BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Biaya Akuntansi biaya mengukur sumber ekonomis yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa dengan satuan uang. Satuan pengukur yang dapat digunakan untuk menyatakan nilai uang dari berbagai sumber ekonomi dikenal dengan istilah ”Cost”. Menurut Mulyadi (2000:166) menerangkan definisi biaya yaitu bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang dinilai dengan satuan uang yang terjadi atau potensial akan terjadi, untuk mencapai tujuan tertentu. Hal yang harus diperhatikan dalam pengertian biaya adalah : • Pengertian biaya harus selalu dihubungkan dengan tujuan manajemen perusahaan untuk memperoleh atau menciptakan sumber ekonomis dan manfaat yang akan diperoleh dari biaya tersebut. • Pengertian biaya selalu dikaitkan dengan resiko perusahaan. Suatu nilai yang dilepaskan dianggap sebagai biaya apabila nilai tersebut digunakan untuk menalihkan resiko atau untuk resiko yang tidak dapat dipindahkan tetapi dapat diukur serta diperkirakan terlebih dahulu. • Pengertian tentang biaya selalu dihubungkan dengan metode untuk mengukur nilai yang dilepaskan tersebut, biasanya diukur dengan suatu satuan moneter.
6
7
Adapun definisi biaya menurut Standar Akuntansi Keuangan (1999:12) adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Sedangkan Pengertian biaya menurut Harnanto dan Zulkifli (2003:14) adalah sesuatu yang berkonotasi sebagai pengurang yang harus dikorbankan untuk memperoleh tujuan akhir yaitu mendatangkan laba. Jadi menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang.
2.2 Pengertian Efektifitas dan Efisiensi Biaya Definisi umum dari efektif adalah tepat guna. Jika diterapkan pada biaya adalah biaya yang dipergunakan secara benar dan tepat pada sasaran sehingga tidak terjadi penyimpangan biaya yang tidak menghasilkan nilai tambah. Efisiensi pada hakikatnya adalah hubungan suatu masukan (input) dan keluaran (output). Secara luas pengertian efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan dengan hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan dengan benar dan tidak ada pemborosan, seperti halnya juga hasil maksimal yang dicapai dengan menggunakan sumber yang terbatas. Sedangkan dalam penerapan biaya, efisiensi biaya berarti perbandingan antara
8
hasil yang dicapai dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut. Pada prinsipnya untuk memuaskan konsumen, suatu perusahaan harus mampu memaksimumkan tingkat efisiensi melalui keseluruhan value chain. Jika efisiensi tidak maksimum maka cost akan meningkat melebihi cost para competitor, dan hal ini akan menyulitkan perusahaan untuk menutup ketinggian biaya melalui kenaikan harga atau menaikan harga jual produk.
2.3 Klasifikasi Biaya Didalam mencatat dan menggolongkan biaya harus selalu diperhatikan untuk tujuan apa manajemen memerlukan informasi biaya sebaiknya selalu diperhatikan konsep “Different costs for different purpose”. Tidak ada satu konsepsi yang dapat memenuhi berbagai macam tujuan. Oleh karena itu didalam akuntansi biaya terdapat berbagai macam cara penggolongan biaya sebagai berikut : a.
Biaya yang hubungannya dengan sesuatu yang dihargai : 1. Biaya pabrikasi terdiri atas : a. Bahan baku langsung (Direct Material) Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1982 : 185) adalah semua bahan baku yang merupakan bagian daripada barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah langsung ini mempunyai hubungan yang erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan.
9
b. Tenaga kerja langsung (Direct Labour) Menurut Shim & Siegel (1999), Direct Labour adalah tenaga kerja yang langsung terlibat dalam proses produksi suatu produk. Biaya tenaga kerja di dalam perusahaan pabrikasi biasaya berhubungan dengan operator mesin pabrik. c. Biaya Tidak Langsung / Overhead Pabrik (Manufacturing Overhead) Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Oleh karena itu biaya overhead ini terdiri atas biaya bahan tidak langsung / bahan penolong dan tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan, perbaikan, dan biaya produksi tidak langsung lainnya. 2. Biaya Komersil (Commercial Expense) terdiri atas : 1) Biaya pemasaran (Marketing and Selling Expense) merupakan biayabiaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh produk (product sample). 2) Biaya administrasi dan umum (General & Administration Expense) merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat. b.
Biaya dalam hubungannya dengan proses produksi :
10
1. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang jumlah tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai pada tingkatan tertentu. Biaya tetap perunit berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan. 2. Biaya Variable (variable cost), biaya variabel mengasumsikan hubungan aktifitas tersebut. Biaya variabel yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan maka semakin besar pula jumlah total biaya variabel 3. Biaya Semi Variable (Semivariable Cost), yaitu biaya dimana jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding / proporsional. c.
Biaya dalam hubungannya dengan departemen pabrikasi, proses dan segmen
lainnya : 1. Biaya bersama (common cost), menurut pendapat Henry Simamora (2002:56) yaitu biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa dari dua operasi atau lebih. Biaya bersama ini pada umumnya timbul dalam organisasi yang mempunyai banyak departemen sebanding dengan besar kecenderungan biaya untuk menjadi biaya utama. 2. Biaya gabungan (Joint cost), menurut pendapat Henry Simamora (2002:56) yaitu biaya yang terjadi bila proses produksi pasti akan menghasilkan satu atau lebih jenis produk yang diproduksi pada waktu yang sama, sebagai contoh industri minyak dan gas. d.
Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi :
11
1. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), Pengeluaran ini akan memberi manfaat pada beberapa periode akuntansi. Jenis pengeluaran ini dikapitalisir dan
dicantumkan
sebagai
harga
perolehan.
Suatu
pengeluaran
dikelompokkan sebagai capital expenditure jika pengeluaran ini memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi, jumlahnya relatif besar, dan pengeluaran ini sifatnya tidak rutin. 2. Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditure), Pengeluaran ini akan memberi manfaat pada periode akuntansi dimana pengeluaran ini terjadi. Pengeluaran ini menjadi beban pada periode tersebut, dan dicantumkan dalam income stat Suatu pengeluaran dikelompokkan sebagai revenue expenditure jika pengeluaran tersebut memberi manfaat pada periode terjadinya pengeluaran tersebut, jumlahnya relatif kecil, dan umumnya pengeluaran ini sifatnya rutin.
2.4 Pengertian Umum Tentang Harga 1. Definisi Harga Menurut Alfred dan Douglas (1997:29), harga dari sesuatu barang adalah tingkat pertukaran barang itu dengan barang lain. Sebagaimana telah kita ketahui salah satu tugas pokok ekonomi itu adalah menjelaskan mengapa barang-barang mempunyai harga dan mengapa ada barang-barang yang mahal dan ada yang murah harganya. Menurut Marius (1995:25), harga adalah jumlah uang yang harus konsumen bayarkan untuk mendapatkan produk tersebut. Sedangkan menurut Marius dalam William (1999:174), harga adalah jumlah uang yang
12
dibutuhkan untuk memperoteh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya. Menurut Merius dalam Jerome (1999:174), harga adalah apa yang dibebankan untuk sesuatu. Jadi kesimpulannya harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan. 2. Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual Salah satu keputusan yang sulit dihadapi suatu perusahaan adalah menetapkan harga. Meskipun cara penetapan harga yang dipakai sama bagi setiap perusahaan yaitu didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan, dan laba. Tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produk, pasarnya, dan tujuan perusahaan. Boyd, Walker, dan Laurreche dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pemasaran menyatakan bahwa: “Ada sejumlah cara dalam menetapkan harga, tetapi cara apapun yang digunakan seharusnya memperhitungkan faktor-faktor situasional. Faktor-faktor itu meliputi: 1. Strategi perusahaan dan komponen-komponen lain didalam bauran pemasaran. 2. Perluasan produk sedemikian rupa sehingga produk dipandang berbeda dari produk-produk lain yang bersaing dalam mutu atau tingkat pelayanan konsumen.
13
3. Biaya dan harga pesaing. 4. Ketersediaan dan harga dari produk pengganti. Sedangkan menurut Philip Kotler dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pemasaran di Indonesia menyatakan bahwa: “Penetapan harga merupakan suatu masalah jika perusahaan akan menetapkan harga untuk pertama kalinya. Ini terjadi ketika perusahaan mengembangkan atau memperoleh produk baru, ketika akan memperkenalkan produknya ke saluran distribusi baru atau daerah baru, ketika akan melakukan penawaran atas suatu perjanjian kerja baru”. Definisi tersebut menjelaskan bahwa setiap perusahaan harus memutuskan dimana ia akan menempatkan produknya berdasarkan mutu dan harga. Dalam beberapa pasar seperti pasar mobil, sebanyak delapan titik harga dapat ditemukan. Dipasar mobil Indonesia terdapat merek puncak (standar emas), contohnya Mercedez Benz dan Jaguar. Dibawahnya ada Merek mewah seperti BMW, Audi dll, Dibawahnya lagi ada merek yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus: Volvo (keamanan) dan Porche (kinerja tinggi). Di tengah-tengah terdapat sejumlah merek seperti Honda, Mitsubishi, Toyota. Satu tingkat dibawahnya adalah merek– merek yang terutama memberi manfaat fungsional seperti Daihatsu dan Suzuki. Dibawah Suzuki ada merek-merek lebih murah tapi juga memberikan kinerja memuaskan seperti KIA dan Hyundai. Paling bawah adalah merek-merek yang daya tariknya hanya harga seperti mobil-mobil yang berasal dari produsen Asal China (Geely, Great Wall, Cherry) & Malaysia (Proton dan Perodua), menunjukkan bahwa kedelapan tingkat penempatan produk ini tidak bersaing satu sama lain, tetapi hanya bersaing dalam masing-masing kelompok. Namun dapat
14
