5
BAB II LANDASAN TEORI
II.1 Manajemen Stratejik
Dalam upaya mencapai tujuan usahanya, perusahaan membutuhkan suatu perencanaan strategis untuk menetapkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Semua perusahaan memiliki strategi baik secara implisit maupun eksplisit, dan esensi dari strategi bisnis adalah menciptakan keunggulan kompetitif atas pesaing-pesaing. Strategi didefiniskan oleh Michael E. Porter (Porter, 1980) sebagai kumpulan kegiatan yang terintegrasi yang ditujukan untuk meningkatkan kondisi (well-being) dalam jangka panjang dan kekuatan dari suatu perusahaan relatif terhadap para pesaingnya. Manajemen stratejik mencakup penetapan strategi, implementasi dan penyesuaian strategi pada kondisi yang terjadi pada saat implementasi. Salah satu tehnik yang sering digunakan untuk mengembangkan strategi bisnis adalah Critical Success Factor (CSF). CSF didefinisikan oleh Rockart (Rockart, 1979) sebagai sejumlah area yang terbatas yang hasilnya, jika memuaskan, akan meyakinkan keberhasilan kinerja kompetitif bagi suatu organisasi. Suatu CSF harus dapat dihubungkan dengan tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian suatu perusahaan dapat menentukan, mengukur dan menetapkan prioritas atas berbagai kegiatan ata kondisi yang ingin dicapai.
6
II.2
Strategi Sistem Informasi atau Teknologi Informasi
II.2.1 Definisi
Strategi sistim informasi mendefinisikan (Ward dan Peppard , 2002, p. 44) kebutuhan organisasi akan informasi dan sistim untuk mendukung keseluruhan strategi bisnis. Strategi teknologi informasi memperhatikan garis besar pandangan atas bagaimana kebutuhan organisasi akan informasi dan sistim akan didukun oleh teknologi. Suatu strategi sistim informasi (SI) dan teknologi informasi (TI) diperlukan untuk meyakinkan bahwa sistim dan teknologi yang diterapkan oleh perusahaan akan membantu pencapaian tujuan perusahaan. Untuk itu diperlukan penyejajaran (alignment) strategis antara strategi SI dan TI dengan startegi bisnis. Keberhasilan dalam mengelola SI dan TI mencakup maksimisasi tingkat pengembalian investasi dalam SI dan TI, dan memungkinkan penggunaan informasi yang dihasilkan untuk menjalankan strategi dalam mencapai tujuan.
II.2.2 Pendekatan Untuk Pengembangan Strategi SI Dan TI
Untuk mengembangkan suatu strategi SI dan TI yang sesuai dengan strategi bisnis diperlukan pendekatan yang sesuai dengan nilai strategis dari SI dan TI. Pendekatan untuk pengembangan strategi SI dan TI (Earl, 1996) dibagi menjadi lima tahap yaitu: 1. Didorong oleh bisnis (Business led)
Pengembangan SI dan TI dilakukan berdasarkan strategi bisnis yang ada. Pendekatan ini mengharuskan pengembangan strategi SI dan TI berdasarkan strategi bisnis tanpa melihat peluang bisnis yang muncul dari SI dan TI..
7
2. Didorong oleh metode (Method driven)
Pendekatan ini menggunakan metodologi untuk mengidentifikasi kebutuhan SI dengan menganalisis proses bisnis, kebutuhan akan informasi dan hubungan antara proses bisnis dengan informasi. 3. Teknologi
Pendekatan ini menggunakan model proses dan informasi dengan menggunakan computer aided software engineering untuk menghasilkan suatu cetak biru rencana SI dan TI. 4. Administratif
Pendekatan ini menggunakan anggaran sebagai alat untuk menetapkan investasi SI dan TI, dan rencana penggunaan sumber daya untuk menghasilkan aplikasi SI yang telah disetujui. 5. Organisasi
Pendekatan ini mengambil pandangan secara konsensus dari seluruh organisasi untuk menentukan bagaimana SI dan TI dapat menjadi fasilitator untuk pencapaian tujuan perusahaan.
II.2.3 Pendekatan Untuk Identifikasi Kebutuhan Informasi Untuk Mencapai Tujuan Perusahaan
Setelah strategi SI dan TI telah ditetapkan, perlu diidentifikasi kebutuhan informasi secara spesifik bagi pencapaian masing-masing tujuan perusahaan. Alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tujuan perusahaan dan tolok ukur yang dipakai untuk menilai tingkat keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan adalah balanced scorecard (BSC). BSC digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dari empat perspektif, yaitu keuangan, bisnis internal, konsumen dan, inovasi dan pembelajaran.
