BAB II LANDASAN TEORI
A. MINAT NASABAH 1. Pengertian Minat Menurut Komarudin Minat Nasabah adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh, minat beli merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen. Ada beberapa tahap dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli yang umumnya dilakukan oleh seseorang
yaitu
pengenalan
kebutuhan
dan
proses
informasi
konsumen.1 Minat dalam pandangan Islam yaitu Al-Quran dalam surat Al-Alaq ayat pertama yang berartikan “Bacalah” dimana memerintahkan agar kita membaca, maksudnya membaca bukan hanya membaca buku atau dalam arti tekstual saja, akan tetapi juga semua aspek apakah itu untuk membaca cakrawala jasad yang merupakan tanda kekuasaannya kita dapat memahami apa yang sebenarnya menarik minat kita dalam hidup ini.2
1
Komarudin,Kamus Perbankan,(Jakarta:Grafindo ,1994),hlm.94 Andi Mappiere,Psikolog orang Dewasa bagi Penyesuaian dan Pendidikan,(Surabaya: Usaha Offsite Printing,1994),hlm.275 2
19
20
Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat,3 yaitu: a. Perbedaan
pekerjaan
artinya
dengan adanya perbedaan
pekerjaan seseorang dapat memperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaaan yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan, penggunaan waktu senggangnya, dan lain-lain. b. Perbedaan sosial ekonomi artinya seseorang mempunyai sosial ekonomi artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya daripada yang mempunyai sosial ekonomi rendah. c. Perbedaan hobi/kegemaran, artinya bagaimana seseorang mengggunakan waktu senggangnya. d. Perbedaan jenis kelamin, artinya, minat wanita akan berbeda dengan minat pria, misalnya dalam pola belanja. e. Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua akan berbeda minatnya terhadap suatu barang, aktivitas, benda, dan seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli barang dan jasa perusahaan adalah4 : 1. Faktor Lingkungan Ekstern Perilaku konsumen sangat dipengaruhi berbagai lapisan masyarakat di mana ia dilahirkan dan dibesarkan. Ini berarti 3
Malayu Hasibuan,Dasar-dasar Perbankan,(Jakarta:Bumi Aksara,2008),hlm.205 Basu Swastha Dharmmesta dan T. Hani Handoko,Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen,(Yogyakarta:BPFE,2014),. 4
21
konsumen lingkungan
yang
berasal
yang
dari
berbeda
lapisan
akan
masyarakat
mempunyai
atau
penilaian,
kebutuhan, pendapat, sikap, dan selera yang berbeda-beda. Faktor ekstern yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu : (1) kebudayaan (culture) dan kebudayaan khusus (subculture); (2) kelas sosial (social class); (3) kelompok-kelompok sosial (social group) dan kelompok referensi (reference group); dan (4) keluarga (family). 2. Faktor Lingkungan Intern Selain faktor lingkungan ekstern, faktor Psikologis yang berasal dari proses intern individu, sangat berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen. Teori-teori psikologis akan banyak membantu dalam memberikan pengetahuan yang sangat penting tentang alasan-alasan menyangkut perilaku konsumen. Faktor-faktor psikologis yang menjadi faktor dasar dalam perilaku konsumen adalah (1) motivasi, (2) Pengamatan, (3) belajar, (4) Kepribadian dan konsep diri, dan (5) Sikap. Selain itu juga Swastha dan Irwan mengemukakan bahwa aspekaspek yang terdapat dalam minat beli antara lain : a.
Ketertarikan (Interest) yang menunjukkan adanya pemusatan perhatian dan perasaan senang,
22
b.
Keinginan (desire) ditunjukkan dengan adanya dorongan untuk ingin memiliki,
c.