terjadi persaingan antara segmen-segmen harga dan mutu menunjukan sembilan kemungkinan strategi harga-mutu. Strategi diagonal semuanya dapat bertahan pada pasar yang sama; yaitu satu perusahaan menawarkan produk bermutu tinggi pada harga tinggi, perusahaan lain menawarkan produk bermutu rendah pada harga rendah. Ketiga pesaing tersebut dapat hidup bersama selama pasar terdiri dari tiga kelompok pembeli, yaitu yang mementingkan mutu, harga, dan yang mementingkan keseimbangan antara keduanya. Strategi penempatan 2, 3, dan 6 Menunjukan cara untuk menyerang posisi diagonal. Strategi 2 menyatakan, “ Produk kami memiliki mutu yang sama dengan produk 1 tetapi harga kami lebih rendah”. Strategi 3 menyatakan hal yang sama dan bahkan menawarkan penghematan yang lebih besar. Jika pelanggan yang mementingkan mutu mempercayai pasaing ini, mereka pasti akan membeli sari pesaing ini dan menghemat uang (kecuali jika produk 1 memiliki daya tarik prestise). Strategi ini harus dihindarkan oleh pemasar professional. Harga jual merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu produk, konsumen akan membeli suatu produk apabila ada keseimbangan antara alasan dalam menetapkan harga jual. Sudarsono menyatakan bahwa “Dalam menetapkan harga jual perlu dipertimbangkan beberapa hal, antara lain: (a) harga pokok jual barang, (b) harga barang sejenis, (c) daya beli masyarakat, (d) jangka waktu perputaran modal, (e) peraturan-peraturan dan sebagainya”. Faktor-faktor tersebut merupakan faktorfaktor objektif. Artinya pendapatan pribadi pengusaha atau pedagang tidak ikut berperan, atau kalau pun ada hanya kecil sekali. Faktor-faktor objektif ini kadang-
15
kadang tidak cukup kuat untuk dipakai sebagai dasar penentuan harga, sehingga ada faktor-faktor pertimbangan subyektif. Dalam melaksanakan penetapan harga, berdasarkan pendapat Kotler (1996) maka producen harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Kondisi pasar Dalam hal ini produsen harus mengenal secara mendalam kondisi pasar (monopoli atau persaingan bebas atau hal lainnya) yang akan dimasuki, perusahaan
kompetitor
termasuk
bentuk
perusahaan
serta
peta
kekuatan/kelemahan kompetitor. b. Harga produk saingan Dalam menentukan harga sebaiknya kita harus mengenal harga pesaing yang ada di pasar (price awareness) dan harga yang diberikan ke konsumen. Biasanya harga yang beredar di pasaran berbeda dengan harga yang diberikan kepelanggan. Hal ini disebabkan strategi kompetitor dan aspek lainnya antara kompetitor dengan pelanggannya. c. Elasitas permintaan dan besaran permintaan Yang dimaksud dengan elasitas disini adalah untuk mengatahui berapa besar perubahan permintaan yang disebabkan dengan perubahan harga. Disamping itu pula sangat diperlukan respon konsumen terhadap perubahan harga yang dikaitkan dengan penggunaan produk itu sendiri. Misal dengan penurunan harga maka konsumen akan membeli lebih banyak atau malah tidak jadi membeli, begitu pula sebaliknya. Sedangkan factor lain yang diperlukan adalah besar Value is low price, Discounting, Odd pricing, Synchro pricing, penetration
16
Pricing,Value is everything, I want in a service Prestige pricing, Skimming pricing, Value is all that I get for all that I give Price framing, Price bundling, Value is the quality I get for the price I pay, Value pricing, Market Segmentation pricing. d. Differensiasi dan life cycle produk Dalam memenangkan pasar bagi suatu produk tentunya sangat dibutuhkan perbedaan dengan produk kompetitor. Untuk itu sangat diperlukan pemahaman akan perbedaan terhadap kompetitor baik aspek kualitas, pelayanan dan faktor lainnya. Disamping itu harus mengenal posisi produk yang dikaitkan dengan waktu dan besarnya penjualan. Dengan pengenalan dan pemahaman kondisi produk maka produsen akan lebih mudah dan bebas menentukan tarif. e. Faktor lainnya Pemahaman kondisi ekonomi yang terjadi saat ini dan perkiraan kedepan yang akan terjadi merupakan kunci pokok dalam upaya mengetahui daya beli masyarakat, disamping memperkirakan kondisi politik dan keamanan. Dalam menetapkan harga, produsen dapat menetapkan dengan beberapa alternatif seperti di bawah ini (Zeithaml& Bitner,1996): a. Penetapan berdasarkan biaya (cost-based pricing). Suatu strategi penetapan harga yang paling tua, dimana harga ditentukan berdasarkan jumlah biaya per satuan produk yang keluar ditambah dengan keuntungan yang diharapkan. b. Penetapan harga berdasarkan harga kompetitor. Penetapan harga dilakukan dengan menggunakan harga kompetitor sebagai referensi, dimana dalam
17
pelaksanaannya lebih cocok untuk produk yang standar dengan kondisi pasar oligopoli. c. Pendekatan harga berdasarkan permintaan (demand-based pricing). Proses penetapan harga yang didasari persepsi konsumen terhadap value yang diterima (price value), sensitivitas harga dan perceived quality.