8
Alat yang digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dalam BSC adalah CSF. CSF berguna untuk memahami kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dan tingkat pentingnya kegiatan tersebut bagi perusahaan. Dengan demikian CSF menjadi alat bantu untuk melakukan prioritasi atas berbagai kegiatan yang ada. Selanjutnya, dengan melakukan konsolidasi BSC dengan CSF, pemahaman atas kegiatan-kegiatan perusahaan dengan pencapaian tujuan menjadi lebih jelas. Setelah itu, dilakukan pengkajian kebutuhan akan informasi yang dapat membantu pencapaian pelaksanaan CSF.
II.3
Manajemen Pemasaran
II.3.1 Strategi Pemasaran
Dalam proses perencanaan strategis, pemasaran memegang peranan yang penting. Perencanaan strategi pemasaran didefinsikan (Kotler, 2003) sebagai penentuan pasar sasaran dan value proposition yang akan ditawarkan berdasarkan analisis dari peluang pasar yang terbaik. Perencanaan pemasaran merupakan instrumen utama yang digunakan untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan upaya pemasaran. perencanaan pemasaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu: 1. Memilih Nilai
Sebelum produk dibuat, proses segmentasi, penetapan sasaran dan penetapan posisi (segmentation, targeting, positioning) harus dilakukan. 2. Menyediakan Nilai
Setelah nilai ditentukan, fitur produk, harga, jalur distribusi ditetapkan. 3. Mengkomunikasikan Nilai
9
Promosi, iklan, tenaga penjualan dan alat promosi lainnya digunakan untuk menginformasikan dan mempromosikan produk kepada pasar sasaran.
II.3.2
Perancangan Jalur Pemasaran
II.3.2.1 Definisi
Dalam proses perencanaan pemasaran, perusahaan harus melakukan perencanaan jalur distribusi (marketing or distribution channel) agar nilai yang ditawarkan dapat sampai ke tangan konsumen. Jalur distribusi (Kotler, 2003) didefinisikan sebagai organisasi – organisasi yang saling tergantung dalam proses penyediaan produk atau jasa untuk digunakan atau untuk konsumsi. Keputusan pemilihan jalur distribusi ini akan mempengaruhi seluruh aspek pemasaran lainnya.
II.3.2.2 Kelompok Jalur Distribusi
Jalur distribusi dibagi menjadi 3 tingkat (Kotler, 2003) berdasarkan jumlah intermediaries dari produsen hingga konsumen akhir sebagai berikut: 1. Jalur tanpa tingkat (Zero level channel)
Merupakan jalur distribusi di mana produsen memasarkan produk secara langsung kepada konsumen akhir. 2. Jalur satu tingkat (One level channel)
Merupakan jalur distribusi di mana produsen memasarkan produk melalui satu perantara kepada konsumen akhir, seperti pedagang eceran. 3. Jalur dua tingkat (Two level channel)
10
Merupakan jalur distribusi di mana produsen memasarkan produk melalui dua perantara kepada konsumen akhir, seperti pedagang besar dan eceran. 4. Jalur tiga tingkat atau lebih (Three level channel)
Merupakan jalur distribusi di mana produsen memasarkan produk melalui tiga atau lebih perantara kepada konsumen akhir.
