan pelanggan dan divalidasi dengan data dan pengujian.
3.
Manajemen Proses, infrastruktur untuk kepemimpinan six sigma.
2.5.7
Manfaat Six Sigma Menurut Pande (2002) ada beberapa manfaat six sigma bagi perusahaan, yaitu:
1.
Mengahasilkan sukses berkelanjutan. Six sigma menciptakan keahlian dan budaya untuk terus-menerus bangkit kembali.
41
2.
Mengatur tujuan kinerja bagi setiap orang. Six sigma menciptakan sebuah tujuan bersama yang konsisten untuk semua fungsi, unit bisnis, dan individu yang mempunyai sasaran dan target yang berbeda-beda, tujuannya yakni sempurna 99,9997% atau cacat dalam sejuta peluang.
3.
Memperkuat nilai pada pelanggan, artinya mempelajari nilai apa yang berarti bagi pelanggan dan merencanakan bagaimana mengirimkan kepada mereka secara menguntungkan, karena pengiriman jasa yang bermutu/bebas cacat saja tidaklah menjamin sukses.
4.
Mempercepat tingkat perbaikan. Dengan teknologi informasi yang menentukan kecepatan langkah, harapan terhadap perbaikan semakin nyata. Six sigma membantu perusahaan untuk tidak hanya meningkatkan kinerja tetapi juga meningkatkan perbaikan. Perusahaan yang tercepat melakukan perbaikan kemungkinan besar akan memenangkan persaingan.
5.
Mempromosikan pembelajaran dan “cross-polination”. Six sigma merupakan pengembangan dan penyebaran ide-ide baru di sebuah organisasi keseluruhan. Orang-orang terlatih dengan keahlian dalam banyak proses serta bagaimana mengelola dan memperbaiki proses, dapat dipindah ke divisi lain dengan kemampuan untuk menerapkan proses dengan lebih cepat. Ide-ide mereka dapat dibagikan sehingga kinerja lebih mudah untuk diperbandingkan.
6.
Melakukan perubahan strategi. Memperkenalkan produk baru, meluncurkan kerja sama baru dan memasuki pasar baru adalah aktivitas-aktivitas bisnis sehari-hari yang biasa dilakukan oleh perusahaan. Dengan lebih memahami proses dan prosedur perusahaan akan memberikan kemampuan yang lebih besar untuk
42
melakukan penyesuaian kecil ataupun perubahan beasr yang dituntut oleh sukses bisnis.