2.5 Pengertian Target Costing Terdapat banyak definisi tentang target costing, menurut Mulyadi (2001:35) target costing yaitu perbedaan harga jual produk atau jasa yang diperlukan untuk mencapai pangsa pasar (market share) tertentu dengan persatuan yang diharapkan. Menurut Robert S. Kaplan dan A.A.Atkinson adalah sebagi berikut : “target costing is a cost management tool that planner use during product and prosess design to drive improvement effort aimed at reducing the product’s future manufacturing cost.” (Kaplan & Atkinson 1998:2004). Sedangkan menurut Supriono (1999:152), target costing adalah “Suatu system untuk mendukung proses proses pengurangan biaya dalam tahap pengembangan dan perencanaan produk model baru tertentu, perubahan model secara penuh atau model secara minor”. Pada definisi ini diterangkan bahwa target costing dibentuk pada proses design dan pengembangan produk, baik itu terdapat perubahan total atau hanya sebagian dari produk tersebut. Jadi target costing adalah metode perencanaan laba dan manajemen biaya yang difokuskan pada produk dengan mempertimbangkan proses manufaktur
18
sehingga target costing ini digunakan oleh perancang sebelum produk dan proses desain dilakukan untuk mencapai tujuan perbaikan usaha pada pengurangan biaya operasional produk dimasa depan. Target costing digunakan selama tahap perencanaan dan menuntun dalam pemilihan produk dan proses desain yang akan menghasilkan suatu produk yang dapat diproduksi dari biaya yang diizinkan dan pada suatu tingkat laba yang dapat diterima serta ssmemberikan perkiraan harga pasar suatu produk, volume penjualan, dan tingkat fungsionalis. Diatas semua itu, target costing merupakan alat yang memperhatikan dan memfasilitasi komunikasi antar anggota dari cross fungsional team yang bertanggung jawab pada desain produk. Target costing merupakan costumer oriented mulai dari harga, kualitas, dan fungsi yang dibutuhkan, semuanya ditentukan oleh konsumen. Filosofi dari target costing adalah tingkat efisiensi suatu perusahaan membuat suatu produk dalam menempati pasaran sukses yang maksimum. Jadi meskipun efisiensi standar telah dipenuhi hal tersebut menjadi kurang penting artinya apabila produk tidak dapat menempati dan merebut pasaran dengan sukses. Oleh karena itu, agar dapat memenangi persaingan dalam penguasaan pangsa pasar, maka dalam menetapkan biaya standar perusahaan arus ditetapkan dahulu target costnya.
19
Berdasarkan pengertian target costing diketahui ruang lingkup target costing mempunyai karakteristik seperti yang dikemukan oleh Supriyono (1997: 154) sebagai berikut: a. Target costing diterapkan dalam tahap pengembangan dan perancangan b. Target costing bukan merupakan metode manajemen untuk pengendalian biaya dalam perkiraan tradisional, namun salah satu tujuannya untuk mengurangi biaya c. Dalam proses penentuan biaya target, banyak metode ilmu manajemen digunakan, sebab tujuan manajerial penentuan biaya target meliputi teknik-teknik pengembangan dan perencanaan produk. d. Kerja sama banyak departemen diperlukan dalam melaksanakan target costing. Sedangkan karakteristik target costing menurut Sakurai (1989:215) adalah: a. Digunakan dalam tahapan perencanaan dan desain. Tidak seperti standar costing yang digunakan dalam produksi, target costing digunakan terutama pada tahap perencanaan dan desain. b. Merupakan perencanaan biaya, bukan mengontrol biaya. Target costing bukan merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengontrol biaya tetapi untuk perencanaan dan reduksi biaya, dan inilah mengapa target costing disebut juga dengan cost planning atau cost projection. c. Digunakan terutama untuk industri berorientasi assembly. Target costing inilah lebih cocok untuk industri yang berorientasi assembly yang memproduksi berbagai macam produk dalam volume medium ke kecil dari pada untuk industri berorientasi proses yang berkarakteristik continuos production. d. Digunakan untuk mengontrol spesifikasi desain dan teknik-teknik produksi.
20
Target costing merupakan alat untuk mengontrol keputusan seperti spesifikasi desain dan teknik-teknik produksi. Karena itu, target costing orientasinya lebih banyak ke arah manajemen dan engineering dari pada akunting. Implementasi target costing yang sukses menuntut digunakannya Value Engineering dan alatalat engineering lainnya.
2.6 Tujuan Ditetapkannya Target Costing Tujuan ditetapkannya target costing oleh beberapa perusahaan memiliki tujuan antara lain: a. Untuk mengurangi biaya secara keseluruhan b. Untuk perbaikan aktivitas secara berkesinambungan c. Untuk pencapaian laba yang optimal d. Untuk mengefisienkan biaya e. Sebagai alat Management untuk memantau target cost yang telah ditetapkan Tujuan utama dari target cost adalah mengurangi biaya, karena sekali target cost dicapai, maka suatu target cost yang baru lebih rendah ditentukan. Meskipun demikian target cost dihubungkan dengan perencanaan laba yang menjadi tujan akhir dari perusahaan, yaitu bukan hanya sebagai pengurangan biaya saja melainkan meraup laba yang tinggi.
2.7 Hubungan dan Perbedaan Standar Costing dengan Target Costing A. Hubungan Standar Costing dengan Target Costing
21
Standard costing dengan target costing memang berhubungan dan ada kesamaan satu sama lain tetapi apabila ditelaah lebih lanjut ternyata terdapat perbedaan mendasar yang perlu diketahui dengan seksama. Menurut Morse, Davis dan Hartgraves (2000:400) : ”A standard cost, a budget for one batch or unit of product, indicates what it should cost to produce one batch or unit of product under efficient operating conditions.” Standart cost merupakan biaya yang direncanakan suatu produk dalam kondisi operasi berjalan dan atau yang diantisipasikan. Standart costing bertujuan untuk membantu perencanaan dan pengendalian operasi serta memberi gambaran yang lebih jelas mengenai dampak dari keputusan manajerial terhadap tingkat biaya dan laba. Definisi selanjutnya menurut Horngren (2003:253) : ”Standard costing is costing method that traches direct cost to output by multiplying the standard prices or rates by the standard quantities of input allowed for actual output produced and allocatea indirect cost on the basis of the standard indirect rates times the standard quantities of the allocation bases allowed for the actual output produced.” Maksud dari pengertian tersebut adalah, standard costing adalah suatu metode biaya yang melacak biaya-biaya langsung dari output yang dihasilkan dengan cara membagi harga standar dengan standar kuantitas dari input yang dianggarkan untuk produksi aktual dan mengalokasikan biaya-biaya tidak langsung dengan dasar tarif standar dikalikan dengan standar kuantitas dari basis pengalokasian yang diperbolehkan untuk output aktual yang diproduksi.