II.3.2.3 Tahapan Perancangan Jalur Distribusi
Perancangan jalur distribusi mencakup empat langkah (Kotler, 2003) sebagai berikut: 1. Analisis kebutuhan konsumen Perusahaan harus melakukan analisis atas kebutuhan konsumen akan jalur distribusi untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut: a. Lot size yaitu jumlah unit produk minimum yang dapat dibeli
konsumen dari perantara. b. Waktu tunggu konsumen untuk memperoleh produk dari perantara. c. Kenyamanan ruang yaitu tingkat kenyamanan yang diberikan
perantara kepada konsumen untuk membeli produk tersebut. d. Keragaman produk yang dapat disediakan oleh perantara. e. Pelayanan yang dapat diberikan oleh perantara seperti penjualan
secara kredit, pengiriman barang, instalasi dan perbaikan. 2. Penetapan tujuan jalur distribusi Perusahaan menetapkan tujuan jalur distribusi berdasarkan kebutuhan konsumen akan jasa yang dapat diberikan jalur distribusi tersebut. 3. Identifikasi alternatif jalur distribusi Perusahaan mengkaji alternatif jalur distribusi untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang tidak dapat dipenuhi melalui satu jalur distribusi. 4. Evaluasi alternatif jalur distribusi
11
Perusahaan mengevaluasi berbagai alternatif jalur distribusi yang ada dengan kriteria seperti biaya, tingkat pengendalian dan tingkat kesesuaian. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan suatu jalur distribusi (Lambert dan Stock, 1993) yaitu: 1. Tujuan cakupan pasar a. Perilaku pembelian konsumen
Perusahaan perlu menetapkan hal-hal apa yang akan memotivasi segmen pelanggan potensial untuk membeli produk perusahaan dan memilih perantara yang paling efisien dan efektif dalam melakukan fungsi penjualan. b. Jenis distribusi
Terdapat tiga jenis distribusi yaitu distribusi intensif, eksklusif dan selektif. Dalam distribusi intensif, produk dijual kepada banyak perantara.Produk – produk yang sesuai untuk jalur ini adalah yang termasuk convenience goods. Dalam jalur distribusi eksklusif, suatu perantara diberikan hak khusus untuk mendistribusikan produk, biasanya untuk wilayah tertentu. Jalur ini sesuai untuk produk-produk yang termasuk dalam kategori specialty goods atau jika produsen ingin mengendalikan jalur distribusi mereka. . Dalam jalur distribusi selektif, beberapa perantara dijadikan jalur distribusi tetapi tidak memegang hak eksklusif untuk menjual produk. Jalur distribusi ini digunakan jika produsen ingin memilih jalur distribusi yang memiliki reputasi yang sesuai dengan kebutuhan atau produk yang dijual membutuhkan penanganan khusus dan pelayanan penjualan serta purna jual. c. Struktur jalur distribusi
Ada banyak faktor yang membatasi ketersediaan perantara di antaranya kemampuan keuangan perantara, fasilitas khusus yang dibutuhkan, cakupan pasar yang dikuasai perantara, lini produk yang
12
djual, tingkat dukungan yang diberikan pada produk, kemampuan logistik
dan
kemampuan
perantara
untuk
tumbuh
mengikuti
perkembangan perusahaan. d. Tingkat pengendalian yang diperlukan untuk mencapai tujuan
distribusi Perusahaan perlu melakukan pengendalian atas jalur distribusi untuk meyakinkan mutu produk dan pelayanan yang diberikan dapat menjaga kesinambungan usaha dan mencapai tingkat kemampulabaan yang diharapkan. 2. Karakteristik produk
Terdapat sembilan karakteristik produk yang akan mempengaruhi rancangan jalur distribusi yaitu: a. Nilai. Produk dengan nilai yang tinggi membutuhkan investasi dalam
persediaan yang besar. Investasi dalam persediaan yang besar akan mempengaruhi carrying cost yang harus ditanggung oleh perantara. b. Aspek
teknis. Produk dengan spesifikasi teknis yang rumit
membutuhkan pelayanan penjualan dan purna jual yang andal. c. Tingkat penerimaan pasar akan menentukan tingkat upaya penjualan
yang
diperlukan.
membutuhkan
Tingkat
dukungan
penerimaan
yang
besar
pasar dari
yang
perantara
rendah untuk
mempromosikan produk kepada pasar. d. Barang substitusi akan mempengaruhi hubungan dengan perantara.
Produk yang banyak memiliki produk substitusi membutuhkan dukungan dari perantara agar tidak kehilangan pangsa pasar. e. Bulk. Bobot, ukuran dan jumlah produk yang akan didistribusikan
akan membatasi kemampuan perantara untuk mendistribusikan produk untuk sampai ke pasar sasaran. f.
Perishability. Produk yang tidak dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama harus dijual melalui jalur distribusi dengan tingkat paling rendah untuk mempercepat waktu penyampaian produk kepada
13
pasar sasaran dan mengurangi tingkat persediaan yang ada di perantara. g. Konsentrasi pasar. Produk dengan pasar sasaran yang terkonsentrasi
pada area geografis tertentu akan lebih efektif jika menggunakan jalur distribusi langsung. Akan tetapi, jika pasar sasaran tersebar pada wilayah yang luas, jalur distribusi dengan perantara akan lebih efisien. h. Produk musiman. Jika produk yang ditawarkan perusahaan merupakan
produk musiman, baik karena siklus produksi ataupun siklus permintaan konsumen, jalur distribusi harus mampu menyimpan produk sebagai buffer atas seasonality atau fluktuasi persediaan. i.
Lini produk. Keragaman lini produk memerlukan jalur distribusi yang mampu menangani kompleksitas pendistribusian berbagai jenis produk yang berbeda.