Keyakinan (conviction) ditunjukkan dengan adanya perasaan percaya diri individu terhadap kualitas, daya guna, dan keuntungan dari produk yang akan dibeli.5
2. Pengertian Nasabah Nasabah disini adalah nasabah debitur, yaitu nasabah yang memperoleh fasilitas pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau dipersamakan berdasarkan perjanjian bank dengan sasabah yang bersangkutan.6 Nasabah adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.7 Minat nasabah adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih, ketika seseorang menilai bahwa sesuatu bisa bermanfaat, maka bisa menjadi berminat, kemudian hal tersebut bisa mendatangkan kepuasan, ketika kepuasan menurun maka minatnya juga bisa 5
Swastha dan Irwan,Perilaku Konsumen,(Alfabeta:Bandung,2001),hlm.95 Eti rochaety dan Ratiih Tresnati,Kamus Istilah Ekonomi,(Jakarta:Bumi Aksara, 2005),hlm.257 7 Heri Sudarsono dan Priyonggo Suseno,Istilah-istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,(Yogyakarta:UII Press,2004), hlm.97 6
23
menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah. Jadi dapat disimpulkan bahwa minat nasabah adalah motivasi nasabah untuk melakukan atau menilai suatu produk dalam bank sehingga mendatangkan kepuasan. B. WADI’AH 1. Pengertian Wadi‟ah Barang titipan dikenal dalam bahasa fiqih dengan al-wadiah, menurut bahasa al-wadiah adalah sesuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya supaya dijaga ( Ma Wadi‟a „inda Ghair Malikihi Layahfadzahu ), berarti bahwa al-wadiah ialah memberikan.8 Wadi‟ah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya.9 Menurut Rifqi Muhammad, wadi‟ah dapat diartikan sebagai meninggalkan atau meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijaga. Dari aspek murni, wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki.10
8
H.Hendi Suhendi,Fiqh Muamalah,(Jakarta:Rajawali Pers,2010),hlm.183 Wiroso,Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah,(Jakarta:PT Grasindo,2005),hlm 20 10 Rifqi Muhammad,Akuntansi Keuangan Syariah,(Yogyakarta:P3EI Press,2008),hlm.395 9
24
Prinsip wadi‟ah hukumnya sama dengan qardh, di mana nasabah bertindak sebagai yang meminkamkan uang dan bank bertindak sebagai yang peminjam. Prinsip ini dikembangkan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif. b. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. c. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi. d. Ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.11
11
Dwi Suwikyo,Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010),hlm.21
25
2. Landasan Hukum tentang Wadi‟ah 1) Al Qur‟an Wadi‟ah adalah amanat bagi orang yang menerima titipan dan ia wajib mengembalikannya pada waktu pemilik meminta kembali, Firman allah swt dalam surat Al-Baqarah : 283
yang artinya : “ jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya dan bertaqwalah kepada Allah sebagai Tuhannya.12
“ sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya...” (QS. An-Nisa : 58)13 “...Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya...” (QS. AlBaqarah :283)
12
Hertanto Widodo,PAS (Pedoman Akuntansi Syariah),(Bandung:Mizan,1999),hlm. 50 Ibid,hlm.51
13
26
2) Dalil Al-Hadits Tentang Wadi‟ah Dari Abu Hurairah, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
)ض َمانَ َعلَ ْي ِو (رواه الدارقطنى َ ََم ْه أَوْ َد َع َو ِد ْي َعةٌ فَال “Siapa saja yang dititipi, ia tidak berkewajiban menjamin (HR.Daruquthni)14 Dari Ibnu Umar berkata , bahwasannya Rasulullah SAW telah bersabda,
)ان َعلَى ُم ْؤتَ َم ٍه (رواه البيهقى َ ض َم َ َال “Tidak ada kewajiban menjamin untuk orang yang diberi amanat” (HR. Al-Baihaqi).15 3) Fatwa DSN tentang Akad Wadi‟ah Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional yang mengatur tentang akad
wadi‟ah
terdapat
pada
Fatwa
DSN
No:02/DSN-
MUI/IV/2000 tentang tabungan, sebagai berikut: a. Bersifat simpanan, b. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan, c. Tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
14
Rifqi Muhammad,Op.Cit,hlm.396 Op.Cit.