22
Dari kedua definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa cost dibentuk tanpa ada campur tangan dari pihak eksternal, dengan kata lain semua itu berdasar dari segi internal perusahaan saja. Berikut ini adalah tampilan suatu hubungan antar standard costing dengan target costing
yang didasarkan pada lingkungan internal organisasi dan
lingkungan eksternal organisasi.
Gambar 2.1 Hubungan Standar Costing dengan Target Costing Eksternal Organization
Internal Organization
Market
Teknologi
Corporate Strategi
Production
Profit Planning
Marketing
Target Costing
Standard Costing
Sumber : Akuntansi Manajemen Kontemporer: Amin Wijaya Tunggal (1996:2006)
Apabila kita amati gambar 2.1 diatas terlihat jelas bahwa target costing merupakan cikal bakal standard costing, dimana target cost dibentuk pada proses desain dan setelah itu target cost yang telah terbentuk akan menjadi standard cost yang baru pada proses produksi masal.
B. Perbedaan Standar Costing dengan Target Costing
23
Beberapa hal yang menyebabkan standard costing berbeda dengan target costing, biaya standard ditentukan terlebih dahulu secara ilmiah berdasarkan pada analisis internal perusahaan, sedangkan target costing didasarkan pada analisis eksternal perusahaan, standard costing lebih ditunjukan lebih meminimkan perbedaan antara anggaran dengan biaya aktual, sehingga para pekerja dituntut untuk meningkatkan kualitas kerja, sedangkan jika kita lihat target costing selain meminimumkan perbedaan biaya aktual dan anggaran juga mempertimbangkan berbagai sudut pasar yang terdiri dari konsumen dan pesaing dalam rangka pengendalian biaya dan memenuhi laba yang diinginkan. Perbedaan lainnya, target costing dan standard costing berbeda karena kalkulasi target costing menunjukan metode perencanaan biaya yang menekan pada pengendalian spesifikasi rancangan dan teknik produksi, seperti yang telah dibahas di atas, biaya target ditentukan oleh pasar dan berasal dari sumber eksternal, seperti pelanggan, sedangkan standard costing ditentukan terlebih dahulu dari analisis internal atau proses produksi. Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat digambarkan secara singkat perbedaan standard costing dengan target costing adalah: Tabel 2.1 Perbandingan Standar Costing dengan Target Costing
24
Standard Costing a.
Target Costing
Penetapannya berdasarkan pada analisis Penetapannya berdasarkan pada analisis a. internal dari proses manufaktur eksternal dari pasar dan pesaing
Target costing mengacu pada harga Standard costing mengacu pada pasar b. (biaya standard + mark up yang b. (harga pasar yang kompetitif - mark up diinginkan + harga pasar yang diinginkan) yang diinginkan = biaya yang diperkenankan) Diterapkan pada tahap pengembangan c. Diterapkan pada tahap produksi c. dan perencanaan produk Menekan pada penentuan dan Hanya menekan pada penentuan dan pencapaian target cost dan didorong d. d. pencapaian standard cost. untuk mengusahakan suatu pengurangan biaya.
2.8 Perbandingan Traditional Costing dengan Target Costing Pada pendekatan tradisional, setelah mengambangkan produk, dilakukan pendekatan pasar yang didasarkan pada cost plus calculation. Sedangkan pada proses target costing, proses dimulai dari mulai melihat harga pasar dari suatu produk kemudian menghitung target profit untuk mencapai target cost yang diterima oleh pasar. Pengembangan produk kemudian ditempatkan pada suatu lingkungan dimana harga pasar dan komponen-komponen biaya untuk produk tersebut dapat diketahui. Tidak seperti convensional cost pricing, target costing merupakan suatu open system yang berhubungan dengan faktor internal maupun eksternal. Aktifitas untuk mengoptimalisasikan faktor-faktor kunci sukses (cost, quality, innovation, dan time) dari suatu produk yang merupakan hal utama dalam pengembangan dan tahap desain, termasuk didalamnya suatu multi functional
25
team dari fungsi partisipasi suatu perusahaan yang sama halnya dengan anggota lain dari value chain, terutama supplier. Jika dibandingkan dengan traditional costing, maka target costing lebih berorientasi kepada pelanggan dimana perusahaan mengetahui terlebih dahulu harga yang ditargetkan di pasar yang kemudian dilanjutkan dengan aktivitas untuk memproduksi. Selain itu target costing bukanlah suatu teknik tetapi merupakan filosofi atau pendekatan penetapan harga dan pendekatan yang proaktif terhadap manajemen biaya, menggambarkan suatu kepercayaan bahwa biaya paling baik dikelola oleh keputusan-keputusan yang dibuat selama pengembangan produk yang berlawanan dengan traditional costing yang mempercayai bahwa biaya diakibatkan oleh desain, procurement, dan manufaktur. Atau lebih jelasnya traditional costing merupakan penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk. Harga jual berdasarkan traditional costing adalah dengan metode cost plus pricing dihitung dengan rumus yang digunakan untuk menghitung harga jual dalam keadaan normal, yaitu :
Harga Jual =
Taksiran Biaya Penuh + Laba yang diharapkan
Dengan demikian ada dua unsur yang diperhitungkan dalam penentuan harga jual ini, taksiran biaya penuh dan laba yang diharapkan. Perbedaan antara kedua metode penetapan harga tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
26
Gambar 2.1 Traditional Cost Management Approach Target Price
Product Design
Process Design & Cost Estimates
M ake / Buy Analysis
Supplier Cost Estimates
Cost Too Hight?