3. Tujuan pelayanan pelanggan
Jalur distribusi akan turut menentukan tingkat pelayanan pelanggan yang dapat diberikan oleh perusahaan. Pelayanan pelanggan biasanya diukur dengan beberapa hal sebagai berikut: a. Ketersediaan produk. Faktor paling utama dalam pelayanan pelanggan
adalah ketersediaan produk dalam suatu siklus order. Ketersediaan dapat dinyatakan dalam (i) jumlah produk yang out-of-stock dibandingkan dengan jumlah produk yang ada, (ii) jumlah produk yang dikirim kepada konsumen dibandingkan dengan jumlah produk yang dipesan, (iii) nilai produk yang dikirim kepada konsumen dibandingkan dengan nilai produk yang dipesan, atau (iv) jumlah produk yang dikirim secara lengkap kepada konsumen dibandingkan dengan jumlah produk yang dipesan. b. Siklus pesanan penjualan adalah tenggang waktu antara penempatan
pesanan oleh konsumen dengan waktu pada saat pesanan diterima oleh konsumen. Kemampuan untuk mencapai waktu siklus pesanan penjualan yang diharapkan secara konsisten akan mempengaruhi
14
jumlah persediaan yang harus disimpan oleh jalur distribusi selama satuan waktu tertentu. c. Komunikasi.
Kemampuan dari seluruh jalur distribusi untuk
berkomunikasi akan mempengaruhi kinerja jalur distribusi. 4. Tingkat kemampulabaan
Perusahaan harus mengevaluasi tingkat kemampulabaan setiap alternatif jalur distribusi yang akan dipilih. Perusahaan harus memperkirakan biaya pemasaran dan logistik seperti biaya komisi penjualan, transportasi, pergudangan, pemrosesan order, dan cost of money dari dana yang tertumpuk dalam piutang usaha. Di samping itu, perusahaan perlu menilai resiko kredit macet dan biaya promosi penjualan untuk jalur distribusi yang akan dipilih.
II.3.2.4 Strategi Pengelolaan Jalur Distribusi
Dalam mengelola perantara dalam jalur distribusi, terdapat dua strategi (Kotler, 2003) yaitu: 1. Push Strategy
Perusahaan menggunakan tenaga penjualan dan promosi perdagangan untuk mendorong perantara untuk menyimpan, mempromosikan dan menjual produk kepada konsumen. Strategi ini tepat digunakan bagi produk – produk dengan brand loyalty yang rendah, pemilihan merek dilakukan konsumen di lokasi penjualan dan manfaat produk dipahami dengan baik oleh konsumen. 2. Pull Strategy
Perusahaan menggunakan iklan dan promosi untuk mendorong konsumen mencari produk tersebut, dan mendorong perantara untuk menyediakannya. Strategi ini tepat bagi produk dengan brand loyalty yang tinggi, konsumen
15
memiliki persepsi yang berbeda-beda untuk merk yang berbeda dan pemilihan merk dilakukan konsumen sebelum mereka pergi ke lokasi penjualan.
II.3.2.5 Pengukuran Kinerja Jalur Distribusi
Kinerja dari jalur distribusi yang telah dipilih harus diukur secara berkala untuk meyakinkan bahwa tujuan-tujuan distribusi telah tercapai secara efisien. Tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas jalur distribusi (Lambert dan Stock, 1993) adalah sebagai berikut: 1. Ukuran satuan. Produk didistribusikan dalam satuan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen. 2. Waktu pengiriman. Produk diterima konsumen pada saat dibutuhkan. 3. Pencarian. Produk tersedia dalam gerai yang diharapkan oleh konsumen. 4. Keragaman. Produk tersedia dalam ragam produk yang sesuai dengan harapan
konsumen. 5. Pelayanan pelanggan. Pelayanan penjualan yang memadai, fasilitas pengiriman ke
tempat konsumen, layanan tindak lanjut purna jual, pembiayaan konsumen dan garansi. 6. Jalur distribusi mendukung citra merk produk.
Tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi jalur distribusi (Lambert dan Stock, 1993) adalah sebagai berikut: 1. Jumlah tingkat jalur distribusi. 2. Jumlah gerai untuk masing-masing tingkat. 3. Seberapa jauh hasil dan biaya distribusi dari pergeseran fungsional dalam jalur
distribusi. 4. Seberapa jauh hasil dan biaya distribusi dari substitusi fungsional dalam jalur
distribusi.
16
5. Seberapa jauh hasil dan biaya distribusi dari pertukaran fungsional dalam jalur
distribusi. 6. Seberapa jauh hasil dan biaya distribusi dari penundaan dalam jalur distribusi. 7. Seberapa jauh akibat dan biaya distribusi dari adanya spekulasi dalam jalur
distribusi. 8. Adanya kebijakan dalam jalur distribusi yang jelas dalam: a. Tingkat persediaan b. Transportasi c. Pergudangan d. Pelayanan pelanggan e. Penetapan harga dan diskon f.