15
27
Jadi tabungan/simpanan wadi‟ah merupakan tabungan yang dapat ditarik setiap saat.16 3. Rukun dan Syarat Wadi‟ah Menurut Syafi‟iyah al-wadi‟ah memiliki tiga rukun, yaitu : a. Barang yang dititipkan, syarat barang yang dititipkan adalah barang atau benda itu merupakan sesuatu yang dapat dimiliki menurut syara‟ b. Orang yang menitipkan dan yang menerima titipan, diisyaratkan bagi penitip dan penerima titipan sudah baligh, berakal, serta syarat-syarat lain yang sesuai dengan syarat-syarat berwakil. c. Shigat ijab dan kabul al-wadi‟ah, diisyaratkan pada ijab dan kabul ini dimengerti oleh kedua belah pihak, baik dengan jelas maupun samar.17 4. Sistem Pemberian Bonus Sebagai konsekuensi dari wadi‟ah yad dhamanah, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik bank (demikian juga ia adalah penanggung seluruh kemungkinan kerugian). Sebagai imbalan, si penyimpan mendapatkan jaminan keamanan terhadap hartanya, demikian juga fasilitas-fasilitas giro lainnya.
16 17
Rifqi Muhammad,Op.Cit,hlm.397 H. Hendi Suhendi,Op.Cit,hlm.183
28
Sesungguhpun demikian, bank sebagai penerima titipan, sekaligus juga pihak yang telah memanfaatkan dana tersebut, tidak dilarang untuk memberikan semacam insentif berupa bonus dengan catatan tidak diisyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal atau persentase secara advance, tetapi betul-betul merupakan kebijaksanaan dari manajemen bank.18 Bank syariah memberikan bonus kepada nasabah yang memiliki produk berupa tabungan wadi‟ah. Besarnya bonus yang diterima oleh nasabah penabung tidak boleh ditentukan di awal akad, melainkan sepenuhnya diserahkan kepada kebijaksanaan bank syariah yang bersangkutan.19 Nasabah dalam hal ini tidak menanggung resiko kerugian dan uangnya dapat diambil sewaktu-waktu secara utuh setelah dikurangi biaya administrasi yang telah ditentukan oleh bank. Pada pelaksanaannya, wadi‟ah terdiri dari dua jenis, yaitu: a. Wadi‟ah yad al-amanah Wadi‟ah yad al-amanah adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas
18
Muhammad Syafi‟i Antonio,Op.Cit,hlm.87 Abdul Ghofur Anshori,Perbankan Syariah di Indonesia,(Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,2007),hlm.92 19
29
kehilangan/kerusakan barang/uang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan.20 Gambar 2.1 Skema Wadi’ah Yad AlAmanah
1. Titip Barang NASABAH Muwaddi’ (Penitip) 2. Bebankan Biaya Penitipan
BANK (Mustawd a’ (Penyimpa n)
Sumber:Sunarto Zulkifli (2003) Keterangan : Dengan konsep al-wadi‟ah yad al-amanah, pihak yang menerima tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan, tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai kelaziman.21 Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.
20
Sunarto Zulkifli,PANDUAN PRAKTIS TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH,(Jakarta:Zikrul Hakim,2003), hlm.34 21 Muhammad Syafi‟i Antonio,Bank Syariah dari Teori ke Praktek,(Jakarta:Gema Insani Press,2001),hlm.87
30
b. Wadi‟ah yad adh-dhamanah Wadi‟ah
yad
adh-dhamanah
adalah
akad
penitipan
barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan berang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan.22 Pada prinsip transaksi ini, pihak yang menitipkan barang/uang tidak perlu mengeluarkan biaya, bahkan atas kebijakan pihak yang menerima titipan, pihak yang menitipkan dapat memperoleh manfaat berupa bonus atau hadiah.
Gambar 2.2 Skema Wadi’ah Yad Dhamanah
1. Titipan Dana Nasabah
BMT 4. Beri Bonus 3.Bagi Hasil
2. Pemanfaatan
Dana
User of Fund (Nasabah Pengguna) Dana
Sumber :Sunarto Zulkifli (2003)
22
Sunarto Zulkifli,Op.Cit.,hlm.35
31
Keterangan: Dengan konsep al-wadi‟ah yad dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentunya, pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.23
23
Ibid,hlm.88-89