Production
Periodic Cost Reduction
Gambar 2.2 Target Cost Concept
27
Product Requirements & Market Analysis
Target Priceless Profit
Balance Target Cost & Requirement
Make / Buy Analysis Supplier Target Costing
Explore Product & Process Design Alternatives & Design Product & Process
Cost Projection Dema & Value Analysis
Production
Continous Cost Reduction
Sumber : Hergeth (2002)
2.9 Perhitungan Biaya Berdasarkan Target Sesuai dengan lingkungan perusahaan saat ini dimana persaingan global, peningkatan ekspansi pelanggan dan harga jual yang kompetitif dalam banyak industri khususnya industri otomotif memaksa perusahaan untuk mencari berbagai cara agar dapat menurunkan biaya dari tahun ke tahun dan pada saat yang sama menghasilkan produk dengan kualitas setra fungsi yang lebih baik.
28
Perhitungan biaya berdasarkan target, dimana perusahaan menentukan biaya yang harus dikeluarkan untuk barang atau jasa, berdasarkan harga yang kompetitif, dengan demikian dapat memperoleh laba yang diharapkan:
Target Costing : Harga Kompetitif – Laba yang diharapkan
1. Target Costing Model Gambar 2.3 Target Costing Model Market Share
Product Funtionality
Target Price
Target Profit
Target Cost
Product and Process Design
NO
Target cost met?
YES
Produce Product Sumber : Hansen-Mowen (1998:402)
29
Proses ini dimulai dengan mengindentifikasi target price penjualan. Harga ini harus dapat mencerminkan nilai hasil pengamatan dari mata konsumen dan harga jual dari penawaran yang kompetitif dan tujuan strategi perusahaan. Untuk menentukan target price harus dilihat berdasarkan market share objective yaitu pangsa pasar yang dituju baik menengah atas ataupun menengah bawah dan product fungtionality (fungsi produknya). Setelah menentukan target profit, manager menghitung target cost atau allowable cost yang didapat dari target profit dikurangkan dengan target price yang diinginkan perusahaan. Allowable cost merupakan biaya dimana produk harus dibuat jika itu mendapatkan batas target profit pada target price. Selanjutnya menentukan target cost, maka perusahaan akan melakukan proses mendesain produk dengan cost reduction. Cost reduction adalah menganalisa produk yang bertujuan untuk mengurangi biaya, terbagi menjadi tiga metode yaitu: a. Tear Down Analysis Tear Down Analysis atau reverse engineering adalah proses untuk mengevaluasi produk pesaing dengan mengidentifikasi kesempatan dalam meningkatkan produk dengan cara mengambil bagian per bagian dari produk pesaing untuk mengidentifikasi fungsi dan desain produk serta untuk membuat kesimpulan tentang proses pembuatan produk. Tear down analysis menyediakan pandangan pada biaya dari produk dan mengungkan keuntungan dan kerugian yang berhubungan dengan pendekatan desain pada produk. Elemen utama dari
30
tear down analysis adalah benchmarking dimana termasuk perbandingan desain produk percobaan dengan desain pesaing. b. Value Engineering The Society of American Value Engineering mendefinisikan value engineering sebagai “aplikasi sistematis yang mengakui teknik-teknik yang mana mengidentifikasi fungsi suatu produk atau jasa, menetapkan monetary value untuk fungsi tersebut dan menyediakan fungsi yang dibutuhkan pada keseluruhan biaya terendah”. Value Engineering (VE) atau value analysis (VA) adalah aplikasi dari berbagai kemampuan untuk mengurangi biaya manufaktur atau industri jasa. Pendekatan ini bertujuan untuk mengevaluasi desain produk dalam memenuhi permintaan untuk mengidentifikasi alternatif yang akan meningkatkan nilai produk, didefinisikan sebagai rasio dari fungsi untuk harga. Oleh karena itu ada dua cara untuk meningkatkan nilai, yaitu penganggaran fungsional yang tetap dan mengurangi biaya atau penganggaran biaya konstan dan meningkatkan fungsi. Value engineering melihat semua elemen produk termasuk bahan mentah, proses manufaktur, tipe pekerja, dan peralatan yang digunakan serta keseimbangan antara pembeli dengan komponen yang dihasilkan. Value engineering mencapai target cost dengan dua cara, yaitu: 1. Dengan mengidentifikasi peningkatan desain produk atau bahkan produk baru yang dapat mencapai fungsinya dengan cara yang berbeda, yang mengurangi komponen dan biaya manufaktur dengan tidak mengorbankan fungsinya.