Promosi
9. Seberapa jauh perputaran dalam anggota jalur distribusi. 10. Citra pasar terhadap jalur distribusi. 11. Kemampuan keuangan jalur distribusi. 12. Daya saing jalur distribusi.
II.4
Analisis Dan Perancangan Sistem
II.4.1 Pengembangan Sistem Informasi
Untuk pengembangan sistim informasi memerlukan proses, yang dimana proses pengembangan sistem merupakan suatu aktifitas dan metode yang digunakan oleh orang yang terlibat dalam sistem untuk mengembangkan dan memelihara sistem informasi dan aplikasi. Yang dimaksud dalam orang yang terlibat dalam sistem (Whitten dan Bentley, 2004) adalah sebagai berikut:
17
1. Pemilik sistem yaitu orang yang membeli suatu sistem agar dapat digunakan
dan menghasilkan sesuatu untuk memecahkan masalah dan juga menghasilkan peluang yang bagus. 2. Pengguna sistem yaitu orang yang menggunakan sistem untuk keperluan
pekerjaannya sehingga menjadi lebih efektif. 3. Pendesain sistem yaitu orang yang menterjemahkan suatu kebutuhan bisnis
menjadi solusi yang berbentuk teknis. 4. Pembuat sistem yaitu orang yang merancang, membangun dan memelihara
informasi sistem. Karena itu mereka cenderung untuk memandang suatu sistem informasi dalam kaitan dengan perangkat keras dan aplikasi yang nyata untuk menerapkan system. Dalam proses pengembangan sistem dibutuhkan langkah-langkah untuk memecahkan masalah, berikut ini langkah-langkah untuk memecahkan masalah (Whitten dan Bentley, 2004) adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi masalah 2. Meneliti dan memahami masalah 3. Mengidentifikasi harapan dan kebutuhan solusi 4. Mengidentifikasi solusi alternatif dan memilih tindakan yang terbaik 5. Mendisain solusi yang dipilih 6. Menjalankan solusi yang dipilih 7. Mengevalusi hasilnya
Proses-proses pengembangan sistem (Whitten dan Bentley, 2004) terdiri dari : 1. Inisiasi
sistem yaitu perencanaan awal untuk suatu proyek untuk
menggambarkan lingkup bisnis awal, gol, jadwal, dan anggaran. 2. Analisis
sistem
yaitu
mempelajari
suatu
masalah
bisnis
untuk
merekomendasikan peningkatan dan menetapkan prioritas dan solusi kebutuhan bisnis. 3. Disain sistem yaitu konstruksi atau spesifikasi dari suatu solusi teknis,
berbasis-komputer untuk kebutuhan bisnis diidentifikasi di dalam suatu analisis sistem.
18
4. Pelaksanaan sistem yaitu konstruksi atau spesifikasi dari suatu solusi teknis,
berbasis-komputer untuk kebutuhan bisnis diidentifikasi di dalam suatu analisis sistem
II.4.2 Metoda Analisis Sistem
Analisis
sistem
adalah
suatu
pemecahan
masalah
teknik
yang
menguraikan/memisahkan suatu sistem ke dalam komponen untuk kepentingan mempelajari seberapa baik bagian komponen itu bekerja dan saling berhubungan untuk memenuhi tujuan. Analisis sistem dapat disimpulkan sebagai pemecah masalah, untuk itu dalam pemecahan masalah menggunakan pendekatan-pendekatan, adapun pendekatan-pendekatan yang kami lakukan untuk menganalisis masalah (Whitten dan Bentley, 2004) yang ada di PT Frisian Flag Indonesia adalah sebagai berikut: 1.
Pendekatan analisis menggunakan model adalah pendekatan pemecah masalah yang menekankan pada alur diagram, stuktur, diagram hirarki dan diagram organisasi dari system menjadi sebuah dokumentasi dan menjadi system yang diusulkan. Komponen yang terdapat pendekatan analisis menggunakan model adalah:
2.
o
Analisis terstruktur adalah tehnik yang berfokus pada model proses.
o
Pembangunan informasi adalah tehnik yang berfokus pada model data.
o
Analisis obyek adalah tehnik yang befokus pada model obyek
Pendekatan analisis sistem yang dipercepat menekankan konstruksi model aktif dari suatu sistem dalam suatu usaha untuk mempercepat analisa sistem. Contoh pendekatan analisis system yang dipercepat adalah: o
Mencari
bentuk
mengidentifikasi
awal
adalah teknik
kebutuhan
pebisnis
yang agar
digunakan
untuk
mereka
dapat
melaksanakannya secara cepat sesuai dengan kebutuhan mreka.
19
o
Analisis bentuk secara cepat adalah suatu pendekatan yang mencoba untuk memperoleh sistem model dari sistem yang berjalan atau mencari bentuk awal.
3.
Pendekatan menggunakan metode mencari kebutuhan proses adalah yang dibutuhkan Pendekatan analisis menggunakan model dan Pendekatan analisis system dikarenakan untuk mengidentikasi atau membedah masalah dan dibutuhkan oleh pemilik system dan pengguna system. Komponen yang terdapat dalam metode ini adalah: o
Tehnik mencari fakta adalah proses mengumpulkan informasi tentang masalah system, kesempatan, kebutuhan solusi, dan prioritas. Tehnik mencari fakta ini meliputi a.
Mengambil contoh dari document, laporan, formulit, catatan, data dan memo yang sudah ada.
b.
Mencari daftar bacaan yang berhubungan, membandingkan dengan solusi yang lain dan kunjungan lokasi.
c.
Mengamati sistem yang berjalan.
d.
Mengamati manajemen yang ada.
e.
Wawancara dengan menejer, pengguna dan staff tehnik yang berkaitan.
4.
Pendekatan menggunakan metode mendisain kembali proses bisnis adalah metode analisis sistem aplikasi yang bertujuan untuk perubahan secara dramatis dan mengembangkan dasar bisnis proses dari organisasi.
Setelah
menganalisis
masalah
dengan
pendekatan-pendekatan
diatas
maka
dibutuhkan keputusan analisis yang dimana tujuan dari keputusan ini adalah untuk transisi dari proyek yang berhubungan dengan bisnis menjadi solusi tehnik dengan identifikasi, analisis dan mengusulkan solusi sistem teknis. Langkah pengambilan keputusan analisis (Whitten dan Bentley, 2004) adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi solusi yang akan diambil. 2. Analisa solusi yang akan diambil. 3. Bandingkan solusi yang akan diambil dengan solusi lain.
20
4. Meningkatkan atau dihilangkan dari rencana proyek. 5. Mengusulkan solusi sistem.
II.4.3 Metoda Perancangan Sistem
Perancangan sistem informasi digambarkan sebagai tugas yang memusatkan pada spesifikasi dari suatu solusi berbasis komputer. Pada analisis sistem menekankan pada masalah bisnis sedangkan pada perancangan sistem menekankan pada teknis dan implementasi yang berhubungan dengan sistem. Dalam merancang sistem juga dibutuhkan pendekatan-pendekatan, pendekatan-pendekatan dalam perancangan sistem (Whitten dan Bentley, 2004) adalah sebagai berikut: 1.
Pendekatan dengan menggunakan model yang terdiri dari: a.
Perancangan struktur moderen adalah tehnik proses yang berorientasi untuk memecah program besar menjadi hirarki modul yang mengakibatkan
suatu
program
komputer
lebih
mudah
untuk
diterapkan. b.
Pembangunan informasi adalah model dan pusat data, tehnik proses yang susah untuk direncanakan, analisis dan perancangan sistem informasi.
c.
Rancangan awal proses untuk menyatukan perancang dan pengguna sistem.
d.
Rancangan yang berorientasi pada obyek yang digunakan untuk memilih kebutuhan awal identifikasi definisi kebutuhan obyek selama analisis, dan menentukan sepsifik obyek.
2.
Pengembangan aplikasi cepat adalah gabungan dari bermacam struktur tehnik data dengan tehnik awal untuk mempercepat pengembangan sistem.
21
II.5
Arsitektur Sistem Informasi Dan Integrasi Basis Data
II.5.1 Arsitektur Sistem Informasi
Suatu arsitektur aplikasi menetapkan teknologi digunakan untuk menerapkan satu atau lebih sistim informasi dalam kaitan dengan data, proses dan alat penghubung, dan bagaimana komponen ini saling berhubungan acros suatu jaringan. Ada dua macam bentuk arsitektur sistem (Whitten dan Bentley, 2004) adalah sebagai berikut: 1. Sistem distribusi adalah dimana data, proses, dan inteface komponen dari suatu
sistem informasi dibagi-bagikan untuk berbagai penempatan kedalam suatu jaringan komputer. Maka beban kerja pengolahan dibagi-bagikan ke dalam jaringan. Sistem distribusi terbagi menjadi 3 tipe yaitu: •
File server arsitektur terdiri dari:
•
Local area network (LAN) adalah satu set komputer klien yang dihubungkan ke satu atau lebih komputer server baik menggunaan kabel ataupun koneksi tanpa kabel dengan jarak yang pendek.