31
2. Dengan menghapus fungsi yang dapat meningkatkan biaya dan kelengkapan produk. c. Reengineering Reengineering
merupakan
proses
untuk
menciptakan
keunggulan
kompetitif di mana perusahaan mengorganisasikan kembali fungsi organisasi dan manajemen, seringkali juga menghasilkan pesanan/pekerjaan yang sudah dimodifikasi, digabungkan atau dihilangkan. Di bawah tekanan global, banyak perusahaan melakukan rekayasa ulang (reengineering) sebagai cara untuk menurunkan biaya operasional dan biaya manajemen dan sebagai dasar untuk melakukan analisis kembali terhadap keunggulan kompetitif stratejik perusahaan.
2.10 Prinsip Target Costing Target costing yang baik dapat digambarkan sebagai proses sistematis manajemen biaya dan perencanaan laba. Prinsip utama target costing adalah sebagai berikut: 1. Harga dipimpin biaya 2. Fokus pada pelanggan 3. Fokus pada desain 4. Keterlibatan lintas fungsional 5. Nilai rantai keterlibatan (Value-chain involvement) 6. Orientasi siklus hidup (A life-cycle orientation)
32
2.11 Implementasi Target Costing Walaupun target costing berbeda penerapannya di setiap perusahaan dimana tergantung dari jenis industri, ukuran perusahaan, dan factor lainnya, tetapi terdapat berbagai aspek yang menjadi acuan umum target costing. Menurut Fisher (1995:185) bahwa: “In many companies there are at least distinct point in a product life cycle at whitch a target cost is formally calculated and evaluated: (1) the product planning stage, (2) the product design stage, (3) the pre production stage”. Sakurai (1989) menyimpulkan bahwa prosedur umum yang biasa di terapkan antara lain: 1. Merencanakan dan merancang produk yang berkualitas tinggi sesuai dengan keinginan konsumen 2. Menetapkan target costing terhadap produk tersebut melalui pemanfaatan rekayasa nilai (value engineering), dan 3. Mencapai target costing terhadap produk tersebut melalui penerapan standard cost Sedangkan target costing menurut Supriono (2003:155) dibahas dalam empat tahap pelaksanaan target costing sebagai berikut: a. Perencanaan perusahaan Perencanaan perusahaan dimulai dengan dilakukannya penelitian pasar untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan, harga pasar yang berlaku dan volume produksi yang diinginkan. Apabila perusahaan telah menentukan kebutuhan atau preferensi pelanggan dan harga pasar yang diinginkan berdasarkan
33
dari penelitian pasarnya, manajemen mulai menyusun rencana laba jangka panjang dan menengah untuk perusahaan secara keseluruhan dan menentukan target laba secara menyeluruh untuk setiap periode yang terinci bagi setiap produk. Departemen perencanaan perusahaan membuat rencana perusahaan tersebut dalam bentuk bagan, sedangkan departemen perencanaan perekayasaan membuat bagan tentang perencanaan produk baru. Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan produk baru, yaitu : 1.
Pengetahuan tentang kebutuhan dan keinginan konsumen lengkap.
2.
Sumber daya yang mendukung terhadap pengembangan produk baru.
3.
Perkiraan penyimpangan produk baru dalam memenuhi pasar sasaran
4.
Perkiraan biaya yang dibutuhkan dalam pengembangan dan produksi produk baru.
5.
Antisipasi terhadap reaksi para pesaing.
6.
Kapan waktu yang paling tepat untuk meluncurkan produk baru.
7.
Jasa terkait sebagai pendukung produk baru, seperti kesiapan supplier.
b. Pengembangan proyek produk tertentu Di tahap ini departemen perencanaan memberi memberi informasi kepada departemen perencanaan perekayasaan tentang jenis produk baru yang ingin dikembangkan dan isi perubahan model atau rancangan model yang didasarkan atas riset pasar. Setelah itu, jenis produk baru ingin dikembangkan tersebut dibahas dalam rapat serta disiapkan juga usulan produk baru. Dalam tahap ini
34
departemen manajemen biaya menaksir biaya untuk rencana tersebut dan menyelidiki apakah rencana tersebut dapat mencapai target. c. Penentuan rencana dasar untuk produk baru tertentu Dalam tahap ini, faktor-faktor biaya utama seperti biaya rancangan dan struktur ditentukan, dan biaya target disusun. Manajer produksi meminta setiap departemen untuk menelaah bahan yang diperlukan, proses pengolahan, dan menaksir biaya. Sesuai dengan laporan yang dibuat oleh departemen-departemen tersebut dihitung total biaya taksiran. Pada waktu yang bersamaan, divisi pemasaran domestik dan luar negeri menentukan harga target. Dari harga dan laba target, selanjutnya dapat dihitung biaya yang diperkenankan (allowable cost) atau biaya target yaitu :
Allowable Cost : Target Selling Price – Target Profit
Allowable cost ini yang akan diusahakan untuk dicapai dan dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan target cost. Pencapaiannya memerlukan usaha keras dan tidak dapat dicapai dengan begitu saja. Alasan yang mendasari formula tersebut ialah bahwa perusahaan harus dapat memperoleh pendapatan dalam jumlah memadai untuk dapat menutup cost product dan menghasilkan
laba
memadai, karena berperan sebagai biaya yang seharusnya. Biaya target menjadi tujuan perancang dan personil produksi. Penentuan harga jual berdasarkan formula tersebut akan mengakibatkan perusahaan rentan untuk ditinggalkan oleh customer. d. Rancangan produk
35
Tahap ini departemen rancangan menyusun draft cetak biru (blue print) percobaan untuk sekumpulan biaya target untuk setiap komponen, kegiatan ini memerlukan informasi dari setiap manajemen. Kemudian manajemen biaya menaksirkan biaya tersebut. Setelah memeriksa drifting cost menuju target cost akan diketahui apakah terjadi kesenjangan antara keduanya. Bila terdapat kesenjangan, maka value engineering mulai diterapkan. Rekayasa nilai (value engineering) digunakan dalam target costing untuk menurunkan biaya produk dengan cara menganalisa ”trade off” antara jenis dan level yang berbeda dalam fungsionalitas produk serta biaya produk total. Proses dimulai dengan menghitung drifting cost yang kemudian hasilnya dibandingkan dengan allowable cost. Jika hasil drifting yang dihasilkan untuk menghasilkan suatu produk tertentu melebihi allowable cost maka akan diadakan perekayasaan nilai (value engineering) sampai akhirnya dicapai biaya yang diinginkan.