•
Sistem file server adalah suatu solusi jaringan yang dimana server hanya menyimpan data dan komputer klien yang memprosesnya.
•
Client/server arsitektur adalah suatu solusi di mana presentasi, logika presentasi, logika aplikasi, manipulasi data, dan lapisan data dibagi-bagikan antar klien PC dan satu atau lebih server. Dalam arsitektur ini memiliki 2 tipe klien yaitu:
•
Thin Client adalah komputer yang tidaklah harus dalam kaitan dengan [yang] sangat kuat memori dan kecepatan pengolah karena pada pihak pemakai hanyalah tampilan dan bukan proses.
•
Fat Client adalah computer yang lebih kuat kecepatan mengolah, kapasitas dan memori.
22
•
Internet dan Intranet arsitektur atau juga disebut system jaringan computer adalah lapisan logika presentasi dan presentasi diterapkan di browser klien menggunakan isi yang diambil dari suatu server jaringan. lapisan logika presentasi kemudian menghubungkan kepada lapisan logika aplikasi yang jalan pada server aplikasi, yang sesudah itu terhubung kepada server data.
2. Sistem terpusat adalah dimana data, proses, dan interface terpusat dan dapat
dipakai oleh banyak user dengan menggunakan perangkat atau dapat disebut dengan terminal. 3. Arsitektur data atau relational database yang terdistribusi adalah perangkat lunak
yang mengontrol akses dan menjaga data yang tersimpan dan saling berhubungan. Contoh dari relational database yang terdistribusi adalah: o
Data partitioning sungguh-sungguh mendistribusikan kolom dan baris ke spesifik server database kecil atau tidak ada duplikasi antara server. Kolom berbeda dapat ditugaskan ke server database berbeda atau baris berbeda di dalam suatu tabel dapat dialokasikan ke server database berbeda.
o
Data replication menyalin beberapa atau semua tabel pada beberapa database server. Keseluruhan tabel dapat disalin pada beberapa server database, sedangkan baris didalam suatu tabel dapat disalin ke server database lain. RDMS dengan replikasi teknologi tidak hanya mengendalikan akses dan manajemen dari tiap database server database tetapi juga membaharui dari satu database server ke server database lain di mana data menjadi banyak.
4. Arsitektur tampilan – Inputs, Outputs and Middleware merupakan dasar
keputusan teknologi informasi yang harus dibuat mengenai masukan, keluaran, dan koneksi antara sistem. Komponen arsitektur tampilan adalah sebagai berikut: o
Batch Inputs or Outputs. Dalam proses batch, transaksi dikumpulkan ke dalam batch untuk proses berkala. Masukan batch diproses untuk memperbaharui database dan hasil keluaran.
o
Online Inputs and Outputs. Mayoritas sistem sudah pelan-pelan meningkatkan dari batch proses ke proses saat itu juga atau online. keluaran dan Masukan
23
online menyediakan suatu dialogue yang lebih bersifat percakapan antara aplikasi komputer dan pemakai. o
Remote batch. Batch remote menggabungkan aspek batch yang terbaik dan keluaran dan masukan online.
o
Keyless data entry. Memasukan data dengan ketik selalu menjadi sumber masalah dalam sumber data. kemajuan yang nyata dalam masukan data tanpa pengetikan datang untuk sistem online untuk sistem identifikasi otomatis contohnya adalah barcode.
o
Penginput.. Sistem operasi yang berbasiskan masukan dari pen seperti palmOS dan Windows CE sudah mulai berkembang dan sudah mulai banyak digunakan.
o
Pesan elektronik dan kelompok kerja teknologi berupa Email dan aplikasi yang berbasis email seperti Microsoft exchange, lotus notes yang memiliki bentuk seperti formulir dan dapat dihubungkan dengan aplikasi-aplikasi yang lain.
o
Electronic data interchange (EDI) adalah alur transaksi bisnis atau data elektronik yang distandardisasi antar bisnis.
o
Imaging and document interchange adalah Teknologi I/O lain yang muncul didasarkan pada pertukaran dokumen dan gambar, teknologi ini sama seperti Electronic data interchange kecuali aktual gambar dari formulir dan data yang dikirimkan dan diterima.
o
Middleware adalah perangkat lunak yang memungkinkan komunikasi antara pengolah yang berbeda didalam suatu sistem. Ada tiga kelas dalam middleware yaitu: −
Presentasi middleware memungkinkan seorang programmer untuk membangun alat penghubung komponen yang dapat berinteraksi dengan jaringan browser atau suatu desktop GUI. Contoh dari presentasi middleware adalah HTTP yang memungkinkan programmer untuk berinteraksi dengan web browser melalui standar application programmer interface (API).
24
−
Aplikasi middleware memungkinkan dua programmer menulis proses tentang pengolah yang berbeda untuk berkomunikasi dengan satu sama lain didalam apapun juga merupakan cara terbaik untuk keseluruhan aplikasi. Contoh aplikasi middleware adalah Remote procedure calls (RPCs), message queues.
−
Database
middleware
memungkinkan
seorang
programmer
untuk
menjalankan SQL command ke perangkat database untuk proses menggunakan API. Contoh database middleware adalah ODBC (Object database connectivity) dan JDBC (Javabean database connectivity). 5. Arsitektur proses atau lingkungan pengembangan sistem (SDE) adalah bahasa
pemrograman dan perangkat untuk membangun aplikasi sistem informasi.
II.5.2 Integrasi Basis Data
Suatu arsitektur data bisnis menggambarkan bagaimana bisnis itu akan kembang;kan dan menggunakan database dan file untuk menyimpan semua data organisasi; teknologi database dan file untuk digunakan; dan struktur yang administratif yang diolah sampai kepada mengatur sumber data. Data disimpan dalam beberapa kombinasi (Whitten dan Bentley, 2004) yaitu: 1. file konvensional. 2. Database operasional atau transactional database adalah database yang
mendukung operasi harian dan transaksi untuk sistem informasi. 3. Data warehouses (untuk mensupport data mining) adalah database yang
menyimpan pecahan data dari database operasional. Alat query dan alat pendukung keputusan digunakan untuk membuat laporan dan analisis dari gudang data. Alat ini mengijinkan para pemakai untuk membongkar data dari kedua file konvensional dan database operasional, biasanya disebut sebagai data mining.
25
4. Database pribadi. 5. Database kelompok kerja.
Arsitektur database mengacu pada teknologi database mencakup perangkat database, kegunaan database dan perangkat pengembangan database. Database management system (DBMS) adalah perangkat lunak khusus yang digunakan untuk menciptakan, mengakses, mengendalikan, dan mengatur database itu. inti dari DBMS adalah suatu perangkat database. Komponen dari Database management System (DBMS) (Whitten dan Bentley, 2004) adalah sebagai berikut: 1. Data definition language (DDL) adalah bagian dari perangkat yang digunakan
untuk menggambarkan tabel, bidang, dan hubungan struktural. 2. Data manipulation language (DML) adalah bagian dari perangkat yang
digunakan untuk mebuat, membaca, membaharui, dan menghapus arsip di database, dan menhubungkan antara file yang berbeda database. Relasi database menyimpan data dalam deretan dua tabel dimensional yang dihubungkan dengan satu sama lain via foreign keys. Komponen dari relasi database (Whitten dan Bentley, 2004) adalah sebagai berikut: 1. Model fisikal data disebut skema. 2. DDL dan DML untuk relasi database disebut SQL (Structured Query
Language) 3. Triggers adalah program yang dikemas didalam tabel dan secara otomatis
aktif karena memperbaharui tabel lain. 4. Store procedures adalah program yang dikemas didalam tabel yang dapat
dipakai dari program lain. Normalisasi data (Whitten dan Bentley, 2004) terdiri dari: 1. Suatu kesatuan logis didalam bentuk normal pertama jika tidak ada atribut
yang mempunyai lebih dari satu dokumen. 2. Suatu kesatuan logis didalam bentuk normal pertama jika tidak ada atribut
yang mempunyai lebih dari satu catatan.
26
3. Suatu kesatuan logis didalam normal ketiga jika siap didalam normal kedua
dan jika nilai-nilai dari semua yang bukan kunci utama atributes adalah tidak dependent pada kunci lain yang bukan kunci utama. Tujuan dari perancangan database (Whitten dan Bentley, 2004) adalah sebagai berikut: 1. Suatu database harus menyediakan penyimpanan yang efisien, membaharui,
dan dapat memperolehan kembali data. 2. Suatu database harus dapat dipercaya - data yang disimpan perlu mempunyai
integritas tinggi dan mempromosikan kepercayaan pemakai di dalam data itu. 3. Suatu database harus mudah berubah dan dapat menyesuaikan diri ke aplikasi
dan kebutuhan yang tak terduga dan baru.