2.12 Manfaat dan Resiko Target Costing Dalam Efisiensi Biaya Penerapan target costing dalam upaya meningkatkan efisiensi biaya produksi terdapat berbagai manfaat dan juga resiko yang dihadapi. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut: 1. Dengan menerapkan target costing perusahaan dapat memperoleh pendapatan dalam jumlah memadai untuk mentup biaya produk serta menghasilkan laba. 2. Penggunaan target costing diharapkan dapat menentukan harga pasar yang diinginkan perusahaan.
36
3. Memungkinkan departemen desain dan departemen pengembangan produk kemudian mendesain dan mengembangkan produk sedemikian rupa sehingga memproduksi produk dengan biaya tidak melebihi anggaran yang ditetapkan. 4. Memungkinkan manager memusatkan usahanya terhadap penggunaan masukan tertentu saja. 5. Target
costing
dengan
rekayasa
nilai
(value
engineering)
dapat
mengidentifikasikan cara yang bisa menurunkan biaya produksi. 6. Target costing lebih bermanfaat untuk produk-produk pada kelompok pertama, karena pada kelompok produk terbaca kebijakan perusahaan tentang model bentuk tersebut. Dengan analisis fungsional dimana tampilan dan biaya setiap fungsi utama atau model produk diuji secara cermat sehingga terjadi keseimbangan antara tampilan dan biaya. Sedangkan resiko yang akan dihadapi adalah sebagai berikut: 1. Target costing tidak memfokuskan perhatian manager pada kendala atau pemborosan, yang memperlambat proses produksi. 2. Penerapan target costing sebagai pengukur biaya dalam suatu periode tertentu dapat menyesatkan, karena target costing hanya memusatkan laba pada biaya historis sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan lebih dari biasanya akan mengakibatkan kerugian yang diterima oleh perusahaan. 3. Dalam kondisi pasar yang didalamnya pelanggan memegang kendali bisnis, penentuan
harga
jual
berdasarkan
target
costing
mengakibatkan perusahaan rentan untuk ditinggalkan.
tersebut
akan
37
2.13 Penelitian Terdahulu Peneliti mengambil penelitian terdahulu sebagai dasar penelitian saat ini, diantaranya adalah : 1. Penelitian yang Lilik Setio Pratomo (2005), penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efisiensi pada perusahaan farmasi yaitu PT. Indofarma dimana proses produksi dan faktor-faktor biaya berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dalam hal ini disebutkan bahwa PT. Indofarma produksi bersifat ready stock biasanya bentuknya relatif sama dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan pesanan. Sedangkan yang sifatnya pesanan dan konsumen biasanya barang yang dipesan ada sedikit perubahan rancangannya, sebab konsumen tersebut ada yang tidak puas dengan hasil rancangan yang tersedia di PT. Indofarma, dengan cara ini konsumen dapat menyampaikan keinginan bentuk yang diinginkan dengan berkonsultasi langsunng dengan bagian perencanaan produksi agar dapat diproses lebih lanjut ke produksi. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2006) penelitian ini bertujuan untuk menghitung tarif iklan dengan metode target costing pada stasiun televisi swasta PT. RCTI yang ditetapkan atas waktu tayang, hal ini disebabkan karena jumlah pemirsa berbeda disetiap jam tayang, dapat diketahui melalui survey untuk mengetahui rating dan share programprogram acara yang mereka suguhkan.
38
3. Penelitian yang dilakukan oleh Cecillia Putranty Haridayani (2007) penelitian ini menganalisis program sport Moto GP pada televisi swasta TV7 dengan sertifikasi hak siar exclusive yaitu sekitar Rp 2.28M, proses produksi on-air, nonton bareng di cafe-cafe, dan liputan eksklusif ke beberapa negara dengan membuat tayangan-tayangan yang dapat dimuat di program sport TV 7 yang mempunyai relevansi dengan Moto GP. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarni (2010) penelitian ini berisikan analisis dampak perhitungan biaya produksi berdasarkan target costing juga dengan methode kaizen costing asal Jepang pada perusahan elektronik PT. Sanken Indonesia.